Lapres Angkutan Air
Lapres Angkutan Air
Rumusan Masalah
B. Tujuan Percobaan
C. Hipotesis
D. Kajian Pustaka
1
jumlah air yang hilang umumnya difokuskan pada air yang hilang
melalui stomata (Lakitan, 2012).
Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan langsung dengan udara, yaitu luka dan jaringan
epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, buah, dan bahkan
akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-
faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air
sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan
pergerakan uap atau gas. Sebagian besar transpirasi berlangsung
melalui stomata sedangkan melalui kutikula daun hanya dalam
jumlah yang lebih sedikit.
Mekanisme transpirasi dimulai ketika air diangkut dari akar. Air
diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian
besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air
dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air
polar menyatu akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian
atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis
akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih
dari 20% air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai
uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan
tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.
Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan
ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena
tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
2
air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata. Faktor
utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan
stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan
kelembaban.
Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe
dan lingkungan. Jumlah dan ukuran stomata mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total dari
pada pembukaan dan penutupan stomata. Pada tanaman
nonakuatik, stomata umumnya terletak di permukaan
abaksial (bagian bawah). Meskipun demikian, pada
beberapa spesies, stomata juga dapat ditemukan di
permukaan adaksial daun.
Jumlah dan kondisi morfologis daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar
evapotranspirasi.Kondisi morfologis, seperti luas daun,
ketebalan, ada tidaknya lapisan lilin atau kutikula, banyak
sedikitnya bulu di permukaan daun, juga mempengaruhi
kecepatan transpirasi suatu tanaman.
Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun
yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila
persediaan air terbatas.
Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh
tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan
proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan
ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan
volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu
satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen
(Gardner, et.al., 1991).
3
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan transpirasi
adalah faktor yang berasal dari lingkungan, antara lain sebagai
berikut:
Kelembaban
Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan
kecepatan bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi
akan menurun seiring dengan meningkatnya kelembababan
udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka
kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada
besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam
rongga antarsel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika
tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari
uap air di daun keluar akan bertambah besar, begitu pula
sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan
tekanan uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari
kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).
Suhu
Kenaikan suhu dari 180-200 F cenderung
meningkatkan penguapan air sebesar dua kali lipat. Suhu
daun di dalam naungan kurang lebih sama denga suhu
udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai
suhu 100 – 200F lebih tinggi daripada suhu udara. Suhu
berpengaruh terhadap membuka menutupnya stomata.Pada
banyak tanaman, stomata tidak membuka jika suhu sekitar
00C.
Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan kecepatan
transpirasi, baik di dalam naungan atau di dalam cahaya,
melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar
matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun
akan menurunkan kecepatan transpirasi.
4
Kandungan air tanah
Jika kandungan air tanah menurun akibat penyerapan
oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi
lebih lambat.Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit
air pada daun sehingga menurukan kecepatan transpirasi
lebih lanjut.
Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi
kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak
akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh
cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata
ditentukan intensitasnya. Intensitas cahaya adalah besaran
pokok fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh
suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan
sudut.Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela
(Cd).Dalam bidang optika dan fotometri (fotografi),
kemampuan mata manusia hanya sensitif dan dapat melihat
cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum
cahaya nampak) yang diukur dalam besaran pokok ini.
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat
morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya
matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit
batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih
sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal,
tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman
yang terlindun. Beberapa efek dari cahaya matahari yang
penuh (yang melebihi) kebutuhan optimum dapat
menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi
meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan
tanaman.
Intensitas cahaya yang tinggi di daerah tropis tidak
seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman (Curtis & Clark,
5
1950) (Suseno, 1974). Energi cahaya matahari yang
digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar
antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia.
Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas
cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh
tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Leopold &
Kriedemann, 1975). Pemberian naungan pada tanaman baik
secara alami & buatan, akan berarti mengurangi intensitas
cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini akan
mempengaruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman.
Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari
akan mempunyai akar yang pendek. Hidrat arang ini akan
diangkut melalui pembuluh tapis dan di akar di respirasi
untuk menghasilkan energi. Bila tanaman kurang dapat
menghasilkan hidratarang maka energipun hanya dihasilkan
sedikit saja, sedangkan energi perlu untuk akar menyerap
air berikut zat hara dan mendorong ke bagian tanaman
lainnya.
E. Variabel Penelitian
6
3. Variabel Respon : Kecepatan transpirasi dan berat erlenmeyer berisi
air dan tanaman
Alat :
Bahan :
H. Rancangan Percobaan
Dipotong miring di
Diisi 2 buah dalam air pangkal
Disiapkan alat
dan bahan erlenmeyer pucuk batang pacar
yang dengan air air.
diperlukan. volume 150 7
mL.
Ditimbang kedua Dibuang bunga, Dimasukkan ke
erlenmeyer kuncup, daun yang Erlenmeyer potongan
tersebut lengkap rusak dan olesi luka tanaman tersebut
dengan tanaman dengan vaselin. Juga pada lubang sumbat
dan airnya dan celah pada sekitar sampai bagian bawah
catat hasilnya. sumbat penutup. terendam air.
I. Langkah Kerja
8
3. Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan
segera masukkan potongan tanaman tersebut pada tabu erlenmeyer
melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air.
Buanglah bunga, kuncup, daun yang rusak dan olesi luka dengan
vaselin. Demikian pula olesi celah-celah yang ada dengan vaselin
(misalnya sekitar sumbat penutup).
4. Timbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air
yang ada di dalamnya dan catat.
5. Letakkan erlenmeyer 1 di dalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada
tempat dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Ukur kondisi
lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya dan
kelembaban.
6. Setiap 30 menit timbanglah erlenmeyer beserta perlengkapannya dan
catat.
7. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada tanaman
tersebut, kemudian ukurlah luas total daun tersebut dengan kertas
milimeter/grafik, caranya sebagai berikut:
Buat pola masing-masing daun pada kertas grafik
Hitung luas daun dengan ketentuan : Apabila kurang
1 1
dari kotak dianggap nol, dan bila lebih dari
2 2
dianggap satu.
Tempat
NO Kondisi Lingkungan
Gelap Terang
1 Suhu (°C)
2 Kelembabab
3 Intensitas Cahaya
9
Kondisi Berat (g) Selisih (g) Kecep
Lingkunga Intensita Rata-rata
Transp
n s Cahaya selisih
Awal 30' 30" 30'" 30' 30" 30'" (g/m/c
Gelap 0 278
10
L. Hasil Analisis Data
Tempat
NO Kondisi Lingkungan
Gelap Terang
1 Suhu (°C) 32 32
2 Kelembabab 72 71
3 Intensitas Cahaya 0 1062
238,
Terang 1062 241 239,5 238,5 1,5 1 0 0,83 0,0
5
11
Kondisi Lingkungan Daun ke - Luas daun (cm²)
6 16
7 11
8 10
9 10
10 6
Rata – rata 121 : 10 = 12,1
0
0
0
0
0
Terang Gelap
Kondisi Lingkungan
224
=
10
= 22,4
121
=
10
12
= 12,1
Selisih( g)
Kecepatan Transpirasi = ( ): Rata−rata Luas daun
Waktu(30 menit )
0,83
Kondisi Terang =( ) :22 , 4
30
= 0,027 : 22,4
= 0,0012
0,83
Kondisi Gelap =( ) :12,1
30
= 0,027 : 12,1
= 0,0022
1. Analisis Data
Pada tabel berat dan selisih berat transpirasi tanaman Pacar
Air.Erlenmayer A dengan suasana terang memiliki berat awal 241 gram.
Setelah diberikan perlakuan pada 30 menit pertama mengalami
penurunan berat menjadi 239,5 gram dengan selisih berat 1,5 gram.
Setelah diberikan perlakuan pada 30 menit kedua mengalami penurunan
berat menjadi 238,5 gram dengan selisih 1 gram. Setelah diberikan
perlakuan pada 30 ketiga tidak mengalami penurunan berat. Total rata-
rata selisih berat yang dimiliki erlenmayer A adalah 0,83 gram.
Erlenmayer B dengan suasana gelap memiliki berat awal 278 gram.
Setelah diberikan perlakuan pada 30 menit pertama tidak mengalami
penurunan berat. Setelah diberikan perlakuan pada 30 menit kedua
mengalami penurunan berat menjadi 277 gram dengan selisih 1 gram.
Setelah diberikan perlakuan pada 30 ketiga mengalami penurunan berat
menjadi 276,5 gram dengan selisih berat 1,5 gram. Total rata-rata selisih
berat yang dimiliki erlenmayer B adalah 0,83 gram.
Pada tabel luas daun Pacar Air erlenmayer A dengan suasana terang
memiliki luas daun pertama 23 cm2, daun kedua 25 cm2, daun ketiga 27
cm2, daun keempat 28 cm2, daun kelima 16 cm2, daun keenam 21 cm2,
daun ketujuh 28 cm2, daun kedelapan 19 cm2, daun ke sembilan 19 cm2,
13
dan daun ke sepuluh 19 cm2. Rata-rata laus daun yang didapat adalah
22,4 cm2.
Pada tabel luas daun Pacar Air erlenmayer B dengan suasana gelap
memiliki luas daun pertama 21 cm2, daun kedua 17 cm2, daun ketiga 12
cm2, daun keempat 11 cm2, daun kelima 7 cm2, daun keenam 16 cm2,
daun ketujuh 14 cm2, daun kedelapan 10 cm2, daun ke sembilan 10 cm2,
dan daun ke sepuluh 6 cm2. Rata-rata laus daun yang didapat adalah 12,1
cm2.
2. Pembahasan
Pada percobaan pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi
air pada tanaman pacar air (Impatien balsemia). Bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan
metode penimbangan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa terdapat perbeaan kecepatan transpirasi pada suasana
terang dengan suasana gelap. Kecepatan transpirasi dapat dilihat melalui
perubahan berat pada kedua tanaman pacar air yang diberi perlakuan
berbeda. Perubahan berat ini dapat diasumsikan akibat adanya proses
transpirasi, dikarenakan hanya kurang dari 1% persen air yang diperlukan
tanaman untuk proses pertumbuhan (Salisbury dan Ross, 1992). Dimana
proses transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari
jaringan tumbuhan. Semakin besar intensitas cahaya, maka semakin
tinggi kecepatan transpirasi. Namun sebaliknya, semakin rendah
intensitas cahaya, maka semakin rendah pula kecepatan transpirasi suatu
tumbuhan. Kecepatan transpirasi pada perlakuan terang dengan intensitas
cahaya terang, yakni sebesar 1,2x10-4 gram/menit/cm2, perlakuan gelap
dengan intensitas cahaya, yakni sebesar 2,2x10-4 gram/menit/cm2.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam percobaan terjadi kesalahan yang
menyebabkan hasil tidak sesuai dengan teori yang ada. Dikarenakan
perbedaan berat pada tanaman A dan B berbeda, lebar daun dan jumlah
stomata yang berbeda sehingga mempengaruhi berat tanaman setelah
adanya perlakuan. Selain itu pada tanaman B mengalami kesalahan
penimbangan, karena saat menimbang di tempat suasana terang yang
mempengaruhi berat tanaman B.
Meningkatnya suhu akan menyebabkan kelembaban udara semakin
rendah, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan uap air pada rongga
daun dengan di udara semakin besar yang akhirnya meningkatkan
kecepatan transpirasi. Sebaliknya, pada suhu yang rendah, kelembaban
relatifnya semakin tinggi sehingga perbedaan tekanan uap air pada
14
rongga daun dengan di udara semakin kecil yang akhirnya menyebabkan
kecepatan transpirasi menjadi lambat (Soerodikusumo, 1995).
Vaseline yang digunakan pada percobaan ini berfungsi sebagai
lapisan yang dapat memperlambat proses transpirasi, karena semakin
menebalnya permukaan maka uap air akan sulit keluar. Hal ini sesuai
dengan literatur Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa
adanya lapisan lilin akan memperlambat laju transpirasi akibat tebalnya
permukaan sehingga uap air akan sulit berdifusi keluar. Ada pula
kesalahan dalam percobaan dikarenakan kurangnya pengolesan vaselin
pada luka tumbuhan.
M. Kesimpulan
N. Daftar Pustaka
15
Soerodikoesomo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: UT Depdikbud.
16