Anda di halaman 1dari 4

RDP DENGAN DIRJEN PERIMBANGAN KEUANGAN

DAN DIRJEN ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN


SERTA DEPUTI SARANA DAN PRASARANA BAPENAS
MEBAHAS MASUKAN PENYUSUSUNAN RUU NO 38 TAHUN 2004
TENTANG JALAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan masukan terkait beberapa isu tentang revisi uu no 38 tahun 2004
tentang Jalan disampaikan oleh pakar – Trisbiantara, meliputi:
1. Mengenai jalan, hal yang menjadi masalah adalah jalannya rusak dan biaya
logistik tinggi. Jadi, seharusnya dilakukan pembangunan jalan sebanyak-
banyaknya dengan strategi melihat kebutuhan jalan yang ada dengan baik dan
layak fungsi.

2. Perlu adanya pengaturan objek dan proses. Untuk proses, sudah ada usulan
pasal-pasal yang mengatur tentang pembiayaan dan pengawasan. Mengenai
objeknya, bisa diturunkan dari klasifikasi jalan secara fungsi, status dan
pengolahan.

3. Isu strategis: 10% APBN APBD fix untuk sektor jalan. Pemisahan tripartit yaitu
pembuat kebijakan harus dipisahkan dengan pelaksana pengawas.

4. Kelemahan, Indonesia tidak punya budaya perencanaan. Jadi, kalau dikasih tugas
dikerjakan nanti-nanti terus karena bisa dikebut hanya dalam waktu yang singkat
walaupun hasilnya jelek. Master plan bisa dikombinasikan terhadap lalu lintas dan
tata ruang.

5. Pengawasan terdiri dari dalam pelaksanaan dan pemanfaatan jalan. Pelaksanaan


terkait dengan badan pengawasan independen, evaluasi pencapaian dan
rencana, pengawasan berlapis dan sanksi pidana. Sementara itu, untuk
pengawasan pemanfaatan jalan terkait dengan mekanisme izin akses oleh
pembina jalan, mewajibkan perda tata ruang sepanjang jalan nasional, pemilik
jalan dihidupkan kembali dan wajib As Build Drawing semua.

B. PERMASALAHAN

• VISI & MISI: Jalan=prasarana SistemTransportasi Multi-moda ➔ Public Asset


Sasaran: Memacu pertumbuhan kegiatan² sosial ekonomi Mengejar
ketertinggalan Daya Saing Mengurangi ‘kemiskinan’ Mengembangkan wilayah²
potensial , Kondisi: Indonesia Kaya Raya, tapi TERTINGGAL disebabkan Biaya
angkutan mahal, karena Jalan rusak & tidak effisien multi-moda. Jalan cuma
sedikit itupun banyak rusak dini
• Target: MEMBANGUN jalan se-BANYAK³-nya, strategi Strategi:
a. Mencegah Kerusakan-Dini
b. Menarik Investasi & Mobilisasi Dana dengan
c. Menciptakan KEPASTIAN Hukum & Bisnis
d. Memperbaiki Effisiensi dan Effektifitas dengan:
• Intervensi Pusat : Skill & Kompetensi
• Meningkatkan SDM Daerah

C. PERTANYAAN

1. Terkait pendanaan juga belum diatur di UU yang lama yaitu UU No. 38 tahun 2004
dan hal yang mengejutkan selama ini pinjaman itu bukan untuk membuat jalur tapi
untuk peningkatan perbaikan jalan. Jadi, jalan tidak bertambah dan ekonomi tidak
maju. Terdapat usulan jika namanya pinjaman dikhususkan untuk jalan baru. Tidak
bisa dipakai untuk yang lain.

Bagaimana Kementerian Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan, dan


Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Serta Deputi Sarana dan Prasana
membahas masukan penyusun RUU No. 38 Tahun 2004, inuntuk pei terkait
PINJAMAN yang digunakan buat perbaikan jalan bukan untuk membuat jalur
jalan….?
2. Salah satu yang jadi masalah selama ini adalah terkait kelas jalan, yang mana
jalan Nasional, jalan Provinsi atau jalan Kabupaten, ini menjadi kesempatan bagi
DPR-RI untuk menentukan batasan-batasannya.

Terkait hal ini, adakah masukan dari Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas
bisa member masukan terkait pembagian kelas jalan ini?karena Selama ini
Kewenangan pengambil kebijakan antara pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota yang tidak tegas khususnya dalam pemberian izin,
rekomendasi, dispensasi dan pemanfaatan jalan menyebabkan terjadinya
tumpang tindih. Disamping itu formula dalam pengaturan mengenai jalan
khususnya jaminan peningkatan aksesibilitas wilayah yang sedang dan
belum berkembang juga masih belum jelas. Begitu juga standar konstruksi
jalan yang memadai baik untuk jalan nasional, provinsi maupun
kabupaten/kota. Keseluruhan permasalahan ini merupakan permasalahan
pelaksanaan UU tentang jalan yang perlu diperbaiki
3. Mengenai konektivitas, perlu ada konektivitas yang jelas antara infrastruktur jalan
dengan bandara, jalan, dll. Selain itu, perlunya ada konektivitas karena adanya
teknologi informasi yang sudah seharusnya menjadi lebih baik dan membantu
memudahkan semuanya. Kedepannya perlu ada RUU jalan yang mengatur
tentang konektivitas atau keterhubungan dengan prasarana bandara, stasiun, dan
pelabuhan termasuk pengembangan transit oriented development.

Terkait hal ini, bagaimana Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas bisa
memberi masukan karena selama ini kelemahan, di Indonesia tidak punya
budaya perencanaan yang baik ?

Anda mungkin juga menyukai