TATAKELOLA
PERUSAHAAN
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep tata kelola perusahaan (GCG). Esensi dari konsep tata
kelola adalah kontrol, karena itu kita akan menggunakan konsep ini dalam melakukan evaluasi
terhadap kinerja perusahaan. Good Corporate Governance atau lebih dikenal dengan sebutan
GCG sebagai pilihan yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan nilai perusahaan. Ada
pendapat bahwa krisis ekonomi di Asia Tenggara dan negara-negara lain tidak hanya disebabkan
oleh faktor-faktor ekonomi makro tetapi juga dalam tata kelola di negara-negara ini (Iskander
dan Chamlo, 2000), faktor-faktor tata Kelola tersebut termasuk kelemahan dalam penegakan
hukum, dalam standar akuntansi yang ditetapkan. Pada intinya GCG diartikan sebagai suatu
konsep yang dapat diterapkan perusahaan guna memperbaiki cara kerja perusahaan agar menjadi
lebih efektif dan efisien dalam menciptkan nilai bagi stakeholder.
1. Menurut Forum untuk Tata Kelola Perusahaan di Indonesia (FCGI, 2001) definisi
tata kelola perusahaan adalah: seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan
antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pemangku
kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak pewaris dan
tanggung jawab, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan.
Tujuan dari tata kelola perusahaan adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi
para pemangku kepentingan.
2. GCG didefinisikan oleh IICG (Institut Tata Kelola Perusahaan Indonesia) sebagai
proses dan konstruksi yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan
tujuan utamanya untuk meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dan pada saat yang sama mempertimbangkan kepentingan pemangku
kepentingan lainnya.
3. Menurut World Bank Journal, edisi Maret (2008: 2), arti dari tata kelola
perusahaan yang baik adalah: Perpaduan antara hukum, peraturan, dan praktik,
yang memungkinkan perusahaan untuk menarik modal finansial dan manusia,
untuk berkinerja efisien , dan keberadaannya diperuntukan untuk menghasilkan
nilai ekonomi jangka panjang bagi para pemegang sahamnya.
4. Prinsip-prinsip GCG tentang transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab,
kemandirian, keadilan, dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai keberlanjutan
perusahaan terkait dengan para pemangku kepentingan, (KNKG, 2006).
Berdasarkan teori-teori GCG diatas dapat disimpulkan konsep GCG terdiri dari
Transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian, dan keadilan. Konsep GCG umumnya
diterapkan oleh perusahaan besar, jarang sekali perusahaan kecil menggunakan konsep ini,
keterbatasan pengetahuan pemilik, menuntut perlunya penyesuaian konsep GCG agar mudah
dipahami pengelola UMKM, sehingga Implementasi konsep GCG dalam mengukur kinerja
UMKM perlu memiliki indikator-indikator GCG yang berbeda. Indikator-indikator berikut
dikembangkan berdasarkan konsep GCG sesuai dengan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) yang mengeluarkan pedoman GCG di Indonesia pada tahun 2006 :
a. Transparansi
Pada dasarnya transparansi dalam konsep GCG adalah untuk menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus memberikan informasi material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh para pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh undang-
undang, tetapi juga penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor dan
pemangku kepentingan lainnya.
Berdasarkan definisi ini, contoh indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat
transparansi dalam UMKM adalah
Hak dan kewajiban yang dibuat secara tertulis dan disebarkan dengan baik kepada
karyawan, dapat mendorong kinerja karyawan, karena dengan demikian karyawan
tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang dia dapatkan setelah berhasil
menyelesaikan pekerjaan. Dalam teori manajemen demokrasi yang ideal menurut
weber (Robbins & Coulter, 2009) birokrasi harus memiliki aturan dan peraturan
formal
2) Transparansi keuangan
b. Akuntabilitas
1) Fungsi keuangan
Keown (2010) membahas hubungan korporasi dengan pasar uang dan pasar
modal, di mana setiap perusahaan dapat memperoleh dana dari pasar uang dan pasar
modal, maka dana tersebut diinvestasikan dalam operasi perusahaan yang diharapkan
dapat memberikan pengembalian kepada pemangku kepentingan perusahaan.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan terdiri dari
pendanaan, investasi dan pengembalian, efektivitas ketiga kegiatan tersebut
menunjukkan berjalannya fungsi keuangan perusahaan.
Menjalankan fungsi SDM di atas tentunya akan mendorong kinerja karyawan dan
meningkatkan kinerja perusahaan.
a) Memiliki SOP sesuai dengan MENPAN dan RB No. 35 di 2012, Prosedur Operasional
standar adalah seperangkat instruksi tertulis standar tentang berbagai kegiatan
organisasi, bagaimana dan kapan melakukan, di mana dan oleh siapa. Adanya SOP
memudahkan karyawan dan perusahaan dalam melakukan evaluasi kinerja.
b. Tanggung jawab
Perusahaan harus mematuhi undang-undang dan melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan, untuk menjaga kelangsungan bisnis dalam jangka
panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai warga korporat yang baik. Contoh bentuk
tanggungjawab perusahaan :
1). Legalitas bisnis.
Sebagai bentuk kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, setiap organisasi
wajib memiliki lisensi lengkap, oleh karena itu setiap organisasi, baik besar maupun
kecil, harus merupakan badan hukum.
2). Penanganan limbah
Pasal 68 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan,
di mana setiap pelaku usaha berkewajiban menjaga lingkungan.
3). Sertifikasi produk
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pelanggan, setiap perusahaan dituntut
untuk menyediakan produk yang aman bagi pelanggan.
c. Independency
Untuk memperlancar penerapan prinsip-prinsip GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diganggu oleh yang lain. Berikut contoh bentuk independensi dalam pengelolaan
bisnis
1). Independensi finansial (kemampuan menghasilkan laba)
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, menunjukkan kemandirian
finansial perusahaan, karena salah satu bentuk modal itu sendiri adalah laba ditahan
yang diperoleh dari operasi perusahaan secara efektif dan efisien.
2). Memiliki otonomi dalam mengelola bisnis
Setiap perusahaan yang memiliki otonomi dalam mengelola perusahaan adalah
perusahaan independen. Tingginya ketergantungan perusahaan pada pihak tertentu,
dapat menyulitkan perusahaan dalam menyusun kebijakan, terutama apabila pihak
tersebut tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap bisnis yang dijalankan
perusahaan, hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk berkembang dengan cepat.
d. Keadilan
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan harus selalu memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip keadilan dan
kesetaraan.
1). Pembayaran gaji tepat waktu
Gaji adalah kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan kepada karyawan. Setiap
perusahaan harus membayar gaji karyawan tepat waktu. Setiap pekerja berhak atas
penghasilan yang memenuhi kebutuhan hidup layak (UU Ketenagakerjaan No. 13/2003,
pasal 88)
2). Kompensasi
Setiap perusahaan diharuskan membayar kompensasi yang sesuai, dengan apa yang telah
dilakukan karyawan, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada karyawan.
3). Kesempatan berkarir
UU Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 pasal 5 mengatur, setiap pekerja memiliki
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk mendapatkan pekerjaan
Seblumnya contoh indikator diatas telah digunakan dalam peneltian terkait tata Kelola UMKM.
Indikator-indikator tersebut diuji dengan menggunakannya dalam mengevaluasi kinerja 2 (dua)
UMKM yang memiliki karakteristik berbeda selama 2 tahun pengamatan. Kedua UMKM sama-
sama terlibat dalam industri yang sama yaitu layanan pemotongan dan perawatan rambut, berada
di pasar yang sama dan segmen yang sama, yang hanya membedakan kualitas tata kelola di
setiap perusahaan
Pada dasarnya indikator-indikator tata kelola dapat ditentukan sendiri, yang terpenting ketika
memilih indikator memiliki dasar konsep dan teori yang tepat, serta tetap memenuhi prinsip
transparansi, akuntabilitas, responsibility, independency, dan fairness.
Table … merupakan contoh hasil penilaian tatakelola UMKM. Dalam tabel berikut terdapat
indikator-indikator tata kelola yang digunakan dalam melakukan evaluasi kinerja UMKM.
Indikator ini tidak harus seperti yang terdapat didalam tabel, setiap perusahaan dapat menyusun
indikator yang berbeda, missal pada post transparansi, dalam kasus ini indikator yang digunakan
adalah kejelasan hak dan kewajiban bagi karyawan serta kejelasan transparansi keuangan yaitu
pemisahan antara keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi. Bagi perusahaan lain indicator
untuk transparansi mungkin tidak hanya 2 hal tersebut bisa saja lebih banyak, seperti misalnya
kejelasan system bagi hasil diantara para pemilik, ataupun hal lainnya yang ingin ditambahkan.
Untuk pemberian value digunakan range 1-5 dimana 1 penerapan yang sangat buruk dan 5 untuk
penerapan yang baik. Dalam peneilaian perlu diperhatikan ukuran perusahaan. Bagi perusahaan
besar, standar memberikan nilai 5 akan berbeda dengan standar perusahaan kecil, sebagai contoh
pada point financial function, bagi UMKM membuat laporan arus kas saja sudah cukup baik ,
maka bisa kita berikan nilai 3, akan tetapi bagi perusahaan besar fungsi keuangan tidak hanya
membuat laporan arus kas, jadi apabila ada perusahaan besar hanya membuat laporan arus kas,
maka pada point financial functioan akan dinilai sangat rendah.
Berikut ini contoh hasil penlaian dua barbershop dengan kondisi tata kelola yang berbeda :
Valu
Indicator e Description
Transparency
1. Transparency of Rights Clarity 2 The Company has no formal explanation
and employee liability about right and obligation formally
2. Financial transparency 1 The company is not separating between personal and corporate
separation between personal finances financial.
owners with corporate finance
Accountability
1. Financial function
a. Having a financial statement 2 Has simple recording system that report everyday
but the owner and employee never use that system
b. Funding, investment and returns 1 Do not run well , because the owner does not understand
the financial activity
2. Marketing function
a. Offline & online marketing program 2 Not active in online marketing although they have the tools
b. Active on certain events 1 Does not active follow event for promotion
3. HR functions
a. Recruitment 2 Recruitment system doesn’t work properly
b. Employee placement 4 Employees are placed in accordance with knowledge,
skills and ability
c. Compensation 2 The compensation system is unclear
d. Job description 1 They don't have formal job description
e. Job specification 1 They don’t have formal job specification
4. Operation function
a. Quality and completeness of equipment 2 Less complete
b. Standard Operation Procedure 1 They don’t have formal SOP
Responsibility
1. Business legality 1 Not available
2. Waste management 2 Not good
3. Product certification 2 Their employees don't have any certification related to the job
Independence
1. Financial independence (Profitability) 2 Loss
2. Have autonomy in managing the business 4 They have full autonomy in managing their business
Fairness
1. Payment of salary is on time 2 The salary under the standard and often late in payment
2. Compensation Compliance 2 have not clear compensation system
3. Career opportunities 2 There is no career path for employee
Total 39 Total number of values
Score (37/105)x 100% 37% Percentage of ability to meet governance points
Di sisi pertanggungjawaban “V” barbershop memiliki nilai yang baik, hanya di sisi
keuangan ada masalah yang perlu diperbaiki adalah perhitungan depresiasi yang harus dilakukan
dengan benar. Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah legalitas bisnis, di mana v barbershop
belum menjadi badan hukum, sisanya v barbershop mampu memenuhi unsur tata kelola yang
baik dari UMKM.
Kondisi sebaliknya terjadi pada D barbershop, hampir semua kriteria tata kelola UMKM
yang baik, tidak dapat dipenuhi secara maksimal oleh mereka. Kurangnya kejelasan hak dan
kewajiban karyawan, menyebabkan demotivasi karyawan, sebagaimana dibuktikan oleh turnover
karyawan yan tinngi . Tidak adanya pemisahan antara keuangan perusahaan dengan keuangan
pribadi, menjadi penyebab kesulitan keuangan yang dialami “D” barbershop. Indikasi
manajemen keuangan yang buruk terbukti dari keterlambatan pembayaran kompensasi. Tidak
adanya deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan menyebabkan kinerja yang buruk dari
karyawan, terlihat dari jam kerja yang tidak profesional dan keluhan yang tinggi dari pelanggan,
berdasarkan pengamatan, penulis menemukan beberapa pelanggan “D” barbershop pindah ke
“V” barbershop.
Berdasarkan hasil penilaian, perusahaan yang memiliki skor tata kelola yang lebih baik
berhasil tumbuh. Kinerja barbershop V setelah 2 tahun, mereka berhasil membuka cabang baru,
dan cabang baru juga tumbuh dengan cukup baik serta mampu menghasilkan keuntungan untuk
membiayai kegiatan operasionalnya, sementara D barbershop dengan skor good governance,
hanya mampu bertahan tidak sampai 1 tahun. D barbershop memutuskan untuk menutup bisnis
mereka, dan salah seorang karyawannya pindah ke barbershop “V”, 4 bulan sebelum mereka
benar-benar tutup. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa indikator tata kelola UMKM di atas,
dapat menggambarkan kinerja perusahaan dan tepat dalam mengukur kinerja perusahaan.
Indikator dapat digunakan oleh UMKM sebagai standar dalam menciptakan tata kelola
perusahaan yang baik. Indikator telah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan kecil, sehingga
lebih tepat untuk diterapkan pada UMKM.
Contoh Kasus 2
Pada kasus ini dijelaskan hasil penilaian tata kelola UMKM yang merupakan BUMDES disalah
satu desa di Kabupaten bandung. BUMDES ini memproduksi makanan ringan dari hasil olahan
singkong. Berikut hasil penilaiannnya
Transparency
2. Financial transparency
separation between personal finances 1 Uang pribadi dan usaha masih bercampur
Accountability
1. Financial function
b. Funding, investment and returns 1 Owner tidak memahami dan menggunakan konsep keuangan dengan baik
2. Marketing function
a. Offline & online marketing program 4 Sudah memiliki toko online
b. Active on certain events 1 Tidak pernah mengikuti event seperti bazar dll
3. HR functions
4. Operation function
Responsibility
Independence
2. Have autonomy in managing the business 2 Belum dapat menghidupi , bisnis hanya sampingan
Fairness
Total
Berdasarkan hasil penilaian pada point transparansi diperoleh nilai yang sangat rendah yaitu 1
(satu) dikedua indikator transparansi. Hal ini dikarenakan perusahaan belum memiliki kejelasan
mengenai hak dan kewajiban karyawan, serta belum adanya pemisahan antara keuangan pribadi
dan keuangan bisnis. Sementara itu pada point accountability hampir semua indicator bernilai 1
(sangat buruk), hanya pada point kepemilikan laporan keuangan dan kelengkapan peralatan
mendapatkan nilai 2. Kelengkapan laporan keuangan diberi nilai 2 karena perusahaan sudah
mencatat aliran kas harian, sedangkan untuk kelengkapan alat perusahaan sudah memiliki alat
tetapi tidak memadai. Nilai tertinggi ada pada indicator marketing, dimana perusahaan sudah
melakukan pemasaran secara offline dan online , bagi perusahaan kecil tentunya hal ini sudah
sangat baik, karena itu diberi nilai 4.
Secara keseluruhan perusahaan mendapatkan skor tata kelola 29%, artinya perusahaan hanya
mampu memenehui 29% kriteria tata kelola yang baik, sehingga disimpulkan tata kelola
perusahaan buruk. Dari hasil penilaian ini perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan, yaitu
dengan meningkatkan kualitas tata kelola pada indicator-indikator tata kelola yang bernilai
rendah.
SOAL
Lakukan pengamatan terhadap minimal 2 perusahaan kecil yang ada di wilayah anda, kemudian
lakukan penilaian kinerja menggunakan indicator-indikator tata kelola perusahaan, dan berikan
solusi bagi setiap permasalahan yang anda temukan.