PENGENDALIAN INTERNAL
OLEH :
DEPARTEMEN AKUNTANSI
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 4
1. Pengendalian Internal..................................................................................... 4
2. Tujuan Pengendalian Internal........................................................................ 4
3. Konsep Dasar Pengendalian Internal............................................................. 4
4. Keterbatasan Pengendalian Internal suatu Entitas......................................... 7
5. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT KIMIA FARMA TBK. ........... 8
A. Kesimpulan.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia usaha di Indonesia saat ini sudah maju, bisa dilihat dari semakin banyak
berdirinya usaha-usaha baru yang didirikan oleh masyarakat. Salah satu aspek penting pada
suatu perusahaan adalah Sistem Pengendalian Internal. Karena suatu perusahaan tidak dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya Sistem Pengendalian Internal yang baik.
Kebutuhan akan pengambilan sebuah keputusan yang cepat dan akurat, persaingan
yang ketat, serta pertumbuhan dunia usaha menuntut dukungan penggunaan teknologi
mutakhir yang kuat dan handal. Dalam konteks ini keberhasilan organisasi akan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
Sukses auditor internal sangat tergantung kepada kemampuan menyumbang nilai terhadap
organisasi melalui pemanfaatan teknologi informasi secara efektif.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Pengendalian Internal
Merupakan pengendalian dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk menjaga aset
perusahaan, pemenuhan terhadap kebijakan dan prosedur, keandalan dalam proses, dan
operasi yang efisien.
Definisi lain adalah suatu proses yang dilaksanakan atau dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori :
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia.
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma Melaporkan adanya laba
bersih sebesar RP 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilah bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali, karena telah ditemukan kesalah
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar RP 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal
yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri bahan baku yaitu kesalah berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 Milyar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 milyar, pada unit Pedagang besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 milyar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 milyar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbuk karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master price) pada tanggal 1 dan
3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan
dasar penilaian persediaan pada unit distribusi kimia farmasi per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit yang tidak di
sampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain
itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian kontan yang menyatakan bahwa
kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah di PT
KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester 1 tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan keuangan poin 2-
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan
mendasar, sebagai berikut: “kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan
kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau atas kesalah
mendasar harus diperlakukan secara retrospeksi dan melaporkan dampaknya terhadap masa
sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”
Sehubungan dengan temuan tersebut maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal maka PT
Kimia Farma dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar RP. 500.000.000,-
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal maka:
I. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp. 1.000.000.000,- untuk disetor ke Kas Negara, karena
melakukan kegiatan praktik penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001.
II. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,-
untuk disetor ke kas negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik (SPAP), dan tidak ditemukan adanya unsur
kesengajaan. Tetapi, Kap HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan persyaratan profesional yang diisyaratkan di
SPAP SA seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf
4 persyaratan profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional
yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan
dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa Audit Sistem Informasi adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk membuktikan dan menentukan
apakah sistem aplikasi komputerisasi yang digunakan telah menetapkan dan menerapkan
sistem pengendalian intern yang memadai, apakah aset organisasi sudah dilindungi dengan
baik dan tidak disalah gunakan, apakah mampu menjaga integritas data, keandalan serta
efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan sistem informasi berbasis komputer.
https://dosenakuntansi.com/pengendalian-internal-dalam-audit
https://www.coursehero.com/file/23503182/Kualitas-Struktur-Pengendalian-Intern-dan-
Relevansinya/