PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan Iman agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran agama di
Indonesia ini. Pentingnnya masalah agama di Indonesia tampak jelas pada
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Indonesia memiliki ratusan
agama dan kepercayaan. Semua kepercayaan itu diakui dan masih tetap eksis
hingga saat ini, sehingga negara Indonesia menjadi negara yang paling beragam
dalam hal kepercayaan.
Munculnya berbagai aliran teologi dan kepercayaan membawa banyak
dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif
keberagaman agama diantaranya adalah budaya dan akulturasi suatu agama
dengan budaya setempat maupun dengan agama lain. Hal ini menimbulkan corak
budaya yang sangat unik dan beragam. Agama Islam misalnya, karena terjadi
pencampuran budaya dari Islam murni dengan agama Hindu dan animisme,
terbentuklah agama Islam Indonesia yang kita anut saat ini. Sedangkan dampak
negatifnya adalah timbulnya perpecahan dan perbedaan pendapat di masyarakat
serta tidak saling pengertian, sehingga memicu pertikaian yang tidak bisa
dihindari, seperti kasus Poso dan kasus Sampang beberapa waktu lalu. Semua
terbungkus dalam isu-isu yang bernuansa politik, dan kemudian berkembang pada
persoalan keyakinan tentang tuhan dengan mengikutsertakan kelompok-kelompok
mereka sebagai pemegang “predikat kebenaran”.
Agama Budha. Sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, adalah agama
yang begitu unik dan lain daripada yang lain. Dengan jumlah pengikut yang tidak
cukup banyak dibandingkan dengan agama resmi lainnya di Indonesia, agama
Budha telah menyumbangkan begitu banyak histori dan peninggalan dimasa lalu.
Borobudur misalnya, sebagai candi terbesar di dunia, candi ini telah membuat
masyarakat dunia begitu kagum dengan bangsa kita. Bagaimana mungkin suatu
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan agama Budha?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan agama Budha di Indonesia?
3. Apa saja peninggalan agama Budha di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan agama Budha di Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan agama Budha di Indonesia
3. Untuk mengetahui peninggalan-peninggalan agama Budha di Indonesia
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari
lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama
tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara
berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan
Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses
perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua
Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran
dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran
tradisi Theravada, Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya
ditandai dengan masa pasang dan surut.
A. KEHIDUPAN BUDDHA
2
"Dictionary of Buddhism" by Damien Keown (Oxford University Press, 2003) ISBN 0-19-
860560-9.
3
"The Times Atlas of Archeology" (Times Books Limited, London, 1991) ISBN 0-7230-0306-8.
Kanon Pali (Tipitaka, atau Tripitaka dalam bahasa Sanskerta, dan secara
harafiah berarti "Tiga Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukan tradisional
5. Dunia Helenistik
Beberapa prasati
Piagam Asoka menulis tentang
usaha-usaha yang telah
dilaksanakan oleh Asoka untuk
mempromosikan agama Buddha
di dunia Helenistik (Yunani),
yang kala itu berkesinambungan
tanpa putus dari India sampai
Dakwah agama Buddha semasa Yunani. Piagam-piagam Asoka
pemerintahan maharaja Asoka (260–218 SM).
menunjukkan pengertian yang
mendalam mengenai sistem politik di wilayah-wilayah Helenistik: tempat dan
lokasi raja-raja Yunani penting disebutkan, dan mereka disebut sebagai penerima
dakwah agama Buddha: Antiokhus II Theos dari Kerajaan Seleukus (261–246
SM), Ptolemeus II Filadelfos dari Mesir (285–247 SM), Antigonus Gonatas dari
4
"National Museum Arts asiatiques- Guimet" (Editions de la Reunion des Musées Nationaux,
Paris, 2001) ISBN 2-7118-3897-8.
Mulai dari tahun 100 SM, simbol "bintang di tengah mahkota", juga
secara alternatif disebut "cakra berruji delapan" dan kemungkinan dipengaruhi
desain Dharmacakra Buddha, mulai muncul di koin-koin raja Yahudi, Raja
5
http://id.wikipedia.org/w/indek.php?title=piagam-piagam_asoka, diakses 30 April 2014.
6
"Living Zen" by Robert Linssen (Grove Press, New York, 1958) ISBN 0-8021-3136-0.
6. Ekspansi ke Asia
Seni Buddha suku Mon terutama dipengaruhi seni India kaum Gupta dan
periode pasca Gupta. Gaya manneris mereka menyebar di Asia Tenggara
mengikuti ekspansi kerajaan Mon antara abad ke-5 dan abad ke-8. Aliran
Theravada meluas di bagian utara Asia Tenggara di bawah pengaruh Mon, sampai
diganti secara bertahap dengan aliran Mahayana sejak abad ke-6.
7
Ibid,.
Ada pula sebuah legenda, yang tidak didukung langsung oleh bukti-bukti
piagam, bahwa Asoka pernah mengirim seorang misionaris ke utara, melalui
pegunungan Himalaya, menuju ke Khotan di dataran rendah Tarim, kala itu tanah
sebuah bangsa Indo-Eropa, bangsa Tokharia.8
7. Penindasan oleh dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke-1 SM)
Dinasti Sungga (185–73 SM) didirikan pada tahun 185 SM, kurang lebih
50 tahun setelah mangkatnya maharaja Asoka. Setelah membunuh Raja Brhadrata
(raja terakhir dinasti Maurya), hulubalang tentara Pusyamitra Sunga naik takhta.
Ia adalah seorang Brahmana ortodoks, dan Sunga dikenal karena kebencian dan
penindasannya terhadap kaum-kaum Buddha. Dicatat ia telah "merusak wihara
dan membunuh para bhiksu" (Divyavadana, pp. 429–434): 84.000 stupa Buddha
yang telah dibangun Asoka dirusak (R. Thaper), dan 100 keping koin emas
ditawarkan untuk setiap kepala bhiksu Buddha (Indian Historical Quarterly Vol.
XXII, halaman 81 dst. dikutip di Hars.407). Sejumlah besar wihara Buddha
diubah menjadi kuil Hindu, seperti di Nalanda, Bodhgaya, Sarnath, dan Mathura.9
8
http://id.wikipedia.org/w/indek.php?title=piagam-piagam_asoka, diakses 30 April 2014.
9
http://id.wikipedia.org/w/indek.php?title=kekaisaran_sungga, diakses 30 April 2014.
Kaum Kushan
menunjang agama Buddha dan
konsili keempat Buddha
10
Richard Foltz, Religions of the Silk Road: Premodern Patterns of Globalization, New York:
Palgrave Macmillan, 2010. ISBN 978-0-230-62125-1.
11
"The Diffusion of Classical Art in Antiquity" by John Boardman (Princeton University Press,
1994) ISBN 0-691-03680-2.
12
"The Shapeemas
Koin of Ancient Thought.
KekaisaranComparativeKushan
studies in Greek and Indian Philosophies" by
Thomas McEvilley (Allworth Press, New York, 2002) ISBN 1-58115-203-5.
memperlihatkan maharaja Kanishka I (~100–
126 Masehi) dengan sebuah lukisan
Helenistik Buddha, dan kata "Boddo" Sejarah
dalam Agama Budha di Indonesia | 12
huruf Yunani.
kemudian dibuka oleh maharaja Kanishka, pada kira-kira tahun 100 Masehi di
Jalandhar atau di Kashmir. Peristiwa ini seringkali diasosiasikan dengan
munculnya aliran Mahayana secara resmi dan pecahnya aliran ini dengan aliran
Theravada. Mazhab Theravada tidak mengakui keabsahan konsili ini dan
seringkali menyebutnya "konsili rahib bidaah".
Konsili ini tidak berdasarkan kanon Pali yang asli (Tipitaka). Sebaliknya,
sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsip-prinsip dasar doktrin
Mahayana disusun. Teks-teks suci yang baru ini, biasanya dalam bahasa Gandhari
dan aksara Kharosthi kemudian ditulis ulang dalam bahasa Sanskerta yang sudah
menjadi bahasa klasik. Bagi banyak pakar hal ini merupakan titik balik penting
dalam penyebaran pemikiran Buddha.
Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang mirip
dilakukan bagaikan Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada di
belakangnya ialah bahwa semua makhluk hidup memiliki alam dasar Buddha dan
seyogyanya bercita-cita meraih "Kebuddhaan". Ada pula sinkretisme keagamaan
terjadi karena pengaruh banyak kebudayaan yang berada di India bagian barat laut
dan Kekaisaran Kushan.13
Dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad, Mahayana
berkembang dan menyebar ke arah timur. Dari India ke Asia Tenggara, lalu juga
ke utara ke Asia Tengah, Tiongkok, Korea, dan akhirnya Jepang pada tahun 538.14
Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh
13
Ibid,.
14
"Japanese Buddhism" by Sir Charles Eliot, ISBN 0-7103-0967-8.
18
Ibid,.
19
Sejarah Perkembangan Agama Buddhis di Indonesia (http://www.baghavant.com/home.php?
link=sejarah&tipe=sejarah_buddhisme_indonesia_2), diakses 30 April 2014.
20
Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Buddha (http://viharakhantibumi.blogspot.com/2010/01/tokoh-
tokoh-sejarah-pada-masa-budha.html), diakses 30 April 2014.
21
D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs 38 (3/4): hal. 353
—359.
22
Martin Ramstedt. Hinduism in modern Indonesia: a minority religion between local, national,
and global interests. Routledge, 2004. Hal. 49.
Menurut perkiraan tahun 1987, ada sekitar 2,5 juta orang pengikut
Buddha, dengan 1 juta dari jumlah tersebut berafiliasi dengan Buddhisme
Theravada dan sekitar 0,5 juta dengan aliran Buddhayana yang didirikan oleh
Jinarakkhita. Perkiraan lainnya menempatkan umat Buddha hanya sekitar 1 persen
dari populasi Indonesia, atau kurang dari 2 juta. Buddhisme saat itu mendapatkan
jumlah tersebut karena status yang tidak pasti dari agama Konfusianisme atau
Konghucu. Konfusianisme resmi ditoleransi oleh pemerintah sejak jatuhnya
administrasi Orde Baru, namun karena agama Konghucu dianggap hanya sebagai
suatu sistem hubungan etika, bukan agama, agama ini tidak diwakili dalam
Menurut sensus nasional tahun 1990, lebih dari 1% dari total penduduk
Indonesia beragama Buddha, sekitar 1,8 juta orang. Kebanyakan penganut agama
Buddha berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi seperti Riau,
Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah tersebut bukanlah jumlah
yang sebenarnya karena pada saat itu Agama Khonghucu dan Taoisme tidak
dianggap sebagai agama resmi di Indonesia sehingga mereka disensuskan sebagai
penganut agama Buddha. Pada tahun 2008, jumlah penganut agama Buddha
sekitar 1.3 juta penduduk dari 217,346,140 penduduk Indonesia atau sekitar 0.6%.
Pada tahun 2010, jumlah penganut agama Buddha sekitar 961.086 penduduk dari
240,271,522 penduduk Indonesia atau sekitar 0.4%.24
23
Data Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia 1971-2000 sumber www.bps.go.id, diakses 30
April 2014.
24
Tabel Populasi berdasarkan Agama 2005 sumber www.kemenag.go.id, diakses 30 April 2014.
25
http://www.depag.go.id/index.php?menu=page&pageid=17, diakses 30 April 2014.
26
http://religiousfreedom.lib.virginia.edu/nationprofiles/Indonesia/rbodies.html , diakses 30 April
2014.
Pada tahun 1959, untuk pertama kali sejak berakhirnya era Kerajaan
Hindu-Buddha Majapahit, diadakan acara penahbisan Bhikkhu di Indonesia,
sebanyak 13 orang Bhikkhu senior dari berbagai negara datang ke Indonesia
untuk menyaksikan penahbisan dua Bhikkhu yang bernama Bhikkhu Jinaputta
dan Bhikkhu Jinapiya.
2. Perkembangan Vajrayana
3. Perkembangan Theravada
1. Candi MENDUT
2. Candi PAWON
Didirikan oleh raja Samarottungga (anak dari Raja Indra) pada tahun 826,
prasastinya dikeluarkan tahun 824. Candi Pawon merupakan pintu gerbang dari
candi Borobudur, dimana umat membersihkan badan dan pikirannya dari
kekotoran- kekotoran (batin) sebelum menginjak tempat yang dianggap suci itu.
3. Candi BOROBUDUR
A. Keterangan Umum
27
Borobudur, Sinar Harapan, tanggal 17 dan 24 Februari 1983.
28
DR. Soekmono, Candi Borobudur, Pustaka Jaya, 1981.
Pada baris ke-5 menghadap ke- 4 jurusan terdapat 64 buah patung dari
Dhyani Buddha Vairocana dengan mudra “Vitarka” (meyakinkan). Pada lingkaran
bundar yang terdiri dari 3 lapisan terdapat 72 buah patung-patung Vajrasatva
dengan Dharma cakra-mudra dalam stupa-stupa yang dindingnya berlubang.
Lubang- lubang stupa pada lapisan kesatu dan kedua (masing-masing 32 dan 24
buah) berbentuk “belah ketupat” sebagai lambang “masih belum dalam
keseimbangan sempurna”; pada lapisan ketiga lubangnya berbentuk persegi
sebagai lambang “mantap dalam keseimbangan”.
Pada tahun 1815 atas perintah Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas
Stanford Raffles, maka opsir zeni Ir. H.C.Cornelius memimpin pembersihan
wajah candi yang masih disebut-sebut dalam “Babad Tanah Jawi” seabad
sebelumnya. Lebih dari 200 penduduk dipaksa kerja rodi selama 45 hari
menebang pohon, membabat dan membakar belukar serta mengelupas tanah yang
sudah menyelimuti candi yang kakinya sudah melesak 10 meter ke dalam tanah.
Dan Borobudur pun terjaga dari tidurnya yang pulas ± 3 abad lamanya. Sayang
Raffles tidak dapat meneruskan usahanya karena sudah harus pergi dari Indonesia.
29
DR. Soekmono, Riwayat usaha penyelamatan Tjandi Borobudur, Pelita Borobudur, seri A no. 1,
1972.
a. diatas candi Borobudur diberi bangunan bambu sebagai tempat para pembesar
Belanda dan nyonyanya minum teh dengan santainya sambil menikmati
panorama senja tatkala sang surya berpamitan dengan seisi bumi.
b. tatkala seorang Raja Siam (Thailand) datang pada pertengahan abad 19,
30
Menyingkap tabir misteri Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan.
Kedaulatan Rakyat, tanggal 12 Februari 1983. Merdeka, tanggal 29 Januari, t.t.
Pada bulan Januari 1926 telah dapat diketahui adanya kerusakan yang
disengaja oleh turis asing yang ingin menyimpan tanda mata dari Borobudur.
Peristiwa ini menjadi pendorong bagi penelitian yang lebih intensif terhadap batu-
batu dan terutama relief-relief candi. Dan nyatanya banyak relief yang
menampakkan tanda-tanda retak. Tangan jahil? Bukan! Setelah diamati dan
dibanding-bandingkan kiri-kanan ternyata bukan karena tangan jahil, melaikan
karena suhu yang sangat cepat berganti; dari panas yang menyengat kemudian
disusul hujan terus-menerus. Ternyata dari 120 panel relief “Lalita Vistara” yang
menceritakan riwayat Sang Buddha sejak direncanakan lahir dari sorga Tusita
sampai khotbahnya yang tersohor di Banares, ada 40 buah yang rusak.33
Pada tahun 1929 dibentuk panitia baru untuk melakukan pengamatan dan
pengamanan. Dari hasil penyelidikan panitia, diketahuilah penyebab
kerusakannya, yakni: korosi kimiawi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan.
Korosi disebabkan oleh pengaruh iklim yang merusak batu-batu candi yang jelek
kwalitasnya. Lapisan oker kuning yang dulunya dimaksudkan meratakan warna
relief untuk keperluan pemotretan, ternyata berhasil melindungi batu-batu yang
keras. Tetapi terhadap batu-batu yang lunak akibatnya jadi lain, yait u terkelupas.
Cendawan dan lumut terang menambah korosi pula. Namun sebab pokok korosi
yang paling sadis adalah derasnya air yang merembes ke luar bangunan candi
melalui celah-celah dan pori-pori batu-batuan candi itu sendiri.
10. Para dewa mempersiapkan diri untuk mengiringi Sang Bodhisatva turun ke
dunia.
11. Pemberian hormat terakhir di sorga Tusita sebelum Sang Bodhisattva turun
ke dunia.
14. Sang Ratu tidak usah kuatir apa-apa, karena Dewa Cakra melindungi
Beliau.
15. Sang Ratu pergi ke taman Asoka untuk menemui Raja Suddhodana.
16. Raja Suddhodana ketika tiba di taman Asoka dengan menunggang gajah.
17. Raja Suddhodana berjumpa dengan Sang Ratu di serambi. Sang Ratu
menceritakan tentang mimpi beliau dan bertanya tentang arti dari mimpi
tersebut.
18. Karena Raja Suddhodana tidak dapat menerangkan arti dari mimpi Sang
Ratu, maka beliau minta pendapat dari seorang Brahmana yang bernama
Asita. Asita menerangkan bahwa Ratu akan hamil dan akan melahirkan
seorang bayi laki-laki. Putera ini mempunyai bakat untuk menjadi seorang
pemimpin dunia.
20. Para dewa yang mendengar berita yang menggembirakan ini, membangun
tiga buah istana untuk Ratu Maya Dewi.
21. Para dewa telah membuat Ratu Maya Dewi serempak terlihat di tiga alam.
22. Sebelum bayi dilahirkan, Ratu telah melakukan hal-hal yang mujizat:
beliau dapat menyembuhkan orang-orang sakit dan orang-orang yang
cacat badannya.
27. Ratu dengan kereta menuju ke taman Lumbini. Setelah tiba, kereta
berhenti dan Ratu dengan gembira berjalan-jalan di taman.
28. Di taman Lumbini dengan berdiri berpegangan pada cabang pohon Sal,
Ratu melahirkan seorang bayi laki-laki. Segera setelah dilahirkan Sang
bayi sudah dapat berjalan tujuh tindak dan diatas tiap tapak kaki muncul
bunga teratai. Sehabis melahirkan seminggu Ratu meninggal dunia.
29. Setelah Ratu meninggal dunia, maka Sang Pangeran diasuh oleh bibinya
yang bernama Pajapati. Sang bayi diberi nama Siddharta.
12. Sang Pangeran minta para gadis dari Kapilawastu untuk datang ke istana.
Pilihannya ternyata jatuh kepada Yasodhara. Untuk menghibur gadis-gadis
lain yang kecewa, Sang Pangeran membagi-bagikan hadiah- hadiah.
13. Menurut kebiasaan pada zaman itu, maka sebelum upacara perkawinan
dilaksanakan, terlebih dahulu calon pengantin pria harus membuktikan
kemampuannya secara fisik dan mental. Maka oleh karena itu Sang
Pangeran diharuskan mengambil bagian dalam satu sayembara.
14. Dewadatta, saudara sepupu dari Sang Pangeran, juga turut dalam
sayembara tersebut. Ia harus berkelahi dengan seekor gajah yang besar.
Gajah tersebut dibunuhnya dengan sekali pukul dan sekali tendang.
15. Di relief hanya terlihat roda kereta dan seorang prajurit. Pangeran
Siddharta dengan duduk di kereta menyeret bangkai gajah itu dengan
memakai kaki kiri keluar kota sejauh delapan yojana (1 yojana = 8 mil).
19. Sayembara memanah batang pohon Tala. Hanya Pangeran Siddharta yang
lulus dalam pertandingan ini; anak panahnya menembus batang pohon
Tala dan menghilang di tanah.
12. Berkunjung ke tempat seorang pertapa yang lain bernama Alara Kalama.
15. Berkunjung ke Gunung Gaya dan bertemu dengan para pertapa dari tempat
itu.
16. Para pertapa yang tersebut diatas berkunjung kepada Pangeran Siddharta.
18. Ibunda Pangeran Siddharta, yaitu Ratu Maya Dewi almarhumah, turun ke
dunia dari sorga untuk membujuk anaknya mengakhiri penyiksaan diri dan
makan minum seperti biasa lagi, agar dapat memulihkan kembali kekuatan
tubuhnya.
19. Para dewa mendesak Pangeran Siddharta untuk kembali makan dan
minum.
30. Pangeran Siddharta minta diberi rumput yang empuk untuk duduk.
12. Para pertapa dari Bodhi-manda minta diberi berkah oleh Buddha Gotama.
14. Para Raja mempersembahkan makanan kepada Buddha Gotama dan diberi
pelajaran tentang “bermurah hati”.
35
http://id.wikipedia.org/wiki/agama_budha_di_Indonesia#cite_note-16, diakses tanggal 30 April
2014.
Dalam agama Buddha tidak ada suatu perjanjian yang mengikat seseorang
untuk tetap menganut agama Buddha, sehingga setelah menikah, cukup
banyak umat buddhis berganti agama karena harus mengikuti agama
pasangannya.
Faktor-faktor dari orang tuanya yang tidak terlalu mengerti ajaran agama
Buddha sehingga ada orang tua yang hanya menjalankan tradisi orang cina
dan ada juga yang hanya berstatus agama Buddha, tetapi tidak tahu apa-
apa mengenai agama Buddha. Hal ini juga disebabkan oleh Kurangnya
keyakinan akan agama Buddha.36
36
Madhori, Candi Borobudur Sepanjang Masa, PT. Taman Wisata Candi Borobudur dan
Prambanan. Kedaulatan Rakyat.
A. KESIMPULAN
http://religiousfreedom.lib.virginia.edu/nationprofiles/Indonesia/rbodies.
html, diakses 30 April 2014.
http://www.depag.go.id/index.php?menu=page&pageid=17, diakses 30
April 2014.
http://www.wikipedia.org/index.php?title:sejarah_agama_budha, diakses
30 April 2014.
Kerajaan Sriwijaya (http://www.melayuonline.com/Ind/history/dig330/),
diakses 30 April 2014.