Anda di halaman 1dari 11

Etos Kerja

Metta Karuna F
Dharmaduta Semester 5
Pengertian
Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran
sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap
kerja (Sukardewi, 2013:3).

Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.

Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta


sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).
Ciri-ciri Etos Kerja
• Kecanduan terhadap waktu. Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara
seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu.
• Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas). Salah satu kompetensi moral yang dimiliki
seorang yang berbudaya kerja adalah nilai keihklasan. Karena ikhlas merupakan bentuk
dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan.
• Memiliki kejujuran. Kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan kalbu yang terus
menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang luhur. Kejujuran bukanlah sebuah
keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah keterikatan.
• Memiliki komitmen. Komitmen adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya
sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku
menuju arah tertentu yang diyakininya.
• Kuat pendirian (konsisten). Konsisten adalah suatu kemampuan untuk bersikap taat asas,
pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan
resiko yang membahayakan dirinya.
Cara Menumbuhkan Etos Kerja
Jansen H. Sinamo (2011)
• Kerja sebagai rahmat
• Kerja adalah amanah
• Kerja adalah panggilan
• Kerja adalah aktualisasi
• Kerja adalah ibadah
• Kerja adalah seni
• Kerja adalah kehormatan
• Kerja adalah pelayanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja
(Anoraga, 2001:52)

• Agama. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya.
• Budaya. Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat
juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya
ini juga disebut sebagai etos kerja.
• Sosial Politik. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong
masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
dengan penuh.
• Kondisi Lingkungan/Geografis.
• Sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan
membuat seseorang mempunyai etos kerja keras.
• Struktur Ekonomi. Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan
menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
• Motivasi Intrinsik Individu.
Etos kerja dalam agama Buddha

Etos kerja adalah bentuk penyempurnakan diri dengan


memperbaiki karma secara produktif dan membuang egoisme
Setiap makhluk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Perbuatannya yang menentukan bagaimana nasibnya, bahkan
kelahirannya di kemudian hari (Anguttara Nikaya. V, 288).
Usaha mempraktikkan Dharma yang dianalogikan dengan kegiatan yang dilakukan oleh para petani,
membajak dan menabur benih:

1. Benih yang ditabur atau bibit yang ditanam adalah keyakinan


2. Keyakinan sebagai bibit memerlukan disiplin yang disamakan dengan siraman air hujan.
3. Adanya pandangan terang diumpamakan sebagai bajak yang serasi dengan kuknya
4. Tahu malu merupakan tangkai bajak dan Akal sehat menjadi tali pengikat
5. Kesadaran atau pikiran terkonsentrasi disamakan lengan mata bajak dan gandar
6. Kewaspadaan ditunjukkan dengan berhati-hati dalam tindakan dan ucapan, begitu pun makan
sewajarnya. Apa yang buruk seperti rumput liar disingkirkan dengan Kebenaran. Menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya yang menjadi dambaan. Ditunjang daya upaya yang tekun, selalu
menjadi lebih maju, aman, tiada lagi penderitaan (Samyutta Nikaya. I, 172-173).
Lima Kekuatan
Ketika melakukan pekerjaan seseorang hendaknya mengembangkan
lima kekuatan yaitu kekuatan:
1. Keyakinan
2. Usaha yang penuh semangat
3. Kesadaran dalam arti ingatan yang penuh perhatian
4. konsentrasi
5. Kebijaksanaan (Anguttara Nikaya. III, 10).
Kerja yang benar bertujuan mengakhiri penderitaan. Karena
hanya ada satu Jalan Mulia untuk mengakhiri penderitaan
(Dhammapada. 274-275),
kerja yang benar berarti memenuhi kedelapan unsur jalan
tersebut, yakni pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, mata
pencaharian, daya upaya, perhatian dan konsentrasi yang
benar.
ANUMODANA

Anda mungkin juga menyukai