Anda di halaman 1dari 4

1.

Rule Morbiditas dan Mortalitas


a. Rule Morbiditas
1) Pengertian
Morbid bersal dari bahasa latin yang berarti kondisi sakit atau menjadi sakit.
Moebiditas adalah sebutan bagi :
a) Kualitas penyakit atau yang sedang terserang sakit
b) Kondisi yang menyebabkan sakit
c) Ratio jumlah yang sakit dalam total populasi di komunitasnya
Pengkodean morbiditas bergantung pada kelengkapan ringkasan pulang, berikut
rincian diagnosa pasien serta prosedur tindakan selama episode asuhan rawatnya
di rumah sakit atau institusi asuhan kesehatan. Kemampuan pengkodean
diagnosa sakit pasien dengan teliti dan cermat (tidak sembarang menafsirkan
sendiri tulisan dokter), presisi (bekerja sesuai pedoman aturan cara penggunaan
bku klasifikasi yang ditentukan), akurat (sesuai kondisi yang disandang pasien),
dan tepat (waktu sesuai episode asuhan kinis, dan pelayanan perawatan) sangat
diperlukan di Unir Kerja Rekam Medis-Informasi Kesehatan di suatu institusi
pelayanan (Dhanz, 2010).
b. Rule Mortalitas
1) Pengertian
Menurut WHO (2010), penyebab dasar kematian adalah :
a) Penyakit atau kondisi yang merupakan awal dimulainya rangkaian
perjalanan penyakit menuju kematian.
b) Keadaan kecelakaan atau kekerasan yang menyebabkan cedera dan berakhir
dengan kematian.
2) Penentuan kode pada sertifikat kematian
Penentuan kode pada sertifikat kematian harus memperhatikan beberapa hal
berikut :
a) Urutan kejadian penyakit menuju kematian,
b) Penyebab awal dari urutan tersebut,
3) Format sertifikat kematian
Format sertifikat kematian sesuai rekomendasi WHO terdiri dari 2 bagian yaitu :
a) Bagian I – digunakan untuk penyakit-penyakit yang yang berkaitan dengan
urutan dari kejadian langsung menuju kematian.
b) Bagian II – digunakan untuk kondisi yang tidak berkaitan dengan bagian I
tetapi secara ilmiah berkontribusi terhadap kematian.
4) Pemilihan UCOD (Unit Cause of Death)
Pemilihan UCOD dimaksudkan untuk menghasilkan data yang bermanfaat
dan informatif bagi pengambilan keputusan atau kebijakan kesehatan
masyarakat ataupun tujuan pencegahan. Namun kasus yang dilaporkan
terkadang merupakan data yang kurang memenuhi tujuan tersebut. Dalam hal
ini diperlukan adanya rule modifikasi. Beberapa rule modifikasi tersebut antara
lain :
a) Rule A : Senilitas dan kondidi lainnya yang tidak jelas
Apabila penyebab yang dipilih adalah kondisi yang tidak jelas (ill-
defined) dan kondisi yang diklasifikasikan di tempat lain dilaporkan dalam
sertifikat kematian, pilihlah kembali penyebab kematian, seolah-olah
kondisi yang tidak jelas tidak pernah dilaporkan, kecuali dengan
pertimbangan bahwa kondisi tersebut memodifikasi kode.
b) Rule B : Kondisi trivial
Apabila penyebab kematian yang dipilih adalah kondisi sepele yang
tidak mungkin menyebabkan kematian, dan suatu kondisi yang lebih serius
(tiap kondisi kecuali kondisi yang tidak jelas atau kondisi sepele lainnya)
dilaporkan, pilihlah kembali penyebab dasar kematian seoalh kondisi sepele
tersebut tidak pernah dilaporkan. Bila kondisi sepele dilaporkan sebaga
kondisi yang menyebebkan kondisi lain, maka kondisi sepele tersebut tidak
dibuang, yang berarti rule B tidak diapat diterapkan.
c) Rule C : Linkage
Apabila penyebab yang dipilih dipertautkan oleh ketentuan dalam
klasifikasi atau dalam catatan untk penggunaan dalam koding penyebab
dasar kematian. Dengan satu atau lebih kondisi lain pada sertifikat, maka
berilah kode kombinasi untuk kasus tersebut.
d) Rule D : Spesificity
Apabila penyebab yang dipilih menggambarkan kondisi dengan istilah
umum dan istilah lain yang memberikan informasi yang lebih teliti tentang
letak atau sifat kondisi ini dilaporkan pada sertifikat kematian, maka
pilihlah istilah lain yang lebih informatif tersebut. Rule ini akan sering
digunakan apabila istilah umum menjadi sifat yang memberikan istilah lain
yang lebih teliti tersebut.
e) Rule E : Stadium dini dan lanjut penyakit
Apabila penyebab yang dipilih adalah penyakit dengan stadium dini dan
penyakit yang sama dengan stadium lebih lanjut dilaporkan pada sertifikat,
seolah penyakit dengan stadium lebih lanjut. Aturan ini tidak berlaku untuk
penyakit bentuk penyakit kronis yang dilaporkan sebgaa akibat dari bentuk
akut selama klasifikasi tidak memberi instruksi kusus pada akibat tadi.
f) Rule F : Sequele
Apabila penyebab yang dipilih adalah awal dari kondisi yang oleh
klasifikasi diberikan kategori “sekuele dari ...” yang terpisah, dan terdapat
bukti bahwa kematian yang erjadi akibat efek sisa kondisi ini dari pada oleh
penyakit dalam fase aktif, maka kodelah pada kategori “sekuele dari ...”
yang sesuai.
5) Pengkodean penyebab kematian
Aturan pengodean penyebab kematian:
a) Rule P1, Mode of death atau prematurity disisikan di (a)
Apabila herat failure, asphyxia atau anoxia atau prematur diisikan di (a)
dan kondisi lain janin/bayi juga diisikan di (a) atau (b), kodelah kondisi lain
yang disebut pertama seolah-olah kondisi lain tersebut telah diisikan secara
sendiri di (a) dan kode herat faolure, asphyxia atau anoxia atau prematur
yang semula di (a) seperti telah diisikan di (b).
b) Rule P2, Dua atau lebih kondisi diisikan di (a) dan (c)
Jika terdapat dua atau lebih kondisi diisikan paa (a) dan (c), kodelah
kondisi yang disebut pertamam seolah-olah kondisi tersebut diisikan sendiri
di (a) atau (c) danmkode kondisi lainnya soelah-olah mereka telah diisikan
di (b) atau (d).
c) Rule P3, Tidak ada kondisi yang diisikan di (a) atau ©
(1) Jika tidak ada kondisi yang diisikan pada (a) tetapi ada kondisi bayi atau
janin yang diisikan.
(2) Jika tidak ada kondisi yang diisikan di (a) atau (b), beri kode P95 untuk
lahir mati (stillbirth) atau P96.9 untuk kematian bayi baru lahir. Kode
tersebut diisikan di bagian (a).
(3) Dengan cara yang sama, jika bagian (c) tidak terisi tetapi terdapat
kondisi ibu yang diisikan di (d). berilah kode kondisi yang disebut
pertama seolah-olah telah diisikan di (c).
(4) Jika tidak ada yang dimasukkan di 9c) atau di (d) dignakan artifical
code (xxx.x) untuk menunjukkan tidak ada kondisi ibu yang dilaporkan.
d) Rule P4, Kondisi yang diisikan pada bagian yang salah
(1) Jika kondisi maternal (kode P00-P04) diisikan di (a) atau di (b) atau jika
kondisi janin/bayi diisikan di (c) atau (d), kodelah kondisi tersebut
seolah-olah telah diisikan pada masing-masing bagian dengan benar.
(2) Jika kondisi dapat dikelompokkan sebagai kondisi janin/bayi atau
sebagai kondisi ibu, namun keliru diisikan ke bagian (e), kodelah
sebagai kondisi janin atau kondisi ibu tambahan yang diisikan masing-
masing

Anda mungkin juga menyukai