Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

       Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bias menikmati indahnya alam
cipataanNya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya
dengan bahasa yang sangat indah. Alhamdulillah saya sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini saya mencoba untuk menjelaskan tentang
perkembangan bahasa Indonesia yang saya mulai dari sumber bahasa Indonesia, proses
pemberian nama bahasa Indonesia, pertistiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa
Indonesia, bahasa melayu, mengapa bahasa melayu yang dipilih sebagai sumber bahasa
Indonesia, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, fungsi Bahasa Indonesia.
 
 
  
BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain
agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai
identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian
bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan,
manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan
apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum
tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia
dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah
yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis
yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku,
bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan
nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun
tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan
bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah
pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya  pada tanggal 18 Agustus Bahasa
Indonesia diakui secara Yuridis.
2.       RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.      Darimana sumber bahasa Indonesia?
2.      Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
3.      Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
4.      Kapan peresmian bahasa Indonesia ?
5.      Apa saja fase – fase penting dalam perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia?
6.      Apa peristiwa – perisiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia?
7.      Apa peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia?
8.      Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?
9.      Perkembangan EYD?
10.  Distribusi geografis?
11.  Tata bahasa Indonesia?
12.  Peranan Bahasa indonesis?
13.  Upaya peningkatan dan pengembangan bahasa Indonesia?
3.      TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui bahasa apa yang menjadi sumber bahasa Indonesia
2.      Mengetahui alasan bahasa melayu diangkat menjadi bahasa indonesia
3.      Mengetahui proses peresmian nama bahasa Indonesia
4.      Mengetahui fase-fase penting dalam perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia
5.      Mengetahui peristiwa - peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
Indonesia
6.      Mengetahui peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia
7.      Mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
8.      Mengetahui tata bahasa Indonesia
9.      Mengetahui distribusi georafis bahasa indonseia
10.  Mengetaui tata bahasa Indonesia
11.  Mengetahui peranan bahasa Indonesia
12.  Mengetahui upaya peningkatan dan pengembangan bahasa indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Sumber Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang
bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai ''lingua franca'' di Nusantara
kemungkinan sejak abad-abad awal kalender Masehi penanggalan modern. Kerajaan Sriwijaya
dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai
bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan
kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa
Sanskerta, suatu Rumpun bahasa Indo-Eropabahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran.
Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-
dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di
Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10
menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa dan Pulau Luzon.Keping
Tembaga Laguna (900 M) yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berbahasa Melayu
Kuna, menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya. Kata-kata seperti ''samudra, istri,
raja, putra, kepala, kawin'', dan ''kaca'' masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik
(''classical Malay'' atau ''medieval Malay''). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang
perkembangannya kelak disebut sebagai ''bahasa Melayu Tinggi''. Penggunaannya terbatas di
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya Laporan
Portugal Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh
semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari
Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini
adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat
dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti
masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur,
 cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan
dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
           
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningkatkan
informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis
banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti
gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi
pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan
teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel
adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa
Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjajahan Belanda. Sudah
dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan
keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-
19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling
penting di "dunia timur.
Wallace menuliskan di buku tulisannya, ''Malay Archipelago'', bahwa "penghuni Malaka
telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan
dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan
dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia
Belanda."
Di dalam buku ''Itinerario'' ("Perjalanan") karyanya, van Linschotten menuliskan bahwa
"Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat
sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang
terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang
menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut
dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di
Timur Jauh."  
Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal.
Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur
dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi
di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Kota
AmbonAmbon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga
menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia.
Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar
pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).Hal ini tidak mengherankan karena banyak
dari pengusaha penerbitan di kala itu berasal dari etnis Tionghoa-IndonesiaTionghoa. Varian-
varian lokal ini secara umum dinamakan ''bahasa Melayu Pasar'' oleh para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana
Kesultanan Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk bahasa
Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang ''full-fledged'', sama
tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi
kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa
Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku
serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini
dapat dikatakan sebagai ''lingua franca'', tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau
ketiga.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu
dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan
juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu mulai
dipergunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditmeukan,
seperti (1) Prasati Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2) Prasasti Talang Tuo di
Palembang, tahun 684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti
Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya
bahasa Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa
Melayu Kuno sudah dipakai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-7). Prasasti-
prasasti yang jug bertulis di dalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti
Gandasuli, tahun 832) dan di bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di Pulau Jawa ini
memperkuat pula dygaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu bukan saja dipakai di
Pulau Sumatra, melainkan juga di Pulau Jawa.
Berikut ini dikutipkan sebagian bunyi batu bertulis(prasasti) kedukan bukit.
Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyii syuklapaksa wulan waisyakha dapunta hyang
naayik di saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie syuklapaksa wulan jyestha dapunta
hyang marlapas dari minanga taamwan………….
(selamat ! pada tahun syaka 605 hari kesebalas pada masa terang bulan waisyaakha, tuan kita
yang mulia naik di perahu menjemput siddhayaatra. Pad hari ketujuh, pada masa terang bulan
Jyestha, tuan kita yang mulia berlepas dari minanga taamwan……
Kalau kita perhatikan dengan seksama, ternyata dalam prasasti itu terdapat kata-kata yang
masih kita pakai sekarang walaupun waktu sudah berlalu lebih dari 1.300 tahun.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainya dapatlah kita kemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya
bahasa melayu berfungsi sebagai berikut.
1.      Bahasa melayu berfungsi sebagi bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-
aturan hidup dan sastra.
2.      Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia.
3.      Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di tepi-tepi pantai, baik
antarsuku yang ada di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang dating dari luar
Indonesia.
4.      Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus. Pada
waktu akhir-akhir ini perkembanganya itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah
menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam struktur.

2. Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia


Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa
Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu
Tinggi, sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa
Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam
bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan
mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
yaitu:
1.      Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdangangan.
2.      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal
tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3.      Suku jawa, suku sunda dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4.      Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
3.      Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa
indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa
Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa
kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di
gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu
yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia
merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan
maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan
oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan
penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada
di Indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-
hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun demikian, bahasa Indonesia di gunakan sangat luas di perguruan - perguruan,
media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga indonesia.
Bahasa Melayu dipakai dimana - mana diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan dan
bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah
nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah.  Bahasa Melayu menyerap
kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan
bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi rasa persaudaraan
dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu
menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa
nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh
dengan tantangan.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa
Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan
dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Bahasa
Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari
Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa
diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,
bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Naskah putusan kongres pemuda Indonesia tahun
1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut.
1.      Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah air
Indonesia.
2.      Kedua: kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu , bangsa Indonesia.
3.      Ketiga: kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pernyataan pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang bertebaran dan lautan
yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah Republik Indonesia sekarang adalah
satu kesatuan tumpah darah, yang di sebut tanah air Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah
pengakuan bahwa manusia-manusia yang menempati bumi Indonesia itu juga merupakan satu
kesatuan, yang disebut bangsa Indonesia. Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan
“barbahasa satu”, tetapi merupakan tekad kabahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa
Indonesia, menjungjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. (Halim, 1983: 2—3).
Dengan diikrarkanya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang sudah disepakati
sejak pertengahan Abad VII itu, yang menjadi bahasa Indonesia.
Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
setelah Kemerdekaan Indonesia
Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah
Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia.
4.      Fase-fase Penting dalam Perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Nasional
Untuk memudahkan pemahaman mengenai perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa
Indonesia, kita bagi dalam beberapa fase/masa dan peristiwa yang dianggap penting. Fase-fase
tersebut adalah sebagai berikut :
         Fase Pertama : Masa Prakolonial
Beberapa bukti tertulis mengenai Bahasa Melayu tua ditemukan pada berbagai prasasti dan
inkripsi. Diantaranya prasasti Kedukan Bukit (683 M), di Talang Tuo (dekat Palembang,
bertahun 684 M), di Kota Kapur (Bangka Barat, 686 M), di Karang Berahi (antara Jambi dan
Sungai Musi, 688 M), dan inkripsi Gandasuli di daerah Kedu, Jawa Tengah, bertahun 832 M.
Sebagai bukti lain dari pertumbuhan dan persebaran Bahasa Melayu, dapat diidentifikasi
melalui adanya berbagai dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara. Misalnya dialek
Melayu Minangkabau, Palembang, Jakarta (Betawi), Larantuka, Kupang, Ambon, Manado, dan
sebagainya. Juga, banyaknya hasil kesusastraan Malayu Lama dalam bentuk cerita penglipur
lara, hikayat, dongeng, pantun, syair, mantra, dan sebagainya.
Di antara karya sastra lama yang terkenal adalah Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri
Lanang gelar Bandahara Paduka Raja yang diperkirakan selesai ditulis tahun, 1616. Selain itu
juga ada Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama, Tajus Salatin, dan sebagainya. 
         Fase Kedua : Masa Kolonial
Sekitar abad XVI ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia, mereka menemukan bahwa
bahasa Melayu telah dipergunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan, perhubungan, dan
perdagangan. Hal itu dikuatkan oleh kenyataan tentang seorang Portugis, Pigafetta, setelah
mengunjungi Tidore. Ia menyusun daftar kata Melayu-Italia, sekitar tahun 1522. Ini
membuktikan ketersabaran bahasa Melayu yang sebelum itu sudah sampai ke kepulauan Maluku.
Dalam pada itu, semasa pendudukan Belanda, mereka menemukan kesulitan ketika
bermaksud menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Akhirnya, turunlah
keputusan pemerintah kolonial yaitu K.B 1871 no. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di
sekolah-sekolah bumi putra diberikan dalam bahasa Melayu atau bahasa daerah lainnya. 
         Fase Ketiga : Masa Pergerakan.
Awal abad ke-20 dapat dikatakan sebagai masa permulaan perkembangan bahasa Melayu
menjadi Bahasa Indonesia. Banyak faktor yang mendorong hal itu terjadi. Di antaranya, dan
yang paling utama adalah faktor politik.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa yang
beraneka pula, merasa sulit mencapai kemerdekaan jika tidak ada alat pemersatu. Dan alat itu
adalah suatu bahasa guna menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak, yang dapat
menjembatani ketergangguan dan kesenjangan komunikasi antara suku bangsa dengan
bahasanya yang berbeda-beda. Itulah sebabnya, pada tanggal 28 Oktober 1928,
dikumandangkanlah ikrar Sumpah Pemuda : Berbangsa satu, bangsa Indonesia, bertanah air satu
tanah air Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia.
5.      Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia
Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah perkembangan
bahasa Melayu/Indonesia dapat dirinci sebagai berikut.
1.      Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan dimuat
dalam Kitab Logat Melayu.
2.      Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada
tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti
Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3.      Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal
ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa
Indonesia.
4.      Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesia, dan merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan memancangkan
tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
5.      Tahun 1933 resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kaan-kawan.
6.      Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
7.      Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres
di Solo ini dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
8.      Masa penduduk jepang (1942-1945) merupakan pula suatu masa penting. Jepang memilih
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi antara pemmerintah jepang dan rakyat Indonesia
karena niat menggunakan bahasa jepang sebagai pengganti bahasa belanda untuk alat
komunikasi tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan.
9.      Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
10.  Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai
pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
11.  Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan
sebagai bahasa negara.
12.  Tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
13.  Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
14.  Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini
selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun
1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
15.  Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55.
Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara,
yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin. Selain itu, kongres menugasi Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk memantau hasil-hasil kongres dan melaporkannya
kepada kongres berikutnya.
16.  Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura,
Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ke-5 ini dibuka oleh Presiden Soeharto di Istana Negara
Jakarta . kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada seluruh pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) Kamus
besar Bahasa Indonesia, (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan (3) buku-buku bahan
penyuluhan bahasa Indonesia.
17.  Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang,
Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
18.  Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia,
Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
6.      Peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia
1.      Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang
pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar
menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan
permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan
bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran
menambang ilmu pengetahuan barat.
2.      Sarikat Islam.
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang
perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam
yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna
mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
3.      Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini
bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai
pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau
menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
1.      Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita
ciptanya dalam bahasa melayu.
2.      Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya
sendiri dalam bahasa melayu.
3.      Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya
sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita
bangsanya.
4.      Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam
bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4.      Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun
1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda
yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata
bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari
perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya
Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya
kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih
besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan
kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian
lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga
hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa
Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang
terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-
cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan
politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
7.      Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
A.    Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di Negara Republik Indonesia ini.
Pentingnya peranan bahasa Indonesia itu, antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.” Selain itu, ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
pada tanggal 18 Agustus 1945, dinyatakan dalam UUD 1945 bab XV pasal 36.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998) dinyatakan bahwa masih
ada beberapa alasan lain (selain yang telah dikemukakan di atas) mengapa bahasa Indonesia
menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-
masing sangat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.
Pertama, jumlah penuturnya. Jumlah penutur bahasa Indonesia mungkin tidak sebanyak
bahasa Jawa atau Sunda, tetapi jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya
dalam jumlah penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama. Lagi pula, jumlah
penutur asli bahasa Indonesia lambat-laun pasti akan bertambah.
Kedua, luas penyebarannya. Bahasa Indonesia jelas tidak ada yang menandingi
penyebarannya di Indonesia. Sebagai bahasa setempat, bahasa Indonesia dipakai orang di daerah
pantai timur Sumatera, daerah pantai Kalimantan. Jenis kreol bahasa Melayu-Indonesia didapati
di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai bahasa kedua, tersebar dari Sabang sampai Merauke atau dari
ujung barat sampai ke timur, dari pucuk utara sampai ke batas selatan negeri kita. Sebagai bahasa
asing, bahasa Indonesia dipelajari dan dipakai di antara kalangan terbatas di beberapa negara
misalnya di Australia, Filipina, jepang, Korea, Rusia, India dan sebagainya.
Ketiga, peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang
dianggap bernilai. Patokan yang ketiga ini mengingatkan kita akan seni kesusastraan yang
mengagumkan yang dihasilkan dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Minangkabau, misalnya.
Akan tetapi, di samping susastra Indonesia modern yang dikembangkan oleh sastrawan yang
beraneka ragam latar bahasanya, bahasa Indonesia pada masa kini berperan juga sebagai sarana
utama, di luar bahasa asing, di bidang ilmu, teknologi, dan peradaban modern bagi manusia
Indonesia.
Untuk itulah, sudah sangat wajar jika bahasa Indonesia salah satu kedudukannya adalah
sebagai bahasa nasional. Kedudukan sebagai bahasa nasional ini dimiliki sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1)      Lambang kebanggaan kebangsaan;
Sebagai lambang kebanggaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai - nilai sosial budaya
yang mendasari rasa kebangsaan kita. Dengan melalui bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia
menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup. Atas dasar
kebanggaan ini, bahasa Indonesia perlu kita pelihara dan kita kembangkan pemakaiannya.
2)      Lambang identitas nasional;
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera
dan negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki
identitasnya sendiri pula, sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa
Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina
dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa lain,
terutama bahasa asing.
3)      Alat pemersatu berbagai suku - suku bangsa
Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan yang bulat, bahasa
Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai
bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Bahkan, dengan
bahasa nasional kita, kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah
atau golongan.
4)      Alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Berkat adanya bahasa nasional
kita, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahfahaman
sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa dapat dihindari. Dengan
demikian, fungsi keempat ini, latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang
berbeda-beda tidak akan menghambat adanya perhubungan antar daerah dan antar budaya
(Suhendar dan Supinah, 1997) 
B.     Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebgai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai berikut:
1)      Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam adminstrasi
kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan,
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan
keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan
badanbadankenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-
pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian
halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya
dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsinya sebagai
bahasa resmi kenegaraan dengan sebaikbaiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam
pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan
bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam pengembangan
ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan
pemberian tugas khusus baik di dalam maupun di luar negeri.
2)      Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga
pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pengantar di segala
jenis dan tingkat pendidikan di seluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997), masih
merupakan masalah yang meminta perhatian.
3)      Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah.
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga
sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.
4)      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita
membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki
identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk
penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa
asing di dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terkait dengan hal itu, Suhendar dan Supinah (1997) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia
adalah atu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang
membedakannya dari kebudayaan daerah. 
C.    Fungsi Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukanya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut :
1)      Lambang kebanggan kebangsaan
2)      Lambang identitas nasional
3)      Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya
4)      Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai berikut :
1)      Bahasa resmi kenegaraan
2)      Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
3)      Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.
4)      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
8.      PERKEMBANGAN EYD
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu
bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang
mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa
yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
1.      Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang
dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan
baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van
Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
         Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
         Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
         Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
         Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal,
ta’, pa’, dsb.
2.      Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga
dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
         Huruf ''oe'' diganti dengan ''u'' pada kata-kata ''guru'', ''itu'', ''umur'', dsb.
         Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan ''k'' pada kata-kata ''tak'', ''pak'', ''rakjat'', dsb.
         Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada ''kanak2'', ''ber-jalan2'', ''ke-barat2-an''.
         Awalan ''di''- dan kata depan ''di'' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
3.      Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret
1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang
mulai berlaku sejak tahun 1901.
         Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
         Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
         Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
         Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
4.      Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin
Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan
Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmian ejaan itu.
5.      Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23
Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia
pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang
telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa
Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku
panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah”.
9.      DISTRIBUSI GEOGRAFIS
Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak digunakan di area
perkotaan (seperti di Jakarta dengan dialek bahasa Betawi serta logat Betawi).
Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip dialek dan logat di
daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah
kadang bahasa daerahlah yang digunakan sebagai pengganti untuk bahasa Indonesia.
10.  TATA BAHASA INDONESIA
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak menggunakan kata
bergender (linguistik)gender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara spesifik
menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga
ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah
jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti
ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa
Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi (Kata
ulangperulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebagai contoh
"seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak
kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami" dan
"kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara,
sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk
lawan bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga
mungkin. Kata kerja tidak di infleksibahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan
objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (''tense''). Waktu dinyatakan dengan
menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti
"sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya
sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bagi orang
yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.
11.  PERANAN BAHASA INDONESIA
Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan
bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya dengan otak.
Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta
perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui
bahasa nilai – nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.
12.  UPAYA PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Bahasa adalah yang terpadu dengan unsur-unsur lain didalam jaringan kebudayaan. Pada
waktu yang sama, bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya. Pikiran dan nilai-
nilai kehidupan kemasyarakatan. Perkembangan kebudayaan Indonesia kearah peradaban
modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan
menyatakan isi pikiran secara eksplisit.
1). Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan bidang pendidikan.
Upaya yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan peran guru untuk meningkatkan minat baca
sehingga bahasa Indonesia dapat dikembangkan pada semua mata pelajaran.
2). Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan bidang komunikasi.
Medi massa merupakan salah satu saran yang penting untuk membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa karena media massa telah memberikan
perkembangan yang berharga dalam pertumbuhan bahasa Indonesia melalui media massa, baik
secara tertuis maupun lisan. Ada kata yang cenderung kehilangan maknanya yang sesungguhnya
dalam ragam lisan ada lafal baku. Disamping itu, dalam keadaan atau kesempatan tertentu masih
dipakai bahasa daerah atau bahasa asing.
3). Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan bidang kesenian.
Bahasa Indonesia yang dipergunakan didalam banyak karya sastra cerita anak-anak, lagu, teater
dan film menunjukkan adanya banyak ketimpangan. Dalam hal sastra dan buku anak-anak , hal
ini disebabkan oleh penggunaan bahasa yang kurang sempurna dari kebanyakan pengarang kita,
disamping masih tidak pastinya peranan redaktur dalam penerbitan.
Pemakaian bahasa Indonesia dalm film lebih banyak merupakan barang dagangan pemburuk
keuntungan bagi pengusaha, penulis skenario yang dipilihnya kebanyakan tidak menguasai
teknik penulisan yang baik.
4). Pembinaan dan pengembangan bahasa dalam kaitannya dengan bidang ilmu dan, teknologi.
Oleh karena antara bahasa dan alam pemikiran manusia terdapat jalinan yang erat, maka
keberhasilan dari pemoderenan itu sangat bergantung kepada corak alam pemikiran manusia
Indonesia yang merupakan hasil sintesis antara nilai-nilai yang berakar pada kebudayaan etnis
yang tradisional dan nilai-nilai bebudayaan yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Proses sintesis itu dipikirkan sebagai suatu proses yang mempertinggi potensi kreatif
yang dapat menjelaskan suatu kebudayaan yang khas Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 “bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”.
Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak sekitar abad ke VII dari bahasa
Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua
franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk
negara Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa
Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa
pemersatu (bahasa Indonesia) karena :

 Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan


bahasa perdangangan.
 Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
 Suku jawa, suku sunda dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
 Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia


a.    Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Adapun beberapa fungsinya adalah:

1. Lambang kebanggaan nasional


2. Lambang identitas nasional
3. Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya
4. Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.

b.    Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi


Adapun bahasa Indonesia befungsi sebagai:

1. Bahasa resmi kenegaraan


2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional
4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
serta teknologi modern.
B.     SARAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. Sebagai
bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai sejarah tersebut dengan tetap
menghormati bahasa melayu. Disamping itu alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa
indonesia secara baik dan benar.
DAFAR PUSTAKA
ARIFIN, E. ZAENAL, 1948.cermat
Ahmadi Muhsin, 1990. sejarah dan standarisasi bahasa Indonesia. Bandung : sinar baru
algesindo. Aripin Z.E,
Akhadiah M. K, Sabarti. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia. http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
diakses pada Rabu, 16 Desember 2015 pukul 16.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia#Bahasa_Indonesia,diakses pada Rabu, 16
Desember 2015 Pukul 16.30

Anda mungkin juga menyukai