Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bias menikmati indahnya alam
cipataanNya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya
dengan bahasa yang sangat indah. Alhamdulillah saya sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini saya mencoba untuk menjelaskan tentang
perkembangan bahasa Indonesia yang saya mulai dari sumber bahasa Indonesia, proses
pemberian nama bahasa Indonesia, pertistiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa
Indonesia, bahasa melayu, mengapa bahasa melayu yang dipilih sebagai sumber bahasa
Indonesia, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, fungsi Bahasa Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain
agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai
identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian
bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan,
manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan
apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum
tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia
dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah
yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis
yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku,
bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan
nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun
tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan
bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah
pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa
Indonesia diakui secara Yuridis.
2. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Darimana sumber bahasa Indonesia?
2. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
3. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
4. Kapan peresmian bahasa Indonesia ?
5. Apa saja fase – fase penting dalam perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia?
6. Apa peristiwa – perisiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia?
7. Apa peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia?
8. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?
9. Perkembangan EYD?
10. Distribusi geografis?
11. Tata bahasa Indonesia?
12. Peranan Bahasa indonesis?
13. Upaya peningkatan dan pengembangan bahasa Indonesia?
3. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bahasa apa yang menjadi sumber bahasa Indonesia
2. Mengetahui alasan bahasa melayu diangkat menjadi bahasa indonesia
3. Mengetahui proses peresmian nama bahasa Indonesia
4. Mengetahui fase-fase penting dalam perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia
5. Mengetahui peristiwa - peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
Indonesia
6. Mengetahui peristiwa - peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia
7. Mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
8. Mengetahui tata bahasa Indonesia
9. Mengetahui distribusi georafis bahasa indonseia
10. Mengetaui tata bahasa Indonesia
11. Mengetahui peranan bahasa Indonesia
12. Mengetahui upaya peningkatan dan pengembangan bahasa indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sumber Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang
bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai ''lingua franca'' di Nusantara
kemungkinan sejak abad-abad awal kalender Masehi penanggalan modern. Kerajaan Sriwijaya
dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai
bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan
kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa
Sanskerta, suatu Rumpun bahasa Indo-Eropabahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran.
Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-
dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di
Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10
menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa dan Pulau Luzon.Keping
Tembaga Laguna (900 M) yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berbahasa Melayu
Kuna, menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya. Kata-kata seperti ''samudra, istri,
raja, putra, kepala, kawin'', dan ''kaca'' masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik
(''classical Malay'' atau ''medieval Malay''). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang
perkembangannya kelak disebut sebagai ''bahasa Melayu Tinggi''. Penggunaannya terbatas di
kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya Laporan
Portugal Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh
semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari
Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini
adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat
dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti
masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur,
cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan
dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningkatkan
informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis
banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti
gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi
pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan
teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel
adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa
Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjajahan Belanda. Sudah
dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan
keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-
19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling
penting di "dunia timur.
Wallace menuliskan di buku tulisannya, ''Malay Archipelago'', bahwa "penghuni Malaka
telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan
dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan
dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia
Belanda."
Di dalam buku ''Itinerario'' ("Perjalanan") karyanya, van Linschotten menuliskan bahwa
"Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat
sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang
terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang
menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut
dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di
Timur Jauh."
Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal.
Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur
dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi
di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Kota
AmbonAmbon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga
menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia.
Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar
pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).Hal ini tidak mengherankan karena banyak
dari pengusaha penerbitan di kala itu berasal dari etnis Tionghoa-IndonesiaTionghoa. Varian-
varian lokal ini secara umum dinamakan ''bahasa Melayu Pasar'' oleh para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana
Kesultanan Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk bahasa
Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang ''full-fledged'', sama
tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi
kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa
Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku
serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini
dapat dikatakan sebagai ''lingua franca'', tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau
ketiga.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu
dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan
juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu mulai
dipergunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditmeukan,
seperti (1) Prasati Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2) Prasasti Talang Tuo di
Palembang, tahun 684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti
Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya
bahasa Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa
Melayu Kuno sudah dipakai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-7). Prasasti-
prasasti yang jug bertulis di dalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti
Gandasuli, tahun 832) dan di bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di Pulau Jawa ini
memperkuat pula dygaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu bukan saja dipakai di
Pulau Sumatra, melainkan juga di Pulau Jawa.
Berikut ini dikutipkan sebagian bunyi batu bertulis(prasasti) kedukan bukit.
Swastie syrie syaka warsaatieta 605 ekadasyii syuklapaksa wulan waisyakha dapunta hyang
naayik di saamwan mangalap siddhayaatra di saptamie syuklapaksa wulan jyestha dapunta
hyang marlapas dari minanga taamwan………….
(selamat ! pada tahun syaka 605 hari kesebalas pada masa terang bulan waisyaakha, tuan kita
yang mulia naik di perahu menjemput siddhayaatra. Pad hari ketujuh, pada masa terang bulan
Jyestha, tuan kita yang mulia berlepas dari minanga taamwan……
Kalau kita perhatikan dengan seksama, ternyata dalam prasasti itu terdapat kata-kata yang
masih kita pakai sekarang walaupun waktu sudah berlalu lebih dari 1.300 tahun.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainya dapatlah kita kemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya
bahasa melayu berfungsi sebagai berikut.
1. Bahasa melayu berfungsi sebagi bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-
aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia.
3. Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di tepi-tepi pantai, baik
antarsuku yang ada di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang dating dari luar
Indonesia.
4. Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus. Pada
waktu akhir-akhir ini perkembanganya itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah
menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam struktur.