Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGGUNAAN BAHAN KIMIA


DALAM DUNIA PERTAMBANGAN

Mata Kuliah : Kimia Dasar

Dosen Pengampu : Neny Sukmawatie, S.Hut., MP

Oleh :

Yusuf Kavin Aqli


NIM : 203010504012

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
1
DAFTAR ISI

Penggunaan Bahan Kimia Dalam Pertambangan


DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
1.3. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1. Bahan-Bahan Kimia dalam Kegiatan Peledakan...........................................................6
2.2. Bahan-bahan Kimia yang Digunakan dalam Kegiatan Penambangan Emas Maupun
Pemurniannya..........................................................................................................................8
2.3. Bahan-Bahan Kimia yang Digunakan untuk Meningkatkan pH Asam......................10
2.4. Unsur-Unsur Kimia yang Menyebabkan Air Asam Tambang (AAT)........................11
BAB III..........................................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................13
3.2. Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggunaan Bahan Kimia Dalam Dunia Pertambangan”
tepat waktu.
Makalah “Penggunaan Bahan Kimia Dalam Dunia Pertambangan” disusun guna
memenuhi tugas ibu Neny Sukmawatie, S. Hut., M. P. pada mata kuliah Kimia Dasar di
Universitas Palangka Raya. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pertambangan baik
dari segi kegunaan dan efek samping dari penggunaannya.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata kuliah
Kimia Dasar. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kuala Kapuas, 12 Desember 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mengingat pentingnya manfaat ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari,
tidaklah mengherankan apabila dikemudian hari ilmu kimia terus dikembangkan.
Berbagai penelitian tentang apapun terus dilakukan. Penemuan terus dilahirkan,
itu semua bertujuan untuk kemashlahatan kehidupan masyarakat banyak.
Berbanding terbalik dengan ilmu kimia yang cenderung tidak banyak disukai, tetapi
manfaat ilmu kimia justru diminati dan dibutuhkan oleh manusia itu sendiri.
Ilmu kimia memiliki kedudukan yang sangat penting dan diperlukan oleh bidang
ilmu lainnya. Beberapa manfaat yang sebenarnya itu merupakan manfaat ilmu kimia
dalam kehidupan manusia bahkan tidak begitu disadari. Salah satu bidang ilmu yang
membutuhkan manfaat ilmu kimia adalah bidang pertambangan.
Pertambangan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No, 4/2009) adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Menurut UU No. 4/2009, Usaha pertambangan dikelompokkan atas pertambangan
mineral, dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas:
pertambangan mineral radioaktif, pertambangan mineral logam, pertambangan mineral
bukan logam, pertambangan batuan.
Pengaturan mengenai penggolongan bahan galian pada UU No. 4/2009 dijelaskan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Pasal 2 ayat 2.
Dalam bidang pertambangan, ilmu kimia sangat bermanfaat berkaitan dengan
penelitian batu-batuan (mineral) dan pertambangan. Proses penentuan unsur-unsur yang
menyusun mineral dan tahan pendahuluan untuk eksplorasi, menggunakan dasar-dasar
ilmu kimia. Manfaat ilmu kimia dapat membantu memahami serta mengerti temuan
parapeneliti tentang bebatuan dan benda-benda alam
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pertambangan memiliki kegunaan
masing-masing. Beberapa bahan kimia digunakan sebagai bahan peledak. Peledakan atau
blasting juga sering digunakan dalam pertambangan.
Peledakan biasanya menggunakan alat peledak seperti dinamit atau TNT yang
merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran, dimana tujuannya adalah untuk

4
melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen yang berukuran
lebih kecil sehingga memudahkan dalam pendorongan, pemuatan, pengangkutan, dan
konsumsi material pada crusher yang terpasang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis akan
merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Apa saja bahan-bahan kimia yang dipergunakan dalam kegiatan peledakan?
2. Apa saja bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan penambangan emas
maupun pemurniannya?
3. Apa saja bahan-bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan pH asam?
4. Apa saja unsur-unsur kimia yang menyebabkan Air Asam Tambang (AAT)?

1.3. Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bahan-bahan kimia yang dipergunakan dalam kegiatan peledakan.
2. Untuk mengetahui bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan penambangan
emas maupun pemurniannya.
3. Untuk mengetahui bahan-bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan pH asam.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur kimia yang menyebabkan Air Asam Tambang (AAT).

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bahan-Bahan Kimia dalam Kegiatan Peledakan


Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam
industri pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai barang yang berguna,
disamping juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan
peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga
pemanfaatannya lebih efisien dan aman.
Kimia digunakan dalam kegiatan peledakan. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
kegiatan peledakan antara lain:
a) TNT (trinitrotoluene)
Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat
berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C). Trinitrotoluena
adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex,
Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan dengan nitrasi toluene
C6H5CH3; rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name 2,4,6-trinitrotoluene.
TNT adalah padatan kuning dan pertama kali diproduksi sebagai pewarna pada
tahun 1863. TNT tidak meledak secara spontan dan sangat mudah dan nyaman untuk
ditangani, sehingga sifat eksplosifnya hanya ditemukan sekitar 30 tahun kemudian oleh
kimiawan Jerman Carl Haussermann pada tahun 1891.
TNT bahkan dapat dicairkan dan dituangkan ke dalam bejana. Namun, TNT akan
meledak dengan bantuan sumber panas dan dengan kekuatan yang besar, karena
kelompok nitro dalam molekul dengan cepat berubah menjadi gas nitrogen. Ini
membuatnya ideal untuk digunakan dalam penghancuran terkendali, di mana bahan
peledak dapat ditanam dan diledakkan ketika direncanakan. Ini menjadikannya bahan
peledak yang relatih aman.
b) TATP
TATP (Triaseton Triperoksida) adalah bahan peledak yang sangat rapuh,
ditemukan oleh seorang ahli kimia asal Jerman di abad ke-19. TATP sangat mudah
meledak dengan sundutan rokok, korek api, atau panas yang tinggi. Bom jenis TATP
tersebut memiliki efek daya ledak yang tinggi, hingga radius 300 meter di sekitarnya.
TATP adalah rumus kimiawi milik kelompok molekul bernama peroksida, yang
mengandung ikatan oksigen-oksigen yang lemah dan tidak stabil. Peroksida tidak
ditemukan di TNT. Ini berarti bahwa TATP jauh lebih tidak stabil dan lebih rentan
meledak secara spontan.

6
TATP dibuat dari aseton, hydrogen peroksida, asam yang kuat (HCI, sulfat).
Dalam kehidupan sehari-hari, aseton dikenal luas oleh masyarakat sebagai penghapus cat
kuku yang ternyata memiliki fungsi lain yaitu sebagai salah satu bahan pembuatan bom.
c) RDX
RDX adalah sebuah senyawa organik dengan rumus (O2NNCH2)3. Senyawa ini
berwujud padatan putih tanpa bau maupun warna, dan banyak digunakan sebagai bahan
peledak. Dalam kimia, senyawa ini termasuk kelompok nitramida, dan memiliki
kemiripan dengan HMX. Senyawa ini merupakan bahan peledak yang lebih kuat daripada
trinitrotoluena (TNT), dan banyak digunakan selama Perang Dunia II, dan banyak
aktivitas militer hingga kini.
RDX adalah 'peledak nitrogen', yang berarti bahwa sifat peledaknya disebabkan
oleh banyaknya ikatan nitrogen-nitrogen, bukan oksigen. Ikatan ini sangat tidak stabil,
karena atom nitrogen selalu ingin bersatu untuk menghasilkan gas nitrogen karena ikatan
rangkap dalam nitrogen sangat kuat dan stabil. Semakin banyak ikatan nitrogen-nitrogen
yang dimiliki molekul, seperti RDX, biasanya semakin eksplosif.
Karena TNT tidak mengandung ikatan nitrogen-nitrogen yang tidak stabil, RDX
bersifat lebih kuat. Namun, RDX sering dicampur dengan bahan kimia lain untuk
menghasilkan efek yang berbeda, seperti membuatnya kurang sensitif dan kecil
kemungkinannya meledak secara tak terduga. RDX juga biasa digunakan dalam
pembongkaran bangunan.
d) PETN
Salah satu bahan kimia peledak paling kuat yang kita kenal adalah PETN, yang
mengandung kelompok nitro yang mirip dengan yang ada di TNT dan nitrogliserin dalam
dinamit. Ledakannya sangat kuat. Namun, cukup sulit untuk membuat bahan kimia ini
meledak sendiri. Biasanya, bahan ini digunakan dalam kombinasi dengan TNT atau
RDX.
PETN digunakan dalam Perang Dunia II, untuk membuat detonator peledak yang
menggunakan arus listrik untuk peledakan. Sekarang ini PETN juga digunakan dalam
detonator peledak dalam senjata nuklir. Pentaerythritol tetranitrate (PETN), juga dikenal
sebagai PENT, PENTA, TEN, corpent, atau penthrite (atau, jarang dan terutama dalam
bahasa Jerman, sebagai nitropenta), adalah bahan peledak.
Ini adalah ester nitrat dari pentaeritritol, dan secara struktural sangat mirip dengan
nitrogliserin. Penta mengacu pada lima atom karbon dari kerangka neopentana. PETN
adalah bahan peledak yang kuat dengan faktor efektivitas relatif 1,66. Ketika dicampur
dengan plasticizer, PETN membentuk bahan peledak plastik. Bersama dengan RDX, ini
adalah bahan utama Semtex. PETN juga digunakan sebagai obat vasodilator untuk
mengobati kondisi jantung tertentu, seperti untuk penanganan angina.
e) Azidoazide azide

7
1-Diazidocarbamoyl-5-azidotetrazole, sering secara informal disebut sebagai
azidoazide azide, adalah senyawa anorganik heterosiklik dengan rumus C2N14. Ini
adalah bahan peledak yang sangat sensitif.
Azidoazide azide diproduksi dengan diazotisasi triaminoguanidinium klorida
dengan natrium nitrit dalam air yang sangat murni. Sintesis lain menggunakan reaksi
metatesis antara isosianogen tetrabromida dalam aseton dan natrium azida encer. Ini
bentuk pertama isocyanogen tetraazide, isomer "terbuka" dari C2N14, sementara siklus
cepat di bawah kondisi standar untuk membentuk cincin tetrazol.
Hampir semua rangsangan, seperti panas, radiasi, atau syok fisik, akan
menyebabkan 1-diazidocarbamoyl-5-azidotetrazole meledak. Itu juga dapat meledak tak
terduga dan tanpa alasan yang jelas. Ini adalah bagian dari keluarga senyawa nitrogen
berenergi tinggi karena atom nitrogen tidak memiliki ikatan rangkap tiga yang kuat
sehingga terjebak dalam keadaan energi tinggi sampai peledakan dan kemudian berubah
menjadi keadaan yang kurang energik.

2.2. Bahan-bahan Kimia yang Digunakan dalam Kegiatan Penambangan Emas


Maupun Pemurniannya
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan penambangan emas maupun
pemurniannya yaitu:
a) Merkuri
Merkuri atau sering disebut juga dengan air raksa merupakan jenis logam yang
tersebar di alam dan terkandung pada bijih tambang, batu-batuan, air, tanah hingga udara.
Merkuri yang terkandung di dalam udara, tanah ataupun air sebenarnya berkadar sangat
rendah. Namun, banyak kegiatan manusia yang menyebabkan kadar merkuri menjadi
semakin meningkat, salah satunya seperti kegiatan penambangan emas.
Pada teknik penambangan emas yang dilakukan dengan cara tradisional. Para
penambang emas di Indonesia sebagian besar masih menggunakan merkuri untuk
memisahkan bijih emas dari bebatuan sampai dengan proses pemurniannya. Sedimen
merkuri ini nantinya akan disaring menggunakan kain untuk mengumpulkan bijih emas.
b) Natrium Sianida
Natrium sianida adalah senyawa anorganik dengan rumus NaCN. Senyawa ini
merupakan senyawa padat berwarna putih yang dapat larut dalam air. Sianida memiliki
afinitas yang tinggi terhadap logam, sehingga senyawa ini sangat beracun.
Sianida digunakan untuk memisahkan emas dari bijih batuan. Dalam bentuk yang
murni, sianida tidak berwarna dan baunya seperti kacang almond pahit. Bila sianida
dicampur dengan bahan-bahan kimia lainnya, bau ini bisa tidak tercium. Bahan ini bisa
digunakan dalam bentuk bubuk, cair atau gas.
Ini adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi
reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan perak

8
mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang
digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida.
Pemurnian emas dapat menggunakan Aqua Regia yaitu salah satu metode yang sering
digunakan untuk memisahkan logam emas dari berbagai logam lain. Aqua regia digunakan
karena larutan ini mampu melarutkan logam emas dan hampir semua logam.
Untuk memisahkan emas dari logam lainnya, maka logam yang mengandung emas
terlebih dahulu dilarutkan dalam aqua regia. Setelah semua larut, maka emas diendapkan
menggunakan reduktor / pengendap khusus.
Pemurnian emas yang dilakukan menggunakan air raja membutuhkan penggunaan
beberapa jenis bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang akan digunakan diuraikan di bawah ini :
1. Asam nitrat pekat. Senyawa kimia ini memiliki rumus kimia HNO3. Dalam bahasa
Inggris, asam nitrat disebut dengan nama Nitric Acid. Proses klorinasi sebaiknya
menggunakan bahan baku asam nitrat teknis, yaitu asam nitrat yang memiliki konsentrasi
68%.
2. HCl pekat / HCl teknis. Nama dagang HCl adalah asam klorida, atau muriatic acid. HCl
teknis biasanya memiliki konsentrasi 32% – 36 %. Konsentrasi HCl bisa turun karena
sifat dari larutan ini yang deliquescence.
3. Garam ferro sulfat (FeSO4) atau ferro klorida (FeCl2). Garam ini mudah diperoleh di
took-toko kimia. Fero sulfat/klorida berfungsi mereduksi ion emas menjadi logamnya.
4. Garam sodium metabisulfite. Sodium metabisulfite memiliki rumus kimia Na2S2O5.
Senyawa ini juga berfungsi sebagai reduktor ion emas.
5. Garam HN4Cl (ammonium klorida / ammonium chloride). Garam ini berfungsi
mendeteksi adanya cemaran ion logam platina di dalam logam yang telah terlarut dalam
air raja.
6. Urea, yang berfungsi untuk proses denitrifikasi.
7. NaCl (garam dapur). Seperti halnya proses pemurnian emas menggunakan asam nitrat,
salah satu dari rangkaian proses pemurnian emas menggunakan klorinasi juga
membutuhkan larutan NaCl, yang digunakan setelah selesainya tahap pemurnian emas.
NaCl digunakan untuk memisahkan unsur perak dari unsur-unsur klimia larut lainnya.
NaCl yang baik haruslah garam yang memiliki kadar NaCl yang cukup tinggi. Oleh
karena itu, disarankan anda menggunakan NaCl dari garam industri.
8. Aquadest sebagai pengencer air raja.
9. NaOH atau soda api. Soda api digunakan pada proses substitusi senyawa tak larut perak
klorida menjadi perak oksida.
10. Borax digunakan pada proses peleburan logam emas dan perak. Borax berfungsi sebagai
fluks selama berlangsungnya peleburan. Sifat borax yang oksidator membuat lelehan
emas atau perak menjadi bersih dan terhindar dari kontaminasi logam-logam lain yang
sebelumnya masih ada menyertai emas dan perak. Biasanya logam-logam kontaminan
antara lain tembaga dan timbal. Jenis unsur kimia lainnya adalah jenis metalloid seperti
stibium, arsenic, dan tellurium. Kontaminan yang sedikit dapat dengan mudah dioksidasi
oleh borax.

9
11. Ca(OH)2 atau kapur masak. Senyawa kimia ini berfungsi sebagai penetralisir cairan
kimia yang terkena bagian-bagian tubuh kita, terutama cairan yang terpercik saat
dilakukannya proses kimia. Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida juga digunakan untuk
menetralisir pH air limbah, khususnya sebelum dilakukan proses sulfidasi cairan logam.
12. Sodium sulfida atau Na2 Senyawa kimia ini berfungsi menetralisir limbah cair yang akan
dibuang. Limbah cair hasil dari proses klorinasi mengandung ion-ion logam ikutan, yang
sebagian diantaranya berbahaya terhadap lingkungan. Penetralan limbah sangat
diperlukan, agar limbah yang dibuang telah aman terhadap lingkungan.

2.3. Bahan-Bahan Kimia yang Digunakan untuk Meningkatkan pH Asam


Bahan-bahan yang daat digunakan untuk meningkatkan pH asam, yaitu:
a) Kapur (CaCO3)
Kapur adalah material yang berasal dari batuan sedimen berwarna putih dan halus
yang terutama tersusun dari mineral kalsium. Tiga senyawa utama yang mewujudkan
kapur adalah kalsium karbonat (mendominasi gamping dan kapur tambang), kalsium
oksida (penyusun utama kapur tohor), dan kalsium hidroksida (yang mendominasi kapur
mati). Kapur yang ditemukan di alam juga dapat tercampur dengan mineral magnesium.
Kapur yang demikian ini dinamakan dolomit.
Kapur adalah bahan yang sangat bermanfaat dalam berbagai aktivitas manusia
dan relatif murah. Pemanfaatan terbanyak adalah di bidang bangunan dan pertanian.
Kapur menjadi bagian dari campuran semen karena memiliki sifat merekatkan dan
mengubah penampilan. Sebagai salah satu kapur pertanian, kapur berguna dalam
menyediakan unsur kalsium dan memperbaiki pH kemasaman tanah.
Nilai pH keasaman tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al tidak bersifat
racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang seimbang di dalam
tanah. Peningkatan pH keasaman tanah yang terjadi sebagai akibat dari pemberian kapur,
tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem penyangga, yang
menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa waktu berselang.
b) Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Fosfat
dalam perairan terdapat dalam bentuk senyawa anorganik terlarut dan senyawa organik,
Senyawa fosfat ini mengalami hidrolisis menjadi bentuk ortofosfat (PO4) yang
dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton atau algae, Fosfat tidak bersifat toksik, namun
jika diiringi dengan kelebihan kadar nitrogen, dapat menstimulir ledakan algae (algae
bloom), sehingga menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari.
Kekahatan P merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan tanah masam.
Tanah ini memerlukan P dengan takaran tinggi untuk memperbaiki kesuburan tanah dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi kendala kekahatan P umumnya
menggunakan pupuk P yang mudah larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk tersebut
mudah larut dalam air sehingga sebagian besar P akan segera difiksasi oleh Al dan Fe
yang terdapat di dalam tanah dan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Fosfat alam

10
dengan kandungan Ca setara CaO yang cukup tinggi (>40%) umumnya mempunyai
reaktivitas tinggi sehingga sesuai digunakan pada tanah-tanah masam. Sebaliknya, fosfat
alam dengan kandungan sesquioksida tinggi (Al2O3 dan Fe2O3) tinggi kurang sesuai
digunakan pada tanah-tanah masam.

2.4. Unsur-Unsur Kimia yang Menyebabkan Air Asam Tambang (AAT)


2.4.1. Pembentukan Air Asam Tambang
Air asam tambang ini terbentuk karena adanya mineral FeS (pyrite) yang
teroksidasi. Air asam tambang (acid mine drainage, AMD) atau air asam batuan, yang
secara keseluruhan disebut air asam (acid drainage, AD), adalah air yang berasal dari
tambang atau batuan yang mengandung mineral sulfida tertentu yang terpapar dan dalam
keadaan teroksidasi.
Beberapa sulfida logam yang sering dijumpai pada wilayah pertambangan antara
lain FeS (pyrite), FeS2 (marcasite), FexSx (pyrrhotite), PbS (galena), Cu2S (chalco-
cite), CuS (covellite), CuFeS2 (chalcopyrite), MoS2 (molybdenite), NiS (millerite), ZnS
(sphalerite), dan FeAsS (arsenopyrite).

2.4.2. Tipe Air Asam Tambang


Tipe air tambang merupakan hasil dari reaksi kimia yang menghasilkan berbagai
macam spesis senyawa kimia yang mengalami degradasi secara alami dan
mengakibatkan ditemukannya berbagai macam tipe atau bentuk senyawa air tambang
tersebut.
Menurut Skousen dan Ziemkiewicz (1996) air tambang dapat dikelompokkan ke
dalam 5 tipe yaitu:
a) Air Tambang Tipe 1 adalah air tambang yang tidak atau sedikit mengandung
alkalinitas (pH < 4,5) dan mengandung Fe, Al, Mn, dan logam lainnya, asam
(H+ ) dan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi.
b) Air Tambang Tipe 2 adalah air tambang yang mempunyai kandungan zat
padat terlarut yang tinggi, yakni mengandung besi ferro dan Mn yang tinggi,
sedikit atau tanpa megandung oksigen, dan pH > 6. Pada kondisi teroksidasi,
pH air tipe ini dapat turun secara tajam sehingga berubah menjadi air tipe 1.
c) Air Tambang Tipe 3 adalah air tambang yang mengandung zat padat terlarut
dengan konsentrasi sedang sampai tinggi, mengandung besi ferro dan Mn
dengan konsentarsi rendah sampai sedang, tanpa atau sedikit mengandung
oksigen, pH > 6, dan alkalinitas lebih besar dari keasaman (acidity).
d) Air Tambang Tipe 4 adalah air asam tambang tipe 1 yang dinetralkan hingga
pH-nya > 6 dan mengandung partikel tersuspensi dengan konsentrasi yang
tinggi.
e) Air Tambang Tipe 5 adalah air asam tambang yang telah dinetralkan sehingga
pH-nya > 6 dan mengandung zat padat terlarut dengan konsentrasi yang
tinggi. Setelah hampir seluruh hidroksida logam diendapkan di dalam kolam
pengendap, kation utama yang masih tertinggal di dalam air dengan

11
konsentrasi yang tinggi umumnya adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg)
terlarut.

2.4.3. Pengolahan Air Asam Tambang


Pengolahan air asam tambang dapat dilakukan dengan cara netralisasi, yaitu
dengan menambahkan bahan kimia yang bersifat basa. Bahan kimia yang umum
digunakan untuk netralisasi ini adalah kapur (CaCO3), hydrated lime (Ca(OH)2), soda-
ash (Na2CO3), atau caustic soda (NaOH).
Secara umum ada dua metoda yang dapat digunakan untuk pengolahan air asam
tambang, yaitu teknologi pengolahan aktif dan teknologi pengolahan pasif. Pada
teknologi pengolahan aktif, proses-proses yang digunakan adalah netralisasi, aerasi dan
pengendapan. Netralisasi adalah proses penambahan bahan kimia untuk menetralisir pH
air asam tambang agar proses penghilangan besi di air dapat berjalan dengan baik.
Proses aerasi adalah penambahan oksigen dalam air asam tambang agar besi yang
terdapat di dalam air asam tambang bereaksi dengan oksigen dimana selanjutnya Fe
akan dipisahkan melalui proses pengendapan.
Sementara itu, pada teknologi pengolahan secara pasif, air diolah tanpa
membutuhkan bahan kimia dan hanya menggunakan proses kimia dan biologi yang
terjadi di alam. Beberapa teknologi pengolahan pasif untuk air asam tambang yang
dapat digunakan adalah rawa alamiah (natural wetland), rawa buatan (constructed
wetland), saluran anoksik batu kapur (anoxic limestone drain, ALD), Sistem aliran
vertikal (vertical flow system), dan saluran terbuka batu kapur (open limestone channe,
OLC).

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ilmu kimia merupakan hal yang akan digunakan bahkan dalam kegiatan
penambangan. Bahan-bahan kimia digunakan dari awal pertambangan hingga akhir
kegiatan. Bahan kimia dapat digunakan dalam tahap peledakan atau blasting.
Dalam tahap peledakan, kegiatan penambangan menggunakan bahan peledak
kimia seperti TNT, TATP, RDX, PETN, dan Azidoazide azide
Bahan kimia juga digunakan dalam segala bentuk mineral yang ditambang dengan
kegunaan dari pengolahan hinga pemurnian mineral tersebut. Contoh penggunaan
bahan-bahan kimia dalam pengolahan dan pemurnian mineral tambang yaitu dalam
pembuatan emas. Emas menggunakan berbagai bahan-bahan kimia seperti merkuri dan
natrium sianida.
Selain itu, bahan-bahan kimia dapat digunakan untuk meningkatkan pH asam
seperti penggunaan kapur untuk meningkatkan pH keasaman tanah dan fosfat yang
dimanfaatkan tumbuhan seperti fitoplankton atau algae guna memperbaiki tingkat pH
kesuburan dan meningkatkan produktivitas tanaman.

3.2. Saran
Bahan kimia memang perlu digunakan dalam pertambangan. Namun banyak
bahan-bahan kimia yang bersifat beracun baik bagi lingkungan maupun bagi tubuh.
Contohnya penggunaan merkuri dalam tambang emas. Jika merkuri terhirup kedalam
organ manusia akan menyebabkan penyakit yang berkepanjangan dan jika dilepaskan ke
lingkungan akan menyebabkan pencemaran lingkungan membuat lingkungan yang
tercemar berbahaya untuk di kunjungi mansusia.
Lebih baik pemerintah membuat regulasi dan peraturan terhadap bahan-bahan
kimia apa yang aman untuk digunakan. Keamanan bahan-bahan kimia ini dapat dinilai
dari faktornya terhadap kesehatan dan lingkungan. Jika regulasi dan peraturan ini telah
dibuat maka akan menghasilkan lingkungan pertambangan yang aman dan sehat.

13
DAFTAR PUSTAKA
Edwin Zusagka, Heri Sutanto, dan Zaenal Arifin. (2014). Pengaruh Peningkatan pH Cairan
Developer Dengan Penambahan Antara NaOH dan Na2CO3, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Nusa Idaman Said. (2014). Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batu Bara, Pusat
Teknologi Lingkungan, BPPT.
Muhammad Syahrianto. (2020). Bahan-Bahan Kimia yang Mudah Meledak
(https://www.wartaekonomi.co.id/read298261/bahan-bahan-kimia-yang-mudah-
meledak/0)
Jufri, SP. (2019). Karakteristik Tanah Masam dan Cara Menaikkan pH Asam.
https://wikipedia.org
https://www.agincourtresources.com/read-agincourt/5-teknologi-pengolahan-tambang-emas-non-
merkuri/

14

Anda mungkin juga menyukai