Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dea Aliza Putri

Kelas : Akuntansi A

Absen/NIM : 12 / G72218031

Pandemi Covid-19 di Indonesia


Covid-19 atau Virus corona atau serve acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-Cov-2) virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Virus ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui hingga lansia.

Covid-19 pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir desember tahun
2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir seluruh negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

Kasus positif Covid-19 menyebar di Indonesia pertama kali pada 2 Maret 2020, ketika
dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Karena semakin hari
jumlah kasus positf di Indonesia bertambah sampai saat ini, pada tanggal 20 Maret 2020
Indonesia menyatakan Lockdown termasuk di Sidoarjo. Mulai diberlakukan protokol
kesehatan seperti physical distandcing jarak minimal 1 meter, pemakaian masker, mencuci
tangan sebelum dan sesudah dari luar. Tujuan diberlakuaanya lockdown untuk mengurangi
potensi penyebaran virus dan membantu tenaga kesehatan dan medis akan bekerja lebih
optimal karena jumlah pasien yang tidak membludak. Karena lockdown semua jenis aktifitas
dilakukan dirumah seperti Work From Home (WFH) bahkan kegiatan sekolah, perkuliahan
dilakukan dirumah berdalih dilakukan secara online. Sejak awal kasus positif covid-19 masuk
ke Indonesia, masker, handsanitizer, dan alkohol menjadi barang yang langkah. Semua harga
menjadi tidak masuk akal.

Pemberlakuan lockdown masih belum dapat mengurangi angka positif di Indonesia,


maka pemerintah pun mulai memberlakuakuan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar
yang dimulai di Jakarta pada tanggal 10 April 2020. Tidak lama PSBB diikuti oleh sejumlah
daerah termasuk Surabaya dan Sidoarjo. Para kepala negara dan pemerintahan di berbagai
belahan dunia termasuk Indonesia telah memberlakukan pembatasan mulai dari tingkat
moderat, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga lockdown dengan maksud
menyelamatkan warga dari Covid-19. Akan tetapi, dampak dari penghentian kegiatan
ekonomi dan bisnis selama pembatasan sosial ini telah menyebabkan jutaan orang menderita
karena kehilangan pekerjaan, bahkan ada sebagian sampai mati kelaparan karena tidak
memiliki akses menerima bantuan. Dalam menyikapi pandemi Covid-19, para pengambil
kebijakan kerap berhadapan dengan keputusan dilematis. Contohnya kebijakan pemberlakuan
PSBB. Di satu sisi, kebijakan itu bertujuan menghentikan penyebaran virus corona agar
masyarakat tidak tertular. namun, di pihak lain, hal itu dapat melumpuhkan roda
perekonomian sehingga dapat berdampak pada peningkatan angka pengangguran dan
kemiskinan

PSBB di mulai dari tanggal 28 April hingga akhir Mei. Namun, PSBB ini kembali
diperpanjang hingga 9 juni. Pemerintah Kota Surabaya mengingatkan warganya untuk
memperhatikan beberapa poin penting dalam pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) berdasarkan Peraturan Wali Kota Surabaya tentang Pedoman PSBB
Surabaya, seperti aktivitas semua diberhentikan dari pukul 21.00 hingga 04.00 WIB, selama
PSBB beberapa perusahaan, pabrik melakukan penghentian sementara karyawannya untuk
bekerja. Namun, dengan adanya PSBB ini beberapa dampak terjadi seperti harga pasar yang
naik sehingga menganggu aktivitas ekonomi. Banyak segala warga yang dirugikan karena
PSBB salah satunya adalah kendala ekonomi. Tingkat kriminalitas pun meningkat karena
kendala ekonomi. Maka karena PSBB dirasa tidak bisa diberlakukan secara terus menerus

Akhirnya pemerintah memutuskan untuk memulai new normal,


The New Normal bukan berarti bebas kembali hidup seperti biasa tanpa protokol pencegahan
Covid-19. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut
bahwa penerapan new normal tidak seharusnya disikapi dengan euforia.

Sebab, dengan diberlakukannya new normal bukan berarti masyarakat bebas seperti
sebelum adanya pandemi Covid-19. new normal bukan berarti tidak lagi menerapkan
protokol pencegahan penyebaran Covid-19. New normal ialah bertindak produktif namun
tetap memastikan aman dari penularan virus corona. Menerapkan fase new normal, harus
menjadi perhatian dan kesadaran bersama. Dalam fase tersebut masyarakat tetap
menggunakan masker saat keluar rumah, rajin mencucitangan menggunakan sabun, dan tetap
menjaga jarak fisik saat berkomunikasi.
Corporate social responsibility (CSR) di tengah pandemi Covid-19 saat ini.Pada
dasarnya corporate social responsibility (CSR) dalam prespektif etika bisnis Islam merupakan
praktik bisnis yang berupa tanggung jawab sosial perusahaan yang memasukan norma-norma
agama Islam yang ditandai dengan komitmen ketulusan dan nilai kedemawanan yang
diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT. CSR juga membangun citra perusahaan menjadi
baik di mata masyarakat. Pada pandemi Covid-19 ini lebih banyak perusahaan yang
mengalami kerugian dibandingan perusahaan yang mengalami keuntungan sehingga
perusahaan-perusahaan yang merugi tersebut tidak dapat melaksanakan CSR untuk
penanganan Covid-19. Disatu sisi perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat pada pandemi Covid-19 saat ini tapi disisi lain dana tidak memungkinkan
dikeluarkan karena digunakan untuk mempertahankan usaha.

Namun, pandemi Covid-19 bukan hanya menjadi persoalan medis dan ekonomis, tapi
juga menyangkut persoalan etis. Etika atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang
mengulas baik buruknya sikap dan tindakan manusia. Berbagai persoalan etis muncul ke
permukaan, dengan yang paling menonjol ialah persoalan di bidang etika medis, karena para
dokter dan para perawat harus segera mengambil keputusan ketika berhadapan dengan pasien
Covid-19.

Ada berbagai teori etika yang biasanya dijadikan sebagai landasan untuk bertindak
dan mengambil keputusan. Setiap aliran ini memberikan jawaban yang berbeda bila mana
seseorang berhadapan dengan persoalan etis. Masing-masing memiliki kelebihan dan juga
kelemahan. Pertama, etika deontologis yang mendasari sebuah tindakan pada kewajiban.
Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak baik. Tindakan itu baik
bukan dinilai dari akibat atau tujuan baik dari tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu
sebagai baik menurut dirinya sendiri. Etika deontologi menekankan pentingnya kemauan baik
dan kesadaran kuat dari pelaku, terlepas dari akibat yang timbul dari perilaku tersebut.
Kedua, etika utilitarianisme yang memandang tindakan yang secara moral benar adalah yang
menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi warga masyarakat. Suatu tindakan atau keputusan
itu dinilai benar secara moral bila menghasilkan hal terbaik bagi banyak orang, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ketiga, etika keutamaan yang berfokus pada
pengembangan karakter pada diri setiap orang. Nilai moral muncul dari pengalaman hidup
dalam masyarakat, dari teladan para tokoh besar dalam menghadapi persoalan hidup. Bagi
etika keutamaan, nilai moral tidak didikte oleh perintah atau larangan, namun dihayati dari
contoh hidup para tokoh tentang kesetiaan, kejujuran, keadilan dan kasih sayang. Prinsip
etika deontologis berpendapat, dokter dan perawat harus menolong semua pasien Covid-19
tanpa pandang bulu karena itu adalah kewajiban dan tanggung jawab tenaga medis untuk
menyelamatkan nyawa pasien. prinsip utama etika utilitarianisme adalah dampak dari
perbuatan Dokter dan perawat berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin pasien Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai