Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kasus : Abses Gingiva Akibat Traumatik Oklusi pada Pasien Pasca Kehamilan

(Case Report: Gingival Abscess Caused by Traumatic Occlusion in Post-Pregnancy Patient)

Nidha Tuhu Respati Karno1, Dewi Muflikhah1, Budi Yuwono2*


1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
2* Bagian Bedah Mulut RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Abstrak

Abses gingiva adalah peradangan apurulen yang terlokalisasi dalam periodonsium. Manifestasi klinis mulai
dengan sakit gigi, pembengkakan dan kemerahan gingiva, fistule gingiva, yang dapat termasuk malaise dan sakit
kepala. Wanita selama kehamilan bisa mengalami gingivitis lebih mudah dan menjadi lebih buruk dengan oklusi
traumatis. Seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan dagu yang membengkak sejak ± 3 hari yang lalu.
Pembengkakan itu menyakitkan, dengan sakit gigi, pembengkakan dan kemerahan gingiva, fistule gingiva, dan
malaise. Diagnosis akhir dalam kasus ini adalah abses gingiva.

Kata kunci : Abses Gingiva, Oklusi Traumatic, Pasca Kehamilan

Abstract

Gingival abcess is apurulent inflamation that localized in periodontium. Clinically manifested start with
toothache, swelling and redness gingiva, fistule gingiva, which can include malaise and headache. Woman during
pregnancy could have gingivitis more easily and getting worse with traumatic occlusion. A women 27 years old
came with the swelling chin since ± 3days ago. The swelling is painful, with toothache, swelling dan redness gingiva,
fistule gingiva, andmalaise. The final diagnose in this case is gingival abcess.

Keywords : Gingival Abcess, Post-Pregnancy, Traumatic Occlusion

Korespondensi (Correspondence) : Budi Yuwono, Bagian Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Jember. Jl. Kalimantan 37, Jember 68121. Email: budiby99@yahoo.com

Abses gingiva adalah keadaan inflamasi pembengkakan gusi.3 Persatuan Dokter Gigi
akut, terlokalisir yang dapat berasal dari Indonesia (PDGI) yang dikutip dari Hartati dkk
berbagai sumber, diantaranya infeksi bakteri juga mencatat radang gusi merupakan
plak, trauma, dan impaksi benda asing.Abses masalah gigi dan mulut yang sering dijumpai
gingiva secara klinis tampak pembengkakan pada ibu hamil dimana 5%-10% nya
pada jaringan lunak purulen, tampak pada mengalami pembengkakan gusi.4
margin gingiva atau interdental papil gingiva Gingivitis kehamilan terjadi sebagai hasil
serta terlokalisir dan disertai rasa sakit.Lesi dari peningkatan kadar hormon estrogen dan
inflamasi ditemukan pada superfisial jaringan progesteron. Hormon inilah yang dapat
gingiva.Pada permulaan dijumpai lesi yang merangsang pembentukan prostaglandin
berwarna merah dengan permukaan lesi pada gingiva ibu hamil. Perubahan hormonal
yang mengkilat serta adanya eksudat, dalam juga dapat menekan limfosit T dan
waktu 24-48 jam, kemudian lesi menjadi mempengaruhi peningkatan P. Intermedia
fluktuatif disertai mata lesi yang berisi eksudat. sehingga menyebabkan kerentanan
Gigi yang berada dekat dengan lesi tersebut peradangan dan berakibat pada terjadinya
akan sensitif terhadap perkusi.1,2 gingivitis kehamilan.5 Gingivitis dapat
Etiologi dari abses gingiva adalah menyebabkan beberapa komplikasi seperti
bakteri yang ikut masuk dalam jaringan ikat abses pada gingival dan tulang rahang,
melalui perantara benda asing seperti kulit infeksi pada tulang rahang maupun gusi,
jagung, bulu sikat, duri ikan yang periodontitis, berulangnya gingivitis dan
menusukjaringan gingiva.1,2Pasien dengan terjadinya palung pada mulut.6
kebiasaan buruk bruxism dapat Abses gingiva yang disebabkan trauma
menyebabkantrauma oklusi pada periodontal oklusi yang terjadi sebagai komplikasi pada
sehat yang memicu peningkatan resorbsi dan wanita pasca kehamilan sangat jarang
mobilitas dan berperan sebagai faktor resiko terjadi.Pengobatan yang dapat diberikan
yang dapat memperparah kerusakan seluruhnya simptomatis dan
jaringan dan periodontitis dan menyebabkan suportif.Pencegahan terhadap abses gingiva
komplikasi berupa abses. yang terjadi sebagai komplikasi pada wanita
Perubahan hormone pada masa pasca kehamilan dapat dilakukan dengan
kehamilan meningkatkan resiko terjadinya menjaga kebersihan rongga mulut dan
gingivitis hingga terjadi komplikasi abses.Studi mengindari atu mengurangi factor
yang dikutip dari Diana menyatakan bahwa predisposisi.Dalam laporan kasus ini kami
efek perubahan hormonal akan melaporkan pasien dengan kasus abses
mempengaruhi kesehatan gigi wanita hamil gingiva karena traumatic oklusi pada wanita
sebesar 60% dimana 10%-27% mengalami

8
Laporan Kasus : Abses Gingiva Akibat Traumatik Oklusi … (Karno dkk)

pasca kehamilan yang datang ke RSGM FKG fluktuatif dan sakit. Gigi 43, 42, 41, 31, 32 tidak
Universitas Jember. terdapat karies, dengan tes perkusi (+), tes
tekan (+), kegoyangan 2°(Gambar 1.B).
KASUS Pasien kemudian dirujuk ke bagian radiologi
untuk dilakukan pemeriksaan rontgen
Pasien wanita umur 27 tahun datang ke panoramik sebagai pemeriksaan lanjutan.
RSGM UNEJ dengan keluhan utama gigi Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan
depan bawah terasa sakit dan terdapat rontgen panoramik didapatkan gambaran
benjolan putih sejak 3 hari yang lalu. Pada radiolusen pada apeks gigi 41tidak berbatas
awalnya pasien merasa ngilu pada gigi jelas dan meluas hingga regio gigi 42, 31, dan
depan setelah melahirkan kurang lebih satu 32(Gambar 1.C). Berdasarkan anamnesa
bulan yang lalu. Kemudian muncul bengkak pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
lalu sembuh sendiri setelah dua hari.Tiga hari penunjang ditegakkan diagnosa sementara
yang lalu pasien kembali mengeluhkan gigi yaitu suspect abses gingiva. Pasien diberikan
terasa ngilu dan muncul benjolan berwarna terapiberupa obat amoxicillin 500 mg sebagai
putih.Pasien mengobati keluhan tersebut antibiotik dan paracetamol 500 mg sebagai
dengan minum antalgin namun rasa sakit analgesik.
semakin bertambah.Kondisi saat ini terasa Berdasarkan pemeriksaan subyektif,
sakit.Dari anamnesa lebih lanjut diketahui pemeriksaan obyektif, dan pemeriksaan
bahwa pasien mengalami gusi yang mudah penunjang radiografi maka ditegakkan
berdarah pada saat masa kehamilan diagnosa dari kasus ini adalah Abses
terutama pada trimester 3 dan memiliki gingival.Kontrol kondisi pasien dilakukan pada
kebiasaan buruk mengerotkan gigi ketika hari kedelapan post perawatan. Pasien sudah
tidur (Bruxism). tidak mengeluhkan bengkak pada orbicularis
oris.Pada pemeriksaan fisik didapatkan
MANAJEMEN KASUS keadaan umum pasien tampak baik, tekanan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan darah 100/80 mmHg, pernafasan 20 x/menit,
keadaan umum pasien tampak lemas dan nadi 88 x/menit dan suhu tubuh 36oC. Pada
pucat, tekanan darah 100/80 mmHg, pemeriksaan klinis ekstraoral, tidak ada
pernafasan 20 x/menit, nadi 88 x/menit dan pembengkakan pada daerah diantara dagu
suhu tubuh 38oC. Pada pemeriksaan klinis dan bawah bibir (Gambar 2), permukaan kulit
ekstraoral, nampak pembengkakan pada normal, fluktuatif (-), sakit (-), temperatur
daerah diantara bibir bawah dan dagu, normal, warna normal.Kelenjar submentalis
tidak berbatas jelas(Gambar 1.A), permukaan tidak teraba dan tidak sakit.Pada
kulit tegang, fluktuatif (-), sakit (+), temperatur pemeriksaan intraoral, gingiva regio gigi42, 41,
normal, warna normal.Kelenjar submentalis 31, 32 berwarna coral pink, konsistensi kenyal,
teraba dan sakit. Pada pemeriksaan intraoral, fluktuatif (-) dan sakit (-).Gigi 43, 42, 41, 31, 32
terdapat fistula berwarna putih kekuningan tes perkusi (-), tes tekan (-), kegoyangan 1°.
pada permukaan labial gingiva gigi Pada pemeriksaan radiologi sudah tidak
41.Tampak pembengkakan dengan ukuran ditemukan gambaran radiolusen pada apikal
2x1 cm pada gingiva regio gigi42, 41, 31, 32 gigi anterior (Gambar 3).
berwarna kemerahan, konsistensi lunak,

A B C

Gambar 1. A. Gambar ekstra oral : tampak samping pembengkakan didaerah inferior orbicularis oris,
B. Gambar intra oral : tampak fistula pada gingiva, C. Gambar radiografi : tampak gambaran
radiolusen pada apikal gigi anterior (tanda panah merah)

9
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 15 No. 1 2018: 8-12

Gambar 2. Gambar ekstra oral tampak samping pembengkakan didaerah inferiororbicularisoris


mengecil (tanda panah merah).

Gambar 3. A. Gambar radiografi tidak ada gambaran radiolusen pada apikal gigi anterior, B.
Gambar intra oral tidak ada fistula pada gingiva

PEMBAHASAN tekanan pus di dalam pokettertutup,


perubahan dalam komposisi mikroflora,
Kehamilan merupakan proses alamiah virulensi bakteri, atau dalam pertahanan host
yang menyebabkan terjadinya perubahan bisa juga membuat lumen poket tidak efisien
pada wanita yang mencakup perubahan dalam meningkatkanpengeluaran supurasi.
fisiologis dan psikologis. Perubahan ini terjadi Pada pasien dengan periodontitis lanjut,
karena tubuh mempersiapkan diri untuk pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa
proses melahirkan dan serta perkembangan debridemen subgingiva dapat menyebabkan
janin. Perubahan yang terjadi dapat pembentukan abses.9Differential diagnosis
mempengaruhi sistem dalam tubuh termasuk dari abses gingival adalah abses periodontal,
rongga mulut.7 abses periapikal, lesi perio endo dan lesi endo
Pada masa kehamilan, terjadi perio.
perubahan hormonal yang ditandai dengan Abses tidak berhubungan dengan
meningkatnya kadar hormon estrogen dan periodontitis karena abses dapat disebabkan
progesteron. Siklus peningkatan produksi oleh impaksi dari benda asing seperti
hormon estrogen dan progesteron seringkali potongan dental floss, biji popcorn, potongan
mengubah komposisi mikrobiota biofilm, tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak
biologis jaringan gingiva dan pembuluh diketahui, perforasi dari dinding gigi oleh
darah.Perubahan yang terjadi pada gingiva instrumen endodontik, infeksi lateral kista,
tampak berlebihan walaupun jumlah plak faktor-faktor lokal yang mempengaruhi
sebagai faktor iritan lokal tidak terlalu morfologi akar dapat menjadi predisposisi
banyak3.Hal ini dapat dilihat dari hasil pembentukan abses. Adanya cervical
beberapa studi menyatakan bahwa efek cemental tears dapat memicu
perubahan hormon akan mempengaruhi pekembangan yang cepat dari periodontitis
kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil dan perkembangan abses.10
sebesar 60%.8 Oklusi merupakan salah satu aspek
Etiologi abses dibagi atas 2, yaitu abses penting yang berperan besar dalam proses
yang berhubungan dengan periodontitis dan mengunyah, menelan, serta berbicara. Oklusi
tidak berhubungan dengan periodontitis. akan menghasilkan suatu tekanan yang
Penyebab abses yang berhubungan dengan kemudian diteruskan ke jaringan periodontal
periodontitis adalah adanya poket gigi. Oklusi yang tidak tepat biasanya
periodontal yang dalam dan berliku, ditimbulkan oleh tumpatan yang
penutupan marginal poket periodontal yang overhanging, desain protesa gigi tiruan yang
dapat mengakibatkan perluasan infeksi ke kurang baik, kebiasaan bruxism, serta susunan
jaringan periodontal sekitarnya karena gigi geligi yang tidak teratur.Tekanan berlebih

10
Laporan Kasus : Abses Gingiva Akibat Traumatik Oklusi … (Karno dkk)

yang diterima oleh jaringan periodontal Sebelum membentuk fistula, pus


menyebabkan perubahan patologis atau bergerak dari dalam tulang
adaptif dari jaringan periodontal disebut melalui cancelous bone, menuju ke lapisan
dengan trauma oklusi. tulang terluar yang kita disebut korteks tulang.
Trauma oklusi primer pada periodontal Tulang yang dalam kondisi hidup dan normal,
sehat memicu peningkatan resorbsi dan selalu dilapisi oleh lapisan tipis yang
mobilitas (sementara).Trauma oklusi sekuder tervaskularisasi dengan baik yang
merupakan trauma yang disebabkan oleh disebut periosteum. Sehingga akan terjadi
trauma oklusi prematur pada gigi dengan respon keradangan ketika pus sudah
inflamasi periodontal, sehingga dapat mencapai korteks dan melepas komponen
disimpulkan bahwa trauma oklusi berperan peradangan dan sel plasma ke rongga
sebagai faktor resiko yang dapat subperiosteal. Reaksi ini menimbulkan rasa
memperparah kerusakan jaringan dan sakit, terasa hangat pada regio yang terlibat,
periodontitis. timbul pembengkakan. Peristiwa ini
Berdasarkan kasus ini, pasien memiliki disebut periostitis dandapat berlangsung
trauma oklusi pada gingiva gigi 41 sehingga selama 2-3 hari, tergantung keadaan host.
invasi bakteri terjadi dengan Secara histologis, akan ditemukan
mudah.Masuknya bakteri kedalam dinding neutrofil-neutrofil yang utuh mengelilingi
poket jaringan lunak merupakan awal bagian tengah debris jaringan lunak dan
terjadinya abses. Sel-sel inflamatori kemudian destruksi leukosit. Pada tahap berikutnya,
ditarik oleh faktor kemotaksis yang dilepaskan membran piogenik yang terdiri dari makrofag
oleh bakteri dan bersama dengan reaksi dan neutrofil telah terbentuk. Laju destruksi
inflamatori akan menyebabkan destruksi abses tergantung pada pertumbuhan bakteri
jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri di dalamnya, virulensinya dan pH lokal.
dan memproduksi pus.11 Adanya pH asam akan memberi keuntungan
Kondisi abses kronis dapat terjadi terhadap enzim lisosom.11Banyak artikel
apabila ketahanan host dalam kondisi yang menuliskan bahwa infeksi purulen oral adalah
tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup polimikroba, dan disebabkan oleh bakteri
tinggi. Yang terjadi dalam daerah periapikal endogen. Topoll dkk, Newman dan sims
adalah pembentukan rongga patologis abses melaporkan bahwa sekitar 60 % di jumpai
disertai pembentukan pus yang sifatnya bakteri anaerob. Bakteri ini tidak terlihat
berkelanjutan. Adanya bakteri dalam jaringan spesifik, tetapi diketahui patogen terhadap
periapikal, mengundang respon keradangan periodontal seperti Porphyromonas
untuk datang ke jaringan yang terinfeksi gingivalis,Provotella intermedia dan
tersebut, namun karena kondisi hostnya tidak Fusobacterium nucleatum merupakan spesis
terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi, bakteri paling banyak.12
sehinggatercipta kondisi abses yang Pada penelitian David Herrera dkk juga
merupakan hasil sinergi dari bakteri melaporkan, selain ketiga bakteri diatas
Streptoccocus mutans dan Streptococcus dijumpai juga Porphyromonas
aureus. melaninogenica, Bacteriodes forsythus,
Streptoccocus mutans yang bersifat Peptostreptococus micros dan
destruktif, mampu merusak jaringan yang ada Campylobacter rectus.13,14 Menurut hasil
di daerah periapikal, penelitian Jaramillo A dkk terhadap sejumlah
sedangkan Streptococcus aureus dengan subjek dilaporkan bahwa pada subingival
enzim koagulasenya mampu mendeposisi abses periodontal dijumpai Fusobacterium
fibrin di sekitar wilayah kerja Streptoccocus spp. (75%), P.intermedia/nigrescens (60%), P.
mutans untuk membentuk sebuah gingivalis (51%) dan A.
pseudomembran yang terbuat dari jaringan Actinomycetemcomitans (30%). Pada
ikat, yang disebut sebagai membran abses. umunya, mikrobiota pada subgingiva abses
Membran abses ini yang menyebabkan periodontal ini terutama terdiri dari
adanya gambaran radiolusen dengan batas mikroorganisme yang berkaiatan dengan
yang tidak tegas pada foto rontgen. Selain itu penyakit periodontal. Bakteri penginfeksi
terdapat pembentukan pus oleh bakteri batang gram negatif adalah keenam
pyogenik, salah satunya juga adalah kelompok organisme paling banyak (13 kasus,
Streptococcus aureus. Pus yang terdiri dari 21.7%) yaitu Enterobacter aerogenes (3,3%),
leukosit yang mati, jaringan nekrotik, dan Pseudomonas spp. (3,3%), Klebsiella
bakteri dalam jumlah besar tersebut akan pneumoniae (1,7%), Acinetobacter lwofii
mengisi rongga yang terbentuk oleh sinergi (1,7%), A. baumanii (1,7%), E. agglomerans
dua kelompok bakteri tadi. (1,7%), dan dikenal non fermenter batang
Pus yang terkandung dalam rongga gram negatif (8,3%).15
tersebut akan terus berusaha mencari jalan Berdasarkan kasus diatas, diagnosa
keluar sendiri, namun pada perjalanannya yang ditegakkan merupakan abses gingiva
seringkali menimbulkan gejala-gejala yang pasca kehamilan karena trauma
seperti nyeri, demam, dan malaise. Karena oklusi.Penegakan diagnosa berdasarkan
pus dalam rongga patologis tersebut harus anamnesa, pemeriksaan klinis, dan
keluar, baik dengan bantuan dokter gigi atau pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen
keluar secara alami dengan membentuk panoramik.Perawatan yang dilakukan
sebuah fistula. dengan pemberikan terapiberupa obat

11
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 15 No. 1 2018: 8-12

amoxicillin 500 mg sebagai antibiotik dan 7. Pirie M., Cooke I., Linden, G., Irwin C.
paracetamol 500 mg sebagai Review Dental Manifestation Of Dental
analgesik.Pasien didatangkan kembali Pregnancy. J Royal College Of
delapan hari pasca perawatan untuk Opstericians And Gynae Cologist, 2007;
dilakukan kontrol. (9): 21-6

DAFTAR PUSTAKA 8. Soulissa, A.G.. Hubungan Kehamilan dan


Penyakit Periodontal. Jurnal PDGI, 2014;
1. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, 63: 3
Carranza FA. Carranza’s Clinnical
Periodontology. St. louise: Elsevier. 2012. 9. Ajwani S, Bhole S, Blinkhorn A, Elli S,
11th Ed: 437-7. George A, Johnson M. Promoting oral
health during pregnancy: Current
2. Agarwal M, Bhattacharya HS, Singhal S. evidence and implications for Australian
Periodontal Emergencies: A review. J midwives. J Clin Nurs. 2010; 19 (23-24):
Dental Science and Mouth 3324–33. Available from: URL:
Rehabilitation. 2011; 2/A12: 37-8 www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2095548
10. Radmila OR, Draginja KB, Vesna BR. The
3. Diana, Dewi. Pengetahuan, sikap dan therapy of periodontal abscess. Acta
prilaku wanita hamil pengunjung Stomatologica Naissi 2008; 24 (5): 775-80.
poliklinik obstetry dan ginekologi (obgyn)
rsu dr.pringadi medan terhadap 11. Linde J, Karring T, Lang NP. Clininical
kesehatan gigi dan mulut selama masa periodontology and implant dentistry,
kehamilan: Skripsi Kedokteran Gigi. 4th. USA: Blackwell Publishing Company.
Medan: Fakultas Kedokteran Gigi 2006. p. 260-6
Universitas Sumatera Utara. 2009.
12. Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of
4. Hartati, et al. Analisis faktor-faktor yang Periodontics, 2nd. Hong Kong:
berhubungan dengan kejadian gingivitis Quintesence Publishing Co Inc. 2003. p.
pada ibu hamil di wilayah kerja 491-3
puskesmas talang tegal. Jurnal ilmiah
kesehatan keperawatan 2011; 7(3): 170- 13. Eley BM, Manson JD. Periodontics, 5th.
89 Philadelphia: Elsivier. 2004. p. 328-31
5. Daliemunthe, S.H. Periodonsia. Medan: 14. Herrera D, Roldan S, Sanz M. The
Departemen Periodonsia Fakultas Periodontal Abscess: a review. J Clin
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Peridontology 2000; 27: 377-86
Utara. 2008
15. Jaramillo A, Arce RM, Herrera D,
6. Gani, A. Hubungan Kehamilan dan Betancourth M, Botero JE, Contreras A.
Penyakit Periodontal. Jurnal PDGI Clinical and mocrobiological
2014;63(3): 71-7 characterization of periodontal
abscesses. J.clin Periodontol 2005; 32:
1213-8

12

Anda mungkin juga menyukai