Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TINJUAN TEORI

A. Kehamilan
Menurut Faderasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi ataupun penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidai atau implantasi. Bila dihitung saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam
3 trimester, di mana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
ke dua 15 minggu (minggu ke -13 hingga minggu ke 27), dan trimester ke tiga
13 minggu ( minggu ke -28 hingga ke-40) (Saifudin, 2010, hal;213).
Kehamilan adalah periode yang dihitung dari hari pertama haid terakhir
(HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, ini yang menandai awal periode
antepartum. Peroide antepartum dibagi menjadi tiga trimester yang masing-
masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.
Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa
lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan, atau 9
bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) (Varney, 2006,hal ;492).
Jadi, kehamilan merupakan periode bertemunya spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum dan nidasi di tuba falopi sampai perkiraan lahir atau aterm.
1. Etiologi
Peristiwa kehamilan ini tidak lepas dari kejadian yang meliputi : pembuahan
gamet (sperma dan ovum), fertilisasi (pembuahan), nidasi, dan
pembentukan plasentasi.
a. Pembuahan gamet
1) Sperma
Sperma dibentuk ditubulus seminiferus dengan jumlah 100 juta/ml
setiap ejakulasi. Pematangan sperma berlangsung diepidimis
bagian kepala, badan dan ekor. Sperma yang sudah matur berada
diepidimis bagian ekor dan siap untuk ejakulasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
9

2) Ovum
Ovulasi atau pelepasan sel telur merupakan bagian dari siklus
menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi
yang akan datang, ovum keluar dari robekan folikel degraf menuju
tuba.
3) Fertilisasi ( pembuahan)
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba.
4) Nidasi
Nidasi ( implantasi) merupakan penanaman sel telur yang sudah
dibuahi ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan.
5) Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai.
Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu
setelah fertilisasi (Prawiroharjo, 2009, hal;139).

2. Tanda-tanda kehamilan
a. Tanda tidak pasti (presumtive sign)
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat di
kenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil.
Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal hal berikut ini:
1) Amenorea (berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel degraaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.
Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan
HPHT(hari pertama haid terakhir) amenorea juga dapat
disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor patuitari,
perubahan dan faktor lingkungan, malnutisi, dan biasanya
gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
10

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)


Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang
terjadi terutama pada pagi hari yang di sebut morning sickness.
3) Ngidam (memingini makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
4) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat yang menimbulakan
syncope atau pingsan.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada
kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia
kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
6) Payudara tegang
Estrogen meningkat perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem
alveoral payudara.
7) Sering miksi (sering kencing)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi.
8) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus
otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB
9) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
11

10) Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan
pertama.
11) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat
(Yulifah, dkk, 2011, hal 72).
b. Tanda Kemungkinan (Probability Sigh)
1) Pembesaran perut
Terjdi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan ke
empat kehamilan
2) Tanda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat di tekannya isthmus
uteri
3) Tanda goodel
Adalah pelunakan servis. Pada wanita yand tidak hamil servik
seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil malunak
seperti bibir
4) Tanda chadwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga portio dan serviks
5) Tanda piscaseck
Merupakan pembasaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena
ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga
daerah tersebut berkembang lebih dulu
6) Kontraksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin di dalam otot uterus.
7) Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan periksa.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
12

8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif


Pemeriksaan ini adalah untuk menditeksi adanya human Chorionik
Gonadotropin (HCG) yang di produksi oleh sinsiotropoblastik sel
selama kehamilan (Hani, dkk, 2011, hal ;74)
c. Tanda Pasti (positive sign)
tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan
janin, yang dapt dilihat langsung oleh pemeriksa.
Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal hal berikut ini.
1) Gerakan janin dalam rahim
Kerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh
pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia
kehamilan sekitar 20 minggu
2) Denyut jantung janin
Dapat di dengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan
alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop
laenec. Djj baru dapat di sengar pada usia kehamilan 18-20
minggu.
3) Bagian bagian janin
Bagian bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan
bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat di raba
dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir).
Bgian janin ini dapat di lihat lebih sempurna lagi menggunakan
USG.
4) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rongen maupun USG
(Marjati, dkk, 2011, hal; 75).

3. Perubahan, ketidaknyamanan, dan kebutuhan psikologis ibu hamil


a. Trimester pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon esterogen dan
progesteron dalam tubuh maka akan muncul berbagai macam

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
13

ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah,


keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu
perubahan psikologi seperti berikut ini.
1) Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan, kesedihan
2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil
dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali
memberitahukan orang lain apa yang di rahasiakkannya
3) Hasrat melakukan sex berbeda beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan.
Pada wanita yang mengalami penurunann libido, akan
menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan suami. Sedangkan libido yang sangat besar yang
dipengaruhi oleh kelelahan rasa mual, pembesaran payudara,
keprihatinan, dan kekuwatiran.
4) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul
kebanggan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan
untuk mencari nafkah bagi keluarga (Ummi dkk,2011, hal;78)
b. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sudah sehat dan sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman
akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibupun belum terlalu
besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah
menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan janinnya dan bu mulai merasakan kelahiran
bayinya sebagai seseorang di luar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak
ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman
seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido (Marjati dkk, 2011, hal; 68).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
14

c. Trimester Ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan wapada
sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang
mengingatkan ibu pada bayinya. Sering kali ibu merasa khawatir atau
takut kalau kalau bayi yang di lahirkan tidak normal. Kebanyakan ibu
juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang
yang di anggap membahayakan. Keluarga mulai menduga duga
apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa,
bahkan sudah memilih nama untuk bayinya (Hani dkk, 2011,hal;69).

Tabel 2.1 Pertumbuhan janin dalam uterus

Bulan Panjang Berat Tinggi Rahim Keterangan


1 8-10 mm - - Kepala 1/3 mudigah, saluran jantung
terbentuk dan sudah berdenyut,
permukaan kaki dan tangan berbentuk
tonjolan.
2 250 mm - - Muka berbentuk muka manusia,
mempunyai lengan dan tungkai dengan
jari tangan dan kaki, kelamin tampak
3 7-9 cm - Atas simfisis (tulang Sudah ada pusat tulang, kaku, ginjal,
kemaluan) janin mulai bergerak
4 10-17 cm 100 gr ½ atas simfisis Kelamin luar sudah dapat ditentukan
pusat jenisnya, kulit ditumbuhi rambut halus
atau lanugo, gerak mungkin dirasakan
ibu.
5 18-27 cm 300 gr Setinggi pusat Bunyi jantung terdengar, kalau lahir
sudah berusaha bernafas.
6 28-34 cm 600 gr Di atas pusat Kulit keriput lemak mulai ada di bawah
kulit, dan tertutup verniks kaseosa.
7 35-38 cm 1.000 gr 2/3 atas pusat Kalau lahir dapat hidup didunia luar,
Kalau menangis mengeluarkan suara
tangis lemah.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
15

Bulan Panjang Berat Tinggi Rahim Keterangan


8 42,5 cm 1.700 gr Setinggi prosesus Kulit merah, gerak aktif.
xifoideus
9 46 cm 2.500 gr Dua jari bawah Kulit penuh lemak, gerak aktif.
Px
10 50 cm 3.000 gr Kepala janin masuk PAP, buku
panjang, testis telah turun. Kulit halus
hampir tidak ada lanugo.
Sumber : Hani,Ummi,dkk.2011. asuhan kebidanan pada kehamilan
fisiologis.Jakarta:Salemba Medika
4. Identifikasi dan riwayat kesehatan
a. Data umum pribadi
1) Nama
2) Usia
3) Alamat
4) Pekerjaan ibu/suami
5) Lama menikah
6) Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
b. Keluhan saat ini
1) Jenis dan sifat gangguan yang di rasakan ibu
2) Lamanya mengalami gangguan tersebut
c. Riwayat haid
1) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
2) Usia kehamilan, taksiran persalinan (rumus neagle: tanggal HPHT
di tambah 7 dan bulan di kurangi 3)
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal, peralinan, dan nifas sebelumnya
2) Cara persalinan
3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
4) Berat badan lahir
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang di lahirkan
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
e. Riwayat kehamilan saat ini

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
16

1) dentifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit (preklamsia atau hipertensi dalam kehamilan)
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
f. Riwayat penyakit dalam keluarga
1) Diabetes Millitus, Hipertensi atau hamil kembar
2) Kelainan bawaan
g. Riwayat penyakit ibu
1) Penyakit yang pernah di derita
2) DM, HDK, Infeksi, Saluran, Kemih
3) Penyakit jantung
4) Infeksi firus berbahaya
5) Alergi obat atau makanan tertentu
6) Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut
7) Inkompatibilitas Rhesus
8) Paparan sinar-X/Rontgen
h. Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan (Saefudin,
2010, hal;279).
1) Dilatasi dan kuretase
2) Reparasi vagina
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non-ginekologi
i. Riwayat mengikuti program keluarga berencana
j. Riwayat imunisasi
k. Riwayat menyusui
l. Pemeriksaan
1) Keadaan umum
a) Tanda vital
b) Pemeriksaan jantung dan paru
c) Pemeriksaan payudara

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
17

d) Kelainan otot dan rangka serta neurologik


2) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
b) Bentuk dan ukuran abdomen
c) Parut bekas oprasi
d) Tanda-tanda kehamilan
e) Ferakan janin
f) Farises atau pelebaran vena
g) Hernia
h) Edema
3) Palpasi
a) Tinggi fundus
b) Punggung bayi
c) Presentasi
d) Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul
4) auskultasi
a) 10 minggu dengan Doppler
b) 20 minggu dengan feteskop pinard
5) Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada trimester I/II
6) Laboratorium
a) Pemeriksaan
b) Analisis urin rutin
c) Analisis tinja rutin
d) Hb, MCV
e) Golongan darah
f) Hitung jenis sel darah
g) Gula darah
h) Antigen hepatitis B Virus
i) Antibodi rubela
j) HIV/VDRL

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
18

k) Ultrasonografi – Rutin pada kehamilan 18 – 22 minggu untuk


identifikasi kelainan janin (Saefudin, 2010, hal;281).

5. Kunjungan Berkala Asuhan Antenatal


Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, kunjungan antenatal sebaiknya
di lakukan secara berkara dan teratur. Bila kehamilan normal, jumlah
kunjungan sukup empat kali : atu kali pada trimester 1, satu kali pada
trimester 2, dua kali pada trimester 3.
a. Menilai kesejahteraan janin
1) Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi
dapat dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan
informasi, baik yang di peroleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan
oleh petugas kesahatan. Pemerisaan yang memerlukan peralatan
canggih umumnya di lakukan dengan pencatatan peralatan
pencatat denyut jantung janin (kardiotografi) dan peralatan
ultrasonografi yang di sebut dengan pemeriksaan profil biofisik
janin (biophysic profile). Berbagai jenis pemeriksaan tersebut
adalah:
a) Pengukuran tinggi fundus uteri terutama > 20 minggu yang
akan di sesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan di
lakukan. Tinggu fundus yang normal sama dengan usia
kehamilan
b) Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12
jam)
c) Gerakan janin
d) Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan
dengan hipoksia berat atau janin meninggal
e) Denyut jantung janin
f) Ultrasonografi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
19

b. Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan di atas,


juga di lakukan pula pemeriksaan tentang:
1) Penilaian besar janin, letak dan presentasi
2) Penilaian luas panggul

6. Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil


Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan
konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi,
terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan
tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan
bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial
bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan (di mana,
penolong, dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi.
Beberapa informasi enting tersebut adalah sebagai berikut.
a. Nutrisi yang edukat
1) Kalori
Jumlah kalori yang di perlukan ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2.500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan
yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya
dapat di jelaskan secara rinci dan bahas dan bahasa yang di
mengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang
berlebihan dapat menyebabkan obesitat dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia. Jumlah
pertambahan berat badan sebaiknyatidak melebihi 10 -12 kg
selama hamil.
2) Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 kg
per hari. Sumber protein tersebut dapat di peroleh dari tumbuh –
tumbuhan (kacang-kcangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu,
telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur,
anemia, dan edema.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
20

3) Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.
Kalsium diburtuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi
pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah di
peroleh adalah susu, keju, yugurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia
pada ibu.
4) Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan
kecukupan oksigenasi jaringan yang di peroleh dari pengikatan dan
pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam sesl sel darah
merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal,
diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30
mg/hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak di temukan
anemia pemberian zat besi perminggu cukup edukat. Zat besi yang
di berikan dapat diberikan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous
fumarate, atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
5) Asam folat
Selain zat besi, sel-sel drah merah juga memerlukan asam
folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang di butuhkan
oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan aam
folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
6) Perawatan payudara
Payudara perlu di persiapkan sejak sebelum bayi lahir
sehingga dapat segera berfungsi dengan baik pada saat di
perlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan
membuka duktus dn sinus laktiferus, sebaiknya di lakukan secara
hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi kondisi seperti
pada uji kesejahteraan janin menggunakanuterotonika. Basuhan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
21

lembut setiap hari pada aerola dan putting susu akan dapat
mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang
mengering pada putting susu, lakukan pembersihan dengan
menggnakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara
menegang, sensitif, dan menjadi lebih berat, maka sebaiknya
gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere). (Saefudin,
2010, hal;208)
7) Perawatan gigi
Paling tidak dilakukan pemeriksaan gigi selama kehamilan,
yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Penjadulan untuk
trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan ptialisme
(produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut
harus selalu terjaga. Sementara itu, pada trimester ketiga, terkait
dengan adanya kebutuhankalsium untuk pertumbuha janin
sehingga perlu diketahui apakah dapat berpengaruh yang
merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk menyikat gigi
setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya
carries dan gingivitis.
8) Kebersihan tubuh dan pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamila. Perubahan
anatomik pada perut, area genetalia/lipat paha, dan payudara
menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah
terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran /
gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berndam dalam bathtub
dan melakukan vaginal dauche. Gunakan pakaian yang longgar,
bersih dan nyaman hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels)
dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut.
Lakukan gerak tubuh ringan, mesalnya berjalan kaki terutama pada
pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat
dan hindarkan kerja fisik yang dapat meimbulkan keelahan yang
berlebihan. Beristirahan cukup, minimal 8 jam pada malam hari

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
22

dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan melakukan kebiasaan


merokok selama ghamil karena dapat menimbulkan vasospasme
yang berakopat anoksia janin, berat badan lahir rendah (BBLR),
prematuritas kelainan kongenetal dan solusio plasenta (Saefudin,
2010, hal ; 286).
9) Gejala dan tanda lain yang harus di waspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan
serius selama kehamilan adalah sebagai berikut.
a) Muntah yang berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
b) Disuria
c) Menggigil atau demam
d) Ketuban pecah dini ataupun sebelum waktunya
e) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya (Saefudin, 2010, hal; 287).

B. PERSALINAN NORMAL
Definisi persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
seniri). Bentuk persalinan berdasarkan definisi sebagai berikut : Persalinan
spontan. bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar,
persalinan anjuran (partus presipitatus)
1. Tanda dan gejala in partu termasuk :
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan servik (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit
c. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
23

2. Tahap persalinan
a. Kala I persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Azrul, 2008, hal;37)
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih
dapat berjalan jalan. Lama kala 1 untuk primigravida berlangsung 12
jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
lengkap dapat di perkirakan (Ida Ayu, 2010, hal;173).
Dalam kala satu ini dimulai dari saat persalinan yaitu pembukaan
1cm sampai dengan pembukaan lengkap (10cm), proses ini terbagi
menjadi 2 fase yaitu:
1) Fase laten
Adala periode waktu dari awal persalinna hingga ke titik ketika
pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya
dimulai berjalan mulai muncul hingga pembukaan 3 sampai 4 cm
atau permulaan fase aktif yaitu berlangsung selama 8 jam.
2) Fase aktif
Periode dari waktu awal kemajuan aktif pembukaan hingga
pembukaan menjadi komplit. Pembukaan umumnya dimuli dari 3
sampai 4 cm hingga pembukaan 10 cm yaitu berlangsung selama
7 jam (Azrul,2008, hal;38).
Pemeriksaan dalam sebaiknya di lakukan setiap 4 jam selama
kala 1 persalinan dan selaput ketuban pecah. Beberapa hal yang
harus menjadi perhatian pada pemeriksaan dalam adalah :
a) Tentukan keadaan vulva dan uretra
b) Nilai kondisi dinding vagina

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
24

c) Tentukan kosistensi dan pendataran servik (termasuk kondisi


jalan lahir)
d) Mengukur besarnya pembukaan
e) Menilai selaput ketuban, warna cairan amnion
f) Menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawa
telah melalui jalan lahir
g) Menentukan denominator (petunjuk) (Sujiyatini dkk, 2011,
hal;41)
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir sampai bayi lahir. Tanda dan gejala kala II yaitu sebagai
berikut:
1) Ibu merasakan ingin meneran bersama terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan padarektum dan atau
vagina.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
kemajuan persalinan dalam kala II
temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II:
1) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
2) Dimulainya fase pengeluaran,
3) Temuan berikut menunjukan kemajuan yang kurang baik pada
persalinan tahap kedua:
a) Tidak turunnya janin di jalan lahir
b) Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
Riwayat yang harus diperhatikan
1) Pernah bedah sesar (sectio cesarea)
2) Riwayat perdarahan berulang
3) Prematuritas atau tidak cukup bulan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
25

4) Ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya).


5) Pewarnaan mekonium cairan ketuban
6) Infeksi ante atau intrapartum
7) Hipertensi
8) Tinggi badan di bawag 140 (resiko panggul sempit)
9) Adanya gawat janin
10) Primipara dengan bagian terbawah masih tinggi
11) Malpresentasi atau malposisi
12) Tali pusat menumbung
13) Keadaan umum jelek atau syok
14) Inersia uteri atau fase laten memanjang
15) Partus lama
c. Kala III
Kala III persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta.
1) Lahirnya placenta
Lahirnya plasenta terjadi dalam dua tahap; pelepasan dari
dinding uterus ke dalam segmen bawah rahim dan vagina, dan
pengeluaran placenta yang sesungguhnya dari jalan lahir.
Pelepasan placenta. Umumnya pelepasan placenta terjadi
dalam 5 menit terakhir kala dua. Gejala-gejala yang menunjukan
terjadinya pelepasan placenta meliputi :
a) Keluarnya darah dari vagina
b) Tali pusat di luar vagina bertambah panjang
c) Fundus uteri di dalam abdomen meninggi pada saat placenta
keluar dari uterus masuk kedalam vagina
d) Uterus menjadi keras dan bulat. (Hakimi, 2010, hal; 121)
2) Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit pertama
setelah bayi lahir
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
26

c) Massase fundus uteri


3) Keuntungan manajemen aktif kala tiga:
a) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta (Azrul Azwar, 2008,
hal;99)
d. Kala IV
Pada kala IV ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum. : (Sumarah,dkk.2008,hal:8)
1) Asuhan dan pemantauan kala IV setelah plasenta lahir:
Lakukan rangsal taktil (massse) uterus untuk merangsang uterus
agar berkontraksi dengan kuat
2) Evaluasi tingigi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara
melintang dengan pusat sebagai patokan
3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Pemeriksa kemungkinan perdarahan dan robekan
5) Evaluasi keadaan umum ibu
6) Dokumenasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala
empat di bagian belakang patograf segera setelah asuhan di
berikan (Azrul,2008, hal;111).

3. Tiga faktor yang menentukan prognosis persalinan :


a. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul yang ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berpern dalam
proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
harus di tentukan sebelum persalinan di mulai (Sumarah,2008, hal;23).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
27

b. Passenger (janin dan plasenta)


Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasentajuga harus melewati jalan
lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kehamilan normal (Sumarah dkk, 2008, hal; 35).
e. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involuter
secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai di
mulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer di
mulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder, dimana
kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter, persalinan
kala II di tegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm (Sumarah dkk,2008, hal; 42-43).

4. Perubahan Fisiologis Ibu Bersalin


a. Sifat kontraksi otot rahim
Perubahan : Setelah kontraksi, otot rahim tidak berelaksasi kembali
seperti keadaan sebelum kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek
walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi, yang disebut retraksi.
Dengan retraksi, ukuran rongga rahim akan mengecil dan janin secara
berlahan akan berangsur didorong kebawah dan tidak naik lagi ke atas
setelah his hilang. Retraksi ini mengakibatkan makin tebal dengan
majunya persalinan terutama setelah bayi lahir.
b. Perubahan bentuk rahim
Adanya kontrasi mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah
panjang, sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang
berkurang. Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
28

berkurang, rahim bertambah panjang. Hal ini merupakan salah satu


sebab dari pembukaan serviks.Ligamentum rotundum
Mengandung otot-otot polos dan jika uterus berkontraksi, otot-otot ini
ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
c. Perubahan pada serviks
Agar janin dapat keluar dari rahim, maka perlu terjadi pembukaan dari
serviks. Pembukaan serviks biasanya didahului oleh pendataran dari
serviks. Pendataran dari serviks, Pemendekan dari canalis servicalis,
yang semula berupa saluran yang panjang 1-2 cm menjadi suatu
lubang dengan pinggir yang tipis. Pembukaan dari serviks.
Pembesaran dari ostium externum yang pada awalnya hanya berupa
suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang
yang berdiameter kira-kira 10 cm, sehingga dapat dilalui janin (Endang,
2015, hal ; 125).
Faktor yang menyebabkan pembukaan serviks:
1) Otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium.
2) Waktu kontraksi semen bawah rahim dan serviks teregang oleh isi
rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada
serviks.
3) Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas canalis
ialah yang disebut ketuban. Perubahan pada vagina dan dasar
panggul
4) Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina.
5) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh bagian depan
yang maju tersebut, dasar panggul teregang menjadi saluran
dengan dinding-dinding yang tipis. Pada saat kepala sampai di
vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.
6) Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum
yang menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
29

5. Teori kemungkinan terjadinya proses persalinan


a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertantu.
Setelah melewati bata tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat di mulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu,
karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibat otot rahim
mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan
keeimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Dengan
menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat
mulai.
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu,
yang di keluarkan oleh desidua. Pemberiaan prostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi di
keluarkan.Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
e. Teori hipotalamus – hipofisis dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karna tidak terbentuk hipotalamus. Teori
ini di kemukakan oleh linggin 1973.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
30

Pemberian kartikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin,induksi


(mulainya) persalianan.
Dari percobaan tersebut dapat di simpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan.
Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan.
Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan (Ida Ayu
dkk, 2010, hal ; 168).

C. Nifas
masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, diteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Saifudin, 2010,
hal; 356).
Masa nifas di sebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi di lahirkan dan plasenta lepas keluar dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ - organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. (Suherni, 2009, hal; 1)
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa nifas adalah masa dimana
setelah ibu melahirkan sampai plaenta lahir, disertai dengan pulihnya organ-
organ seperti sebelum hamil.
1. Perubahan fisiologis masa nifas :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan sebelum hamil.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
31

b. Perubahan Sistem Pencernaan


Pengosongan usus spontan terhambat 2-3 hari karena penurunan
kontraksi otot, pembengkakan perineal yang disebabkan oleh epiotomi,
luka dan hemoroid. Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian
bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa
sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Fungsi ginjal normal dalam beberapa bulan setelah persalinan,
diaforesis terjadi berlebihan pada malam hari pada hari ke 2-3
persalinan sebagai mekanisme untuk mengurangi tahan cairan pada
kehamilan. Kontraksi kandung kemih sering kali pulih 5-7 hari
persalinan dengan pengosongan kandung kemih yang adekuat.
d. Perubahan Sistem Musculoskelatal/diastasis rectie abdominies
Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 mg setelah persalinan
sebagai upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama
kehamilan (Lusiana, 2009, hal; 59).
e. Perubahan Sistem Endoktrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang.
f. Perubahan Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah: Pada proses persalinan akan terjadi peningkatan
sekitar 15 mmHg untuk sistole dan 10 mmHg untuk diastolr.
Kemudian pasca salin akan kembali stabil dan normal.
2) Suhu: Setelah 12 pertama kelahiran umumnya suhu badan kembali
normal
3) Nadi: 60 – 80 x menit < 100 x / menit abnormal,Terjadinya
mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
32

Oleh karena itu syok hipovolemik tidak terjadi pada kehilangan


darah normal.
4) Perubahan Sistem Hematologi: Selama minggu-minggu terakhir
kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah
lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembeku darah.
5) Perubahan Peritonium dan Dinding Abdomen: Selama beberapa
hari peritonium yang membungkus dibentuk menjadi lipatan dan
kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor
sebagai akibat putusnya serat elastis kulit dan distensi rahim waktu
hamil, dinding rahim lunak dan kendor untuk beberapa waktu,
pemulihan dapat dilakukan dengan latihan kecuali striae. Tidak
jarang uterus menjadi retrofleksi (Nova, 2009, hal; 71).

2. Kunjungan Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan rujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
33

b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan), tujannya:


1) Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau)
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memprlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pda ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan), tujuannya sama dengan 6
hari setelah persalinan.
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan), tujuannya :
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Saifuddin, 2009, hal ; 122-123)

D. Perawatan Bayi Baru Lahir


Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran, neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari, neonatus lanjut
adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010). Jadi masa neonatus adalah
bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.
Segera setelah bayi lahir ia harus di pegang dengan kepala dibawah untuk
beberapa saat agar memudahkan drainage lendir. Cara terbaik memegang bayi
adalah dengan meletakkan pada punggungnya di lengan bawah penolong ; satu
kaku diapit diantara lengan atas dan badan penolonguntuk mencegah supaya
bayi tidak terguling ; leher diantara jari ketiga dan ke empat ; bahu terletak pada
telapak tangan ; dan kepala bayi di bawah tangan operator

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
34

1. Keuntungan cara ini adalah:


a. bayi di pegang dengan aman dan tidak akan tergelincir di atas jari-jari
b. kepala di pertahankan dalam keadaan extensi ringan, dengan demikian
meluruskan tracea dan membantu drainage
c. bayi dipegang dalam posisi yang mantap sehingga tracea dapat diurut
kebawah, lendir dihisap dari mulut dan tenggorokan, dan prosedur lain
yang diperlukan dapat di kerjakan tanpa bayinya bergoyang-goyang
seperti kalau bayinya di pegang pada kedua mata kakinya (Oxorn,
2010, hal; 120)
d. Penanganan bayi baru lahir
2. Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah:
a. Membersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
d. Identifikasi
e. Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2009, h.133)
3. Pemantauan bayi baru lahir
Tujuannya untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah
lahir:
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
2) Bayi tampak aktif atau lunglai.
3) Bayi kemerahan atau biru.
b. Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir:
1) Suhu badan dan lingkungan
2) Tanda-tanda vital
3) Berat badan
4) Mandi dan perawatan kulit
5) Pakaian

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
35

6) Perawatan tali pusat


c. Pemantauan tanda-tanda vital:
1) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak
2) Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdrngar suara
waktu inspirasi maupun ekspirasi, gerak pernafasan 30-50 kali
per menit
3) Nadi dapat dipantau disemua titik-titik nadi perifer
4) Tekanan darah dipantau hanya ada indikasi
(Saifuddin 2009, hh. 136-138)
4. Kunjungan ulang
Menurut APN.2008.hal:137, mengatakan terdapat minimal tiga kali
kunjungan ulang bayi baru lahir:
a. Kunjungan I : pada usia 6-48 jam
b. Kunjungan II : pada usia 3-7 hari
c. Kunjungan III : pada usia 8-28 hari
5. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau
kelainan menunjukan suatu penyakit.
Tanda-tanda bayi baru lahir normal :
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 48-52 cm
3) Lingkar kepala : 33-35 cm
4) Llingkar dada : 30-38 cm
5) Denyut Jantung : 120-160 x/menit
6) Pernapasan : 40-60 x/menit
7) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan adanya vernik caeosa
8) Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna
9) Kuku agak panjang dan lepas
10) Genetalia : jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora,
jika laki-laki testis sudah turun (Sondakh, 2013, h: 78).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
36

Tabel 2.2 Reflek pada Bayi Baru Lahir

Refleks Respons Normal Respons Abnormal


Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan kepala Respons yang lemah atau tidak ada
mengisap ke arah stimulus, membuka mulut, respons terjadi pada prematuritas,
dan mulai mengisap bila pipi, bibir, penurunan atau cedera neurologis, atau
atau sudut mulut bayi disentuh depresi sistem saraf pusat (SSP)
dengan jari atau puting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau regurgitasi cairan
berkoordinasi dengan mengisap bila dapat terjadi; kemungkinan berhubungan
cairan ditaruh di belakang lidah dengan sianosis sekunder karena
prematuritas, defisit neurologis, atau
cedera; terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir menjulur lidah keluar Ekstrusi lidah secara kontinu atau
bila ujung lidah disentuh dengan jari menjulur lidah yang berulang-ulang
atau puting. terjadi pada kelainan SSP dan kejang.
Moro Ekstensi simetris bilateral dan Respons asimetris terlihat pada cedera
abduksi seluruh ekstremitas, saraf perifer (pleksus brakialis) atau
dengan ibu jari dan jari telunjuk fraktur klavikula atau fraktur tulang
membentuk huruf „c‟, diikuti dengan panjang lengan atau kaki.
abduksi ekstremitas dan kembali ke
fleksi relaks jika posisi bayi berubah
tiba-tiba atau jika bayi diletakkan
telentang pada permukaan yang
datar.
Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu Respons asimetris terlihat pada cedera
kaki dan kemudian kaki lainnya saraf SSP atau perifer atau fraktur tulang
dengan gerakan berjalan bila satu panjang kaki.
kaki disentuh pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha untuk Respons asimetris terlihat pada cedera
merangkak ke depan dengan kedua saraf SSP dan gangguan neurologis.
tangan dan kakibila diletakkan
telungkup pada permukaan datar

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
37

Refleks Respons Normal Respons Abnormal


Merangkak Bayi akan berusaha untuk Respons asimetris terlihat pada cedera
merangkak ke depan dengan kedua saraf SSP dan gangguan neurologis.
tangan dan kakibila diletakkan
telungkup pada permukaan datar
Tonik leher atau Ekstremitas pada satu sisi di mana Respons persisten setelah bulan
fencing saat kepala ditolehkan akan keempat dapat menandakan cedera
ekstensi, dan ekstremitas yang neurologis. Respons menetap tampak
berlawanan akan fleksi bila kepala pada cedera SSP dan gangguan
bayi ditolehkan ke satu sisi selagi neurologis.
beristirahat.
Terkejut Bayi melakukan abduksi dan fleksi Tidak adanya respons dapat
seluruh ekstremitas dan dapat mulai menandakan defisit nauroogis atau
menangis bila mendapat gerakan cedera. Tidak adanya respons secara
mendadak atau suara keras. lengkap dan konsisten terhadpa bunyi
keras dapat menandakan ketulian.
Respons dapat menjadi tidak ada atau
berkurang selama tidur malam.
Ekstensi Kaki bayi yang berlawanan akan Respons yang lemah atau tidak ada
silang fleksi dan kemudian ekstensi respons yang terlihat pada cedera saraf
dengan cepat seolah-olah berusaha perifer atau fraktur tulang panjang.
untukmemindahkan stimulus ke kaki
yanglain bila diletakkan telentang;
bayi akan mengekstensikan
satukaki sebagai respons terhadap
stimulus pada telapak kaki.
Glabellar Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 Terus berkedip dan gagal untuk berkedip
“bink” atau 5 ketuk pertama dan batang menandakan kemungkinan gangguan
hidung saat mata terbuka. neurologis.
Palmar grasp Jari bayi akan melekuk di sekeliling Respons ini berkurang pada
benda dan menggenggamnya prematuritas. Asimetris terjadi pada
seketika bila jari diletakkan di kerusakan saraf perifer (pleksus
tangan bayi. brakialis) atau fraktur humerus. Tidak ada
respons yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat.
Sumber : Sondakh, Jenny J.S, 2013, asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir,
Malang : Erlangga

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
38

E. Metode kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah
atau melawan; konsepsi berarti pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dengan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi berarti adalah menghindari/ mencegah terjadinya pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma, sehingga tidak terjadi kehamilan
(Sukawati 2014, hal; 178).
1. Ada 3 periode masa reproduksi
a. Masa menunda kehamilan/ kesuburan (umur 20 tahun)
1) Tunda perkawinan (alasan fungsi psikologis belum matang)
2) Tunda untuk hamil lagi
b. Masa mengatur kehamilan/kesuburan (umur 20-30 tahun)
1) Atur jarak kelahiran
2) Usia terbaik untuk hamil dan melahirkan
3) Masa mengakhiri kehamilan/kesuburan (umur.30 tahun)/ sesudah
mempunyai 2 anak
c. Masa menunda kehamilan
1) Ciri konsepsi yang di butuhkan:
a) Reversibilitas tinggi : kembali kesuburan cepat hampir 100%
2) Efektivitas tinggi : tingkat kegagalan kecil
a) Pilihan
b) Pil KB
c) AKDR (bila ada kontraindikasi, sebagai pengganti pil)
d) Cara sederhana
3) Alasan menunda / mencegah kehamilan :
a) Usia < 20 tahun : sebaikna jangan punya anak dulu.
b) Prioritas pil oral oleh kamu masih muda
c) Kondom kurang menguntungkan, karena frekuensi koitus
masih tinggi
d) IUD di anjurkan terutama jika ada kontra indikasi kontrasepsi
(obgyn)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
39

4) Fase menunda / mencegah kehamilan:


5) Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari
20 tahun di anjurkan untuk menunda kehamilannya.
Alasan menunda/mencegah kehamilan:
1. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta
masih muda.
3. Menggunakan kondom kurang menguntungkan, karena
pasangan muda masih tinggi frekuensi ber sanggamanya,
sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
4. Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan
kontra-indikasi terhadap Pil oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang di perlukan:
1. Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan
dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini
peserta belum mempunyai anak.
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko-tinggi
dan kegagalan ini merupakan kegagalan program (Abdul,
bari, 2010)
6) Fase menjarangkan kehamilan:
Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan
jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Ini dikenal sebagai catur
warga. Alasan menjarangkan kehamilan:
1. Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
40

3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun


di sini tidak/ kurang berbahay karena yang bersangkutan
berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
4. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
Ciri-ciri kontrasepsi yang di perlukan:
1. Efektivitas cukup tinggi
2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih
mengharapkan punya anak lagi.
3. Dapat di pakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak
kehamilan anak yang di rencanakan.
4. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan
akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
7) Fase menghentikan/ mengakhiri kehamilan/ kesuburan:
Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang
anak. Alasan mengakhiri kesuburan:
1. Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun di anjurkan untuk tidak
hamil/tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan
lainnya.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3. Pil oral kurang dianjurkan karena uia ibu yang relatif tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.
Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1. Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan
anak, di samping itu akseptor tersebut memang tidk
mengharapkan punya anak lagi.
2. Dapat di pakai untuk jangka panjang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
41

3. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa


usia tua kelainan seperti penyakit jantung darah tinggi,
keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh
karena itu sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi
yang menambah kelainan tersebut.
Perencenaan keluarga dan penapisan klien
Perencanaan keluarga :
a. Seorang perempuan telah dapat melahirka, segera
setelah ia mendapat haid yang pertama (menarch)
b. Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung
sampai mati haid (menopose)
c. Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko paling
rendah untuk ibu dan anak, adalah antara 20-35 tahun
d. Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
e. Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun
Penapisan klien
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu
metode kontrasepsi (misalnya pil KB, suntik atau AKDR)
adalah untuk menentukan apakah ada:
a) Kehamilan
b) Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
c) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi)
yang membutuhkan pengamatan dan pengolaan lebih
lanjut.
Metode kontrasepsi sangat efektif
1. Implan
2. Vasektomi
3. Suntikan kombinasi
4. Suntikan DMPA/NET-EN
5. Tubektomi
6. AKDR CuT-380A

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
42

7. Pil progesteron (masa laktasi)


Metode kontrasepsi efektif dalam pemakaian biasa, sangat
efektif jika dipakai secara tepat dan konsisten
1. Metode amenorea laktasi
2. Pil kontrasepsi kombinasi
3. Pil progesteron (bukan masa laktasi)
Metode kontrasepsi efektif jika di pakai secara tepat dan
konsisten
1. Kondom pria
2. Senggama terputus
3. Diafragma + spermisida
4. KB alamiah
5. Kondom perempuan
6. Spermisida (Abdul bari, 2010, hal; 23)
8) Macam – macam kontrasepsi :
1) Metode Amenoreal (MAL) Adalah kontrasepsi dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif tanpa tambahan
makanan atau minuman lainnya, Cara kerja:
penundaan/penekanan ovulasi; Dapat dipakai bila menyusui
penuh (minimal 8 x sehari), sebelum haid dan umur bayi
kurang dari 6 bulan) Efek samping tidak ada; Masa efektif
selama 6 bulan; setelah itu harus segera dilanjutkan dengan
pemakaian kontrasepsi lainnya.
2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Profil : a. Ibu harus belajar mengetahui kapan masa subutnya
berlangsung; b. Efektif bila dipakai dengan tertib; c. Tidak ada
efek samping; d. Pasangan secara sukarela menghindari
senggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat
menjadi hamil), atau senggama pada masa subur untuk
mencapai kehamilan.
3) Macam-macam KBA, yaitu :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
43

a) Metode Ovulasi Billing (MOB): Atau metode dua hari


mukosa serviks dan metode simtomatermal adalah
metode yang paling efektif. Metode ini sudah diterima
sebagai salah satu metode KB (mandiri).
b) Sistem Kalender/Pantang Berkala: Sanggama dihindari
pada masa subur (dekat pertengahan antara siklus haid
atau ada tanda-tanda kesuburan yaitu keluarnya lendir
encer dari liang vagina). (Cara penghitungan masa subur:
dipakai rumus terpanjang dikurangi 11, terpendek
dikurangi 18; Antara kedua waktu sanggama dihindari!).
c) Metode Suhu Basal: Tidak dianjurkan lagi, karena tingkat
kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang
yang lama.
d) Sanggama Terputus : Adalah metode KB tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja : Alat
kelamin/penis dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke vagina, dan juga berarti tidak ada
pertemuan antara sperma dengan ovum, sehingga
kehamilan tidak terjadi (dapat dicegah); Efektif bila
dilaksanakan dengan benar; Efek samping tidak ada.
4) Metode Barier
a. Kondom : Adalah selubung/sarung karet yang bisa
terbuat dari berbagai bahan seperti lateks/karet,
plastik/vinil atau bahan alami/produksi hewani yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual; Cara
kerja: Kondom menghalangi terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma
diujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga tidak tercurah kedalam saluran reproduksi
perempuan. Kegunaan: untuk mencegah kehamilan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
44

dan mencegah IMS termasuk HIV/AIDS; Efektivitas


cukup efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
b. Diafragma : Adalah kap berbentuk bulat cembung,
terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam
vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks; Cara kerja : menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat
tempat spermiside; Efektivitas, efektif bila digunakan
dengan benar.
c. Spermisida : Adalah bahan kimia (nonoksinol-9)
digunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh
sperma; dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet
vagina, suppositoria (dissolvable film), krim. Cara
kerja: menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur. Cara
penggunaan/bagi klien: cuci tangan dengan air
mengalir sebelum mengisi aplikator dan insersi
spermiside; gunakan setiap melakukan hubungan
seksual; jarak tunggu sesudah memasukkan (tab
vagina)ayau suppositoria) adalah 10-15 menit, tidak
ada jarak tunggu untuk busa; Spermisida ditempatkan
jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi
dengan baik. (Bakar, 2011, hal;182 )
5) Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen & Progesteron).
a. Pil Kombinasi : Harus diminum setiap hari; dapat
dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang
sudah mempunyai anak ataupun belum; dapat mulai
diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil; ibu
menyusui tidak dianjurkan. Cara Kerja: menekan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
45

ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks


mengental sehingga sulit dilalui sperma, pergerakan
tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula. Efektivitas tinggi
(hampir menyerupai tubektomi).Kontra indikasi: hamil/
dicurigai hamil, menyusui ekslusif, pendarahan
pervaginam, hepatitis, perokok/usia >35 th, riwayat
penyakit jantung, strok, atau tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHG), riwayat gangguan faktor
pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun,
kanker payudara, migrain dan gejala neurologik fokal
(epilepsi/ riwayat epilepsi), tidak dapat menggunakan
pil secara teratur setiap hari.
b. Suntikan Kombinasi : Jenis suntikan kombinasi adalah
25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg
Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi 1 m sebulan
sekali (cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan
5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi 1 m
sebulan sekali. Cara kerja: Menekan ovulasi, membuat
lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu, perubahan pada endometrium
(atrofi) sehingga implantasi terganggu, menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Efektivitas: Sangat efektif
(0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan.
Kontra indikasi: hamil atau diduga hamil, menyusui di
bawah 6 minggu pasca persalinan, pendarahan
pervaginam, hepatitis, perokok/ usia >35 tahun, riwayat
penyakit jantung, strok, atau tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHG), riwayat gangguan faktor pembekuan
darah atau kencing manis > 20 th, kanker payudara,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
46

kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit


kepala atau migrain.
6) Kontrasepsi Progestin.
a. Kontrasepsi Suntikan Progestin:Sangat efektif, aman,
dapat dipakai semua perempuan usia reproduksi,
kembali kesuburan rata-rata 4 bulan, tidak menekan
produksi ASI. Tersedia 2 jenis, yaitu: Depo Provera
(Depo Medroksiprogesteron Asetat), mengandung 150
mg DMPA, diberikan/ disuntikkan setiap 3 bulan sekali.
Depo Noristerat (Depo Norestisteron Enantat),
mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan/disuntikkan setiap 2 bulan sekali. Cara kerja:
Mencegah ovulasi; mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma;
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi; dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. Kontra
indikasi: Hamil, pendarahan vagina, penderita kanker
payudara, dan penderita diabetes mellitus.
b. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil) : Cocok untuk
perempuan menyusui, tidak menurunkan produksi ASI,
dosis rendah, serta efektif pada masa laktasi. Cara
kerja: menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium; endometrium mengalami
transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit;
mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma; mengubah motilitas tuba sehingga
transpormasi sperma terganggu.Efektivitas: 98,5%,
dengan catatan rutin diminum, minum pertama dihari
pertama haid, diminum dijam yang sama (malam hari),
dan sanggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
makan pil. Kontra indikasi: hamil/ dicurigai hamil,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
47

pendarahan pervaginam, tidak dapat menerima


terjadinya gangguan haid, pengguna obat TBC dan
epilepsi, kanker payudara/riwayat kanker payudara,
sering lupa menggunakan pil, miom uterus, riwayat
stroke.
c. Kontrasepsi Implan : Adalah metode kontrasepsi
hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat
mencegah kehamilan antara 3 hingga 5 tahun. Cara
kerja: menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan
endometrium tidak siap untuk nidasi, mempertebal
lendir serviks, menipiskan lapisan endometrium.
Efektivitas: sangat tinggi, kegagalan 1-3 %. Kontra
indikasi: hamil/ diduga hamil, pendarahan pervaginam,
tumor/keganasan, penyakit jantung, kelainan haid,
darah tinggi, kencing manis.
7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Profil: Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang
(sampai 10 tahun: CuT-380°); haid menjadi lebih lama dan
lebih banyak; pemasangan dan pencabutan perlu
pelatihan; dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi; tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar pada Infeksi Menular Seksual (Abu, 2011,
hal;187 ).
a. Jenis: (1) AKDR CuT-380'; (2). NOVA T ; Cara Kerja:
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii; (2) Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri; (3) Mencegah sperma dan
ovum bertemu; (4) Memungkinkan untuk mencegah
implantasi telur dalam uterus. Persyaratan Pemakaian
AKDR: Usia reproduktif, keadaan Nulipara,
menginginkan kontrasepsi jangka panjang, menyusui

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
48

yang ingin menggunakan kontrasepsi, setelah


melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus dan
tidak terlihat infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak
menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk
mengingat-ingat minum pil setiap hari, dan tidak
menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama).
Waktu Penggunaan: (1) Setiap waktu dalam siklus
haid (klien dipastikan tidak hamil); (2). Hari 1 s/d 7
siklus haid; (3). Segera setelah melahirkan (48 jam
pertama atau 4 minggu pasta persalinan; (4). Setelah
6 bulan bila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL); (5). Setelah menderita abortus ( segera atau
dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi;
(6). dan selama 1 s/d 5 hari setelah sanggama yang
tidak dilindungi. Petunjuk bagi klien (Pengguna
AKDR): (1). Kembali memeriksakan diri setelah 4
sampai 6 minggu pemasangan AKDR; (2). Selama
bulan pertama pemasangan AKDR, periksalah
benang AKDR secara rutin terutama setelah haid; (3).
Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu
memeriksa keberadaan benang setelah haid, apabila
mengalami: kram/kejang perut bagian bawah,
pendarahan setelah sanggama, nyeri atau tidak
nyaman saat sanggama; (4). Copper T-380A perlu
dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan; (5). Kembali
ke Klinik, apabila: tidak dapat meraba benang AKDR,
merasakan bagian yang keras dari AKDR, AKDR
terlepas, Siklus terganggu/meleset, keluar cairan dari
vagina yang mencurigakan, dan adanya infeksi.
Efektivitas: tinggi. Kontra indikasi: Sedang hamil,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
49

pendarahan vagina, sedang menderita infeksi alat


genital (vaginitis, servisitis), sering menderita PRP
atau abortus septik, kelainan bawaan uterus yang
abnormal atau tumor jinak rahim, penyakit trofoblas
yang ganas, menderita TBC pelvik, kanker alat
genital, dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
8) Kontrasepsi Mantap.
Adalah metode kontrasepsi dengan tindakan pembedahan
pada saluran telur wanita atau saluran mani pria yang
mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan
tidak akan memperoleh keturunan. Syarat calon: sukarela,
bahagia, sehat.
a. Tubektomi : Tubektomi adalah salah satu metode
mantap dengan cara operasi pada wanita (metode
operasi wanita). Tubektomi adalah tindakan
penutupan (pemotongan, pengikatan, pemasangan
cincin) pada kedua saluran telur kanan kiri sehingga
sel telur tidak dapat melewati saluran telur.Tubektomi
bukan pengebiran atau pembuangan kedua indung
telur.
b. Vasektomi : Vasektomi adalah salah satu metode
mantap dengan cara operasi pada pria (metode
operasi pria), Vasektomi (MOP) adalah tindakan
penutupan (pemotongan, pengikatan, pemasangan
cincin) terhadap kedua saluran mani kanan dan kiri
sehingga sel mani tidak bisa keluar pada waktu
sanggama. Vasektomi: bukan pengebirian atau
pembuangan buah zakar. Kontra indikasi kontap
dengan cara operasi: Keadaan kesehatan kurang
baik, gangguan pembekuan darah, dan lain-lain;
alergi terhadap obat-obat anastesi; infeksi waktu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
50

melahirkan (intrapartum) dan nipas; peradangan


panggul dan atau organ reproduksi; obesitas,
kelainan patologik organ reproduksi).
c. Rekanalisasi : Rekanalisasi Tuba Falopii: adalah
operasi rekanalisasi dengan teknik bedah micro.
Teknik ini selain menyambung kembali tuba falopii
juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Seleksi kasus:
Tidak semua klien pasca-tubektomi dapat dengan
mudah menjalankan rekanalisasi. Kontra indikasi: (1).
Umur klien > 37 tahun; (2). Tidak ada ovulasi (ada
masalah ovarium); (3). Suami oligospermi atau
azoospermi; (4). Kesehatan tidak baik, di mana
kehamilan akan memperburuk kesehatannya;
(5).Tuberkulosis genital interna; (6). Perlekatan organ-
organ pelvik yang luas dan berat; (7). Tuba yang
sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm); (8). Infeksi
pelvis yang masih aktif.(Sukawati.2014.h:76)

F. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan
yang logis untuk pengambilan sutau keputusan berfokus pada klien (Varney,
2007).
Asuhan Kebidanan menggunakan tujuh langkah varney, dimana setiap
langkah disempurnakan secara sistematis.Langkah pertama dimulai dari
pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi (Varney, 2007). Langkah-
langkah tersebut antara lain :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
51

a. Langkah pertama : Pengumpulan Data Dasar


1) Data Subyektif
Data Subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien atau keluarga
pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi
tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim kesehatan secara independen
tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan keluarga
dan tim kesehatan yang lain, dimana wawancara tersebut untuk
mengetahui pada ibu.
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, informasi
tersebut biasanya melalui “senses”2S (sight, smell) dan HT (hearing
and touch atau taste) selama pemeriksaan fisik (Nursalam, 2008).
b. Langkah Kedua : Interpretasi Data
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnose
atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan dalah diagnosis dalam lingkup
praktek ke bidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis,
sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemuakan
dari hasil pengkajian.(Betty Mangkuji dkk, 2011, hal; 4)
c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan sambil mengamati pasien, bidan diharapkan bersiap-siap bila
diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi langkah ini penting
sekal untuk melakukan asuhan yang aman.
Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengantisipasi semua
kemungkinan yang dapat muncul. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi
diagnosis dan masalah potensial berdasarkan diagnosis dan masalah yang
sudah terindentifikasi atau diagnosis dan masalah aktual.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
52

Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu mengantisispaso


masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah potensial
yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah
diagnosis potensial terjadi. Langkah ini benar meruapakanlangkah yang
bersifat antisipasi yang rasional dan logis. Kaji ulang diagnosis atau
masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat (Rita Yulifiah
Surahmindari, 2014, hal; 133 - 134).
d. Langkah Keempat : Identifikasi Kebutuhaan Segera
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakuakan analisis data. Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan
terhadap tindakan segera, melaukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Setelah tu mengidentifikasi
masalah perlunya tindakan tindakan segara oleh bidan aau dokter dan
untuk dikunsultasikan atau ditangani bersama dengan angota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan dari proses
menejemen kebidanan yang terjadi kondisi darurat. Kondisi darurat dapat
terjadi pada saat pengeolaan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Kondisi daraurat merupakan kondisi kondisi yang membutuhkan tindakan
dengan segera untuk menangani diagnosis maupun masalah darurat yang
terjadi dan apabila tidak segera dilakukan tindakan segera akan dapat
menyebabkan kematian ibu maupun anak.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik agara dapat mengetahui penyebab langsung diagnosis dan
masalah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan tindakan segera untuk
mengetaui penyebabnya. Jadi, tindakan segera selain diatas bias juga
berupa observasi / pemeriksaan.
Pada penejelasan diatas menunjukan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai pioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
53

Setelah bidan merumuskan tindakan yang diperlukan dilakukan untuk


mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial paada langkah sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan darurat / segera yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini,
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau
bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar
dibutuhkan (Rita Yulifiah Surahmindari, 2014, hal; 134)
e. Langkah Kelima : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan tindakan yang menyeluruh yang merupakan
kelanjutan dari manajemen terhadap diagnose yang telah teridentifikasi.
Tindakan yang dapat dilakukan berupa observasi, penyuluhan atau
pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai dengan advis dokter.
Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dank lien
agar dapat dilaksanakan dengn efektif karena klien diharapkan juga akan
melaksanankan rencana tersebut
f. Langkah keenam : pelaksanaan rencana asuhan (Implementasi)
Pada langkah ini dilakukan asuhan langsung secara efesien dan aman.
Pada langkah keen mini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesian dana aman.
Perencanaan ini dapat dilakuakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.
Meskipun bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, bidan tetap bertangguang jawab dalam menejemen
asuhan klien untuk terlaksananya rencana asuhan bersama. Menejemen
yang efesien, mengingat waktu dan biaya, serta meningkatkan mutu dan
asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakannya. (Rita Yulifiah Surahmindari, 2014: hal 135)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
54

g. Langkah ketujuh : Evaluasi


Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan. Hal yang dievalusi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi
dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana
tersebut dapat diangkap efektif jika memang benar-bener efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagain rencana tersebut efektif, sedangkan
sebagaian lain belum efektif. Mengingat proses menejemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap kali asuhan yang ttidak efektif melalui
menejemen untuk mengidentifikasi mengapa roses menejemen tidak efektif,
serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses menejemen umumnya berupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran yang melakukan tindakan, serta berorientasi
pada proses klinis. Oleh karena proses menejemen tersebut di dalam
situasi klinis dan dua langkah terakhir bergantung pada klien dan situasi
klinis, maka tidak mungkin proses menejem ini dievaluasi hanya dalam
tulisan saja (Rita Yulifiah Surahmindari, 2014: hal 135-136)
2. SOAP
Pendokumentasian atau catatan kebidanan dapat diterapkan dengan metode
SOAP. Dalam SOAP : S adalah data subyektif, O adalah data obyektif, A
adalah Analysis atau Assesment dan P adalah planning. Merupakan catatan
yang sederhana jelas, logis dan singkat.
a. S ( Data Subyektif )
Data subyektif merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama ( pengkajian data) , terutama
yang diperoleh melalui anamnesis
b. O ( Data Obyektif )
Data obyektif merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama ( pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
55

pasien, pemeriksaan laboraturium atau pemeriksaan diagnostic lainya.


Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukan dalam data obyektif. Data ini member bukti gejala klinis pasien
dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. A ( Assesment )
A ( Analysis / Assesment ) merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interprestasi ( kesimpulan ) dari data subyektif dan data obyektif.
Analysis / Assesment merupakan pendokumentasian menejemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan
keempatsehingga mencakup hal-hal berikut ini diagnosis atau masalah
potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan
tindakan merujuk klien
d. Planning
Planning / perencanaan meruapakan membuat rencana asuhan saat ini
hasil dan yang akan datang . renacana asuhan disusun berdasarkan hasil
analisis dan interprestasi data, dalam planning ini juga harus
merencanakan evaluasi yaitu tafsiran efek dari tindakan yang tellah
diambil untuk menilai efektifitas asuhan / hasil pelaksanaan tindakan.

G. KONSEP HUKUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.02.02/MENKES/149/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN
PRAKTIK BIDAN
Pasal 1
1. Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan bidan adalah seorang
perempuan yang lulus darai pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
dengan peraturan perundang undangan
2. Fasilitas pelayanna kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
56

3. Surat izin praktek bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan praktek kebidanan
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sesuai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan
standar operasional prosedur.
5. Surat tanda registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang – undanagn
6. Obat bebas dalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter
7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter
8. Organisasai profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia
Pasal 2
1. Bidan dapat menjalankan praktek pada fasilitas pelayanan kesehatan
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
meliputi fasilitas pelayanna kesehatan diluar praktek mandiri dan atau
praktek mandiri
3. Bidan yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berpendidikan minimal Diploma III (DIII) kebidanna
Pasal 3
1. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB
2. Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yan menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik mandiri atau bidan yang
menjalankan tugas pemerintah sebagai Bidan Desa
Pasal 4
1. SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
2. SIPB berlaku selama STR masih berlaku

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
57

Pasal 5
1. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4, bidan
harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten /
Kota dengan melampirkan :
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir
b. Surat keteranagn sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar
e. Rekomendasi dari organisasi profesi
2. Surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimaan dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam formulir I terlampir
3. SIPB sebagaimaan dimaksudkan pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (
satu ) tempat praktik
4. SIPB sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) sebagaimana tercantum
dalam formulir II terlampir
Pasal 6
1. Bidan dalam menjalankaan praktik mandiri harus memenuhi persayratan
meliputi tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan
2. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran peraturan ini
3. Dalam menjalankan praktek sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) bidan
wajib memasang nama praktik kebidanan
Pasal 7
SIPB dinyatakan tidak berlaku karena :
1. Tempat praktik tidak sesuai lagi denagn SIPB
2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut atas perintah pengadilan
4. Dicabut atas rekomendasi organisasi profesi
5. Yang bersangkutan meninggal dunia

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
58

Pasal 8
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan
meliputi :
1. Pelayanan kebidanan
2. Pelayanan reproduksi perempuan
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 9
1. Pelayanan kebidanan sebagaimaan dimaksud dalam pasal 8 huruf a
ditunjukan kepada ibu dan bayi.
2. Pelayanna kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada maas kehamilan, masa persalianan, masa nifas dan masa
menyusui
3. Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimaan dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 ( dua puluh delapan )
hari
Pasal 10
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 9
ayat (2) meliputi :
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan
d. Pertolongan persalinan normal
e. Pelayanan ibu nifas normal
2. Pelayanan kebidanan kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (3) meliputi :
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
f. Pemberian penyuluhan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
59

Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf a berwenang untuk :
1. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
2. Bimbingan senam hamil
3. Episiotomy
4. Penjahitan luka episiotomy
5. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
6. Pencegahan anemia
7. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
8. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
9. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
10. Pemberian minum dengan sonde/pipet
11. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif
kala III
12. Pemberian surat keterangan kelahiran
13. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan.
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk :
1. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim
dalam rangka menjalankan tugas pemerintah dan kondom
2. Memasang alat kontrasepsi dalam Rahim difasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah dengan supervise dokter
3. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi
4. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam Rahim difasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah
5. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada
masa pranikah dan prahamil.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
60

Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 huruf c, berwenang untuk :
1. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan
bayi
2. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
3. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi
menular seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya,
Pasal 14
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan
tidak ada dokter ditempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagimana dimaksud pasal 8
2. Bagi bidan yang menjalankan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
3. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang di tetapkan oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota
4. Dalam hal daeah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tlaqh terdapat dokter,
kewenangan bidan sebaigaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.
Pasal 15
1. Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang
memberikan pelayanan didaerah yang tidak memiliki dokter
2. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sesuai
dengan modul, pelatihan yang ditetapkan oleh Menteri
3. Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memperoleh sertifikat.
Pasal 16
Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya
menempatkan bidan dengan pendidikan Diploma III atau bidan dengan Diploma I
kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
61

Pasal 17
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu progam pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 18
1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak ditangani dengan tepat waktu
c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang di butuhkan
e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang telah dilakukan
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis
g. Mematuhi satndar
h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk
pelaporan kelahiran dan kematian.
2. Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak :
1. Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan praktik sepanjang
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan.
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya
3. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan
standar pelayanan
4. Menerima imbalan jasa profesi
Pasal 20
1. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pengawasn
dan mengikutseratkan organisasi profesi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015
62

2. Pembinaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan


untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
Pasal 21
1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalm
pasal 20, pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan tindakan
administrative kepada bidan yang melakukan penyelenggaraan praktik dalam
peraturan ini
2. Tindakan administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIPB untuk sementara paling lama 1 tahun
d. Pencabutan SIPB selamanya
Pasal 22
1. SIPB yang dimiliki bidan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan masih tetap
berlaku sampai masa SIPB berakhir
2. Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPB yang sedang dalam proses
perizinan, dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 900/Menkes/SK/VII2002 tentang registrasi dan praktek bidan
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan sepanjang yang
berkaitan dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannya dalam berita Negara Republik Indonesia.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai