Anda di halaman 1dari 2

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur

(BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight (Kemenkes RI, 2011),

sedangkan menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak

berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan

tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.1,4

Pada tahun 2019, secara global terdapat 47 juta balita dengan gizi kurang, dan 14.3 juta

balita dengan gizi buruk. Asia tenggara, termasuk Indonesia, masuk dalam kategori

prevalensi gizi buruk yang tinggi (10-15%), dengan jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk

sebanyak 4.7 juta balita.4 Riskesdas tahun 2018 melaporkan, dari total seluruh balita 0 – 59

bulan di Indonesia yang berjumlah sekitar 23 juta jiwa, 3,5% (805.000) diantaranya

menderita gizi buruk. Laporan ini menunjukkan bahwa proporsi status gizi buruk (severe

wasting atau “sangat kurus”) pada balita telah menurun dari 6,2% (2007) menjadi 5,3%

(2013) dan 3,5% (2018); sedangkan status gizi kurang (wasting atau “kurus”) dari 7,4%

(2007) menjadi 6,8% (2013) dan 6,7% (2018). Meski begitu, angka gizi buruk di Indonesia

masih sangat tinggi jika dibanding negara-negara yang lain.5

Faktor penyebab gizi buruk terdiri atas penyebab langsung dan tak langsung. Salah

satu penyebab langsung adalah infeksi dan keganasan. Salah satu keganasan yang berisiko

tinggi menimbulkan gizi buruk adalah neuroblastoma. Neuroblastoma adalah tumor solid

ekstrakranial yang paling umum pada anak-anak dengan usia puncak 2-3 tahun. Insidensi

neuroblastoma mencapai 8-10% dari seluruh kanker pada anak. Diperkirakan setiap tahunnya

500-1500 kasus baru muncul diseluruh dunia.

Tumor ini berasal dari sel primordial neural crest yang membentuk sistem saraf

simpatis, sehingga dapat muncul dimana saja, sepanjang rantai saraf simpatis. Paling sering

muncul di kelenjar adrenal (48%). Gejala tergantung lokasi tumor dan metastase. Namun

secara umum muncul gejala sistemik seperti kelemahan umum, penurunan berat badan,
anoreksia dan demam yang tidak spesifik. Pada masa intrabdominal gejala seperti nyeri,

distensi abdomen, konstipasi, diare dan hipertensi dapat terjadi.

Selain keganasan, infeksi juga dapat menjadi penyebab gizi buruk. Salah satu infeksi

yang dapat menurunkan berat badan adalah infeksi Tuberculosis. Tuberkulosis adalah

penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.

Penyakit ini menyebar melalui udara, ketika orang yang terkena TB batuk, bersin, berbicara

atau meludah. Kebanyakan infeksi pada manusia bersifat laten dan tanpa gejala, dengan

sekitar satu dari sepuluh infeksi laten akhirnya berkembang menjadi penyakit aktif. Jika tidak

diobati, TB aktif membunuh antara 20% dan 70% korbannya dalam sepuluh tahun tergantung

pada tingkat keparahannya. Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan angka TB

tertinggi di dunia. Kelima negara ini menyumbang 56% dari keseluruhan kasus TB di

seluruh dunia.16

Gejala TB anak dapat berupa gejala sistemik/umum, atau sesuai organ terkait. Yang

termasuk gejala umum yaitu berat badan turun, atau tidak naik dalam dua bulan, demam lama

lebih dari 2 minggu, batuk lama lebih dari 2 minggu, dan lesu atau lemah. TB dapat

mengenai organ selain paru. salah satunya tulang. TB tulang atau sendi, paling sering

mengenai tulang belakang (spondilitis TB), sendi panggil dan sendi lutut. Gejala spesifik TB

tulang-sendi yaitu bengkak, kaku kemerahan dan nyeri saat bergerak pada sendi yang terkena.

Berdasarkan pemaparan diatas, sangat erat kaitannya gizi buruk dengan keganasan

neuroblastoma dan infeksi tuberculosis, maka pada laporan kasus kali ini akan dibahas

mengenai kasus pada anak dengan neuroblastoma, TB paru dan gizi buruk marasmus yang

dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai