Anda di halaman 1dari 28

DISCOVERY LEARNING PERUBAHAN IKLIM

KEKERINGAN, GELOMBANG PANAS, BANJIR, GEMPA, ERUPSI


GUNUNG

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Nofrida Saswati

DISUSUN OLEH :

Miranda Saraswati

(1714201019)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN 2020/2021

1
A. KEKERINGAN
1. Defenisi Kekeringan
Kekeringan sulit untuk dapat didefinisikan secara tepat, secara umum kekeringan
merupakan suatu kondisi dimana terjadi kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan (Bayong,
2004). Adapun definisi lain kekeringan merupakan suatu fenomena yang normal, biasanya
terjadi secara berulang sesuai dengan iklimnya. Mendefinisikan kekeringan merupakan hal
yang sulit karena sangat bergantung pada perbedaan wilayah, kebutuhan, sudut pandang
disiplin ilmu. Secara garis besar, kekeringan terjadi akibat kurangnya curah hujan yang turun
selama beberapa kurun waktu tertentu dan mengakibatkan kekurangan air untuk beberapa
kegiatan, kelompok, di beberapa wilayah (The National Drought Mitigation Center, 2014).
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila
suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis
akibat penguapan (evaporasi),transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
2. Jenis-Jenis Kekeringan
Kekeringan hampir terjadi dimanapun, walaupun kejadiannya bervariasi dari wilayah
yang satu dengan wilayah lainnya. Kekeringan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Kekeringan Meteorologis (Meteorological Drought)

Kekeringan ini berkaitan dengan besaran curah hujan yang terjadi berada dibawah
kondisi normalnya pada suatu musim.Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis
merupakan indikasi pertama terjadinya kondisi kekeringan.

b. Kekeringan Pertanian

Menurut (The National Drought Mitigation Center, 2014) kekeringan pertanian atau
Agricultural Drought berhubungan erat dengan karakteristik kekeringan meteorologi
(Meteorological Drought) maupun kekeringan hidrologi (Hydrological Drought) yang
berpengaruh pada pertanian dengan fokus pada kekurangan curah hujan, perbedaan antara
evapotranspirasi potensial dan aktual, deficit air tanah, berkurangnya air tanah atau tingkat
reservoir, dsb.

c. Kekeringan Hidrologis

2
Menurut BNPB pada tahun 2014, kekeringan ini terjadi berhubungan dengan
berkurangnya pasokan air permukaan dan air tanah.Kekeringan hidrologis diukur dari
ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara
berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau dan air
tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awaln terjadinya kekeringan.

3. Tanda-Tanda Umum Kekeringan


Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut:
1) Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal
dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi
pertama adanya bencana kekeringan.
2) Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan
dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk,
danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya
kekeringan.
3) Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang
menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.
4. Faktor-Faktor Terjadinya Kekeringan
Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1) Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak
akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami
penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di
daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.

2) Air tanah dalam


Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam
lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan
intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka
waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai
bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat
musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah

3
yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim
kemarau, karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu
naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada
musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3) Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu
yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena
tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah
yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih
cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya
proses penguapan.
4) Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan
alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang
terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat perubahan
kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama daripada musim
penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan memungkinkan
terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di musim
kemarau.
5) Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi
tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih
banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam
tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah
pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat
memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat
rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu
tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan
demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau
terbatas jumlahnya.
6) Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap
kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki
kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini
4
disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh
tanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan
terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran
tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.
5. Dampak Kekeringan
a. Fisik
1) Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
2) Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
3) Kerusakan spesies tanaman.
4) Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
5) Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya
pandang).
6) Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit
untuk dijadikan lahan pertanian.
7) Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan
suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.
Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam
menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.

b. Non Fisik
1) Ekonomi
(a) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
(b) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
(c) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
(d) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
(e) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energi.
(f) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
(g) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
(h) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
(i) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada
lembaga-lembaga keuangan.

2) Sosial Budaya
5
a. Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah
terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan
banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang
akan sakit flu dan batuk.
b. Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
c. Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang
terkait dengan kekeringan.
d. Konflik di antara penggunan air.
e. Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
f. Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan
pemulihan.
g. Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
h. Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
i. Kekacauan sosial, perselisihan sipil.
j. Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan
mata pencaharian.
k. Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan
pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.

3) Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana
kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah
dibentuk di Indonesia yaitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
6. Mitigasi Dampak Kekeringan
Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana
1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim
dari daerah ke pusat pengolahan data.
2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan
memperhatikan historical right dan azas keadilan
3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan
iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
kekeringan.
6
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:

1. Pra bencana
a) Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b) Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku
untuk air bersih.
c) Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang
ada di lingkungan tinggal kita.
d) Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e) Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan
plester semen atau ubin keramik.
f) Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g) Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h) Panen dan konservasi air

Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran
permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah.
Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen
secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran
permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.
Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering
(dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada
musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada
musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau. Penampungan
atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan
masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim
hujan.
(1) Rorak
Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80
cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke
dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam
tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat
dikurangi.

7
Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau
infiltrasinya rendah—dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.
(2) Saluran buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga
disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran
buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan
terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada akar.
(3) Lubang penampungan air (catch pit)
Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari
kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air, sehingga
kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi. Lubang harus
dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan menyebabkan kematian
tanaman.
(4) Embung
Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan.
Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro.
Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di
dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang
tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan
minuman ternak selama musim kemarau.
Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan
air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air
akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini
akan memerlukan biaya tinggi.
(5) Bendungan Kecil (cek dam)

Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari
sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air
menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada
musim kemarau diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan
berbagai keperluan lainnya.

(6) Panen air hujan dari atap rumah

8
Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk
dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk
minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan
mengandung debu yang cukup tinggi.

Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi


yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.

a) Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):


1. Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
2. Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
3. Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang
mempunyai waduk.
4. Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
5. Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.
6. Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.
7. Persiapan tindak darurat.
8. Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
9. Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
10. Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
11. Penyediaan pompa air.
b) Perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
1. Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan
di hulu.
2. Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
3. Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah
sungai.
4. Penggunaan air secara hemat.
5. Penciptaan alat sanitasi hemat air.
6. Pembangunan prasarana daur ulang air.
7. Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
c) Saat terjadi Bencana

9
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak
yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan
melalui:

Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air :

(1) Penyediaan air minum dengan mobil tangki.


(2) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
(3) Penyediaan pompa air.
(4) Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara
lain dengan upaya:

a) Dampak Sosial:
(1) Penyelesaian konflik antar pengguna air.
(2) Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami
kekeringan.
b) Dampak Ekonomi:
(1) Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru,
optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air,
penghentian perusakan hutan, dll.
(2) Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang
pemakaian air.
(3) Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/
hutan melalui diversifikasi usaha.
(4) Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui
perbaikan sistem pemasaran.
c) Dampak Keamanan:
(1) Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
(2) Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan
api.
d) Dampak Lingkungan:
(a) Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
(b) Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.

10
(c) Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim
kemarau.
(d) Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan
pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.
(e) Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan
dengan cara tanpa pembakaran.

2. Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat
bencana kekeringan antara lain:
a) Bantuan sarana produksi pertanian.
b) Bantuan modal kerja.
c) Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d) Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran
pembawa, dll.
e) Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
f) Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem
lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial,
yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan dampak.

B. GELOMBANG PANAS
1. Definisi
Definisi gelombang panas(inframerah) adalah periode lanjutan dari cuaca yang
sangat panas, yang diikuti oleh kelembaban tinggi. Sebutan gelombang panas ini relatif
bagi cuaca umum di suatu daerah. Temperatur yang dianggap normal oleh orang-orang
dari daerah beriklim panas dapat dianggap sebuah gelombang panas di daerah dingin bila
mereka berada di luar pola iklim normal untuk daerah itu. Sebutan ini diaplikasikan
kepada variasi cuaca rutin dan penyebaran panas yang berlebihan yang mungkin hanya
terjadi sekali seabad. Beberapa gelombang panas telah menyebabkan kegagalan panen
yang merugikan, ribuan kematian karena hipertermia, dan mati listrik tersebar karena
penggunaan pendingin udara yang terlalu meningkat. Gelombang panas disebabkan oleh
11
kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang
panas/inframerah) Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh
molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3).
Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu
udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas
yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca disingkat dengan GRK. Efek
Rumah Kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan
tidak bisa menyebar. Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan
lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan lapisan teratas
atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet)
memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi
gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca, peningkatan
gas rumah kaca mempengaruhi pola hujan dan siklus air global dan istilah pada saat ini
yaitu pemanasan global. Gelombang panas juga dapat diartikan sebagai suatu masa saat
temperatur udara maksimum harian selama 5 hari atau lebih berturut-turut melebihi
temperatur maksimum rata-rata sebesar 5 derajat Celcius.
2. Jenis-jenis gelombang
a. Berdasarkan medium Gelombang mekanik Contoh: gelombang bunyi, gelombang tali,
gelombang pada permukaan air. Gelombang elektromagnetik Contoh: gelombang cahaya,
sinar x, sinar inframerah. Pada pembahasan ini gelombang panas termasuk gelombang
elektromagnetik tanpa medium yaitu gelombang inframerah. Biasanya berita mengenai
bencana alam rata-rata membicarakan gempa dan badai namun kali ini bencana besar yang
dialami oleh banyak Negara adalah gelombang panas (heatwaves). Gelombang panas baik
secara langsung ataupun tidak langsung juga banyak menelan korban jiwa seperti yang
terjadi di benua Eropa dari Rusia hingga mencapai Portugal yang membuat suhu udara
meningkat sangat drastis dan menyebabkan banyak kematian karena hipertermia,
kegagalan panen, kebakaran hutan, terputusnya sambungan listrik karena penggunaan
pendinginan udara yang terlalu meningkat hingga melunakkan aspal jalan raya dan
mengakibatkan banyak kecelakaan lalu-lintas. Bahkan di Bryansk, Rusia,dampak dari
gelombang panas ini sisa-sisa partikel radioaktif dari ledakan Chernobyl tahun 1986 yang
sudah terserap kedalam tanah dikhawatirkan akan terlepas kembali ke udara dan dapat
membentuk awan radioaktif yang sangat membahayakan.. Tidak hanya menyerang Eropa,
gelombang panas juga terjadi di Asia. Di Jepang mengakibatkan 66 orang tewas dan
15.000 lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat hipertermia dan serangan otak (stroke).
12
Sementara di Cina, suhu udara mencapai 440C dan menyebabkan puluhan mesin bus di
Beijing mengalami kebocoran hingga mengeluarkan oli dan terbakar. Bahkan Timur
Tengah juga tak luput dari serangan gelombang panas tahun ini. Tingkat keparahan
gelombang panas sendiri bergantung pada intensitas panas, durasi kejadian dan temperatur
tertinggi yang dicapai pada malam hari. Sebagai contoh, kejadian gelombang panas yang
terjadi tahun 2003 di Eropa yang temperatur siang harinya rata-rata mencapai 350C. Di
banyak negara Eropa terjadi pemecahan rekor temperatur tetinggi, misalnya di Rusia
(380C), Swiss (320C), Portugal (470C), serta Inggris yang merasakan untuk petama
kalinya temperatur diatas 370C dalam 300 tahun terakhir. Sebagian besar orang dapat
menolerir temperatur yang tinggi pada siang hari karena tubuh dapat mendingin secara
otomatis pada malam hari, tetapi kenyataannya gelombang panas yang melanda Eropa
selama dua minggu, temperatur pada malam harinya tidak turun secara signifikan sehingga
tubuh tidak sempat melakukan pendinginan dan menyebabkan banyak kematian akibat
hipertermia. Selain itu, kematian akibat gelombang panas juga disebabkan oleh buruknya
kualitas udara karena mengumpulnya udara beracun dari asap kebakaran hutan. Menurut
para meteorologiawan, cuaca ekstrim seperti gelombang panas di Eropa saat ini
disebabkan oleh adanya penyimpangan perilaku arus jet (jetstream). Arus jet adalah angin
yang berada di altitude tinggi yang mengelilingi dunia dari barat ke timur dan biasanya
mendorong kelembaban yaang ringan dari Samudra Atlantik sampai Inggris Raya. Arus
ini dibawa oleh gelombang Rossby yang biasanya menghasilkan pola yang khas, tetapi
saat ini menunjukkan pola yang tidak biasa. Sejak pertengahan Juli, saat biasanya
mengarah ke timur, arus jet terblokir oleh gelombang Rossby yang menghadangnya. Arus
jet itu adalah perangkap sistem cuaca, udara hangat tersedot ke puncak sementara udara
dingin menuju ke‘palung’. Serangan gelombang panas di Eropa serta banjir dan tanah
longsor di Asia dalam beberapa pekan terakhir merupakan bukti bahwa prediksi
pemanasan global sangat tepat. Ini adalah peristiwa-peristiwa yang muncul kembali dan
makin intensif di tengah iklim yang terganggu efek rumah kaca, peristiwa ekstrim seperti
ini merupakan salah satu contoh di mana perubahan iklim yang dramatis bisa tampak
secara nyata. Tanpa tindakan mengurangi efek rumah kaca, suhu global bisa naik 6 derajat
celcius di akhir abad ini.
3. Tindakan-tindakan mengurangi efek rumah kaca:
1. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar sebaiknya
lebih diefisienkan. 2. Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah
lingkungan. 3. Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi
13
kadar karbon dioksida. 4. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik,
bahkan tenaga tata surya.

C. BANJIR

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan perubahan iklim


meningkatkan risiko curah hujan ekstrem yang menjadi salah satu penyebab banjir.

1. Pengertian Banjir
• Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah
yang begitu besar.
• Banjir adalah peristiwa yang terjadi saat aliran air yang berlebihan merendam daratan.
• Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
sebab volume air yang meningkat.
• Banjir adalah aliran air yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau
saluran. (Berdasar SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta 2004).
• Banjir adalah peristiwa tergenangnya suatu wilayah oleh air, baik air hujan, air sungai
atau air pasang. (Buku Geografi kelas XI yang ditulis oleh Nurmala Dewi tahun
2007).

2. Penyebab Banjir
• Curah hujan tinggi.
• Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
• Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar
sempit.
• Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
• Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
• Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
• Hutan gundul akibat penebangan hutan secara liar.
• Dampak yang ditimbulkan dari banjir.

3. Dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh banjir


Bencana banjir kadang dapat diprediksi dan kadang tidak dapat diprediksi. Banjir
dapat diprediksi ketika datang pada saat musim hujan di daerah yang sering banjir,

14
sedangkan banjir yang tidak dapat diprediksi biasanya terjadi pada daerah yang jarang
terjadi banjir. Bencana banjir dapat merugikan banyak orang karena banjir berdampak
negatif baik kesehatan ataupun terhadap lingkungan. Selain itu bencana banjir juga
mengakibatkan kerusakan dan tidak sedikit masalah lingkungan yang timbul akibat
terjadinya banjir.
Ada 10 akibat dari banjir di berbagai bidang :
• Banjir dapat melumpuhkan sarana transportasi.
• Banjir dapat merusak sarana dan prasarana.
• Banjir menghentikan aktivitas sehari-hari.
• Banjir dapat menghilangkan atau merusak peralatan, harta benda, dan jiwa manusia.
• Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar.
• Banjir dapat menyebabkan pemadaman listrik.
• Banjir dapat mengganggu atau merusak perekonomian.
• Banjir dapat mengganggu, atau menghilangkan masa depan.
• Banjir dapat menyebabkan erosi dan tanah longsor.
• Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit).

4. Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir


Beberapa tindakan dalam upaya mengurangi dampak banjir yang terjadi adalah
sebagai berikut :
• Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
• Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir.
• Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
• Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
• Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
• Program penghijauan daerah hulu sungai wajib selalu dilaksanakan serta mengurangi
aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

5. Jenis-jenis Banjir Menurut Penyebabnya di Indonesia


Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan
menjadi lima tipe sebagai berikut:

15
1. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa saja.
Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup parah. Banjir bandang
biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi di daerah pegunungan.
2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya banjir in
terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena intensitas banyak
sehingga air tidak tertamoung dan meluap itulah banjir air.
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang tapi banjir
lumpur yaitu banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke daratan.banjir
lumpur mengandung bahan yang berbahaya dan bahan gas yang mempengaruhi
kesehatan makhul hidup lainnya.
4. Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)
Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini
menerjang kawasan di wilayah sekitar pesisir pantai.
5. Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air , tapi banjir cileunang
terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung.

6. Daerah Rawan Banjir


“Daerah rawan banjir adalah daerah yang sering dilanda banjir. Daerah
tersebut dapat diidentikasi dengan menggunakan pendekatan geomorfologi khususnya
aspek morfogenesa, karena kenampakan seperti teras sungai, tanggul alam, dataran
banjir, rawa belakang, kipas aluvial, dan delta yang merupakan bentukan banjir yang
berulang-ulang yang merupakan bentuk lahan detil yang mempunyai topografi datar
“(Dibyosaputro, 1984).
Menurut Pratomo (2008) dan Isnugroho (2006), “daaerah rawan banjir dapat
diklasifikasikan menjadi empat daerah, yaitu daerah pantai, daerah dataran banjir,
daerah sempadan sungai, dan daerah cekungan”.

16
D. GEMPA
1. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getran yang dirasakan di permukaan bumi yang di sebabkan oleh
gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi.Pusat atau sumber
gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah permukaan bumi
ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut
episentrum. Gempa bumi adalah getaran bumi atau getaran kulit bumi secara tiba-
tiba,bersumber pada lapisan kulit bumi (litosfer) bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi
ke permukaan bumi. Gempa bumi di sebabkan adanya pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam kulit bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi termasuk
bagian dari tenaga endogen yang merusak, menyimpang dari sifat tenaga endogen pada
umumnya, yaitu membangun tetapi merupakan gejala sampingan tenaga endogen yaitu
tektonisme dan vulkanisme.

2. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

Menurut sebab terjadinya, gempa diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Gempa vulkanisme Gempa vulkanisme terjadi karena meletusnya gunung berapi. Kalau
gunung api akan meletus timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu
menyebabkan terjadinya getaran yang di sebut gempa bumi. Gempa bumi ini hanya terdapat
di daerah sekitar gunung api yang meletus. Gempa bumi ini lebih bahaya dari gempa bumi
runtuhan.

2. Gempa runtuhan Gempa bumi runtuhan terjadi karena guguran atau runtuhan tanah atau
runtuhnya bagian atas litosfer karena sebelah dalam berongga. Daerah yang terjadi gempa
guguran adalah daerah tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur atau lubang
di dalam pegunungan kapur. Kadang-kadang terdapat gua yang terjadi karena pelarutan. Jika
atap gua tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi. Bahaya yang di akibatkan gempa
bumi runtuhan kecil, umumnya gempa runtuhan terjadi pada wilayah local.

3. Gempa Tektonik Gempa bumi tektonik di sebabkan oleh gerak lempeng tektonik dan
merupakan akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa ini
adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan rangkaian
sirkum pasifik. Bahaya gempa ini besar sekali sebab lapisan bumi dapat mengalami lipatan
patahan, retakan atau bergeser. Karena gempa ini selalu mengakibatkan pergeseran muka

17
bumi, maka gempa ini di sebut juga gempa dislokasi. Dislokasi berasal dari kata Dis artinya
terpisah, iocare artinya tempat. Jadi, timbulnya getaran itu karena retakan kulit bumi atau
terpisahnya kulit bumi dari kedudukan semula.

4. Ledakan Nuklir Gempa ini terjadi di sebabkan oleh peledakan nuklir. Pada umumnya
peristiwa ini terjadi pada Negara-negara yang sedang perang atau yang melakukan percobaan
hasil rakitnya.Kekuatan gempa ini tergantung dari hantaman nuklir tersebut.

3. Jalur Gempa Bumi

Di Indonesia Jenis gempa yang banyak terjadi di Indonesia adalah gempa vulkanik,
alasannya di indonesia yaitu banyak gunung berapi yang masih aktiv. Selain gempa vulkanik,
jenis gempa tektonik juga sering terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan di Indonesia masih
berlangsung proses pembentukan pegunungan baik patahan maupun lipatan. Hal ini
menyebabkan terjadinya peristiwa oengangkatan dan penurunan pada lapisan kulit bumi.
Wilyah di Indonesia secara geologis termasuk daerah yang rawan gempa, baik gempa
tektonik maupun gempa vulkanik. Sebab indonesia secara geologis merupakan pertemuan
dari beberapa lempeng kulit bumi, apa saja nama lempeng tersebut ? berikut:

1. Lempeng Benua Eurasia (Eropa dan Asia)

2. Lempeng Samudra Hindia

3. Lempeng Benua Australia

4. Lempeng Samudra Pasifik Lempeng Benua Asia dan Eropa (Eruasia) relatif stabil
dibanding lempeng yang lainnya. Lempeng Samudra Hindia dan lempeng Australia
bergerak menuju ke arah utara mendesak lempeng Benua Asia dan Eropa. Sedangkan
lempeng Samudra Pasifik bergerak ke arah barat mendesak lempeng Benua Asia dan
Eropa. Pertemuan tiga lempeng tersebut, merupakan jalur gempa di Indonesia.
Contoh Gempa Bumi Yang Pernah Terjadi Di Indonesia

1. Gempa bumi samudra hindia tahun 2004, berkekuatan 9,1 sampai 9,3 SR

2. Gempa bumi Sumatra tahun 1833 berkekuatan 8,8 sampai 9,2 SR

3. Gempa bumi Sumatera tahun 2005 berkekuatan 8,7 SR

4. Gempa Laut Banda tahun 1938 berkekuatan 8,5 SR

18
5. Gempa bumi Sumatera 1861 berkekuatan 8,5 SR

6. Gempa bumi Sumatera tahun 1797 berkekuatan 8,4 SR

7. Gempa bumi Bengkulu tahun 2007 berkekuatan 7,9 SR

8. Gempa bumi Jawa tahun 2006 berkekuatan 7,7 SR

9. Gempa bumi di Sumatera tahun 2009 berkekuatan 7,6

10. Gempa bumi di Papua tahun 2009 berkekuatan 7,6 SR E.

4. Tanda-Tanda Gempa Bumi

1. Adanya awan berbentuk seperti angin tornado atau seperti pohon /


batang berbentuk lurus / memanjang vertikal bisa dikatakan itu merupakan awan gempa
yang biasanya muncul sebelum gempa terjadi. Adanya awan gempa yang berbentuk aneh
tersebut tidak dapat memastikan kapan gempa akan terjadi. Awan seperti itu terlihat di
Kobe 8 hari sebelum gempa. Di Niigata, awan seperti itu terlihat hanya 4 jam sebelum
gempa Niigata Oktober 2004.Awan yang berbentuk aneh tersebut terjadi karena adanya
gelombang elektromagnetis berkekuatan hebat dari dasar bumi sehingga mampu
menghisap daya listrik di awan sehingga terbentuk awan mirip angin tornado atau awan
vertikal. Gelombang elektromagnetis berkekuatan besar tersebut terjadi akibat adanya
patahan atau pergeseran lempeng bumi.

2. Lakukan uji medan elektromagnetis di dalam rumah. Cek siaran TV apakah mengalami
gangguan atau tidak. Apabila memiliki mesin fax, periksa apakah lampunya blinking
sekalipun tidak sedang transmit data kemudian minta orang lain untuk mengirim fax ke
alamat fax kita periksa apakah teks yang dikirim berantakan atau tidak. Matikan aliran
listrik. Periksa apakah lampu neon tetap menyala redup sekalipun tidak ada arus listrik.
Apabila Tv mengalami gangguan, lampu fax blinking padahal tidak sedang transmitting,
teks yang kita terima berantakan dan neon tetap nyala sekalipun tidak ada arus listrik, itu
menunjukkan adanya gelombang elektromagnetis luar biasa yang sedang terjadi tapi kasat
mata dan tidak bisa dirasakan oleh manusia.

3. Perhatikan hewan - hewan disekitar kita. Periksa apakah hewan - hewan seperti
“menghilang”, lari, atau bertingkah laku aneh. Pada umumnya hewan memiliki
kemampuan mendeteksi suara dan gelombang elektromagnetik melebihi kemampuan

19
manusia. Apabila ketiga ciri - ciri tersebut terlihat dalam waktu bersamaan atau dalam
selang waktu yang tidak terlalu lama maka bersiap siaplah untuk melakukan evakuasi.

4.Perhatikan juga apakah air tanah tiba - tiba menjadi surut tidak seperti biasanya. Jika
empat tanda ini ada atau terlihat dalam waktu bersamaan, segeralah bersiap-siap untuk
evakuasi. Empat tanda tersebut kemungkinan besar menunjukkan memang akan ada
gempa berkekuatan besar. Waspadalah dan persiapkan keamanan sedini mungkin.

5. Antisipasi Gempa Bumi Dan Cara Penanggulangannya

Oleh karena membawa dampak merugikan bagi kehidupan khususnya kehidupan


manusia maka diperlukan upaya-upaya antisipasi baik sebelum terjadi gempa, saat terjadi
gempa, dan setelah terjadi gempa. Upaya tersebut diperlukan mengingat letak Indonesia yang
berada pada zona utama gempa bumi. Lempeng samudera yang rapat massa lebih besar
ketika bertumbukan dengan lempeng benua di area tumbukan (subduksi) akan bergerak
menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat bergesekan
dengan selubung bumi, yang lebih lanjut menyebabkan akumulasi energi di area patahan dan
area subduksi. Akibatnya, di sekitar area-area tersebut terjadi tekanan, tarikan, dan geseran.
Ketika batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh
lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses tersebut mengakibatkan getaran partikel ke segala
arah yang disebut sebagai gelombang gempa bumi (seismic waves). Nah, di sekitar daerah
tumbukan lempeng-lempeng itulah gempa bumi bisa terjadi.

E. Pengertian Gunung Api


1. Definisi

Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang
dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung. Menurut Alzwar
(1998), gunung api merupakan timbulan di permukaan bumi, yang tersusun atas timbunan
rempah gunung api, tempat dengan jenis dan kegiatan magma yang sedang berlangsung,
tempat keluarnya batuan leleran dan rempah lepas gunung api dari dalam bumi. Menurut
Mac Donald (1972), gunung api adalah tempat atau bukaan berasalnya batuan pijar (gas)
dan umumnya keduanya, keluar kepermukaan bumi, sehingga bahan batuan tersebut
berakumulasi membentuk bukit atau gunung. Sedangkan menurut Bronto (2006), setiap
proses alam yang berhubungan dengan kegiatan gunung api, meliputi asal-usul

20
pembentukan magma di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi dalam
berbagai bentuk dan kegiatannya. Setiap magma yang muncul ke permukaan bumi adalah
gunung api.

Secara etimologi kata gunung berapi “volcano” berasal dari nama Vulcano, sebuah
pulau vulkanik di Kepulauan Aeolion Italia yang namanya pada gilirannya berasal dari
Vulcan, nama dewa api dalam mitologi romawi, disebut Vulkanologi . Secara umum
istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan
dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat dia meletus.

2. Proses Terjadinya Gunung meletus

Gunung meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong
keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi
terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh
radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90
km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar
sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi
ini.
Hasil letusan gunung berapi (sumber:MPBI)
1. Gas vulkanik
2. Lava dan aliran pasir serta batu panas
3. Lahar
4. Tanah longsor
5. Gempa bumi
6. Abu letusan
7. Awan panas (Piroklastik)
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang
dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida
(H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.
Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui
kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai
atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.

21
Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng
gunung berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran
bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar
hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus,
sehingga air danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan
terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar puncaknya.
Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas
jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir
Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari lembah. Awan panas
hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan
kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan
panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material
berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai
puluhan, ratusan bahkan ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan
panas bisa mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan,
leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak bernafas.
Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena hembusan
angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu
letusan Permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih,
menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap,
merusak ladang, merusak infrastruktur.
Persiapan menghadapi Letusan gunung Berapi :
1. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
2. Membuat perencanaan penanganan bencana
3. Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
4. Mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)

Jika terjadi Letusan gunung Berapi :


1. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar
2. Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas
3. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan
4. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya
5. Gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau lainnya
22
6. Jangan memakai lensa kontak
7. Pakai masker atau kain menutupi mulut dan hidung
8. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

Setelah terjadinya Letusan Gunung Berapi :


1. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan atap dari timbunan Abu, karena beratnya bisa merusak ataun meruntuhkan atap
bangunan
3. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
motor, rem, persneling hingga pengapian.

Beberapa tanda-tanda sebelum meletus :


1. Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadu kenaikan aktifitas Merapi.
2. Mata air menjadi kering.
3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan di sekitar gunung layu.

3. Penyebab Letusan Pada Gunung Berapi


Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab
berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan
dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang
merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di
sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.
Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi.
Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu,
suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat
batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian
besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi.
Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena
massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma
naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin
yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber)
23
inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik
berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah
tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma
meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak.
Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati
permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama
meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar
magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini.
Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk
pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah
tersebut.
Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan
berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian
mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih
kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang
terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.
4. Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia
1. Status Awas
a. Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis
yang menimbulkan bencana
b. Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
c. Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
Tindakan :
a. Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
b. Koordinasi dilakukan secara harian
c. Piket penuh

2. Status Siaga
a. Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan
bencana
b. Peningkatan intensif kegiatan seismik
c. Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau
menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
24
d. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
Tindakan
a. Sosialisasi di wilayah terancam
b. Penyiapan sarana darurat
c. Koordinasi harian
d. Piket penuh

3. Status Waspada
a. Ada aktivitas apa pun bentuknya
b. Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
c. Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
d. Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan
hidrotermal
Tindakan
a. Penyuluhan/sosialisasi
b. Penilaian bahaya
c. Pengecekan sarana
d. Pelaksanaan piket terbatas

4. Status Normal
a. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
b. Level aktivitas dasar
Tindakan
a. Pengamatan rutin
b. Survei dan penyelidikan

5. Jenis-Jenis Gunung Berapi


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Gunung Api merupakan gunung yang
terbentuk dari hasil erupsi magma, lalu setiap gunung memiliki jenis-jenis atau tipe yang
berbeda berdasarkan sebagai berikut:
1. Gunung Api Berdasarkan Bentuknya
a. Stratovolcano : Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah
sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan,
sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak
25
beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi
merupakan jenis ini.
b. Perisai : Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair,
sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya
akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik.
Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
c. Cinder Cone : Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan
vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini
membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari
tanah di sekitarnya.
d. Kaldera : Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo
merupakan jenis ini.

2. Gunung Api Berdasarkan Proses Terjadinya


a. Gunung api Maar, berbentuk seperti danau kawah. Terjadi karena letusan besar yang
kemudian membentuk lubang besar di bagian puncak. Bahan-bahan yang
dikeluarkan berupa benda padat/effiata. Contoh, Gunung Lamongan di Jawa Timur.
b. Gunung api kerucut/srato, yaitu jenis gunung api yang paling banyak dijumpai.
Berbentuk seperti kerucut dengan lapisan lava dan abu yang berlapis-lapis. Terjadi
karena letusan dan lelehan batuan panas dan cair. Lelehan yang sering terjadi
menyebabkan lereng gunung berlapis-lapis sehingga disebut strato. Sebagian besar
gunung api di Indonesia masuk dalam kategori gunung api kerucut. Contoh, Gunung
Merapi.
a. Gunung api perisai/tameng, berbentuk seperti perisai, terjadi karena lelehan yang
keluar dengan tekanan rendah, sehingga nyaris tidak ada letusan dan membentuk
lereng yang sangat landai dengan kemiringan 1 sampai 10 derajat. Contoh gunung
api perisai/tameng antara lain Gunung Maona Loa Hawaii di Amerika Serikat.

3. Gunung Api Berdasarkan Tipe Letusan


a. Hawaian, memiliki tipe letusan dengan pancuran lava ke udara mencapai ketinggian
200 meter, mudah bergerak dan mengalir secara bebas.
b. Strombolian, memiliki ciri letusan mencapai 500 meter dengan pijaran seperti
kembang api.
26
c. Merapi, memiliki tipe letusan dengan ciri guguran lava pijar saat kubah lava runtuh.
d. Volcanian, memiliki ciri letusan yang membentuk volcano disertai awan panas yang
padat.
e. Pelean, gunung api dengan tipe letusan yang paling merusak karena magma yang
meletus dari bagian lereng gunung yang lemah.
f. St. Vincent, gunung api dengan tipe letusan yang disertai longsoran besar dan awan
panas yang bisa menutupi area yang luas.
g. Sursteyan, gunung api dengan tipe letusan dengan vulkanian tetapi kekuatan
letusannya lebih besar.
h. Plinian, gunung api dengan tipe letusan eksplosif yang sangat kuat dengan
ketinggian letusan yang mencapai >500 km.

6. Dmpak Positif dan Negatif Akibat Gunung Meletus


Gunung berapi merupakan gunung yang sewaktu – waktu bisa meletus. Di Indonesia
terutama dipulau jawa merupakan daerah yang banyak gunung berapinya. Adanya
gunung api ini member pengaruh bagi kehidupan, baik pengaruh positif maupun negatif.
Berikut merupakan penjelasan dampak positif atau menfaat dari gunung berapi
Gunung api mengeluarkan abu vulkanis yang dapat menyuburkan tanah Material gunung
api berupa batu, kerikil, dan pasir dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunanMagma
yang telah membeku di permukaan bumi menyimpan bermacam material logam atau
bahan tambang, seperti emas dan perakKawasan gunung api bisa di manfaatkan untuk
lahan hutan, perkebunan dan pariwisata.
Adapun dampak negative atau kerugian yang disebabkan oleg gunung api adalah :Lava
pijar yang bercampur air pada kawah gunning api membentuk lahar panas yang dapat
meluncur menuruni lereng menghancurkan apaapun tak terkecuali daerah
pemukiman.Lava dingin berupa aliran batu, kerikil, dan pasir bertumpuk – tumpuk
dipuncak gunung, pada saat tertentu akan meluncur menuruni daerah yang dilalui dan
menghancurkan apapun yang adaApabila gunung berapi dibawah permukaan laut
meletus, biasannya diikuti gelombang tsunamiAbu vulkanis yang membumbung tinggi
keudara atau yang sering disebut wedos gembel dapat mengganggu jalur penerbangan.`

27
DAFTAR PUSTAKA

Tjastono, Bayong. 2003. Geosains. Bandung: ITB.

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB.

Tjasyono, Bayong. 2008. Meteorogi Terapan. Bandung: ITB Press

Anonim. 2007. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

ISDR. 2009. UNISDR Terminology on Disaster Risk Reduction. Switzerland: Jeneva.

Nalbantis, I. 2008. Assesment of Hydrological Drought Revisited. Water Resources


Management 23 (5) (July 22): 881-887.

Wilhite, D. A. 2010. Quantification of agriculture drought mitigation, in agriculture drought


indices, Proceedings of an Expert Meeting 2-4 June. Murcia, Spain, WMO, Geneva.

28

Anda mungkin juga menyukai