REUMATIK
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Pengetian keluarga menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh
Suprajitno (2004) adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan inndividu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut
Sayekti (1994) yang dikutip oleh Suprajitno (2004) mendefinisikan
keluarga sebagai suatu ikatan/ persetujuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga.
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1992 mengenai
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang
dikutip oleh Suprajitno (2004) mendefinisikan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah kelompok manusia yang hidup dalam satu rumah, saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi keluarga tersebut jika dalam
keluarga ada salah satu anggota keluarga yang mempunyaai masalah
kesehatan , maka akan mempengaruhi sistem kesehatan keluarga sacara
keseluruhan.
2. Tipe atau Jenis Keluarga
Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010)
membagi tipe keluarga tradisional menjadi 8 tipe keluarga yaitu :
a. Nuclear Family (keluarga inti)
Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan
tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainya.
b. Extended Family (keluarga besar)
Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal
salam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
c. Single Parent Family
Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup
bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal
dalam satu rumah yang sama
e. Blanded Family
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang masing-
masing pernah menikah dan membawa anak dari hasil perkaawinan
mereka sebelumnya.
f. Three generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu,
dan anak dalam satu rumah.
B. KONSEP REMATIK
1. Definisi Reumatik
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165).
Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis
yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya.
Pada umumnya selain gejala artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula
menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah
atau gangguan organ non-ertikular lainnya (Nugroho, 2012).
Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan,
kekakuan dan kemerahan pada sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi
umum yang dikenal sebagai Artritis Rhemathoid yang merupakan penyakit
autoimun (Nugroho, 2012)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak
sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi
dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan
keletihan (Diane C. Baughman, 2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Arif Mansjour, 2001)
2. Anatomi Fisiologi Sendi
Gambar 2.1 Persendian pada Manusia
Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua
pertemuan tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan (Roger, 2002).
Ada tiga jenis sendi pada manusia dan gerakan yang
dimungkinkannya yaitu, sendi fibrosa, kartilaginosa dan sinovial (Roger,
2002).
4. Patofisiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena
inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi
akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik
inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari
respon imun (Nugroho, 2012).
Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi
yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan
suatu proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan
proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang
mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat
(Nugroho, 2012).
Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem
imun terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi
genetik (Nugroho, 2012).
Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada
membran sinovial akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi
mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan meningkatkan
aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan
aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan
antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang
akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek
imun ini akan mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012).
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain
meningkatkan permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak
polimorfonukler (PMN) dan monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho,
2012).
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai
pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin,
prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.
Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi
hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan
sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan
proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012).
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya
degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin
dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat yang
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho, 2012).
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat
pengendapan komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang
merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis Artritis
Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang.
Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus
terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan
jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang
lazim ditemukan pada penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini
memiliki gambaran yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi artrodial dapat terserang.
c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada Osteoartritis, yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1
jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi
sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa
adalah beberapra deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid.
Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa
olekranon(sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari
lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempattempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan
suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis),
paruparu (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat rusak.
Menurut Banton, 1998 dalam dr Setiawan dalimartha bahwa tanda dan
gejala dari rheumatoid artritis adalah nyeri pada sendi, kaku pada pagi
hari, kedudukan sendi tidak stabil dan permukaannya tidak rata, sendi
tidak dapat bergerak, nodul reumatoid (benjolan kecil), dan bercak
merah dikulit.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis
Artritis Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau
untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis
Rhemathoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien Lepra, Tuberkulosis paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis Infeksiosa,
Endokarditis Bakterialis, penyakit kolagen, dan Sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi
sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan
jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan sendi dan erosi (Nugroho, 2012).
7. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirheumathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada Artritis Rhemathoid
(Nugroho, 2012).
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar di bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan meilopati akibat ketidakstabilan iskemik
akibat vaskulitis (Nugroho, 2012).
8. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan
pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina
hubungan yang baik antar pasien dengan keluargannya dengan dokter atau
tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini agaknya
akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat
dalam suatu jangka waktu yang cukup lama (Nugroho, 2012).
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat Artritis Rhemathoid.
d. Riwayat penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit
yang bersifat monosiklik ( hanya mengalami satu episode dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain
sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya
dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita Artritis Rhemathoid
yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional
yang menetap pada setiap eksaserbasi.
e. Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid
f. Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien
Artritis Rhemathoid dengan cara:
1) Mengurangi rasa nyeri
2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4) Mencegah terjadinya deformitas
5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada
orang lain.
g. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien Artritis Rhemathoid
umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar
a. Identitas Kepala Keluarga
Klien bernama NyM, berjenis kelamin Perempuan, umur 65 tahun,
status janda, bertempat tinggal di kabupaten Indragiri hilir RT RW ,
beragama Islam, pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga.
Pengkajian dilakukan dirumah Ny. M pada hari Jum’at10April
2020 jam 08:35 wita. Keluhan utama yang dirasakan klien adalah nyeri
pada kaki bagian lutut dan pinggang. Riwayat penyakit sudah di
rasakan sejak Sembilan bulan yang lalu. Nyeri bertambah saat
beraktivitas fisik yang berat dan terasa kaku saat habis bersila lama.
Keluhan yang menyertai adalah rasa panas dan baal pada bagian yang
sakit.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga
Keluarga Ny. M termasuk kedalam tipe keluarga Single Parent
Family,karena satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga
dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung
kepadanya.
e. Suku Bangsa
Keluarga Ny. M termasuk suku bangsa Banjar, bahasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari keluarga Ny. M adalah bahasa
Indonesia.Keluarga Ny. M tidak memiliki pantangan, namun kebiasaan
suku yang diterapkan oleh Ny. M kadang-kadang mengkonsumsi jamu
“kunyit, temulawak dan madu” (sejenis tumbuhan) untuk mengurangi
pegal-pegal.
f. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Ny. M adalah agama Islam dan
menjalankan shalat 5 waktu. Selain itu aktif mengajar mengaji pada
anak-anak.Keluarga Ny. M selalu aktif mengikuti pengajian majelis
taklim setiap jumat.
g. Status Sosial Ekonomi
Ny. Mdan anaknya An. R sebagai pencari nafkah keluarga. Keluarga
Ny. M memiliki penghasilan rata-rata Rp. 2.500.000,- per bulan, yang
diperoleh dari penghasilan An.R. Keluarga Ny. M menganggap
pendapatan keluarganya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.Dalam hal ini keluarga Ny. M memiliki pengeluaran untuk
membayar uang pendidikan anaknya, pembayaran listrik, dan
kebutuhan makan dirumah. Ny. Mdan anaknya memiliki tabungan
keluarga.
h. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Ny. M melakukan aktivitas rekreasi keluarga 1-2x dalam
setahun, dan biasanya fleksibel dalam keikutsertaan anggota
keluarga.Lokasi yang sering dikunjungi keluarga biasanya di
pantai.Keluarga Ny. M menghabiskan waktu luang dengan menonton
TV.
3. DATA LINGKUNGAN
a. Karakteistik Rumah
Keluarga Ny.M memiliki rumah pribadi yang berukuran 63 m2 dengan
kondisi semi permanen dan berlantai semen, mempunyai 3 ventilasi
berukuran 0,2 m2 pada masing-masing ventilasi, dan atap genting. Luas
pekarangan rumah keluarga Ny.M adalah 2400 m2. Rumah Ny.M
memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 ruang
dapur, dan 1 kamar mandi/WC.Lingkungan rumah terlihat bersih,
matahari dapat masuk kedalam rumah melalui kaca dan pintu rumah,
namun perputaran udara bagus.
Gambar 3.2 Denah Rumah
K. Mandi
U K2
Dapur
RT
K1
1) Pengolahan Sampah
Keluarga Ny.M mengelola sampah dengan cara bersih dan tertutup,
kemudian sampah akan dikumpulkan kemudian dibakar.
Dipekarangan terlihat daun kering yang berserakan.
2) Sistem Drainage Air
Keluarga Ny.M memiliki saluran pembuangan air limbah yang
terbuka kemudian dialirkan ke selokan.
3) Penggunaan Jamban
Keluarga Ny.M memiliki WC sendiri dengan jenis jamban WC
jongkok.Kondisi kamar mandi keluarga Ny.M cukup sinar matahari,
dan bersih.Jarak penampungan MCK (septic tank) dangan sumber
air >10 meter.
4) Kondisi Air
Keluarga Ny.M memiliki sumber air berupa air leding, sumber air
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci
pakaian. Sedangkan untuk air mium dan memasak Ny.M
menggunakan air isi ulang (Air Galon). Kondisi airnya baik, tidak
berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak ada pengendapan.
b. Karakeristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
Karakteristik tetangga sekitar tempat tinggal keluarga Ny.M bersifat
sosial. Keluarga Ny.M berbaur dengan tetangga-tetangga lain yang
suku jawa, bugis, banjar, melayu, dan cina. Tetangga yang berada di
lingkungan sekitar rumahnya kebanyakan adalah saudara/kerabat dari
keluarga Ny.M. Di daerah sekitar tempat tinggal keluarga Ny.M
terdapat komunitas ibu-ibu arisan dan komunitas pengajian yang sering
melakukan kegiatan pengajian.
4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Ny.M menggunakan cara komunikasi langsung dan terbuka
dalam membicarakan masalah dengan cara musyawarah untuk mencari
solusi bersama. Ny.M merupakan anggota keluarga yang paling
dominan berbicara, dan bahasa yang sering digunakan dalam
berkomunikasi yaitu bahasa Indonesia.Interaksi dan komunikasi
keluarga paling sering terjadi ketika malam hari dan dalam situasi
nonton TV dan atau makan bersama.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Ny.Makan membantu dan mensuport bila ada anggota
keluarga yang mengalami masalah dimana yang menjadi power dan
paling banyak mengambil keputusan dalam keluarga adalah kepala
keluarga yaitu Ny.M.
c. Struktur Peran (Formal dan Informal)
Ny.M sebagai kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah,
panutan terhadap anak-anaknya dan sebagai pengatur rumah
tangga.An. R sebagai anak bungsu berperan sebagai anak yang kuliah
dan bekerja membantu memenuhi kebutuhan hidup.
d. Nilai dan Norma Budaya di Keluarga
Keluarga Ny.M hidup dalam nilai dan norma budaya banjar dimana
tutur kata dan sopan santun di keluarga sangat diperhatikan. An.R
diajarkan untuk selalu bersalaman dengan orang yang lebih tua apabila
bertemu, dan Ny. M juga mendidik anak mereka dengan nilai dan
norma yang berlaku di sekitar.
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Ny. M sangat menyayangi keluarga dan anaknya, saling menjaga dan
mendukung antara anggota keluarga satu dengan anggota keluarga
yang lain.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Ny.M telah menjalankan fungsi sosialisasinya dalam
keluarga, dengan berinteraksi dengan penduduk setempat, mengikuti
darma wanita.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit dan Penanganannya
1) Mengenal Masalah Kesehatan
Saat dikaji keluarga Ny.M mengatakan bahwa mereka mengetahui
bahwa Ny.M terkena Rematik tapi tidak mengetahui
tentangpenyakit rematik.
Kesimpulan: Keluarga tidak mengenal masalah kesehatan yang
dialami oleh anggota keluarganya, yaitu Rematik pada Ny.M.
2) Mengambil Keputusan
Keluarga Ny.M mengatakan jika pinggang dan
kakinya nyeri/pegal, biasanya Ny.M pergi ke puskesmas.
Kesimpulan: Keluarga dapat mengambil keputusan pengobatan
untuk Ny.M yaitu dengan pergi ke puskesmas.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Ny.M mengatakan apabila Ny.M sedang nyeri pinggang
dan kaki, hanya disuruh istirahat atau minum obat.
Kesimpulan : Keluarga Ny.M tidak mampu merawat anggota
keluarga yang sakit Rematik.
4) Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
Ny.M tidur di kamar dan tidurnya di ranjang berkasur.
Kesimpulan : Keluarga Ny.M mampu memodifikasi lingkungan.
8. HARAPAN KELUARGA
Harapan keluarga Ny.M adalah meningkatkan status kesehatan setiap
anggotanya, pekerjaan dan pendidikan An. R lancar dan berkualitas, dan
juga dapat meningkatkan status ekonomi keluarga untuk kesejahteraan
keluarga Ny. M.
B. DATA FOKUS
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
Manajemen kesehatan
tidak efektif
Ketidakefektifan 10 April 1. Mengkaji tingkat pengetahuan 10 April S :Keluarga Ny.M mengatakan sudah
manajemen 2020 keluarga 2020 mengetahui
kesehatan Jam 2. Memberikan kesehatan tentang Jam 12.00 Tentangreumtik
keluarga b.d 08.30 rematik wita O:Keluarga Ny.M mampu menyebutkan
kurangPengetahu wita - Definisi kembali
an keluarga - Penyebab definisi, penyebab, tanda dan gejala reumatik
tentang - Tanda gejala A: Masalah teratasi
reumatik 3. Mengevaluasi pengetahuan keluarga P: Intervensi dipertahankan
4. Tingkat Pendidikan
sakit non verbal. dengan tarik nafas dalam
3. Menganjurkan klien untuk mandi A : Masalah belum teratasi
air hangat, kompres sendi- sendi P :Lanjutkan intervensi
yang sakit dengan kompres hangat • Kaji skala nyeri
Nyeri akut b.d10 April 4.1. Mengajarkan teknik
Mengkaji skala relaksasi
nyeri dan
P= Beraktivitas 10 April• Anjurkan
S: klien mandi air hangat
ketidakmampuan 2020 distraksi
berat 2020 • Kolaborasi
• Ny.Mpemberian obat
mengatakan nyeri pinggang dan kaki
keluarga merawat Jam 5. Berkolaborasi pemberian obat
Q= Terasa diremas Jam terutama saat
anggota keluarga 10.30 sesuai indikasi
R=Sendi lutut yang diberikan 16.30 beraktivitas
Resiko cedera b.d
yang sakit 10wita
April 1. S=5
Anjurkan modifikasi lingkungan 10 April
wita S: O:
ketidakmampuan 2020 yang sehattimbul
T=Hilang dan aman 2020 Keluarga
• TD mengatakan
:130/80 mmHg sudah menciptakan
Nadi : 86 x/menit
keluarga modifikasi Jam 2.• Mengkaji
Lantai tidak licinyang
keluhan dan kotor
dirasakan Jam lingkungan sehat
Suhu danC aman,
: 36,0 tapi :lantai
Respirasi tetap licin
20 x/menitt
lingkungan 12.00 • klien,
Penerangan lampu
catat faktor baik
yang mempercepat 17.30 apabila
• hujan.
Skala nyeri 5
wita 2. dan
(tidak gelap dan tidak terlalu
tanda- wita O: • Ny.M tampak memegangi kakinya
terang) Lingkungan
• Ny.Mterlihat bersih
tampak dan penerangan
mempraktekan tekniklampu
3. Minta keluarga menunjukkan baik, tidak ada pemicu klien jatuh
relaksasi
kartu BPJS A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi