Bab 1 Psikologi Pendidikan
Bab 1 Psikologi Pendidikan
NIM : 11180110000032
Dosen Pengampu : Dr. Sururin, M.Ag.
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Penulis : John W. Santrock
Penerjemah : Tri Wibowo B.S
Penerbit : Kencana
Psikologi Pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara
memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Bidang psikologi
pendidikan didirikan oleh beberapa ahli atau perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke-
20. Ada tiga perintis atau ahli terkemukan yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan,
yaitu:
Perkembangan Kognitif
Orang berkembang melalui empat tahap perkembangan kognitif antara saat dilahirkan
dan usia dewasa, menurut Jean Piaget. Masing-masing tahap ditandai oleh kemunculan
kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia ini
dengan cara makin rumit.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
1. Sensorimotor (Lahir hingga 2 tahun)
2. Praoperasional (2 hingga 7 tahun)
3. Operasional Konkret (7 hingga 11 tahun)
4. Operasional Formal (11 tahun hingga Dewasa)
Perkembangan Bahasa
Tahapan perkembangan bahasa berkaitan dengan usia anak. Kemampuan bahasa terdiri
dari sejumlah tahapan, yaitu infancy (bayi), early childhood (anak-anak kecil), middle and
late childhood (anak-anak usia sekolah menjelang remaja), dan remaja
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar
atau lukisan. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam
sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
a) Mikrosistem
b) Mesositem
c) Ekosistem
d) Makrosistem
e) Kronosistem
2. Konteks Perkembangan Sosial
a. Keluarga
b. Keterlibatan orangtua dan hubungan sekolah – keluarga-masyarakat
c. Teman Sebaya
d. Sekolah
3. Strategi Mendidik Anak Sesuai Teori Erikson
a. Mendorong insiatif dalam diri anak-anak.
b. Mendorong anak-anak sekolah dasar untuk lebih rajin.
c. Menstimulasi eksplorasi identitas pada masa remaja.
d. Periksalah hidup anda sebagai guru melalui lensa delapan tahapan Erikson.
e. Manfaatkan karakteristik dan beberapa tahapan Erikson yang lain.
4. Perkembangan Emosi
a. Regulasi Diri dan Minat Terhadap Lingkungan
b. Keakraban – Keintiman
c. Komunikasi Dua Arah
d. Komunikasi Kompleks
e. Ide Emosional Berpikir Emosional
Pada dasarnya, setiap individu atau setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda.
perbedaan itu terletak pada jenis bakat. Bakat biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud.
Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda namun saling terkait.
Tanda-tanda bakat yang bisa tampak sejak kecil pada peserta didik, antara lain
:mempunyai ingatan yang kuat, mempunyai analistis yang kuat, mampu berfikir abstrak,
mempunyai kemampuan mekanis, mempunyai bakat musik dan seni, luwes dalam menari,
pintar bersosialisasi, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang mencoba hal-hal yang
baru, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai daya imajinasi yang kuat.
Pengukuran Inteligensi
Inteligensi diukur dengan tiga standar pengukuran: usia mental (mental age),
intelligence quotient (IQ), dan jenjang persentil (percentile rank)
- Usia mental
- Intelligence Quotient (IQ)
Sebagaimana siswa mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, mereka juga
mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, misalnya pikirkanlah bagaimana anda
mempelajari nama-nama orang yang anda temui. Apakah anda mempelajari suatu nama
dengan lebih baik kalau andamelihat tulisannya ? jika ya, berarti anda mungkin adalah
seorang pelajar visual yaitu orang yang belajar paling baik dengan melihat atau membaca.
Kalau anda mempelajari suatu nama dengan lebih baik mendengar maka anda seorang pelajar
auditori.
Arti penting dari konteks gender tampak jelas ketika mengkaji perilaku yang
dirumuskan secara kultural untuk wanita dan pria. dalam negara yang berbeda di seluruh
dunia (Best, 2001). Di AS kini ada lebih banyak penerimaan terhadap androgini dan
kesamaan dalam perilaku pria dan wanita, tetapi di banyak negara lain peran gender masih
khas. Misalnya, di Timur Tengah pembagian kerja antara pria dan wanita sangat dramatis.
Misalnya, di Irak, pria disosialisasikan dan di sekolahkan untuk bekerja di ruang publik;
wanita disosiaiisasikan untuk tetap di dunia rumah tangga dan mengasuh anak. Agama Islam
yang mendominasi Irak mengajarkan bahwa tugas lelaki adalah memberi nafkah kepada
keluarga sedangkan wanita adalah menjaga rumah dan keluarga. Setiap penyimpangan dari
tradisi perilaku maskulin dan feminin ini akan dikecam. Demikian pula di Cina, walaupun
wanita telah ada yang masuk ke ruang publik, akan tetapi pria masih lebih mendominasi.
Perilaku androginis dan kesetaraan gender adalah sesuatu yang belum diharapkan oleh lelaki
di Cina.
Salah sumbangan penting dari terapi behavioristik adalah cara yang sistematik,
metode-metode dan tehnik-tehnik terapeutiknya telah menjadi subjek bagi pengujian
eksperimental. Para terapis ini melandaskan pendekatan mereka pada 3 variabel: pengenalan
yang cermat atas tingkah laku yang maladaptif, prosedur-prosedur treatment, dan pengubahan
tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Kognitif sosial adalah bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati
seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman
karena perilaku tersebut. Melalui pengamatan ini, orang tersebut akan mengembangkan
harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi jika ia melakukan perilaku yang sama dengan
sang model. Harapan-harapan ini akan memengaruhi proses belajar perilaku dan jenis
perilaku berikutnya yang akan muncul. Namun, proses belajar ini akan dipandu oleh
sejauhmana orang tersebut mengidentifikasi dirinya dengan sang model dan sejauh mana ia
merasakan efikasi diri tentang perilaku-perilaku yang dicontohkan sang model.
Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang mencakup
studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental atau psikis yang berkaitan dengan cara
manusia berfikir, seperti dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan yang masuk
melalui penginderaan, menghadapi masalah atau problem untuk mencari suatu penyelesaian,
serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam
menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain
apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses
belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset
terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan
dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang
baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan perilaku.
Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan
lama.
Ketepatan dalam komunikasi jauh lebih penting ketimbang du masa lalu, karena kata
yang salah atau salah dipahami sekarang akan menimbulkan bencana sedahsyat tindakan
yang dilakukan tanpa pikir panjang.
Setiap orang punya bakat yang berbeda. Tetapi, semua orang harus diberi kesempatan
yang sama untuk mengembangkan bakat mereka.
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk
menentukan nilai dan administrasinya. Tes standard bisa membandingkan kemampuan murid
dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini
dilakukan ditingkat nasional.
Saya menyebut ujian sebagai “kesempatan” agar murid memeberikan penilaian yang
berbeda terhadap ujian itu.
Sebaliknya penilaian kinerja mensyaratkan agar murid membuat jawaban atau hasil
yang menunjukkan pengetahuan mereka atau keahlian mereka. Contoh dari penilaian kinerja
antara lain menulis esai, melakukan eksperimen, menjalankan suatu proyek atau tugas,
memecah problema dunia nyata, dan membuat portofolio.
Soal dengan jawaban pilihan menggunakan format objektif yang akan mempercepat
penilaian hasil jawaban murid. Penilaian untuk jawaban yang benar dibuat dan dapat
diaplikasikan oleh penguji atau menggunakan computer.