Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOKIMIA GIZI

PROSES PENCERNAAN PADA USUS HALUS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 TINGKAT 2B :


 NADILLA PERMATASARI(P00331019055)
 NURLAELI(P00331019057)
 NERLIS(P00331019056)
 RINSI JULlANNA(P00331019059)
 RESTIYANI YOCE(P00331019058)
 RISLAYANTI(P00331019060)
 SARAH(P00331019061)
 SARINI(P00331019062)
 MULHIMAH(P00331019054)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEHNIK


KESEHATAN KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya
kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Terima kasih tak lupa kami
ucapkan pada semua pihak yang ikut serta mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat

i
ii

mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesainya makalah ini dapat
memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembankan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan  bagi kita semua.

Kendari,29 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Usus Halus
2.2.Anatomi Dinding Usus Halus

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Daftar pustaka

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai


mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim pencernaan
yang disekresioleh kelenjar saliva dan pankreas.Beberapa mekanisme ini bergantung pada sifat
intrinsikotot polos usus.Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex, termasuk kerja neuron
intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi, dan hormone saluran
ceerna.Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang disekresi oleh sel-sel di mukosa
dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi usus, pankreas, dan kandung
empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja anatomi usus halus?

1.3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami anatomi fisiologi usus halus

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
(intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang.  Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejunum)
c. Usus penyerap (ileum)

a. Usus 12 Jari

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.

pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),  yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

 Duodenum dibagi menjadi 4 bagian yaitu :


 Bagian pertama (duodenal cap)

Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat ulkus duodenum. Bagian ini
mempunyai cekungan mukosal longitudinal sementara bagian lain hanya cekungan transversal.
Lapisan anterior dan posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari duodenal cap akan
melanjutkan diri menjadi ligamentum hepatoduodenale , yang berisi Portal Triad ( duktus
koledokus , arteri hepatika dan vena porta). Tepi anterior dari foramen Winslowi terbentuk oleh
karena adanya tepi bebas dari ligamentum ini. Tepat diatas duodenal cap terdapat kantong
empedu dan hepar segmen empat. Dibawah dan dibelakang dari duodenal cap adalah caput
pankreas. Piloroplasti dan reseksi gastroduodenal menjadi lebih mudah jika pilorus dan
duodenum di mobilisasikan kearah depan didalam kavum abdomen dengan manuver Kocher.

2
3

Karena kedekatan duodenum superior dengan kandung empedu dapat menjelaskan adanya batu
empedu yang sering secara spontan masuk kedalam duodenum melalui kolesistoduodenal fistula.
Selanjutnya peritoneum hanya melapisi bagian ventral dari duodenum sepanjang 2,5 cm
berikutnya.

 Bagian kedua dari duodenum

retroperitoneal dan terfiksir karena adanya fusi dari peritoneum visceral disebelah lateral
peritoneum perietale lateral dinding abdomen. Dengan membuka peritoneum pada sisi lateral
kanan (manuver Kocher), dapat memobilisasi duodenum desending sehingga dapat mencapai
retroduodenal dan saluran empedu intrapankreatik. Disebelah belakang dari bagian kedua
duodenum ini terletak ginjal kanan dan struktur hilusnya, kelenjar adrenal dan vena cava. Tepat
dipertengahan duodenum, mesokolon akan melintang secara horizontal, karena bersatunya
peritoneum dari arah atas dan arah bawah. Diatas dari fleksura duodenalis, duodenum bagian
pertama dan duodenum bagian kedua akan membentuk sudut yang tajam dan berlanjut berkisar
7-8 cm dibawah fleksura duodenalis. Kolon tranversum akan melintang daerah tersebut di
sebelah depannya. Untuk memobilisasi duodenum secara menyeluruh yang harus dilakukan
adalah membuka fleksura hepatis pada sisi anteromedial kolon. Kurang lebih pertengahan dari
bagian kedua duodenum dinding posteromedial adalah papila vateri, yang terdiri atas gabungan
antar duktus koledokus dan duktus pankreatikus Wirsungi. Letak dari duktus pankreatikus
Santorini lebih proksimal. Cabang superior pankreatikoduodenal yang berasal dari arteri
gastroduodenalis, berjalan didalam cekungan antara kaput pankreas dan duodenum bagian kedua
atau desending.

 Bagian ketiga dari duodenum

panjangnya sekitar 12-13 cm, berjalan horizontal ke arah kiri di depan dari aorta, vena cava
inferior, columna vertebra L2 dan ureter, dan berakhir pada sebelah kiri pada vertebra L3. Radiks
yeyunoileum menyilang dekat akhir duodenum bagian ketiga. Arteri mesenterika superior
berjalan kebawah diatas depan dari duodenum bagian ketiga dan masuk kedalam radiks
mesenterii. Arteri pankreatikoduodenale inferior membatasi pankreas dan tepi atas dari
duodenum bagian ketiga.

 Bagian keempat

duodenum berjalan kearah atas samping kiri sepanjang 2-3cm disebelah kiri dari vertebra dan
membentuk sudut duodenoyeyunal pada radiks mesokolon transversal. Disebelah kiri dari
vertebra lumbal II, bagian terakhir dari duodenum menurun ke arah kiri depan dan membentuk
fleksura duodenoyeyunalis. Pada daerah ini, ligamentum suspensorium duodenum (ligamentum
Treitz) berawal, tersusun atas jaringan fibrous dan pita triangular, berjalan ke arah
retroperitoneal, dibelakang pankreas dan vena lienalis, didepan vena renalis, dari arah kiri atau
kanan dari krus diafragma. Fleksura duodenoyeyunalis dipakai sebagai landmark untuk panduan
mencari obstruksi di daerah usus halus dan menentukan bagian atas dari yeyunum untuk
4

dilakukan gastroyeyunostomi. Saat laparotomi, ligamentum ini dapat ditemukan dengan cara
menekan daerah dibawah mesokolon tranversal ke arah belakang sampai ke dinding abdomen
bagian belakang sementara tangan yang satu mempalpasi kearah atas melalui tepi kiri dari pada
tulang belakang sampai fleksura ini ditemukan dengan tanda adanya perabaan yang keras pada
tempat fiksasinya. Gabungan antara peritoneum visceral dari pankreatikoduodenal dengan
peritoneum parietal posterior yang tersisa akan menutupi semua duodenum kecuali sebagian dari
bagian pertama duodenum. Variasi gabungan tadi ke dinding abdomen bagian belakang akan
menentukan variasi dari mobilitas duodenum. Fleksura kolon kanan, bagian dari mesokolon
tranversalis yang terfiksir, hubungan antara ampulla dan pembuluh darah dari duodenum dapat
dilihat dengan jelas. Pada posisi yang cukup dalam ini, menunjukkan bahwa duodenum cukup
terproteksi dengan baik dari adanya trauma, tapi kadang-kadang dapat hancur dan bahkan
terputus karena adanya penekanan dengan landasan pada tulang belakang dari adanya trauma
tumpul abdomen yang berat, dan juga karena tidak ditutupi oleh peritoneum.

 Vaskularisasi

Vaskularisasai duodenum berasal dari cabang arteri pankreatikoduodenal anterior dan posterior.
Anastomosis antara arteri ini akan menghubungkan sirkulasi antara trunkus seliakus dengan
arteri mesenterika superior. Arteri ini membagi aliran darahnya ke kaput pankreas, sehingga
reseksi terhadap pankreas atau duodenum secara terpisah adalah satu hal yang hampir tidak
mungkin dan dapat berakibat fatal. Arteri pankreatikoduodenal superior adalah cabang dari arteri
gastroduodenale, dan arteri pankreatikoduodenal inferior adalah cabang dari arteri mesenterika
superior. Kedua arteri ini bercabang menjadi dua dan berjalan disebalah anterior dan posterior
pada cekungan antara bagian descending dan bagian transversal duodenum dengan kaput
pankreas, kemudian beranastomosis sehingga bagian anterior dan posterior masing-masing
membentuk cabang sendiri.

Vena tersusun paralel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal anterior dan posterior.
Anastomosis cabang psterior berakhir di atas vena porta, dibawahnya vena mesenterika superior
(SMV). Vena posterosuperiorpankreatikoduodenal mungkin akan mengikuti arterinya disebelah
depan dari saluran empedu, atau mungkin berjalan di belakang saluran tadi. Vena ini akan
berakhir pada tepi kiri sebelah bawah dari SMV. Pada tempat tersebut, vena tadi akan
bergabung dengan vena yeyunalis atau dengan vena pankreatioduodenal inferior anterior.
Sebagian besar aliran vena pada cabang anterior ini berasal dari Trunkus gastrokolika atau
( Henle’s trunk).

Pada saat pankreatikoduodenektomi, lokasi SMV dapat ditelusuri dari vena kolika media sampai
ke hubungannya dengan SMV tepat dibawah dari collum pankreas. Kadang- kadang identifikasi
SMV dapat dilakukan dengan cara insisi pada daerah avaskuler dari peritoneum sepanjang tepi
bawah dari pankreas. Disebelah atas dari pankreas, vena porta akan terekspos dengan jelas bila
arteri gastroduodenal dan duktus koledokus dipisahkan. Kadang-kadang arteri hepatika aberans
salah di identifikasi dengan arteri gastroduodenal, sehingga untuk kepentingan tersebut, sebelum
5

dilakukan ligasi pada arteri gastroduodenal, harus dilakukakan oklusi sementara dengan klem
vaskuler atau jari ahli bedah sambil mempalpasi pulsasi arteri hepatik pada hilus hati.

Pembuluh arteri yang memperdarahi separuh bagian atas duodenum adalah arteri
pancreatikoduodenalis superior yang merupakan cabang dari arteri gastroduodenalis. Separuh
bagian bawah duodenum diperdarahi oleh arteri pancreatikoduodenalis inferior yang merupakan
cabang dari arteri mesenterika superior.

Vena-vena duodenum mengalirkan darahnya ke sirkulasi portal. Vena superior bermuara


langsung pada vena porta dan vena inferior bermuara pada vena mesenterika superior.

 Pembuluh limfe

Aliran limfe pada duodenum umumnya berjalan bersama-sama dengan vaskularisasinya.


Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe keatas melalui noduli
lymphatici pancreatikoduodenalis ke noduli lymphatici gastroduodenalis dan kemudian ke noduli
lymphatici coeliacus dan ke bawah melalui noduli lymhaticipancreatico duodenalis ke noduli
lymphatici mesentericus superior sekitar pangkal arteri mesenterika superior. Karsinoma
duodenum primer mungkin menyebar ke pankreas secara langsung atau melalui infiltrasi
limfatik, tetapi biasanya karsinoma ini biasanya menyebar pertama kali ke limfonodus
periduodenal dan hati. Nodus pada fleksura duodenalis superior serta nodul pada retroduodenal
biasanya berhubungan dengan adanya metastasis karsinoma pancreas

 Innervasi

Persarafan GI tract diinervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat dibedakan menjadi ekstrinsik
dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang
berasal dari nervus Vagus ( anterior dan cabang celiac ) dan simpatis yang berasal dari nervus
splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus Aurbach’s dan dan
plexus submucosal Meissner. Sel-sel saraf ini menginervasi terget sel seperti sel-sel otot polos,
sel-sel sekretorik dan sel- sel absorptive, dan juga sel-sel saraf tersebut berhubungan dengan
reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga menerima inervasi dari sel-sel saraf lain
yang terletak baik didalam maupun di luar plexus. Sehingga pathway dari sistim saraf enterik
bisa saja multisinaptik, dan integrasi aktifitasnya dapat berlangsung menyeluruh bersamaan
dengan sistim saraf enterik.

 Histologi

Dinding duodenum tersusun atas 4 lapisan:

1. Lapisan paling luar yang dilapisi peritoneum, disebut serosa.


Merupakan kelanjutan dari peritoneum, tersusun atas selapis pipih sel-sel mesothelial
diatas jaringan ikat longgar.
6

2. Lapisan muskuler (tunika muskularis) tersusun atas serabut otot longitudinal ( luar)
&sirkuler (dalam). Pleksus myenterikus Aurbach terletak diantara kedua lapisan ini.
Pleksus Meissner’s ditemukan didalam submukosa di antara jaringan ikat longgar yang
kaya akan pembuluh darah dan limfe.
3. Submukosa Terdapat kelenjar Brunner yang bermuara ke krypta Lieberkuhn melalui
duktus sekretorius. Sekresi kelenjar Brunner bersifat visceus , jernih, dengan pH alkali
( pH 8,2 – 9,3 ), berguna melindungi mukosa duodenum terhadap sifat korosif dari gastric
juice. Epitel kollumnernya mengandung 2 jenis sel: mucus secreting suface cell – HCO3-
secreting surface cell dan absorptive cell.
4. Mukosa, yang merupakan lapisan dinding yang paling dalam.

 FISIOLOGI
 Motilitas. Pengatur pemacu potensial berasal dari dalam duodenum,
mengawali kontraksi, dan mendorong makanan sepanjang usus kecil
melalui segmentasi (kontraksi segmen pendek dengan gerakan mencampur
ke depan dan belakang) dan peristaltik (migrasi aboral dari gelombang
kontraksi dan bolus makanan). Kolinergik vagal bersifat eksitasi.
Peptidergik vagal bersifat inhibisi. Gastrin, kolesistokinin, motilin
merangsang aktivitas muskular; sedangkan sekretin dan dihambat oleh
glukagon.
 Pencernaan dan Absorpsi
 Lemak Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida. Komponen yang
bergabung dengan garam empedu membentuk micelle. Micelle melewati
membran sel secara pasif dengan difusi, lalu mengalami disagregasi,
melepaskan garam empedu kembali ke dalam lumen dan asam lemak serta
monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali trigliserida
dan menggabungkannya dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein
membentuk kilomikron. Asam lemak kecil memasuki kapiler menuju ke
vena porta. Garam empedu diresorbsi ke dalam sirkulasi enterohepatik
diileum distal. Dari 5 gr garam empedu, 0,5 gr hilang setiap hari, dan
kumpulan ini bersirkulasi ulang enam kali dalam 24 jam.
 Protein didenaturasi oleh asam lambung, pepsin memulai proteolisis.
Protease pankreas (tripsinogen, diaktivasi oleh enterokinase menjadi
tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase), lebih lanjut mencerna protein.
Menghasilkan asam amino dan 2-6 residu peptida. Transpor aktif
membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel-sel absorptif. Karbohidrat.
Amilase pankreas dengan cepat mencerna karbohidrat dalam duodenum.
Air dan Elektrolit. Air, cairan empedu, lambung, saliva, cairan usus adalah
8-10 L/hari, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara
hidrostatik diabsorpsi atau secara pasif berdifusi. Natrium dan klorida
7

diabsorpsi berpasangan dengan zat terlarut organik atau dengan transpor


aktif. Bikarbonat diabsorpsi dengan pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium
diabsorpsi melalui transpor aktif dalam duodenum, jejunum, dipercepat
oleh PTH dan vitamin D. Kalium di absorpsi secara pasif.

 Fungsi Endokrin
Mukosa usus kecil melepaskan sejumlah hormon ke dalam darah
(endokrin ) melalui pelepasan lokal (parakrin) atau sebagai
neurotransmiter.
 Sekretin. Suatu asam amino 27 peptida dilepaskan oleh mukosa usus kecil
melalui asidifikasi atau lemak. Merangsang pelepasan bikarbonat yang
menetralkan asam lambung, rangsang aliran empedu dan hambat
pelepasan gastrin, asam lambung dan motilitas.
 Kolesistokinin. Dilepaskan oleh mukosa sebagai respons terhadap asam
amino dan asam lemakàkontraksi kandung empedu dengan relaksasi
sfingter Oddi dan sekresi enzim pankreas. Bersifat trofik bagi mukosa
usus dan pankreas, merangsang motilitas, melepaskan insulin.
 Fungsi Imun. Mukosa mencegah masuknya patogen. Sumber utama dari
imunglobulin, adalah sel plasma dalam lamina propria. Sel-sel M
menutupi limfosit dalam bercak Peyer yang terpanjang pada antigen,
bermigrasi ke dalam nodus regional, ke dalam aliran darah, kemudian
kembali untuk berdistribusi kedalam lamina propria untuk meningkatkan
antibodi spesifik.

b. Usus Kosong (Jejunum)

Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong atau jejunum
(terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas
jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyer. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

c. Usus Penyerapan (Ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
8

dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

Salah satu modifikasi yang menarik yang kita lihat saat kita pindah ke ileum adalah adanya
koleksi lokal jaringan limfatik yang disebut patch Peyer. Peyer Patch dinamai dari orang yang
pertama kali menemukan mereka, seorang ahli anatomi Swiss bernama Johann Conrad
Peyer.Karena sistem limfatik membantu kita melawan bakteri dan penyerbu asing lainnya, kita
melihat bahwa adanya struktur limfatik di sini pada ileum mencerminkan fakta bahwa sisa
makanan yang telah jauh melewati melalui saluran pencernaan ini mengandung sejumlah besar
bakteri.Peyer Patch ini bertindak untuk mencegah bakteri memasuki aliran darah.

Dibutuhkan makanan sekitar 3-6 jam untuk menyelesaikan pencernaan memutar melalui usus
halus Anda.Pada saat makanan melewati duodenum, jejunum, dan ileum, pencernaan selesai, dan
sebagian besar penyerapan makanan telah terjadi.Sisa-sisa makanan yang tersisa siap untuk
melewati katup ileosekal, yang merupakan katup antara usus halus dan usus besar yang
mencegah materi mengalir kembali ke usus halus.Kita melihat bahwa bagian pertama dari usus
besar disebut sekum.Kita juga tahu bahwa bagian terakhir dari usus halus disebut ileum. Oleh
karena itu, nama katup ini adalah mudah diingat karena katup yang terletak di antara ileum dan
sekum.

 Pada ileum atau usus penyerapan terdiri dari 4 lapisan, antara lain yaitu:
a. Lapisan Luar
Pada lapisan luar ini terdapat membran-membran serosa yang fungsinya untuk
membalut usus dengan erat.
b. Lapisan Otot
Pada lapisan ini terdapat berbagai macam otot.Dibagi menjadi 2 lapisan serabut
yaitu lapisan luar terdiri dari serabut longitudinal, dan lapisan dalam yang terdiri
dari serabut sirkuler.Diantara kedua lapisan serabut itu terdapat pembuluh darah
dan pembuluh limfa.
c. Lapisan Sub Mukosa.
Pada lapisan ini terdapat otot sirkuler dan lapisan terdalam merupakan
perbatasannya.Pada dinding sel mukosa terdiri dari atas jaringan areoral yang
berisi banyak pembuluh darah, saluran limfa, dan fleksus yang disebut fleksus
meissner.
d. Lapisan Mukosa.
Pada lapisan mukosa biasanya dindingnya itu tersusun berupa kerutan tetap
berupa jala yang memberi kesan seperti anyaman halus.Lapisan yang berupa
kerutan tersebut biasanya akan menambah luasnya permukaan sekresi dan
penyerapan.Pada lapisan mukosa juga terdapat villi yang memiliki tonjolan-
tonjolan yang disebut mikrovilus.Biasanya setiap villi terdiri dari ± 5000
mikrovilli.
9

2.2 Anatomi Dinding Usus Halus

 Dinding Usus Halus


a. Vili

Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang disebut vili. Vili berfungsi
memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih
banyak dan cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe (pembuluh
getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari makanan harus menembus sel dinding
usus halus yang selanjutnya masuk pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino,
vitamin, dan mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa oleh
darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari hati ke jantung kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh.

b. Mikrovilli

Mikrovilli adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli berfungsi untuk
memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan dengan makanan, untuk memfasilitasi
penyerapan nutrisi

 Kelenjar

a. Kelenjar – kelenjar Usus (kripta Lieberkühn)


Tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis – basis villi. Kelenjar ini
mensekresi hormon dan enzim
b. Kelenjar Penghasil Mukus
 Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel goblet
menghasilkan mukus pelindung. 
 Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum
 terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke
pH optimal untuk kerja enzim-enzim pankreas
 Jaringan Limfatik ,Leukosit dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus
halus untuk melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing.
Pengelompokkan nodulus limfe membentuk struktur yang
dinamakan bercak Peyer.

 Lapisan Dinding Halus


10

Dinding usus halus mempunyai empat lapisan, yaitu :


1. Lapisan mukosa terdiri atas:
 Epitel Pembatas
 Lamina Propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang
akan akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang - kadang juga mengandung kelenjar-kelenjar dan jaringan
limfoid
 Muskularis Mukosae.
2. Lapisan Submukosa terdiri atas pembuluh darah, pembuluh limfe,
pleksus   saraf submukosa (Meissner), jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas:  
 Lapisan eksternal longitudinal, lapisan internal tebal serat  sirkular 
 Kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau auerbach),
yang terletak  antara 2 sublapisan otot. 
 Pembuluh darah dan limfe.
4. Lapisan membran serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas :
Jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa  serta epitel pipih selapis (mesotel).
 Motilitas Usus Halus

Merupakan gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan,
memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak dengan sel absorptif, dan
mendorong zat sisa memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara
refleks dikendalikan oleh sistem saraf otonom.  Motilitas usus halus terdiri atas :

1. Gerakan Segmentasi 

Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan enzim-enzim pencernaan


agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi.  Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk
mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan,
dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang
berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian
seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim
pencernaan dan mengadakan hubungan dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi.

Kontraksi segmentasi berlangsung  karena adanya gelombang lambat yang merupakan basic


electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8
sampai 12 kali/menit pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum, dan
setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 detik.

2. Gerakan Peristaltik 
11

Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan kearah usus besar (colon).
Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan
usus halus merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.

Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan kecepatan
0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat dibandingkan pada bagian
distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsungsekitar
3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. Rata-rata pergerakan makanan pada usus halus
hanya 1 cm/menit. Ini berarti pada keadaan normal , makanan dari pilorus akan tiba di ileocaecal
junction dalam waktu 3-5 jam.

 Sekresi Usus Halus

Usus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi untuk melindungi duodenum dari
asam lambung.Mukus yang dihasilkan oleh kelenjar mucus – kelenjar Brunner’s – yang
berlokasi antara pylorus dan papilla vater, dimana liur pankreas dan empedu masuk ke
duodenum. Kelenjar ini menghasilkan mucus akibat adanya rangsangan saraf vagus serta
hormone sekretin, saraf simpatis menghambat sekresi mucus.

Kriptus Lieberkühn (Crypts of Lieberkhn) menghasilkan liur pencernaan 1800 ml/hari. Cairan ini
sedikit alkalis dengan pH 7,5 – 8,0 serta dengan cepat diabsorbsi kembali oleh vili. Proses
sekresi oleh kriptus Lieberkhn terjadi melalui transport aktif. Toksin cholera dapat menyebabkan
sekresi cairan, terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera, sekresi
cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabkan syok akibat dehidrasi berat.

 Digesti Usus Halus

Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan menggunakan bantuan enzim dan
koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormon dan syaraf, sehingga makanan menjadi
molekul-molekul yang dapat diabsorpsi kedalam aliran darah. Enzim – enzim usus dan cara
kerjanya antara lain:

 Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang


kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih
kecil.
 Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase
mengurai peptida menjadi asam amino bebas
 Amilase Usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa, dan laktosa)
 Maltase, Isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa,
laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida
 Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol
12

 Absorpsi Usus Halus

Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin
dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung
di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ileum.

a. Penyerapan Garam dan Air


Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya
melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel
epitel. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan
laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini
menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan
fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder
sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida,
asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif
sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan
menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border
atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di
dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein
melibatkan sistem transportasi dkhusus yang diperantarai oleh pembawa
dan memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na.
d. Penyerapan Vitamin
Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air,
sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk
akhir pencernaan lemak.
e. Penyerapan Lemak
Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle,
yaitu suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak.
Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial,
tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane
sel usus.

BAB III
13

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
         Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum)
merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang
paling panjang.Sedangkan usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan
pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum
(lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing
berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada
sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang
berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus.
 Dinding Usus Halus
a. Vili

Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang disebut vili. Vili berfungsi
memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih
banyak dan cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe (pembuluh
getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari makanan harus menembus sel dinding
usus halus yang selanjutnya masuk pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino,
vitamin, dan mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa oleh
darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari hati ke jantung kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh.

b. Mikrovilli

Mikrovilli adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli berfungsi untuk
memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan dengan makanan, untuk memfasilitasi
penyerapan nutrisi
Daftar Pustaka

Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin.

14

Anda mungkin juga menyukai