Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI GIZI
“EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF PENYAKIT
DEGENARATIF”

DISUSUN OLEH :

NAMA : WINDA SEPRINA

NIM : P00331019069

PRODI : D3 TK.2 B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat- Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih
kepada dosen Mata kuliah Epidemiologi Gizi yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai
upaya untuk menjadikan saya manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan saya dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu saya mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.

Kendari, 08 November 2020

WINDA SEPRINA
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.............................................................................................….4


1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3. Tujuan................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1. Epidemiologi deskriptif pada penyakit Osteoporosis...................................6


2.2. Epidemiologi deskriptif pada penyakit Multiple Sclerosis................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................9

3.1. Kesimpulan........................................................................................................9
3.2. Saran..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Epidemiologi deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah
atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang,
tempat dan waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit
informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang
berhubungan dengan penyakit.

Upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi


deskriptif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan :

 Siapa yang terkena?


 Bilamana hal tersebut terjadi?
 Bagaimana terjadinya?
 Dimana kejadian tersebut?
 Berapa jumlah orang yang terkena?
 Bagaimana penyebarannya?
 Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
 Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga
kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
 Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
 Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap
masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana epidemiologi deskriptif pada penyakit Osteoporosis?


2. Bagaimana epidemiologi deskriptif pada penyakit Multiple Sclerosis?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui epidemiologi deskriptif pada penyakit Osteoporosis.


2. Untuk mengetahui epidemiologi deskriptif pada penyakit Multiple Sclerosis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Epidemiologi deskriptif pada penyakit Osteoporosis

Studi epidemiologi menunjukkan osteoporosis mulai dialami usia 40 tahun.


Penderita didominasi oleh perempuan pada populasi usia > 55 tahun. Osteoporosis
sering kali terdiagnosis saat pasien datang dengan fraktur. Oleh karena itu, data
epidemiologi dapat berasal dari 2 sumber: pasien yang terdeteksi saat skrining, dan
pasien yang terdiagnosis saat datang dengan fraktur yang dicurigai mengalami
osteoporosis, misalnya fraktur kompresi vertebra. Beban biaya yang dikeluarkan untuk
penanganan fraktur osteoporosis sangat besar.

1. Global

Secara global, penderita osteoporosis terdapat di seluruh belahan dunia. Rasio


fraktur osteoporotik populasi usia >50 tahun yakni pada wanita 1 di antara 2 orang
sedangkan pria 1 di antara 5 pria.

Sekitar 9 juta fraktur timbul pada osteoporosis, dengan fraktur tersering pada
tulang pinggul, diikuti pergelangan tangan, vertebra dan humerus. Dampak sosial
maupun ekonomi akibat fraktur sangat besar. Di Eropa, beban biaya yang
dikeluarkan untuk penanganan fraktur osteoporosis sangat tinggi, mencapai sekitar
450 triliun Rupiah pada tahun 2005 sedangkan di Amerika mencapai 280 triliun
Rupiah.

Studi pada beberapa negara Asia menunjukkan jumlah penderita osteoporosis


sangat banyak. Sekitar 70 juta penduduk Cina menderita osteoporosis.

2. Indonesia

Studi pemeriksaan densitas massa tulang yang dilakukan terhadap 65.727


sampel oleh Puslitbang Gizi Depkes RI pada 16 wilayah di Indonesia tahun 2005
menunjukkan prevalensi osteopenia 41,7% dan osteoporosis 10,3%.

Penderita wanita lebih banyak dibanding pria pada populasi usia >55 tahun.
Berkebalikan dengan populasi <55 tahun, kasus osteopenia dan osteoporosis lebih
banyak didominasi oleh pria. Studi tersebut mengambil sampel secara luas dari
berbagai provinsi di Indonesia. Tingginya risiko osteoporosis pada studi ini diduga
akibat peningkatan usia harapan hidup yang tidak disertai dengan rerata konsumsi
kalsium yang adekuat. Rerata konsumsi kalsium saat itu sangat rendah yakni hanya
seperempat dari standar nasional.

Fraktur merupakan komplikasi osteoporosis. Data tahun 2011 menunjukkan


insidensi fraktur osteoporosis tulang panggul lebih banyak dialami wanita pada
populasi >55 tahun. Kasus fraktur osteoporosis tulang panggul semakin meningkat
seiring usia. Pada populasi wanita, kasus fraktur tertinggi terjadi pada kelompok usia
95-99 sebanyak 1680 kasus fraktur. Sedangkan pada populasi pria, paling banyak
terjadi pada rentang usia 90-94 tahun dengan jumlah 718 kasus fraktur. Kasus fraktur
sangat sedikit terjadi pada rentang usia 40-44 tahun.

3. Mortalitas

Mortalitas pada kasus osteoporosis dapat timbul akibat fraktur. Komplikasi


fraktur vertebra sering terjadi pada penderita osteoporosis. Pada populasi usia >50
tahun, wanita kulit putih memiliki risiko mengalami fraktur vertebra sebesar 16%
sedangkan pria sebanyak 5%. Risiko mortalitas pada fraktur vertebra sekitar delapan
kali lipat. Fraktur vertebra akibat osteoporosis sekunder merupakan salah satu
etiologi terjadinya cedera spinal.

Mortalitas 12 bulan akibat fraktur pinggul pada pria mencapai 20%. Fraktur
pinggul pada wanita lebih sering tetapi risiko mortalitas sebesar 2,8% pada wanita
usia ≥50 tahun.

2.2. Epidemiologi deskriptif pada penyakit Multiple Sclerosis.

Data epidemiologi menunjukkan multiple sclerosis lebih banyak ditemukan


pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kasus multiple sclerosis lebih sering terjadi di
negara-negara yang jauh dari zona khatulistiwa.

1. Global

Berdasarkan survei oleh Multiple Sclerosis International Federation (MSIF)


secara global diperkirakan ada 2,3 juta orang di dunia yang menderita multiple
sclerosis pada tahun 2013.
Di Amerika Serikat ada sekitar 350.000 orang yang didiagnosis multiple
sclerosis. Multiple sclerosis lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-
laki dengan perbandingan 3:1. Onset gejala umumnya usia 20-30 tahun dan sangat
jarang ditemukan di usia >50 tahun. Sepuluh persen kasus ditemukan di usia <18
tahun. Sekitar 2-10% kasus multiple sclerosis terjadi di usia >50 tahun.

Prevalensi multiple sclerosis lebih tinggi di daerah yang jauh dari khatulistiwa
seperti New Zealand, Amerika Utara, dan Skotlandia. Di negara-negara Asia,
prevalensi multiple sclerosis cenderung lebih rendah.

2. Indonesia

Kasus multiple sclerosis di Indonesia cukup jarang ditemukan. Survei MSIF


menunjukkan prevalensi multiple sclerosis pada tahun 2013 di Indonesia adalah 0-5
kasus per 100.000 populasi. Penelitian epidemiologi terdahulu pada tahun 1990 di
Yogyakarta hanya menemukan 4 kasus multiple sclerosis dalam kurun waktu 9
tahun.

3. Mortalitas

Mortalitas pada pasien multiple sclerosis diakibatkan kematian mendadak


karena lesi pada batang otak, gagal napas, imobilitas jangka panjang yang
menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis, uremia, dan kegagalan fungsi
kardiorespiratori.

Mortalitas pada pasien multiple sclerosis terjadi dalam kurun waktu yang
bervariasi, yakni 17-47,5 tahun sejak onset pertama atau diagnosis. Sebuah penelitian
melaporkan angka mortalitas berkisar 0,8 pada 2 tahun sejak diagnosis, namun akan
tersebut meningkat secara signifikan menjadi 3,1 setelah 10 tahun.

Selain karena penyebab langsung dari multiple sclerosis itu sendiri, penelitian
tidak bisa memisahkan faktor penuaan dan faktor risiko mortalitas lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

  Epidemiologi deskriptif mempelajari  kejadian dan distribusi penyakit.


Kejadian penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah penyakit. Dalam
epidemiologi deskriptif, distribusi penyakitnya menurut variabel variabel orang, waktu
dan tempat.
Epidemiologi deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut orang,
tempat, dan waktu.
Variabel manusia meliputi; umur, jenis kelamin, kelompok etnik, agama,
struktur keluarga, jenis pekerjaan, status perkawinan, status ekonomi sosial, dan
penghasilan.
Variabel tempat meliputi; lingkungan biologis, lingukngan kimiawi,
lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Variabel waktu meliputi; perubahan dalam waktu singkat, perubahan secara
periodik, dan perubahan secara sekular.

3.2. Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak ditemui


kesalahan, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat
menyempurnakan makalah ini. Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan
makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan,
untuk itu penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pael.or.id/epidemiologi-deskriptif/

https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/osteoporosis/epidemiologi

https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/multiple-sclerosis/epidemiologi

https://www.pongopedia.blogspot.com/2019/02/pengertian-dan-materi-
epidemiologi.html

Anda mungkin juga menyukai