Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No.

1, September 2017

JPKM, Vol. 3, No. 1, September 2017, Hal 26 - 38


DOI: http://doi.org/10.22146/jpkm.23286
ISSN 2460-9447 (print), ISSN 2541-5883 (online)
Tersedia online di http://jurnal.ugm.ac.id/jpkm

Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi


Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak Muda
di Dusun Japanan, Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta

Erica Kusuma Rahayu Sudarsono1*, Julius Fajar Aji Sasmita1,


Albertus Bayu Handyasto1, Stefanus Sofian Arissaputra1
Natalia Kuswantiningsih2,

1
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
*irinerica@gmail.com
Submisi: 24 Maret 2017; Penerimaan: 22 November 2017

ABSTRAK
Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8%. Yogyakarta menduduki peringkat ketiga prevalensi
terbesar di Indonesia dengan hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit terbanyak yang
terdiagosis di Kecamatan Seyegan. Hipertensi dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular,
seperti serangan jantung dan strok. Namun, pengetahuan warga, khususnya anak muda tentang hipertensi
masih cukup rendah. Sasaran pengabdian ini adalah anak-anak muda yang tergabung dalam karang taruna.
Mereka diberi edukasi dan pelatihan yang berkaitan dengan cara pengukuran tekanan darah dan pengetahuan
dasar tentang hipertensi. Edukasi dilakukan dengan diskusi menggunakan metode Focus Group Discussion
(FGD) yang dilanjutkan dengan pembuatan program untuk memecahkan permasalahan hipertensi. Selain itu,
dilakukan blood pressure screening dan wawancara mengenai pola hidup warga untuk mengetahui penyebab
hipertensi. Hasil blood pressure screening dan wawancara dianalisis dengan chi square atau fisher. Peningkatan
pengetahuan anak-anak muda yang diperoleh dari pre-test dan post-test dianalisis dengan kolmogorov-smirnov
dan dianalisis dengan uji T berpasangan dengan taraf kepercayaan 95%. Terdapat pengaruh tidak signifikan
antara BMI, tingkat pendidikan, dan olahraga terhadap tekanan darah. Namun, ada pengaruh signifikan antara
merokok dan konsumsi makanan yang tinggi garam serta tinggi lemak terhadap tekanan darah. Hasil pre-test
dan post-test menujukkan adanya peningkatan pengetahuan anak-anak muda dari yang awalnya hanya 5,27
menjadi 7,37 dengan p-value 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, pemberian edukasi kepada anak-anak muda
dapat meningkatkan pengetahuan mereka, khususnya yang berkaitan dengan hipertensi.
Kata kunci: hipertensi, tingkat pengetahuan, pemuda, FGD

ABSTRACT
Prevalence of hypertension in Indonesia has reached 25.8%; Yogyakarta is the third largest prevalence
in Indonesia, and hypertension in Seyegan sub-district is ranked first most diagnosed. Hypertension can lead to
an increased risk of cardiovascular diseases such as heart attacks and strokes. Knowledge related to hypertension
of residents, especially youth is still quite low. Youth is provided with education and training on how to measure
blood pressure and basic knowledge related to hypertension. The education was done by discussion using Focus
Group Discussion (FGD) method, then youth made program to overcome hypertension problem. Conducted blood
pressure screening and interviews about the lifestyle of residents to determine the cause of hypertension. Blood
pressure screening and interviews were analyzed by chi square or fisher, increased youth knowledge from pre-test
and post-test analyzed with kolmogorov-smirnov and analyzed by paired T test with 95% confidence level. There
was no significant effect between BMI, education and exercise on blood pressure, but there was a significant influence
between smoking and consumption of foods high in salt and fat to blood pressure. The results of pre-test and post-test
showed an increase in youth knowledge from the beginning only 5.27 to 7.37 with p-value 0.000 (p <0.05). Provision
of education to youth increases the level of knowledge related to hypertension.
Keywords: hypertension, level of knowledge, youth, FGD

26
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

1. PENDAHULUAN
Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua dekade
terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama kemudian mulai
beralih menjadi penyakit tidak menular. Kecenderungan ini meningkat dan mulai mengancam
sejak usia muda. Penyakit tidak menular yang utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
secara menetap (Dipiro, dkk., 2011). Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi
jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam,
yakni hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa
faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,
kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D (Dharmeizar, 2012). Prevalensi hipertensi
yang terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta menduduki peringkat
ketiga prevalensi hipertensi terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui
meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak bekerja
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik
dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan strok (Chobanian,
dkk., 2003). Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian, penyakit
kardiovaskular, strok, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama
4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan
risiko permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan di antaranya
penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga, mengurangi konsumsi alkohol,
dan berhenti merokok (Dipiro, dkk., 2011; Soenarta, dkk., 2015).
Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu,
namun dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya
informasi yang benar mengenai suatu penyakit (Rahmadiana, 2012). Rendahnya pengetahuan
tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama
tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia ( Park, J.B., Kario,
K., dan Wang, J.G., 2015). Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan kesehatan
bukan sekadar memperbaiki kerusakan atau kelainan fisik, tetapi melibatkan kompleksitas
kebutuhan, motivasi, dan prioritas individu yang dapat dilakukan melalui komunikasi
intrapersonal yang melibatkan jiwa, kemauan, kesadaran, dan pikiran (Arianto, 2013). Masih
kurangnya informasi mengenai perbaikan pola makan bagi penderita hipertensi juga membuat
pengetahuan masyarakat tentang perbaikan pola makan masih rendah.
Komunikasi merupakan pengalihan suatu pesan/informasi dari sumber ke penerima
yang disampaikan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipahami dengan baik. Komunikasi
kesehatan diperlukan, terutama untuk menyampaikan pesan dan pengambilan keputusan
yang dapat berpengaruh pada pengelolaan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
menciptakan kesadaran, mengubah sikap, dan memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk menjalankan pola hidup sehat. Pemberian informasi kesehatan diharapkan dapat
mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana promosi
kesehatan (Rahmadiana, 2012). Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti lebih efektif

27
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

pada kelompok usia yang lebih muda (Widianingrum dan Anggraheny, 2013). Oleh karena
itu, kegiatan pengabdian ini memilih generasi muda karena mereka lebih terbuka terhadap
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan pemberian edukasi
akan lebih efektif dan dapat disebarluaskan.
Terinspirasi dari program “Indonesia Sehat” yang dijalankan oleh pemerintah,
penulis berupaya melakukan pemberdayaan dan kaderisasi anak-anak muda, khususnya di
Dusun Japanan, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hal itu dilakukan sebagai upaya pengentasan dan pencegahan kejadian hipertensi
dan komplikasi akibat hipertensi. Lokasi ini dipilih karena berdasarkan data dari Puskesmas
Seyegan tahun 2016 diketahui bahwa hipertensi esensial (primer) termasuk dalam sepuluh
besar penyakit yang ditemukan di puskesmas tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kepedulian anak-anak muda di Dusun Japanan tentang penyakit hipertensi yang
dilakukan melalui media video yang memuat materi edukasi dan cara monitoring hipertensi
serta peningkatan keterlibatan masyarakat, khususnya kaum muda dalam upaya pencegahan
hipertensi melalui kaderisasi. Selain itu, pengabdian ini juga bertujuan untuk memberi
informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Adapun
hipotesis penelitian ini adalah adanya peningkatan pengetahuan kaum muda tentang hipertensi
setelah diberikan edukasi melalui Focus Grup Discussion (FGD) dan adanya pengaruh pola
hidup, Body Mass Index (BMI), serta pendidikan terhadap meningkatnya tekanan darah.

2. METODE

2.1 Cara Pemecahan Masalah


Subjek dalam kegiatan pengabdian ini adalah tiga puluh anak muda yang berasal dari
Dusun Japanan, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta yang tergabung dalam organisasi karang taruna dan bersedia untuk mengikuti
kegiatan dari awal hingga akhir. Pada tahap awal, dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan
yang berkaitan dengan hipertensi. Anak-anak muda yang hadir diberi sepuluh soal berupa
pertanyaan dasar yang berkaitan dengan hipertensi. Soal tersebut bermodel benar atau salah
dengan penilaian angka 1 untuk jawaban benar dan angka 0 untuk jawaban salah sehingga
total nilainya 10. Pengetahuan subjek dikatakan tinggi apabila nilai yang didapat ≥7 dan
dikatakan rendah apabila nilai yang didapat < 7.
Setelah dilakukan pre-test, subjek penelitian kemudian diberi pembelajaran tentang
pengetahuan dasar yang berkaitan dengan hipertensi. Adapun media pembelajaran yang
digunakan berupa video agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami.
Pengetahuan dasar tersebut meliputi pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, gejala
hipertensi, komplikasi, dan cara penanganan hipertensi melalui perbaikan pola hidup.
Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada peningkatan pengetahuan, tetapi juga pada
peningkatan kesadaran dan kepedulian anak-anak muda pada hal-hal yang berkaitan dengan
hipertensi. Untuk mencapai hal tersebut, diadakan sharing terkait permasalahan yang terjadi
di Dusun Japanan sehingga hal-hal yang dipelajari akan lebih relevan dan dekat dengan
kehidupan masyarakat.
Pembelajaran dan sharing tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan
sekaligus kepedulian anak-anak muda terhadap hipertensi. Selain itu, anak-anak muda di
Dusun Japanan juga diberi pelatihan cara melakukan pengukuran tekanan darah dengan

28
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

menggunakan spygmomanometer digital. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, anak-anak


muda di Dusun Japanan diharapkan dapat melakukan pemantauan atau monitoring tekanan
darah untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun warga di dusun tersebut. Dengan demikian,
tidak hanya pengetahuan anak-anak muda tersebut yang meningkat, namun mereka juga
diharapkan mampu menjadi kader untuk melakukan pemantauan dan pemberian edukasi
atau minimal sebagai ‘pengingat’ dalam keluarganya sendiri. Hal itu juga diharapkan menjadi
kebiasaan baru yang dapat dilakukan secara rutin oleh anak-anak muda untuk melakukan
monitoring tekanan darah di dusun mereka.
Berdasarkan pelatihan yang telah diterima, karang taruna di Dusun Japanan kemudian
mengadakan program pengukuran tekanan darah bagi warga Japanan sekaligus wawancara
untuk mengetahui pola hidup mereka. Hal itu dilakukan karena pola hidup menjadi faktor
yang berisiko meningkatkan tekanan darah. Setelah melakukan kegiatan tersebut, data yang
diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui profil tekanan darah dan pola hidup warga.
Dari hasil tersebut, anak-anak muda karang taruna kembali berdiskusi dengan metode Focus
Group Discussion (FGD) mengenai cara-cara mengatasi hipertensi melalui perubahan pola
hidup. Berdasarkan hasil diskusi dibuatlah booklet untuk warga sebagai bentuk kepedulian
anak-anak muda terhadap permasalahan hipertensi, khususnya di dusun mereka. Booklet
ini telah disesuaikan bahasanya dengan kondisi warga desa. Selain itu, booklet ini juga tidak
banyak memuat istilah medis sehingga diharapkan akan lebih mudah dipahami.
Pada pertemuan berikutnya, dilakukan senam sehat untuk warga Dusun Japanan.
Program ini dijalankan atas insiatif anak-anak muda di dusun tersebut sebagai salah satu
cara perbaikan tekanan darah warga. Setelah senam, dilakukan edukasi kepada warga dengan
metode penyuluhan dan tanya jawab melalui media booklet yang telah dibuat pada pertemuan
sebelumnya. Selain itu, dilakukan pemeriksaan tekanan darah warga untuk yang kedua
kalinya. Pada pertemuan ini pula, diadakan post-test bagi subjek kegiatan, yaitu anak-anak
muda di Dusun Japanan. Soal yang digunakan untuk post-test sama dengan soal pada saat
pre-test. Post-test dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah
diberikan. Tingkat pengetahuan subjek dikelompokkan menjadi dua, yakni berpengetahuan
tinggi dan berpengetahuan rendah berdasarkan nilai yang didapat dari hasil post-test. Subjek
dikatakan memiliki pengetahuan tinggi apabila nilai post-test yang didapat ≥ 7 dan dikatakan
berpengetahuan rendah apabila nilai post-test yang didapat < 7. Penggolongan tersebut sama
dengan penggolongan pada waktu pre-test. Selanjutnya, kader yang berasal dari anak-anak
muda di Dusun Japanan dipilih untuk melanjutkan kegiatan monitoring dan edukasi yang
berkaitan dengan hipertensi sehingga diharapkan akan dapat membantu mengontrol dan
melakukan perbaikan tekanan darah warga di Dusun Japanan.

2.2 Cara Analisis Hasil


Pengaruh pola hidup, Body Mass Index (BMI), dan tingkat pendidikan terhadap
tekanan darah diukur menggunakan uji chi square dengan taraf kepercayaan 95%. Dari uji
chi square akan didapat nilai odds ratio (OR) dan p-value untuk melihat pengaruh variabel
terhadap tekanan darah.
Peningkatan pengetahuan anak-anak muda dilihat berdasarkan peningkatan nilai
pre dan post-test. Berdasarkan nilai pre dan post-test kemudian dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (p > 0,05) dan dilanjutkan dengan uji T berpasangan
untuk melihat perbedaan rerata antara pre-test dan post-test dengan taraf kepercayaan 95%.

29
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengukuran tingkat pengetahuan anak-anak muda di Dusun Japanan yang
dilakukan pada awal pertemuan menunjukkan masih rendahnya tingkat pengetahuan mereka
tentang hipertensi. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata yang hanya mencapai 5,23 poin dari
total skor 10 poin dengan nilai terendah 3 poin dan nilai tertinggi 8 poin. Anak-anak muda
yang memiliki tingkat pengetahuan rendah (nilai <7) berjumlah 26 orang, sedangkan yang
memiliki pengetahuan tinggi (nilai ≥7) berjumlah 4 orang. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa kebanyakan anak-anak muda di Dusun Japanan belum mengetahui indikasi seseorang
dikatakan mengalami hipertensi. Mereka masih menganggap wajar tekanan darah yang
semakin tinggi seiring bertambahnya usia. Selain itu, mereka juga tidak mengetahui beberapa
faktor risiko hipertensi dan menganggap hipertensi tidak membutuhkan monitoring serta
pengobatan secara rutin. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pengabdian untuk meningkatkan
pengetahuan anak-anak muda di Dusun Japanan memang perlu dilakukan. Berikut ini gambar
yang menunjukkan persentase hasil pengukuran tingkat pengetahuan anak-anak muda di
Dusun Japanan yang diperoleh berdasarkan hasil pre-test.

Gambar 1 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Muda (pre-test)

Setelah dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan, anak-anak muda di Dusun Japanan


kemudian diberi edukasi mengenai pengetahuan dasar hipertensi dengan media pembelajaran
berupa video. Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka
sehingga dalam penyampaian materi lebih dipilih istilah-istilah umum yang mudah dipahami
dan tidak banyak menggunakan istilah medis. Penyesuaian bahasa merupakan hal penting
karena dengan bahasa yang mudah dipahami dan dengan permisalan-permisalan sederhana,
materi dapat diterima dan dipahami dengan lebih mudah. Dalam proses pembelajaran juga
dilakukan diskusi yang dilanjutkan dengan sharing dari anak-anak muda Dusun Japanan
terkait permasalahan hipertensi yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Melalui
sharing, mereka secara tidak langsung mengingat kembali dan belajar dari permasalahan yang
dihadapi. Pembelajaran melalui sharing ini memberikan metode pembelajaran yang relevan
dan dekat dengan kehidupan sekitar sehingga memunculkan sikap peduli.
Setelah sharing, selanjutnya dilakukan pelatihan cara pengukuran tekanan darah.
Melalui pelatihan ini, anak-anak muda Dusun Japanan diberi pengetahuan tentang cara
mengukur tekanan darah sehingga diharapkan mereka dapat melakukan monitoring tekanan
darah secara teratur dan melakukan deteksi dini. Deteksi dini mengenai hipertensi dapat
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular lain, seperti penyakit jantung koroner dan strok.
Pelatihan pemeriksaan tekanan darah dilakukan dengan sphygmomanometer digital. Anak-
anak muda Dusun Japanan diberi tahu cara memeriksa tekanan darah yang benar, yakni orang

30
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

yang akan diperiksa tekanan darahnya harus duduk tenang minimal lima menit dengan kaki
menempel di lantai. Lalu lengan orang tersebut disangga dan sphygmomanometer diletakkan
setinggi jantung. Pengukuran dilakukan minimal dua kali setiap kunjungan (Chobanian,
dkk., 2003; Dharmeizar, 2012). Setelah mengikuti pelatihan, anak-anak muda Dusun Japanan
yang tergabung dalam organisasi karang taruna mulai menjalankan program pengukuran
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital bagi warga. Mereka juga melakukan
wawancara terkait pola hidup warga yang dapat menjadi faktor risiko peningkatan tekanan
darah. Meski hanya beberapa warga saja yang bersedia datang, program pengukuran tekanan
darah tersebut tetap dilaksanakan.

Gambar 2 Pengukuran Tekanan Darah dan Wawancara kepada Warga Dusun Japanan

Tabel 1 Karakteristik Warga Dusun Japanan (n = 30)

Variabel Rerata ± SD atau %


Usia 55,63 ± 13,80
BMI 24,46 ± 4,45
BMI < 25 56,67%
BMI ≥ 25 43,33%
Pendidikan
≤ Sekolah Menengah Pertama (SMP) 63,33%
> Sekolah Menengah Pertama (SMP) 36,67%
Merokok
Ya* 60%
Tidak 40%
Konsumsi garam dan lemak
Ya 50%
Tidak 50%
Olahraga > 3x / minggu
Ya 26,67%
Tidak 73,33%
Tekanan darah sistolik 148,43 ± 32,19
Tekanan darah diastolik 80,27 ± 14,40
Tekanan darah > 140/90 mmHg
Ya 66,67%
Tidak 33,33%
* yang dikategorikan merokok adalah orang yang merokok (perokok aktif) dan orang yang terpapar
asap rokok (perokok pasif)

31
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

Berdasarkan data tersebut kemudian dilakukan analisis bivariat dengan chi square atau
fisher untuk melihat pengaruh variabel BMI, pendidikan, dan pola hidup terhadap tekanan
darah warga Dusun Japanan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Analisis Hubungan antara BMI, Pendidikan, Olahraga, Merokok, dan
Konsumsi Garam Terhadap Tekanan Darah

TD > 140/90 mmHg IK 95%


Variabel p OR
Tidak Ya Min Maks
BMI ≥25
Tidak 7 10 0,440 2,333 0,466 11,693
Ya 3 10
Pendidikan ≤SMP
Tidak 4 7 1,000 1,333 0,281 6,325
Ya 6 14
Olahraga > 3x/minggu
Tidak 8 14 0,682 1,714 0,278 10,589
Ya 2 6
Merokok
Tidak 7 5 0,045 7,000 1,293 37,909
Ya 3 15
Konsumsi garam dan lemak
Tidak 8 7 0,050 7,429 1,226 45,005
Ya 2 13

Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa BMI, pendidikan, dan olahraga tidak
memberi pengaruh yang bermakna terhadap tekanan darah (p ≥ 0,05), sedangkan merokok
dan diet rendah garam serta lemak memberi pengaruh yang bermakna terhadap tekanan
darah (p < 0,05).
Kebiasaan merokok dan keadaan sering terpapar asap rokok terbukti berpengaruh ter­
hadap peningkatan tekanan darah. Warga yang merokok memiliki risiko peningkatan te­kanan
darah tujuh kali lebih besar daripada warga yang tidak merokok atau terpapar asap rokok. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan adanya hubungan bermakna
antara merokok dengan peningkatan tekanan darah (Anggara dan Prayitno, 2013).
Konsumsi makanan tinggi garam dan lemak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan tekanan darah. Warga yang mengonsumsi makanan tinggi garam dan
lemak memiliki risiko peningkatan tekanan darah 7,429 kali lebih besar daripada warga yang
tidak mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menyebutkan adanya hubungan bermakna antara makanan tinggi garam
dengan peningkatan tekanan darah (Anggara dan Prayitno, 2013).
Hasil pengukuran pada warga Dusun Japanan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara BMI, pendidikan, dan olahraga terhadap peningkatan tekanan da­rah. Hasil ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, yakni adanya hu­bung­­an signifikan
antara BMI, pendidikan, dan olahraga terhadap peningkatan tekanan darah (Anggara dan

32
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

Prayitno, 2013). Penelitian lain menyebutkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh signifikan
ter­­­­­­­hadap tekanan darah (Lee, 2017). Meskipun beberapa hasil penelitian tidak menunjukkan
hasil yang sesuai, beberapa faktor ini disebut memengaruhi peningkatan tekanan darah, yaitu
rokok, alkohol, obesitas, makanan tinggi garam, obat-obatan, stres, permasalahan emosional,
dan riwayat keluarga (Salaudeen, dkk., 2014).
Pada pertemuan selanjutnya, data hasil pengukuran tekanan darah dan wawancara
diberitahukan kepada anak-anak muda Dusun Japanan. Setelah itu, dilakukan diskusi dengan
metode Focus Group Discussion (FGD) untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan.
Metode FGD dipilih karena memberikan hasil yang lebih baik daripada CBIA dalam upaya
peningkatan pengetahuan dengan p-value 0,012 meskipun kedua metode tersebut terbukti
dapat meningkatkan pengetahuan dengan adanya peningkatan nilai pre-test dan post-test
(Lathifah, dkk., 2015). Pendidikan kesehatan pada masyarakat dapat meningkatkan pe­nge­
tahuan masyarakat tentang isu/pengetahuan dasar kesehatan meski belum menimbulkan per­
ubahan perilaku. Peningkatan pengetahuan hanya memunculkan keinginan masyarakat untuk
mengubah perilaku atau pola hidup. Oleh karena itu, diskusi yang dilakukan dipandu dan
diarahkan untuk menemukan solusi bagi permasalahan hipertensi dengan perubahan pola
hidup. Dari hasil diskusi tersebut, dibuatlah booklet yang kemudian dibagikan kepada warga
Dusun Japanan bersamaan dengan pemberian edukasi serta sosialisasi tindakan perubahan
pola hidup.

Gambar 3 FGD untuk Tindakan Penanggulangan Hipertensi

Pada pertemuan berikutnya, dilakukan senam sehat yang diikuti oleh warga Dusun
Japanan. Senam dipilih sebagai langkah awal dalam upaya membantu warga melakukan
perbaikan tekanan darah. Anak-anak muda Japanan mengajak seluruh warga untuk rutin
melakukan senam sehat sebagai salah satu upaya perubahan pola hidup. Setelah senam, kegiatan

33
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

dilanjutkan dengan edukasi melalui penyuluhan dan tanya jawab dengan media booklet yang
telah dibuat sebagai media penyuluhan. Booklet tersebut berisi pengertian hipertensi, tanda
dan gejala hipertensi, penyebab hipertensi, bahaya hipertensi, cara mengatasi hipertensi, dan
perbaikan pola hidup guna memperbaiki tekanan darah. Saat penyuluhan dan tanya jawab,
warga tampak antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal itu ditandai dengan
banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh warga terkait hal-hal yang dapat menyebabkan
hipertensi serta cara mengatasinya. Setelah penyuluhan selesai, kemudian dilakukan post-
test untuk tiga puluh anak-anak muda di Dusun Japanan yang tergabung dalam organisasi
karang taruna. Setelah itu, dibentuk kader pemuda guna melanjutkan program dan kegiatan
monitoring tekanan darah warga di Dusun Japanan.

Gambar 4 Senam Sehat sebagai Langkah Awal Perbaikan Tekanan Darah Warga

Adapun soal yang digunakan dalam post-test untuk tiga puluh anak-anak muda di
Dusun Japanan sama dengan soal yang digunakan dalam pre-test. Post-test dilakukan untuk
melihat berhasil atau tidaknya penyampaian materi/pembelajaran yang ditandai dengan adan-
ya peningkatan nilai. Hasil post-test menunjukkan nilai rata-rata sebesar 7,37 poin dari total
skor 10 poin dengan nilai terendah 5 poin dan nilai tertinggi 10 poin. Subjek yang memiliki
tingkat pengetahuan rendah (nilai <7) ada 8 orang, sedangkan yang memiliki pengetahuan
tinggi (nilai ≥7) ada 22 orang. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
tentang hipertensi pada tiga puluh anak muda yang menjadi subjek dalam kegiatan pember-
dayaan ini.

34
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

Gambar 5 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Tiga Puluh Anak Muda


di Dusun Japanan (post-test)

Gambar 6. Peningkatan Rerata Pengetahuan Tiga Puluh Anak Muda


di Dusun Japanan dari Hasil Pre-test dan Post-test

Nilai pre-test dan post-test dianalisis menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk untuk
melihat distribusi data. Dari uji normalitas Shapiro-Wilk diketahui bahwa nilai pre-test dan
post-test terdistribusi secara normal (p-value> 0,05). Selanjutnya, data nilai pre-test dan post-
test dianalisis dengan uji T berpasangan untuk melihat adanya perbedaan rerata pengetahuan
sebelum dan sesudah menjalani edukasi. Hasil uji T berpasangan tersebut ditampilkan dalam
tabel berikut ini.
Tabel 3 Hasil Analisis Uji T Berpasangan

df Beda Rerata T hitung T tabel p-value


-2,133
Pre-test – Post-test 29 -16,000 2,045 0,000
(-2,406 – -1,861)

35
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

Hasil analisis dengan uji T berpasangan menunjukkan perbedaan rerata nilai pre-test
dan post-test sebesar -2,133 dengan taraf kepercayaan 95% (-2,406 – -1,861). Selain itu, p-value
menunjukkan adanya perbedaan rerata yang bermakna secara statistik antara nilai pre-test
dan post-test dengan p-value 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan
pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi. Pengetahuan tiga puluh anak muda yang menjadi
subjek dalam kegiatan pemberdayaan ini mengalami peningkatan rata-rata nilai sebesar 2,133
yang berarti lebih tinggi daripada pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode
Focus Group Discussion (FGD) telah berhasil meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi
pada tiga puluh anak muda di Desa Japanan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada kelompok yang telah
diberi edukasi dengan metode FGD (Lathifah, M.A., Ilham, M., dan Wibowo, A., 2015;
Mahmudah, U., Cahyati, W.H., dan Wahyuningsih, A.S., 2013).
Peningkatan pengetahuan pada subjek pemberdayaan diharapkan dapat mendorong
peningkatan kesadaran akan pentingnya pencegahan atau deteksi dini hipertensi, penyebab
hipertensi, dan bahayanya. Peningkatan kesadaran juga diharapkan dapat memicu perbaikan
pola hidup yang selanjutnya mengarah ke perbaikan tekanan darah. Selain itu, tiga puluh
anak muda di Desa Japanan yang menjadi subjek diharapkan dapat dijadikan mitra dalam
monitoring tekanan darah warga di Dusun Japanan. Dengan monitoring yang rutin, warga
Dusun Japanan akan lebih sering memantau tekanan darahnya dan menjaga pola hidupnya
untuk mencapai perbaikan tekanan darah.
Kegiatan pengabdian yang menjadikan tiga puluh anak muda di Desa Japanan se­­ba­gai
fokus kegiatan belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Pada awalnya, tidak mudah meng­
gerakkan anak-anak muda tersebut untuk berkarya dan peduli pada kesehatan, khususnya
hipertensi. Hal itu disebabkan tidak semua anak-anak muda tersebut tertarik pada bidang
kesehatan. Namun, dengan pendekatan yang berbeda serta cara mengemas materi yang lebih
menarik dan sesuai dengan kebutuhan, ketertarikan anak-anak muda tersebut akan kegiatan
ini dapat dimunculkan. Kegiatan serupa layak untuk dilaksanakan di desa lain karena seiring
dengan berjalannya kegiatan, anak-anak mudalah yang justru lebih tertarik dan peduli dengan
kesehatan. Dengan adanya kepedulian tersebut, tingkat kesehatan masyarakat akan meningkat
karena bukan hanya masyarakat dewasa/orang tua yang mengetahui dan memahami informasi
yang berkaitan dengan kesehatan, khususnya hipertensi, namun anak-anak muda pun telah
mengetahui dan memahaminya. Dalam hal ini, anak-anak muda tersebut diharapkan dapat
menjadi kader yang akan menyebarkan informasi kesehatan kepada orang lain sehingga
dampak dari kegiatan pengabdian ini akan semakin luas.

4. SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian kegiatan pengabdian di Dusun Japanan,
Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai berikut. Pertama, adanya peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pada subjek
kegiatan ini, yakni tiga puluh anak muda yang tergabung dalam organisasi karang taruna
di Dusun Japanan. Peningkatan tersebut terlihat dari adanya perubahan nilai rata-rata yang
semula 5,23 menjadi 7,37 setelah diberikan edukasi dengan metode Focus Group Discussion

36
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

(FGD). Kedua, merokok dan konsumsi makanan tinggi garam serta lemak berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah pada warga Dusun Japanan, Desa Margodadi, Kecamatan
Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Screening tekanan darah dan wawancara mengenai pola hidup warga di Dusun Japan­
an masih terbatas sehingga perlu diadakan screening yang lebih luas untuk mengetahui le­
bih banyak kondisi tekanan darah warga. Dengan demikian, pengaruh pola hidup terha­dap
tekanan darah dapat diidentifikasi dengan lebih jelas dan program anak-anak muda di Dusun
Japanan untuk membantu perbaikan tekanan darah dapat dilaksanakan dengan lebih efektif.
Selanjutnya, dari data yang diperoleh diketahui bahwa meningkatnya tekanan darah
warga Dusun Japanan dipengaruhi oleh kebiasaan merokok dan mengonsumsi makanan
tinggi garam serta lemak. Oleh karena itu, perlu dilakukan edukasi tentang pentingnya per­
ubahan pola hidup. Dengan edukasi tersebut, pengetahuan warga diharapkan mening­kat
sehingga mereka menyadari pentingnya mengubah pola hidup untuk meningkatkan kualitas
ke­sehatan, khususnya perbaikan tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, D. dan Prayitno, N. 2013. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan


Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012”. Dalam Mengamati
Perjalanan Epidemiologi Hipertensi Di Indonesia, Volume 5(1). Hlm. 20–25. Diakses
melalui https://doi.org/10.1002/ 9781444324808.ch36.
Arianto. 2013. “Komunikasi Kesehatan” dalam Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 3 (2). Hlm.
1–13.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Chobanian, A.V., dkk. 2003. “Seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure” dalam
Hypertension. Volume 42 (6), 1206–1252. Diakses melalui https://doi.org/10.1161/01.
HYP.0000107251.49515.c2.
Dharmeizar. 2012. “Hipertensi” dalam Medicinus. Volume 25.
Dipiro, J., dkk. 2011. Pharmacotherapy: Pathophysiologic Approach.
Kemenkes RI. 2015. “Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019”. Diakses
melalui https://doi.org/351.077 Ind r.
Lathifah, M.A., Ilham, M., dan Wibowo, A. 2015. “Perbandingan Metode CBIA dan FGD
dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan Caregiver dalam Upaya Swamedikasi
Demam pada Anak” dalam Abstrak, Pharm Sci Res2 (2). Hlm. 9–100.
Lee, H. 2017. “Socioeconomic Disparities in the Prevalence, Diagnosis, and Control of
Hypertension in The Context of a Universal Health Insurance System”. Hlm. 561–567.
Diakses melalui https://doi.org/10.3346/jkms. 2017.32.4.561.

37
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 3, No. 1, September 2017

Mahmudah, U., Cahyati, W.H., dan Wahyuningsih, A.S. 2013. “Jurnal Kesehatan Masyarakat”
dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 8 (2). Hlm.113–120. Diakses melalui
https://doi.org/ISSN 1858-1196.
Park, J.B., Kario, K., dan Wang, J.G. 2015. “Systolic Hypertension: an Increasing Clinical
Challenge in Asia” dalam Hypertension Research. Volume 38 (4). Hlm. 227–236.
Diakses melalui https://doi.org/10.1038/hr.2014.169.
Rahmadiana, M. 2012. “Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan” dalam Jurnal Psikogenesis.
Volume 1 (1). Hlm. 88–94.
Salaudeen, A.G., dkk. 2014. “Knowledge and Prevalence of Risk Factors for Arterial
Hypertension and Blood Pressure Pattern among Bankers and Traffic Wardens in
Ilorin, Nigeria” dalam African Health Sciences. Volume 14 (3). Hlm. 593–599. Diakses
melalui https://doi.org/10.4314/ahs.v14i3.14.
Soenarta, A.A., dkk. 2015. “Pedoman Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular”.
Pedoman Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler, 1. Hlm. 1–2.
Widianingrum, R. dan Anggraheny, H.D. 2013. “Efektivitas Penyuluhan Tentang Hipertensi
pada Masyarakat Rentang Usia 45–60 Tahun Dibandingkan dengan Masyarakat
Rentang Usia 61–75 Tahun” dalam Jurnal Kedokteran Muhammadyah1(2). Hlm. 86–92.

38
ASUPAN LEMAK, AKTIVITAS FISIK DAN KEGEMUKAN PADA
REMAJA PUTRI DI SMP BINA INSANI SURABAYA
Fat Intake, Physical Activity and Obesity among Adolescent Girls in SMP Bina Insani Surabaya

Jayanti Ayu Praditasari1*, Sri Sumarmi2


1Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Kota Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Kota Surabaya
E-mail: jayanti.ayupraditasari@gmail.com

ABSTRAK
Kegemukan (overweight dan obesitas) merupakan penimbunan lemak berlebih yang menyebabkan kelebihan berat
badan. Penyakit yang berhubungan dengan kegemukan adalah Diabetes, dislipidemia, hipertensi dan penyakit
degeneratif lainnya. Faktor yang memengaruhi kegemukan yaitu pola makan, riwayat keturunan, pola hidup, faktor
psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang dapat memengaruhi asupan dan pengeluaran energi. Konsumsi
makanan dengan tinggi lemak dalam jangka waktu yang panjang dan tanpa ada aktivitas untuk pengeluaran energi
dapat meningkatkan risiko terjadinya kegemukan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan
lemak dan aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja putri di SMP Bina Insani Surabaya. Desain studi penelitian
menggunakan case control dengan pendekatan retrospective. Sampel remaja putri di SMP Bina Insani Surabaya yang
diambil sebanyak 32 siswi (16 sampel kontrol dan 16 sampel kasus). Asupan lemak total memiliki tergolong kurang.
Asupan Monounsaturated Fatty Acids (MUFA) dan Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA) tergolong rendah sedangkan
Saturated Fatty Acids (SFA) tergolong tinggi. Hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
asupan lemak dengan kegemukan (ρ=0,240), namun terdapat hubungan antara aktivitas fisik ρ=0,006 (OR= 9,533,
95% CI: 1,847–49,204) dengan kegemukan pada remaja. Aktivitas fisik yang sangat ringan memiliki faktor risiko
9,533 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya kegemukan dibandingkan dengan aktivitas fisik ringan. Oleh
sebab itu, diperlukan peningkatan aktivitas fisik pada remaja putri dengan melakukan olahraga untuk mengurangi
risiko kegemukan.

Kata kunci: aktivitas fisik, asupan lemak, obesitas, remaja putri, status gizi

ABSTRACT
Obesity is defined as excessive fat accumulation fat that causes excess weight. Diseases that related with obesity are
diabetes, dyslipidemia, hypertension and other degenerative diseases. Factors that affect obesity are dietary factors,
history of hereditary, lifestyle, psychological factors, environment, individual, and biological which may influence
energy intake and expenditure. Consumption of high fat in a long period without any activity for energy expenditure
can increase the risk of obesity. This study was aimed to analyse the correlation between fat intake and physical
activity with obesity among adolescent girls in SMP Bina Insani junior high school Surabaya. This study employed a
case control study design with a retrospective approach. The research participants were 32 female students in Bina
Insani junior high school Surabaya (16 control and 16 case samples). Total fat intake was relatively low. The intake
of Monounsaturated Fatty Acids (MUFA) and Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA) were low while Saturated Fatty
Acids (SFA) were high. There was no correlation between fat intake and obesity (ρ=0.240), but there was a significant
correlation between physical activity ρ=0.006 (OR= 9.533, 95% CI: 1.847-49.204) with adolescent obesity. The
very mild physical activity give a risk as much as 9.533 times greater for developing obesity than the mild physical.
Therefore, it is necessary to increase physical activity among adolescent girls by doing sports to reduce the risk of
obesity.

Keywords: physical activity, fat intake, obesity, female adolescent, nutritional status

Jayanti A.P., dan Sri S. MGI (2018) 117–122


DOI: 10.20473/mgi.v13i2.117–122

117
118 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 2 Juli–Desember 2018: hlm. 117–122

PENDAHULUAN sesuai dengan pedoman gizi seimbang (Kemenkes


Indonesia saat ini sedang menghadapi RI, 2012).
masalah gizi ganda salah satunya adalah obesitas Konsumsi makanan yang berlebih ditambah
pada remaja (Shrimpton dan Rokx, 2013). Data dengan kurangnya aktivitas fisik menjadi salah
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa remaja satu penyebab terjadinya kegemukan pada remaja
dengan usia 13–15 tahun memiliki prevalensi putri (Wijayanti, 2013). Aktivitas fisik yang rendah
overweight dan obesitas sebanyak 8,3% dan memiliki peluang 3 kali lebih besar menyebabkan
2,5%. Prevalensi overweight (8,9%) dan obesitas kelebihan berat badan dibandingkan aktivitas yang
(3,9%) remaja di kota Surabaya sedikit lebih tinggi berat (Vertikal, 2012). Tujuan penelitian ini adalah
dibandingkan dengan prevalensi di Indonesia menganalisis hubungan asupan lemak dan aktivitas
(Kemenkes RI, 2013a). Penelitian Hanifah dan fisik dengan obesitas pada remaja putri di SMP
Nindya (2013) menunjukkan prevalensi gizi Bina Insani Surabaya.
lebih pada kelas 7 dan 8 di salah satu SMP di
Surabaya mencapai 31%. Penelitian Nufus (2015) METODE
memperlihatkan persentase lemak remaja putri Penelitian ini merupakan penelitian
lebih besar dibandingan dengan laki-laki. observasional dengan desain case control yang
Kegemukan merupakan penimbunan lemak dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2017.
berlebih yang menyebabkan kelebihan berat Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII,
badan (Kemenkes RI, 2012). Salah satu indikator VIII dan IX di SMP Bina Insani Surabaya tahun
penentuan status gizi yaitu menggunakan Indeks 2017/2018.
Massa Tubuh (IMT) (Kemenkes RI, 2011). Proses skrining dilakukan dengan melakukan
Peningkatan IMT ini dapat menyebabkan risiko pengukuran Berat Badan (BB) menggunakan
tekanan darah tinggi, hipertensi, kolesterol, timbangan badan digital dengan ketelitian 0,1 kg
LDL dan HDL kolesterol dan trigliserida. dan Tinggi Badan (TB) menggunakan microtoise
risiko penyakit menjadi penyerta peningkatan dengan ketelitian 0,1 cm. Penilaian status gizi
IMT, seperti Penyakit Jantung Koroner, Stroke, (Z-Score, IMT/U) menggunakan WHO Anthroplus.
penyakit kantung empedu, dan bahkan kanker Nilai Z-Score yang diperoleh dikategorikan
(Swinburn et al., 2004). berdasarkan SK Kemenkes Nomor: 1995/
Terdapat berbagai macam faktor yang dapat MENKES/SK/XII/2010, yaitu normal (-2≤ Z-Score
meningkatkan risiko seseorang mengalami <+1) yang masuk dalam kelompok kontrol, gemuk/
kegemukan. Faktor-faktor tersebut diantaranya overweight (+1≤ Z-Score <+2) dan obesitas
pola makan, riwayat keturunan, pola hidup, faktor (Z-Score >+2) dikategorikan dalam kelompok
psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang kasus. Sebanyak 16 siswi diambil menjadi sampel
dapat memengaruhi asupan dan pengeluaran energi diambil secara acak sederhana (simple random
(Hendra et al., 2016 dan Marcini et al,, 2011) sampling).
Lemak adalah salah satu sumber energi bagi Data asupan lemak diperoleh untuk
tubuh yang berpengaruh terhadap kegemukan mengetahui banyaknya jumlah makanan yang
pada remaja (Fentiana, 2012). Konsumsi tinggi dikonsumsi remaja putri dalam 1 hari menggunakan
lemak dalam jangka waktu yang panjang dapat wawancara dengan kuesioner recall 24 jam. Hasil
meningkatkan risiko terjadinya kegemukan (gizi penilaian asupan lemak dihitung menggunakan
lebih dan obesitas) dan meningkatkan berat Nutrisurvey dengan satuan gram untuk lemak
badan, sehingga kandungan lemak pada makanan total, lemak jenuh dan tidak jenuh. Nilai total
perlu diperhatikan (Widodo, 2014). Pemenuhan lemak yang didapatkan kemudian dikategorikan
kebutuhan zat gizi tubuh dipengaruhi oleh berdasarkan Gibson (2005), yaitu kurang (< 77%
pemilihan makanan yang beragam dan seimbang AKG) dan cukup (≥ 77% AKG).
Jayanti Ayu Praditasari, Sri Sumarmi., Asupan Lemak, Aktifitas Fisik dan Kegemukan... 119

Data aktivitas fisik diperoleh untuk mengetahui Tabel 2. Asupan Lemak, MUFA, SFA, PUFA dan Aktivitas
kegiatan dan olahraga yang dilakukan remaja Fisik Remaja Putri

putri. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan Kontrol Kasus


Variabel ρ value
wawancara menggunakan kuesioner APARQ n % n %
Asupan Lemak
(Adolescent Physical Activity Questionnaire)
Kurang 10 62,5 7 43,8
berupa jenis aktivitas fisik, frekuensi dan durasi Cukup 6 37,5 9 56,3 0,240
yang dilakukan remaja untuk mengetahui olahraga Total 16 100 16 100
dan aktivitas fisik. Penilaian kemudian diukur MUFA
dengan rumus Physical Activity Level (PAL) Kurang 15 93,8 14 87,5
Cukup 1 6,3 2 12,5 0,500
(FAO et al., 2001), yaitu:
Total 16 100 16 100
ᎂሺܲ‫ݏܽݐ݂݅݅ݐ݇ܽ݌ܽ݅ݐ݁ݏݑݐ݇ܽݓ݅ݏܽ݇݋݈ܽݔܴܣ‬ሻ SFA
ܲ‫ ܮܣ‬ൌ 
ʹͶ݆ܽ݉ Kurang Baik 11 68,8 10 62,5
Cukup Baik 5 31,3 6 37,5 0,500
Hasil penilaian aktivitas fisik kemudian Total 16 100 16 100
diklasifikasikan menjadi sangat ringan (PAL PUFA
< 1,40) dan ringan (PAL ≥ 1,40). Klasifikasi ini Kurang 16 100 16 100
Cukup 0 0 0 0 -
digunakan karena hasil aktivitas sampel yang
Total 16 100 16 100
diperoleh tidak ada yang memiliki aktivitas fisik Aktivitas Fisik
cukup maupun lebih. Sangat Ringan 3 18,8 11 68,8
Hasil data yang diperoleh kemudian dilakukan Ringan 13 81,3 5 31,3 0,006
analisis univariat dengan analisis cross tabulation Total 16 100 16 100
yang disajikan data secara deskriptif dengan tabel
distribusi frekuensi. Uji hubungan yang dilakukan tahun dalam sehari yaitu sebanyak 20–30% dari
menggunakan uji Chi-Square. Penelitian ini telah total energi yang dibutuhkan atau sebanyak 71
mendapatkan persetujuan dari komisi etik Fakultas gram (Kemenkes RI, 2013b). Asam lemak dapat
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dikelompokkan menjadi asam lemak jenuh
dengan nomor 469-KEPK. (Saturated Fatty Acids (SFA)), asam lemak tak
jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acids
HASIL DAN PEMBAHASAN (MUFA)) dan asam lemak tak jenuh ganda
(Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA)).
Hasil distribusi frekuensi status gizi pada
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2,
Tabel 1. menunjukkan bahwa separuh remaja
kelompok kontrol cenderung memiliki asupan
putri memiliki status gizi normal (50%) dan
lemak total yang lebih rendah dibandingkan
separuh lainnya mengalami kegemukan (28,1%
dengan kelompok kasus. Hasil menunjukkan
overweight dan 21,9% obesitas). Status gizi normal
bahwa sebanyak 56,3% sampel pada kelompok
digolongkan kelompok kontrol, sedangkan status
kasus memiliki asupan lemak yang cukup atau
gizi gemuk dan obesitas digolongkan kelompok
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang
kasus.
sebagian besar sampel memiliki asupan lemak
Faktor yang memengaruhi kegemukan
kurang 62,5%.
pada remaja salah satunya adalah asupan lemak.
Hasil analisis uji hubungan menunjukkan
Kebutuhan lemak remaja putri pada usia 13–15
bahwa tidak ada hubungan antara asupan
lemak dengan status kegemukan. Penelitian
Tabel 1. Distribusi Status Gizi ini menunjukkan hasil yang sejalan dengan
Status Gizi n % penelitian Sasmito (2015) dan Medawati (2005)
Normal 16 50,0 yang menyatakan bahwa asupan lemak tidak
Overweight 9 28,1 berhubungan dengan status kegemukan pada
Obesitas 7 21,9 remaja, namun kontribusi lemak terhadap AKG
120 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 2 Juli–Desember 2018: hlm. 117–122

yang semakin tinggi memungkinkan terjadinya atau sebesar 11% dari total energi yaitu sebanyak
kegemukan. Asupan makan merupakan salah 25,97 gram (FAO, 2010).
satu faktor yang menyebabkan terjadinya Profil lemak tubuh juga perlu diperhatikan,
kegemukan, namun selain asupan lemak karena makanan dengan tinggi asam lemak tidak
terdapat asupan karbohidrat, protein, konsumsi jenuh memiliki profil metabolik yang lebih baik
air dan zat gizi mikro lain yang juga dapat dibandingkan asam lemak yang jenuh (Butryn et al,
menyebabkan terjadinya obesitas (Marcini et 2012). Konsumsi lemak tak jenuh dalam jumlah
al., 2011; Habibaturochmah dan Fitranti, 2014; tinggi dengan diimbangi latihan fisik sangat
Muchlisa et al., 2013). Hewitt-taylor et al., (2004) penting dalam penurunan berat badan. Selain itu
menyebutkan bahwa selain komposisi asam asam lemak tak jenuh juga dapat meningkatkan
lemak, kelebihan berat badan dan obesitas dapat sensitivitas insulin dan peningkatan kolesterol
dipengaruhi oleh keseimbangan energi dalam HDL sehingga tidak meningkatkan kadar kolesterol
tubuh. Selain itu asupan makan dan pengeluaran atau trigliserida.
energi dapat dipengaruhi oleh pola makan, riwayat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keturunan, pola hidup, faktor psikis, lingkungan, aktivitas fisik remaja putri di SMP Bina Insani
individu, serta biologis (Hendra et al., 2016 dan sebagian besar berada pada aktivitas sangat ringan
Marcini et al., 2011). hingga sangat ringan. Kelompok kontrol memiliki
Diet tinggi lemak dapat menyebabkan aktivitas yang lebih tinggi dari kelompok kasus
perubahan jaringan adiposa, fungsi mitokondria meskipun masih berada pada aktivitas yang ringan,
dan insulin yang berperan dalam komposisi tubuh. yaitu sebanyak 81,3% pada kelompok kontrol
Hal tersebut dapat disebabkan oleh jenis asam dan sebanyak 68,8% pada kelompok kasus dalam
lemak pada makanan yang memiliki kegunaan kategori sangat ringan. Hasil analisis hubungan
berbeda, sehingga perlu untuk mengetahui jenis yang dilakukan juga menunjukkan bahwa aktivitas
lemak yang dikonsumsi. fisik memiliki hubungan dengan status kegemukan.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa Penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan
asupan lemak pada remaja putri pada kelompok dengan penelitian Restuastuti et al. (2016) dan
kasus maupun kontrol cenderung mengonsumsi Musralianti et al. (2016).
lemak jenuh kurang baik. Asupan lemak tidak Aktivitas fisik merupakan perilaku positif
jenuh pada sebagian besar sampel tergolong sebagai pengontrol keseimbangan energi, setiap
rendah (kontrol= 93,8%; kasus= 87,5%). Hasil uji gerakan tubuh yang menyebabkan peningkatan,
hubungan pada MUFA dan SFA tidak memiliki pengeluaran, atau pembakaran tenaga. Aktivitas
hubungan, sedangkan hasil uji hubungan fisik yang ringan pada masa remaja akan cenderung
PUFA tidak dapat dianalisis karena hasil PUFA kurang aktif pada masa berikutnya (ACSM, 2015).
menunjukan semua remaja putri memiliki asupan Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang
yang kurang. menyebabkan obesitas (Wijayanti, 2013).
Asam lemak jenuh perlu dibatasi dalam Hasil aktivitas fisik yang didapatkan dalam
penggunaannya, yaitu sebesar 8% dari total kalori penelitian juga menunjukkan bahwa remaja
yang dikonsumsi atau batas konsumsi pada remaja putri cenderung menghabiskan waktunya untuk
putri sebanyak 18,89 gram. PUFA yang memiliki menonton TV dan bermain gadget. Pergeseran
kandungan n-6 (omega 6) dan n-3 (omega 3) gaya hidup di daerah pedesaan yang sebelumnya
harus dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang, memiliki aktivitas gerak yang lebih banyak menjadi
yaitu 11 gram dan 1,1 gram pada remaja putri. berkurang (Wulandari et al., 2015). Kemajuan
Rekomendasi batas konsumsi total PUFA yang teknologi yang berkembang pesat memengaruhi
dikonsumsi oleh remaja sebesar 11% dari total gaya hidup perkotaan yang semakin sibuk dengan
energi atau sebesar 25,97 gram. Asam lemak tak gadget daripada bermain bersama teman sebaya
jenuh tunggal memiliki batas konsumsi yang diluar.
dihitung dari hasil asupan lemak total dikurangi Latihan fisik dan adaptasi otot pada remaja
asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh ganda dapat membantu menurunkan berat badan dan
Jayanti Ayu Praditasari, Sri Sumarmi., Asupan Lemak, Aktifitas Fisik dan Kegemukan... 121

Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat dengan Chi-Square penelitian, wali murid yang telah mengizinkan
95% CI siswi berpartisipasi, guru-guru dan Kepala Sekolah
Variabel ρ value OR
Lower Upper SMP Bina Insani Surabaya yang telah membantu
Aktivitas Fisik Pembanding teknis pelaksanaan penelitian.
Ringan 9,533
Sangat Ringan 0,006 1,847 49,204 DAFTAR PUSTAKA
ACSM. (2015). Physical activity in children
mencegah terjadinya kenaikan berat badan. and adolescents. American College of Sports
Medicine, 1–2. Diakses dari: https://www.acsm.
Aktivitas fisik tinggi akan memecah energi dalam
org/docs/default-source/brochures/physical-
cadangan lemak untuk digunakan, namun aktivitas
activity-in-children-and-adolescents.pdf.
yang rendah akan semakin menumpuk cadangan Butryn, M.L., Clark, V.L. & Coletta, M.C. (2012).
lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan Behavioral approaches to the treatment of
peningkatan berat badan (Coelho et al., 2011). obesity. In S. R. Akabas, S. A. Lederman & B.J.
Hasil uji hubungan yang dilakukan juga Moore, eds. Textbook of Obesity: Biological,
menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki Phychological and Cultural Influences. United
hubungan dengan status gizi. Berdasarkan Tabel Kingdom (UK): Wiley Blackwell, John Wiley
3. diperoleh hasil analisis besar risiko (Odds Ratio) & Sons, 153–272.
menunjukkan nilai OR= 9,533 CI: 1,847-49.204 Coelho, D.F., Pereira-Lancha, L.O., Chaves, D.
yang artinya remaja dengan aktivitas sangat ringan S., Diwan, D., Ferraz, R., Campos-Ferraz, P.
memiliki faktor risiko 9,533 kali lebih tinggi untuk L., Poortmans, J. R. & Lancha, A. H. (2011).
Effect of high-fat diets on body composition,
mengalami kegemukan dibandingkan dengan
lipid metabolism and insulin sensitivity, and the
aktivitas fisik ringan.
role of exercise on these parameters. Brazilian
Keterbatasan penelitian tidak meneliti asupan Journal of Medical and Biological Research,
makan secara makro dan mikro lainnya. Penelitian 44(10), 966–972.
lebih lanjut disarankan untuk menambahkan FAO, WHO & UNU, (2001). Human energy
variabel lain yang berhubungan dengan kegemukan requirements, Available at: http://www.fao.
pada remaja seperti, kebiasaan jajan, konsumsi org/3/a-y5686e.pdf.
junk food dan makanan cepat saji. FAO. (2010). Fats and fatty acids in human
nutrition (report of an expert consultation).
Rome: Food and Agriculture Organization of
KESIMPULAN DAN SARAN
The United Nations, 66.
Asupan lemak total remaja putri di SMP Bina Fentiana, N. (2012). Asupan lemak sebagai faktor
Insani cenderung lebih rendah bila dibandingkan dominan terjadinya obesitas pada remaja (16–18
dengan kebutuhannya. Dilihat dari jenis lemak tahun) di Indonesia tahun 2010 (Data Riskesdas
yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel. 2010). Thesis. Universitas Indonesia.
Total asupan lemak maupun jenis lemak yang Gibson, R.S. (2005). Principles of nutritional
assessment: second edition, Oxford University
dikonsumsi tidak memiliki hubungan yang
Press: Oxford University Press.
signifikan dengan kejadian kegemukan pada remaja
Habibaturochman & Fitranti, D.Y. (2014). Hubungan
putri di SMP Bina Insani. konsumsi air, asupan zat gizi dan aktivitas fisik
Remaja dengan aktivitas fisik yang sangat dengan persen lemak tubuh pada remaja putri.
ringan memiliki risiko 9,533 kali lebih besar untuk Journal of Nutrition College, 3(4), 595–603.
mengalami kegemukan dibanding remaja dengan Diakses dari: https://media.neliti.com/media/
aktivitas fisik yang ringan. publications/93988-ID-hubungan-konsumsi-
air-asupan-zat-gizi-da.pdf.
Hanifah, N. & Nindya, T.S. (2013). Hubungan
PERSANTUNAN
kontribusi beban glikemik makanan dan
Penulis mengucapkan terimakasih kepada aktivitas fisik terhadap kejadian gizi lebih pada
SMP Bina Insani Surabaya yang telah mengizinkan remaja di SMP full day Surabaya. Media Gizi
Indonesia, 9(No. 1 Januari-Juni 2013), 66–71.
122 Media Gizi Indonesia, Vol. 13, No. 2 Juli–Desember 2018: hlm. 117–122

Hendra, C., Manampiring, A. & Budiarso, F. Kristen Eben Haezar 1 Manado. Pharmacon
(2016). Faktor-faktor risiko terhadap obesitas Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(2), 84–89.
pada remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik, Nufus, S.H. (2015). Aktivitas fisik, asupan lemak
4(1), 2–6. dan persen lemak tubuh pada remaja di
Hewitt-taylor, J.,Alexander, J. & Mcbride, J. (2004). Kabupaten dan Kotamadya Bogor, Skripsi.
Overweight and obesity in children: a review of Institut Pertanian Bogor.
the literature. institute of health and community Restuastuti, T., Jihadi, M. & Ernalia, Y. (2016).
studies Bournemouth University. Diakses dari: Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
http://eprints.bournemouth.ac.uk/11685/1/ terhadap obesitas pada remaja di SMA Negeri
Childhood_Obesity_28June04.pdf. 5 Pekanbaru. Jom FK, 3(I), 1–20.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Surat Keputusan Sasmito, P.D. (2015). Hubungan asupan zat gizi
Menteri Kesehatan Nomor: 1995/MENKES/ makro (karbohidrat, protein, lemak) dengan
SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri kejadian Obesitas pada remaja umur 13–15
Penilaian Status Gizi Anak. Diakses dari http:// tahun di Propinsi DKI Jakarta (analisis data
gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/ sekunder riskesdas 2010). Nutrire Diaita, 7(1),
buku-sk-antropometri-2010.pdf. (April 2015), 16–23.
Kemenkes RI. (2012). Pedoman pencegahan dan Shrimpton, R. & Rokx, C. (2013). The double
penanggulangan kegemukan dan obesitas pada burden of walnutrition in Indonesia. Jakarta:
anak sekolah, Kementerian Kesehatan Republik World Bank.
Indonesia. Sumarmi, S., Nindya, T.S., Diana, R. dan Rifky,
Kemenkes RI. (2013a). Pokok-pokok hasil riset M.A. (2017). Kadar serum hepcidin dan TNF-
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 Provinsi Jawa alfa pada remaja obes sebagai biomarker
Timur, Badan Penelitian dan Pengembangan defisiensi zat besi yang dipicu oleh diet
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik tinggi lemak. Laporan Penelitian. Universitas
Indonesia Tahun 2013. Airlangga.
Kemenkes RI. (2013b). Regulation on recommended Swinburn, B., Caterson, I., Seidell, J.C. & James
dietary allowance of Indonesia (angka W.P.T. (2004). Diet, nutrition and the prevention
kecukupan gizi). Indonesia’s Minister of Health. of excess weight gain and obesity. Public
Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia Health Nutrition, 7(1a), 123–146. Diakses dari:
Marcini, M., Ordovas, J. & et al., eds. (2011). http://www.journals.cambridge.org/abstract_
Nutritional and metabolic bases of S1368980004000175.
cardiovascular disease, United Kingdom (UK): Vertikal, L.A. (2012). Aktivitas fisik, asupan
Wiley-Blackwell. energi, dan asupan lemak hubungannya dengan
Medawati, A., Hadi, H. & Pramantara, I.D.P. gizi lebih pada siswa SD Negeri Pondokcina
(2005). Hubungan antara asupan energi, asupan I Depok Tahun 2012, Skripsi. Universitas
lemak, dan obesitas pada remaja SLTP di Kota Indonesia, Jakarta
Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul. Jurnal Widodo, G.M. (2014). Hubungan antara asupan
Gizi Klinik Indonesia, 1(3), 119–129. lemak dengan status gizi pada WUS Suku
Muchlisa, C., & Indrisari, R. (2013). Hubungan Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota
asupan zat gizi dengan status gizi pada remaja Malang Tahun 2014. Indonesia Journal of
putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Human Nutrition, 1(1), 12.
Universitas Hasanuddin Makassar Tahun Wijayanti, D.N. (2013). Analisis faktor penyebab
2013. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, obesitas dan cara mengatasi obesitas pada
1–15. Diakses dari: http://repository.unhas. remaja putri, Skripsi. Universitas Negeri
ac.id/bitstream/handle/123456789/5487/ Semarang.
Jurnal MKMI Muchlisa (K21109312). Wulandari, N.W.M., Muniroh, L. & Nindya,
pdf?sequence-1. T.S. (2015). Asupan energi dan aktivitas fisik
Musralianti, F., Rattu, A.J. & Kaunang, W.P. (2016). berhubungan dengan Z-Score IMT/U anak
Hubungan antara aktivitas fisik dan pola makan sekolah dasar. Media Gizi Indonesia, 10 (1),
dengan kejadian obesitas pada siswa di SMP 51–56.

Anda mungkin juga menyukai