DISUSUN OLEH:
YUSTINA SIREGAR SIAGIAN
P00933218040
Tingkat/Semester : III/V
Prodi : D-VI Sanitasi Lingkungan
Dosen : Jernita sinaga, SKM, M.PH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul Bahan Kemasan Makanan.
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan agar memenuhi tugas yang telah di berikan
oleh Ibu Jernita Sinaga,SKM,M.PH. Selain itu agar pembaca mengetahui Jenis Jenis Tanah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari sisi “makanan” kemasan makan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai
pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi
kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua
kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemas.
Pengemasan makanan merupakan hal penting untuk melindungi bahan makanan dari
kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah berkembang dengan pesat menuju kemasan
praktis yang memudahkan konsumen. Berbagai kemasan yang banyak dijumpai di pasaran antara
lain karton, aluminium, kaca (botol), dan plastik. Belakangan ini, hampir semua bahan pengemas
makanan terbuat dari plastik. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki berbagai keunggulan
seperti fleksibel, mudah dibentuk, transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif
murah. Namun penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai persoalan
lingkungan yaitu sifatnya yang tidak dapat dihancurkan secara alami (nonbiodegradable),
sehingga menyebabkan penumpukan sampah yang mencemari lingkungan. Selain masalah
lingkungan, aspek keamanan polimer sintesis mulai dipertanyakan, karena dalam keadaan panas
terjadi kontaminasi monomer ke dalam makanan (Prasetyaningrum dkk., 2010). Selain itu plastik
terbuat dari minyak bumi yang persediaannya semakin menipis dan tidak bisa diperbaharui.
Keprihatinan atas pencemaran lingkungan dari bahan kemasan plastik telah menyebabkan
penelitian ke dalam film yang dapat dimakan atau biodegradable untuk kemasan bahan pangan.
Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang
dikemas dapat dipastikan “kaya” zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif
dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah sejauh
manakah bahan-bahan aditif tersebut terkonsumsi dan terakumulasi dalam tubuh, bagaimana
dampaknya bagi kesehatan? Dan bagaimana tindakan konsumen terutama ibu-ibu rumah tangga
dalam memilih, mengolah makanan yang aman, higienis, cukup gizi dan menyehatkan anggota
keluarganya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini saya susun melalui pertanyaan sebagai berikut:
1. Sejarah Perkembangan Kemasan
3. Apa itu Kemasan Pangan ?
4. Apa saja faktor perusak pangan dan fungsi kemasan ?
5. Apa saja jenis-jenis kemasan dan terbuat dari bahan apa ?
6. Bahan kemasan alami apa saja?
7. Apa itu pengemasan aseptik?
1.3. Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kemasan
2. Untuk mengetahui pengertian Kemasan Pangan.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor perusak pangan dan fungsi kemasan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kemasan dan terbuat dari bahan apa.
5. Untuk mengetahui kemasan alami
6. Untuk mengetahui apa itu pengemasan aseptik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Kemasan Pangan
Pengemasan bahan pangan sudah lama dikenal dan dipegunakan untuk keperluan
manusia. Pada zaman prasejarah orang masih mempergunakkan bahan kemasan dari bahan-
bahan alam seperti daun-daun, kulit buah, kulit kayu, pelepah, batu-bauan kerang dan kulit
binatang. Bentuk dang fungsi kemasan masih sangat sederhana, yakni hanya untuk keperluan
membawa makanan yang tidak habis terkonsumsi ke daerah lain.
Pada zaman Paleolitik, perkembangan pengemasan bau sampai pada pembuatan
keranjangdari rumput yang dijalain atau dari ranting-ranting kayu yang lentur.
Pada zaman Neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang dibentuk berupa cawan untuk
minum seperti tanduk binatang. Pada zaman ini dikenal pula bentuk-bentuk kmasan seperti
cawan, baki, dan benda lain yang terbuat dari tanah liat.
Pada zaman sumerian, kemasan jenis kaca sudah dikenal dengan jar kecil yang igunakan
untuk mengemas cairan-cairan yang berharga atau ramuan obat atau parfum.
Pada tahun 750 terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan yang
terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat kontainer keramik dan kontainer dekoratif
lainya untuk menyimpan kemenyan, wewangian, dan salep.
Pada awal tahun 1800-an ketika populasi semakin tumbuh di Eropa dan Amerika, tong,
kotak kayu, dan kantong serat digunakan secara luas sebagai material kemasan. Dengan
permintaan barang konsumen yang semakin meningkat, perkembangan kaleng, aluminium, kaca,
dan kantong kertas muncul sebagai sumber daya kemasan yang signifikan.
Pada tahun 1817 kotak kardus pertama kali dibuat di Inggris 200 tahun setelah orang
Cina menemukan kertas, dan berubah menjadi perkembangan revolusioner pada akhir abad ke
sembilan belas. Kemasan kardus diproduksi secara komersial pada tahun 1839.
Prinsip litografi ditemukan oleh Alois Senefelder pada tahun 1798, merupakan titik
signifikan dalam sejarah desain kemasan, dan semakin maju dengan perkembanganya produksi
masal. Karena semua kemasan mulai dari kotak kardus, peti kayu, botol, dan kaleng memiliki
label kertas, proses litografi label cetakan menjadi salah satu perkembangan yang patut dicatat
pada masa itu. Selanjutnya, setiap label atau pembungkus dicetak dengan tangan memakai mesin
pres kayu diatas kertas buatan tangan.
Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk melindungi
barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan perkembangan jaman
yang semakin kompleks, barulah terjadi penambahannilai-nilai fungsional dan peranan
kemasan dalam pemasaran mulai diakuisebagai satu kekuatan utama dalam persaingan pasar.
Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit,kain, kayu,
batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman itu, kemasan masih terkesan seadanya dan
lebih berfungsi untuk melindungi barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya
yang dapat merusak barang. Selainitu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang
mudah dibawa selamadalam perjalanan.
Baru pada tahun 1980-an di mana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam
dan kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen, bentuk
dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Di sini
kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan produk, dan
“membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan mengambil alih tugas penjualan pada
saat jual beli terjadi.
Pada akhir abad atau tahun 1990-an produsen dengan banyaknya merek-merek produk
dijual bersamaan dengan yang mereka miliki, menyadari kebutuhan untuk menyertkan insinyur
kemasan kedalam tim pengembangan produk dan desainer kemasan sebagai bagian tim
pemasaran.
2.2. Pengertian Kemasan Pangan
Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus
Pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan maupun tidak. Atau juga menurut dari
beberapa para ahli sebagai berikut:
Pot furnace, biasanya dipakai untuk menghasilkan kaca-kaca khusus (special glass)
seperti kaca seni, kaca optik dengan skala produksi yang kecil sekitar 2 ton atau lebih
rendah. Pot terbuat dari bata silica-alumina (lempung) khusus atau platina.
Tank furnace, digunakan pada industri gelas skala besar dan terbuat dari bata refraktori
(bata tahan panas). Furnace ini mampu menampung sekitar 1350 ton cairan gelas yang
membentuk kolam di jantung furnace.
Regenerative furnace
Bahan kaca/gelas dapat dibentuk menjadi botol dan toples untuk digunakan sebagai
kemasan minuman ataupun lainnya. Kemasan ini sangat umum untuk menampung produk
makanan dan minuman karena tidak memengaruhi rasa. Selama kemasan tidak retak, produk
aman dari bau dan cairan. Namun ada kelebihan dan kekurangan dari kemasan kaca yang perlu
kita perhatikan juga.
Kelebihan kemasan kaca/gelas
1. Bisa dibentuk dengan mudah.
2. Bisa didaur ulang.
3. Memiliki ruang lingkup penggunaan yang luas.
4. Memiliki nilai estetika.
5. Tahan terhadap cuaca.
6. Lebih mudah untuk dibersihkan.
7. Tidak sekadar untuk sekali pakai.
Kekurangan kemasan kaca/gelas
1. Mudah rapuh dan rentan patah.
2. Cenderung lebih berat.
3. Mudah pecah dan pecahannya berbahaya.
4. Tidak semua kaca bisa didaur ulang.
II. Logam/Kaleng
Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman kuno
sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan
pangan pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan
Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan
makanan ditetapkan tahun 1810 yang dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter
Duran dari Ingris menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris)
mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward
Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah
menggunakan makanan kaleng sebagai logistik mereka. Alumunium foil (alufo) diproduksi
secara komersial pertama kali pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan
pertama sekali tahun 1965. Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya
dihasilkan 5-6 kaleng per jam.
Akhir tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan
penutupannya yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai
wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk
menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip
ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak
ditentang karena dapat merusak lapisan ozon.
Bahan-bahan pembuatan kemasan kaleng
Kaleng Tinplate
Kaleng Tin-free steel
Proses Pembuatan Kemasan Kaleng
Pelapisan: lembaran dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan cara elektrolisa,
yaitu pelapisan dengan menggunakan listrik galvanis sehingga dihasilkan lapisan
timah yang tipis dan rata.
Printing: untuk pembuatan dekorasi dan melindungi kaleng dari karat, dan
mencegah reaksi antara tinplate dengan bahan yang dikemas.
Slitting/shearing: proses pemotongan tinplate menjadi body blank atau strip yang
digunakan untuk pembuatan komponen-komponen kaleng sesuai kebutuhan.
Pressing: proses pembuatan komponen-komponen kaleng, seperti tutup atas dan
bawah. Jumlah proses pembuatan komponen tergantung dari bentuk kaleng yang
akan dibuat.
Assembly: proses menyatukan badan dan tutup kaleng dengan menggunakan
mesin. Pembuatan kemasan kaleng dilakukan dengan menyambung lembaran plat
timah hingga membentuk kaleng. Proses penyambungan dilakukan dengan cara
soldering (patri), cementing dan welding.
Fungsi
3 piece can (sarden)
2 piece can (minuman)
Aerosol can (semprotan nyamuk)
General can (biskuit)
Metal battery jacket (pelapis baterai)
Closer cap (tutup botol)
Keuntungan/Kenggulan kemasan kaleng/logam
1. Bisa didaur ulang.
2. Ringan dan nyaman digunakan.
3. Memiliki daya tahan yang tinggi.
4. Dapat dibentuk dengan mudah.
5. Dapat dicetak dengan tinta.
Kekurangan kemasan kaleng/logam
1. Rentan terhadap efek korosi seperti karat.
2. Tidak memiliki transparansi.
3. Biasanya kemasannya sulit dibuka.
III. Aluminium
Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm
dan memiliki lebar 1,52 meter hingga 4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam.
Karakteristik aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap udara,
tidak mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari kaleng saat daur
ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan kemasan ideal untuk
ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu, mudah dibentuk, sekalipun mudah
berkerut. Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari kontainer untuk
melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi bagian dalam kotak jus. Meskipun dapat
menahan lemak, ketahanannya terhadap asam dan basa masih kurang, sehingga memerlukan
tambahan lapisan dari lilin atau lapisan kimia lain. Ketahanannya terhadap panas matahari
membuat aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-bahan kesehatan. Ketahanan
aluminum foil terhadap panas dapat mencapai suhu 550 derajat Celsius, sehingga alat-alat
kedokteran dapat disterilkan dengan dibungkus bahan ini (Astawan, 2008)
Bahan Aluminium
Aluminium termasuk ke dalam unsur yang sangat melimpah pada kerak dibumi.
Aluminium termasuk logam golongan utama (IIIA) yang bersifat amfoter dan ringan
bersama magnesium dan platina.
Proses Pembuatan
1. Proses pengolahan biji aluminiun
Bijih aluminum yang penting sebagai sumber aluminum adalah bauksit. Bauksit
yang dihasilkan dari tambang dihancurkan kemudian dihaluskan menjadi serbuk
menggunakan alat-alat tertentu, biasanya Ballmil. Setelah halus ditambahkan
larutan NaOH pekat untuk melarutkan Al2O3 yang ada dalam bauksit sedangkan
zat lain tidak larut.
2. Pencampuran Senyawa
Lelehan alumina yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam suatu bejana
untuk proses elektrolisis yang disebut sel Hall-Heroult. Bejana yang digunakan
terbuat dari besi dilapisi grafit yang sekaligus berlaku sebagai katoda. Sedangkan
anoda digunakan batang-batang grafit yang dicelupkan ke dalam larutan.
3. Proses Pematangan
Aluminium cair yang diperoleh dialirkan keluar dari sel kemudian suhu
diturunkan suhu agar diperoleh aluminium padat. Aluminium yang diperoleh
dalam bentuk cair karena suhu di dalam sel elektrolisis melebihi titik leleh
aluminium yang hanya 660°C.
Oksigen yang dihasilkan pada anoda dapat bereaksi dengan grafit yang
digunakan membentuk gas karbon dioksida dan karbon monooksida. Akibatnya
anoda lama-kelamaan akan berkurang dan perlu diganti pada saat-saat tertentu.
Kegunaan
Kemasan Kopi, Kemasan Kedap Udara, Kemasan Tahan Cahaya
Keunggulan/kelebihan kemasan aluminium
* Memiliki daya simpan tinggi,
* Berbahan kuat dan tidak mudah sobek,
* Tahan terhadap proses pemanasan sterilisasi,
* Resisten terhadap penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan lainnya,
* Tahan terhadap sinar matahari atau UV.
* Tahan terhadap kelembapan udara.
Kekurangan kemasan aluminium
Kelamahannya, alumunium foil harus dikombinasikan dengan bahan lain untuk
memastikan kekuatan dan kelamahan kemasan itu sendiri. Alumunium foil umumnya
digunakan sebagai bahan komposit dalam kemasan. Lapisan komposit dilapisi dengan
lem, operasi pemisahan tunggal dari bahan tersebut sangat sulit dan biaya pemulihannya
tinggi. Meskipun memiliki kekurangan, alumunium foil sebagai material penghalang
kuat.
4. Kayu/Gabus
Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan secara
tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan
cair seperti buah-buahan dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman keras. Kayu
adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara
yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan
kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin
langkanya hutan penghasil kayu.
Kelebihan kemasan kayu
Kelebihan kemasan kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang baik
terhadap bahan yang dikemas, karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio
kompresi daya tarik terhadap berat yang tinggi. Penggunaan kemasan kayu untuk anggur
dan minuman-minuman beralkohol dapat meningkatkan mutu produk karena adanya
transfer komponen aroma dari kayu ke produk. Penggunaan peti kayu untuk kemasan teh
di beberapa negara juga masih lebih murah dibandingkan bahan pengemas lain.
Kekurangan kemasan kayu
Kelemahan lain dari penggunaan kayu sebagai kemasan adalah ketidakcukupan
pengetahuan akan teknik dasar seperti struktur kayu, metode perakitan dan sebagainya.
Hingga saat ini perakitan kemasan kayu masih dilakukan dengan cara yang sederhana,
dan jarang sekali dilakukan pengamatan terhadap kandungan air kayu, rancang
bangun/disain yang efisien, pengikatan/pelekatan tidak dengan jenis pengikat dan ukuran
yang benar, sehingga dihasilkan kemasan kayu dengan kekuatan yang rendah. Akibatnya
nilai ekonomis kemasan kayu menjadi rendah. Walaupun mempunyai kelemahan, tetapi
kemasan kayu tetap digunakan pada industri-industri alat berat dan mesin. Kemasan kayu
juga tetap merupakan alternatif untuk menemasan buah-buahan, sayur-sayuran dan ikan
yaitu dengan kemasan kayu berat-ringan (light-weigh wooden). Peranan kemasan kayu di
masa depan masih tetap baik terutama pada aplikasi palet, dan merupakan salah satu
alernatif penting disamping kertas dan plastik.
2. Ekstrusi
Pada tahap ekstrusi, hasil lelehan dari biji atau pelet plastik ditekan-tekan terus menurus
sampai akhirnya lelehan tersebut dapat melebur dan teksturnya juga terasa lebih halus.
3. Thermoforming
Pada tahap Thermoforming lelehan pelet plastik sudah berbentuk lempengan yang
kemudian kembali dipanaskan. Setelah meleleh, lelehan tersebut dituang ke dalam
cetakan yang lain lagi.
4. Blow Moding
Blow Moding merupakan tahap terakhir dari proses pembuatan plastik. Pada tahap ini
ada empat proses yang harus dilalui. Pertama pelet plastik dimasukkan ke dalam tabung
panas dan dilelehkan pada sekrum secara berkelanjutan. Selanjutnya plastik tersebut akan
dibentuk menjadi pipa atau parison.
Kelebihan Kemasan Plastik
1. Daya tahannya lebih lama.
2. Tidak mudah rusak.
3. Fleksibel dan mudah dibentuk.
4. Ringan dan mudah disimpan.
5. Lebih tahan cuaca panas maupun dingin.
6. Bisa dicetak dengan tinta.
Kelemahan Kemasan Plastik
1. Tidak mudah diuraikan.
2. Bisa menyebabkan pencemaran lingkungan.
3. Cenderung menyerap bau dan rasa.
6. Kertas/Karton
Kemasan kertas yang berupa kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas glasin
dan kertas lilin. Wadah- wadah kertas kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak dan box
yang terbuat dari paper board , kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board
dari kertas khusus (Millati, 2010).
Kemasan kertas bisa berfungsi sebagai kemasan primer yang kontak langsung
dengan produk atau sebagai kemaasan sekunder, tersier bahkan kuartener yang pada
pokonya adalah berfungsi melindungi produk dari kerusakan.
Densitas kertas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan tebal
bahan. Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas. secara
teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar serat dan derajat
fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada saat pencetakan (opasitas cetak).
Dalam prosesnya, peranan dan pengaruh filler Kaolin (clay) sangat berpengaruh pada
sifat fisik lembaran kertas khususnya rapat massa dan gramatur kertas (karton). Kaolin
berfungsi sebagai bahan pengisi antar serat, menambah berat kertas dan menghaluskan
kertas (Casey, 1981).
Jenis-jenis Kertas
1. Kertas kraft
Sangat kuat
Warna kecoklatan
Harga relatif murah
Diproduksi sebagai lembaran satu lapis, berlapis-lapis dan bergelombang
(corrugated)
Ketebalan kertas 10 – 180 gr/m2
Dibuat melalui proses sulfat dan pemucatan (bleaching)
Bentuk kemasan sak, kantung, pembungkus, tabung, kaleng komposit.
Untuk mengemas bahan-bahan dengan BJ yang besar
2. Kertas Tahan Minyak (waxed Paper) dan Glassin (Glassine Paper)
Berbagai warna dan sedikit tembus pandang
Dibuat dengan proses sulfat dan calendering sehingga permukaannya licin
Ketebalan 20 – 40 g/m2
Tahan terhadap minyak dan lemak.
Untuk kemasan yang mengandung minyak dan lemak : mentega, keju, dll
3. Kertas perkamen (parchment)/baking paper
Dibuat dengan proses sulfat
Tahan terhadap lemak dan cukup kuat dalam keadaan basah
Lebih keras dan kasar dibandingkan kertas minyak
Digunakan untuk mengemas mentega, keju.
Sering digunakan sebagai kertas label.
4. Karton (paperboard)
Untuk box dalam berbagai bentuk
Tipe :
CCN (Clay Coated News)
CKB (Coated Kraft Back)
CNB (Coated News Back)
CWTK (Coated White Top Kraft)
FBB (Folding Boxboard)
SBB (Solid Bleached Board)
SBS (Solid Bleached Sulphate)
SUB (Solid Unbleached Board)
SUS (Solid Unbleached Sulphate)
WLC (White Lined Chipboard)
5. Kertas berlapis (laminated paper)
Dilaminasi bahan lain seperti plastik,alumunium foil.
Dibuat dalam berbagai bentuk
Contoh Tetrapack yang terdiri dari lilin, karton alufo dan polietilen
6. Kotak Karton Bergelombang (KKG)
Harga per unit yang rendah
Bobot yang ringan dengan kekuatan yang tinggi
Menghemat ruangan
Mudah diangkut
Melindungi benda-benda yang dikemas dengan aman
Memiliki nilai promosi
Dapat didaur ulang (recycle)
Proses pembuatan cepat
Bahan pembuat kertas
Bahan utama pembuat kertas adalah pulp (bubur kertas) yang bisa berasal dari
serat kayu, bambu, ampas tebu, dan lain-lain. Bersama dengan pulp, disertakan bahan
pengisi (filler) yang biasanya berupa calcium carbonate.
Proses pembuatan kertas
Bahan dasar
Pengecilan Ukuran
PEMBUBURAN DALAM DIGESTER
Proses : soda/sulfit/sulfat
P = 5 kg/cm2 t = 1400C
Pencampuran
Bahan tambahan
BUBUR KERTAS
Air : 96 %
Padat : 4 %
PENCETAKAN
PENGERINGAN
CALENDERING
Kelebihan kemasan kertas