Anda di halaman 1dari 4

Nama: Haura mutiara alifa

Kelas : 12 ips 4

Sejak 17 Juli 1976, Timor Timur atau Timor Leste resmi “bergabung"
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejarah
mencatat, proses integrasi Timtim didahului dengan rangkaian invasi
militer oleh rezim Orde Baru dan disebut-sebut mendapat dukungan
dari pemerintah Amerika Serikat (AS)
Memasuki pertengahan abad ke-17, gangguan datang dari Belanda
yang juga ingin menguasai Timor Timur. Setelah terjadi beberapa kali
bentrokan, Portugis terpaksa menjalin perjanjian dan menyerahkan
sisi barat pulau Timor kepada Belanda.
Oleh karena itulah wilayah Timor Timur atau pulau Timor bagian
timur belum menjadi bagian dari Indonesia sejak awal, berbeda
dengan pulau Timor bagian barat yang dikuasai Belanda atau yang
nantinya menjadi provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Riwayat Timor Timur
Kemenangan Jepang atas Belanda pada 1942 mengubah situasi di
Timor. Selain mengambil-alih wilayah Hindia Belanda, pasukan
militer Dai Nippon juga merebut Timor Timur. Namun, setelah
Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Portugal kembali
menduduki kawasan itu.
Pada 1974, perubahan di Timor Timur mulai muncul seiring
bergolaknya politik di Portugal. Ronald H. Chilcote dalam
Pembebasan Nasional Menentang Imperialisme (1999) menyebutkan
bahwa tanggal 25 April 1974 terjadi kudeta tak berdarah yang
dikenal sebagai Revolusi Anyelir.
Revolusi Anyelir yang dimotori Movimento das Forças Armadas
(MFA) atau Pergerakan Tentara Darat berhasil menumbangkan
kekuasaan Perdana Menteri Portugal, Marcello Caetano.
Selain itu, pergolakan ini juga berakibat pada penarikan militer
Portugis dari beberapa wilayah jajahannya termasuk Angola, Cape
Verde, Mozambik, serta Guinea Portugis di Afrika, hingga Timor
Timur di Nusantara.
Setelah Revolusi Anyelir di Portugal, Timor Timur terbelah menjadi
tiga faksi, yakni Partai Uniao Democratica Timorense (UDT), Frente
Revolucionaria de Timor-Leste Independente (Fretilin), dan
Associacao Popular Democratica de Timor (Apodeti).
UDT menginginkan Timor Timur tetap menjadi koloni Portugal,
Fretilin menghendaki kemerdekaan, sedangkan Apodeti ingin agar
Timor Timur bergabung dengan Indonesia. Namun, popularitas
Apodeti kalah dari UDT maupun Fretilin.
Persaingan sengit berlangsung antara UDT dan Fretilin untuk
memperebutkan simpati masyarakat Timor Timur. UDT menuduh
bahwa Fretilin akan membawa Timor Timur menjadi negara komunis.
Perseteruan ini berujung pada konflik berdarah dan banyak warga
Timor Timur yang mengungsi ke wilayah perbatasan dengan
Indonesia.
Didukung Pemerintah AS?
Di Indonesia, pemerintah Orde Baru yang dipimpin Soeharto sebagai
Presiden RI merasa khawatir jika Timor Timur menjadi komunis dan
menyebarkan paham tersebut sampai ke Indonesia. Soeharto
kemudian menjalin komunikasi dengan Presiden Amerika Serikat kala
itu, Gerald Rudolph Ford Jr., terkait hal tersebut.
Tanggal 6 Desember 1975, Presiden Ford dan Menteri Luar Negeri
AS, Henry Kissinger, diterima Soeharto di Jakarta. Terungkap dalam
Chega: Laporan Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi
[CAVR] di Timor-Leste Volume 5 (2010), sehari setelah pertemuan itu
dilancarkan invasi militer ke Timor Timur yang dikenal sebagai
Operasi Seroja.
Kala itu, sedang berlangsung perang dingin antara kubu liberal yang
digawangi oleh AS melawan kubu komunis dengan Uni Soviet sebagai
motornya. Setelah mendengari situasi terkini di Timor Timur,
pemerintah AS tentu saja tidak ingin Indonesia menjadi negara
komunis.
Kelak, dokumen transkrip pertemuan antara Soeharto dengan Ford
dan Kissinger itu dipublikasikan tanpa sensor pada 7 Desember 2001.
Di situ terungkap bahwa pemerintah AS secara sengaja membiarkan
invasi militer Indonesia ke Timor Timur.
Selain itu, dikutip dari Washington Post, terkuak juga bahwa Amerika
Serikat menyuplai 90 persen senjata untuk militer Indonesia dalam
upaya invasi tersebut. Kissinger sempat mengemukakan dalihnya,
termasuk menyebut bahwa apa yang dilakukan Indonesia terhadap
Timor Timur bukanlah invasi atau operasi militer, melainkan suatu
bentuk pertahanan diri
Hasil penyelidikan ini terungkap bahwa Fretilin yang berpaham
komunis dan menginginkan kemerdekaan lebih diminati oleh
sebagian besar rakyat Timor Timur. Itulah yang menjadi alasan
pemerintah RI dan AS melancarkan Operasi Seroja pada 7 Desember
1975.
Terlebih, tanggal 28 November 1975, Fretilin menurunkan bendera
Portugal dan mendeklarasikan Republik Demokratik Timor Leste.
Kekuatan Fretilin ternyata tak sebanding dengan angkatan perang RI
yang disebut-sebut mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Malam
hari tanggal 7 Desember 1975, Dili sudah bisa dikuasai. Tiga hari
berselang, giliran kota terbesar kedua di Timor Timur, Baucau, yang
direbut oleh militer Indonesia.
Hanya setengah tahun sejak itu, tepatnya 17 Juli 1976, Timor Timur
sepenuhnya dikuasai dan resmi menjadi bagian dari NKRI sebagai
provinsi ke-27. Kelak, setelah Soeharto dan Orde Baru runtuh,
diadakan referendum di Timor Timur pada 30 Agustus 1999.
Hasilnya, wilayah ini lepas dari Indonesia dan berdiri sebagai negara
sendiri bernama Timor Leste

Anda mungkin juga menyukai