,Si
Tugas : Perekonomian Indonesia
MAKALAH
DI INDONESIA
Di Susun Oleh :
KENDARI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada. Pak Dr. Syamsir Nur, SE.,M.,Si selaku Dosen mata kuliah
Perekonomian Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kemiskinan dan Kesenjangan
Pendapatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemiskinan dan Kesenjangan (Gini Rasio)..................3
2.2 Penyebab Kemiskinan dan Kesenjangan (Gini Rasio)....................4
2.3 Jenis – Jeni Kemiskinan dan Kesenjangan (Gini Rasio).................6
2.4 Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan..........................................7
2.5 Laju Kemiskinan.................................................................................9
2.6 Dampak Kemiskinan Bagi Indonesia dan Ekonomi Nasional.......12
2.7 Solusi Menyelesaikan Kemiskinan....................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tahun ini tingkat kemiskinan di indonesia semakin meningkat, dimana
sedikitnya lapangan kerja unntuk masyarakat dan kemampuan/keterampilan.
Masyarakat tidak bisa dimilikinya, karena kurangnya pendidikan di indonesia
masih menjadi masalah. Maka dari itu pemerintah harus memberikan lapangan
pekerjaan bagi para pengangguran dan membuat bangunan sekolahan untuk
masyarakat yg tidak mampu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalan ini yaitu :
1) Apa pengertian kemiskinan dan kesenjangan (Gini Rasio) ?
2) Apa penyebab kemiskinan dan kesenjangan (Gini Rasio) ?
3) Seperti apa jenis – jenis kemiskinan dan kesenjangan (Gini Rasio) ?
4) Apa saja indikator kesenjangan dan kemiskinan ?
5) Bagaimanakah laju kemiskinan ?
6) Bagaimanakah dampak kemiskinan bagi indonesia dan ekonomi nasional ?
7) Seperti apa solusi menyelesaikan kemiskinan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian kemiskinan dan kesenjangan (Gini Rasio)
2) Untuk mengetahui penyebab kemiskinan dan kesenjangan (Gini Rasio)
3) Untuk mengetahui jenis – jenis kemiskinan dan kesenjangan (Gini Rasio)
4) Untuk mengetahui indikator kesenjangan dan kemiskinan
5) Untuk mengetahui laju kemiskinan
6) Untuk mengetahui dampak kemiskinan bagi indonesia dan ekonomi nasional
7) Untuk mengetahui solusi menyelesaikan kemiskinan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bahwa kesenjangan pendapatan adalah perbedaan jumlah pendapatan yang diterima
masyarakat sehingga mengakibatkan perbedaan pendapatan yang lebih besar antar
golongan dalam masyarakat tersebut. Akibat dari perbedaan itu maka akan terlihat
kesenjangan yaitu yang kaya akan semakin kaya dan sebaliknya yang miskin akan
semakin terpuruk. Menurut Myrdall, ketimpangan pendapatan terjadi karena kuatnya
dampak balik dan lemahnya dampak sebar di negara-negara berkembang (M.L.Jhingan,
1999 : 212).
Apabila kita menganalisa faktor-faktor yang menentukan tentang pemerataan
penghasilan yang timpang adalah pemerataan kekayaan atau harta yang produktif. dan
menghasilkan seperti tanah dan modal dalam segmen-segmen yang berbeda dalam
masyarakat dunia ketiga yang pada umumnya menyebabkan perbedaan penghasilan yang
besar sekali antara yang kaya dan miskin atau antara golongan dan lapisan masyarakat.
Menurut Parvez Hasan, ketimpangan pendapatan dapat menyebabkan kesempatan untuk
memperoleh atau memenuhi kebutuhan pokok semakin kecil (Bintoro, 1986 : 88).
2.2 Penyebab Kemiskinan dan Kesenjangan pendapatan
a. Penyebab Terjadinya Kemiskinan di Indonesia
1) Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkatdi setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih
penduduk.Kemudian di sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau
menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar
setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang
perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah penduduk ini
membawaIndonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah China, India danAmerika.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang
belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan.
Penghasilan yang minim ditambahdengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung
membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
2) Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukantenaga
kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan
usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satudengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh
Indonesia ialah minimum 10tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atausemua penduduk
4
3) Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagianhasil pembangunan
suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteriaketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yangdinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan
rendah(penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpemdapatan
tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidak merataandistribusi dinyatakan parah apabila 40%
penduduk berpendapatan rendahmenikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional.
4) Tingkat pendidikan yang rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakansalah satu penyebab kemiskinan di suatu Negara Ini
disebabkan karena rendahnyatingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk
adanya perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih banyak teanga kerja yang
mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.Menurut Schumaker pendidikan merupakan
sumber daya yang terbesar manfaatnyadibandingkan faktor-faktor produksi lain
5) Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadaplaju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu
faktor kemiskinan.Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan
tingkatkemiskinan di negaranya. Sedangkan pengangguran terjadi di sebabkan karena
kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Selain itu kurangnya skill juga sangan
berpengaruh pada kualitas seorang manusia. Manusia yang mempunyai skill rendah
cenderung tidak mempunyai keterampilan sehingga tidak bisa di gunakan dan menjadi
pengangguran.
b. Penyebab Kesenjangan Pendapatan
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengungkapkan penyebab
kesenjangan pendapatan yang terjadi di Indonesia yakni akibat kurang diperhatikannya
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Puspayoga mengatakan kesenjangan
pendapatan menyebabkan gini ratio atau tingkat ketimpangan pengeluaran masyarakat di
Indonesia masih relatif tinggi. "Gini ratio kita masih tinggi atau sekitar 0,4 padahal
pertumbuhan ekonomi kita bagus bahkan nomor tiga di dunia setelah Cina dan India. Ini
artinya ada sesuatu yang salah," katanya. Menurut Puspayoga, kesalahan itu terletak pada
belum diperhatikannya upaya pemberdayaan terhadap para pelaku UMKM di Tanah Air.
"Selama ini UKM belum tersentuh upaya pemberdayaan dengan optimal," katanya.
Ia berpendapat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan ada artinya jika pemerataan
pendapatan tidak terdistribusi dengan baik. Dengan kata lain bahwa kesejahteraan hanya
dirasakan oleh segelintir kalangan saja.
5
Oleh karena itu, pihaknya mendorong semua pihak untuk turut serta dalam upaya
pemberdayaan dan pengembangan para pelaku UMKM di Tanah Air melalui berbagai
cara. Pihaknya sendiri salah satunya mengembangkan skema kredit usaha rakyat (KUR)
untuk para pelaku usaha mikro dengan suku bunga 9 persen per tahun.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan atau ketimpangan pendapatan
adalah :
Menurunnya pendapatan per kapita.
Ketidak merataan pembangunan antar daerah.
Rendahnya mobilitas sosial.
Pencemaran Lingkungan Alam.
2.3 Jenis – Jenis Kemiskinan
a. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan
kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan
penduduk termiskin, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total
penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/ pengeluaran. Kelompok ini
merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat
tergantung pada distribusi pendapatan/ pengeluaran penduduk sehingga dengan
menggunakan definisi ini berarti ”orang miskin selalu hadir bersama kita”.
Kenyataannya, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi
dari pada negara miskin seperti pernah dilaporkan oleh Ravallion (1998). Paper tersebut
menjelaskan mengapa, misalnya, angka kemiskinan resmi (official figure) pada awal
tahun 1990-an mendekati 15 persen di Amerika Serikat dan juga mendekati 15 persen di
Indonesia (negara yang jauh lebih msikin). Artinya, banyak dari mereka yang
dikategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan sejahtera menurut standar
Indonesia.
pendapatan per kapita di bawah 50 persen dari media (rata-rata) pendapatan. Ketika
median/ rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan relatif juga meningkat.
Untuk mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis
kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat
pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai
6
untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama (BPS, 2009).
b. Kemiskinan Absolut
Ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar
minimum seperti pangan, perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan yang
diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan
sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang dan nilainya dikenal dengan istilah garis
kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan/ pengeluaran per kapita per
bulan di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan absolut tetap (tidak berubah) dalam hal standar hidup sehingga
garis kemiskinan absolut dapat membandingkan kemiskinan secara umum. Garis
kemiskinan absolut sangat penting jika seseorang ingin menilai efek dari kebijakan anti
kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap
kemiskinan (misalnya, pemberian kredit skala kecil). Angka kemiskinan akan terbanding
anatar satu negara dengan negara lain hanya jika garis kemiskinan absolut yang sama
digunakan di kedua negara tersebut. World Bank menghitung garis kemiskinan absolut
dengan menggunakan pengeluaran konsumsi yang dikonversi ke dalam PPP (Purchasing
Power Parity/ Paritas Daya Beli). Tujuannya adalah untuk membandingkan tingkat
kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan
sumber finansial (dana) yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi
kemiskinan. (BPS,2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan tersebut antara
lain struktur pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di negara yang bersangkutan,
berbagai pengaturan politik dan kelembagaan yang dalam prakteknya ikut menentukan
pola-pola distribusi pendapatan nasional.
2.4 Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
Indikator untuk mengetahui ketimpangan dan kesenjangan pendapatan dapat
dilakukan dengan :
1) Kurva Lorenz
Cara umum yang lain melihat penghasilan pribadi adalah dengan membuat apa yang
dinamakan dengan Kurva Lorenz. Jumlah penerimaan penghasilan ditempatkan diatas
sumbu horizontal sedangkan sumbu vertikal menggambarkan bagian jumlah penghasilan
yang diterima oleh masing-masing persentase populasi. Kedua sumbu tersebut
dikombinasikan sampai dengan 100 persen. Dengan demikian kedua sumbu tersebut
sama panjang dan semua angka ditempatkan dalam bujur sangkar. Pada garis diagonal,
7
yang merupakan garis persamaan digambarkan dari sudut bawah sebelah kiri bujur
sangkar menuju kearah sebelah kanan pada sudut atas Kurva Lorenz tersebut. Kurva
Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif yang aktual antara persentase-persentase
penerimaan penghasilan yang mereka terima sebenarnya. Semakin jauh Kurva Lorenz
dari garis diagonal berarti semakin besar pula ketimpangan pendapatan yang terjadi, dan
sebaliknya semakin dekat Kurva Lorenz dengan garis diagonal maka akan semakin kecil
tingkat ketimpangan pendapatan yang terjadi.
2) Koefisien Gini
Pada Gambar 2 berikut ini adalah rasio area A yang diberi arsiran dibandingkan
dengan jumlah area segitiga ABC. Rasio ini dikenal dengan nama Rasio Koefisien Gini
atau Koefisien Gini. Nama Koefisien Gini diambil dari nama seorang ahli statistik Italia
yaitu C. Gini, orang pertama yang memformulasikan hal tersebut pada tahun 1912.
Pengukuran tingkat ketimpangan dengan menggunakan Koefisien Gini diformulasikan
sebagai berikut :
G = 1-i ∑ Pi(Qi + Qi –1) 10.000
Keterangan :
G = Koefisien Gini
Pi = Persentase penduduk
Qi = Persentase pendapatan
Qi-1 = Persentase pendapatan sebelumnya
Koefisien Gini adalah persamaan ukuran ketimpangan dan bisa berbeda-beda dari
nol yang mengindikasikan suatu kemerataan sempurna (perfect equality) sampai satu
yang berarti suatu ketimpangan total (perfect inequality) dalam distribusi pendapatan dan
pengeluaran. Adapun kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan Koefisien Gini adalah
1. Lebih dari 0,5 adalah berat.
2. Antara 0,35 dan 0,5 adalah sedang.
3. Kurang dari 0,35 adalah ringan.
Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan perlu pula membagi penduduk dalam
kelompok-kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok penduduk dengan pendapatan tinggi yang merupakan 20% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB.
2. Kelompok penduduk dengan pendapatan menengah yang merupakan 40% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB.
8
3. Kelompok penduduk dengan pendapatan rendah yang merupakan 40% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB. (Emil Salim, 1984 : 20).
Tingkat kepincangan pembagian pendapatan lazimnya diukur menurut besarnya
bagian pendapatan nasional atau regional yang dinikmati oleh kelompok penduduk
dengan pendaptan rendah yang merupakan 40% dari jumlah penduduk yang dikenal
dengan kelompok rendah 40%. Apabila kelompok rendah 40% menerima pendapatan
nasional atau regional sebesar 17% atau lebih maka tingkat kepincangan pembagian
pendapatan tergolong bisa dibilang rendah. Apabila terletak antara 12% sampai dengan
17% maka digolongkan dalam tingkat kepincangan pembagian pendapatan yang tinggi
(Emil Salim, 1984 : 21).
3) Kriteria Bank Dunia.
Bank dunia mengklasifikasikan ketidakmerataan berdasarkan tiga lapisan:
40 % penduduk berpendapatan terendah Penduduk termiskin
40 % penduduk berpendapatan menengah
20 % penduduk berpendapatan tinggi
KLASIFIKASI DISTRIBUSI PENDAPATAN
Ketimpangan Parah 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati < 12 %
pendapatan nasional
Ketimpangan Sedang 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 - 17 %
pendapatan nasional
Ketimpangan Lunak 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati > 17 %
(Distribusi Merata) pendapatan nasional
Pertengahan tahun 1997 Pendapatan per kapita Indonesia $ US 1,000 dengan 10 %
penduduk saja yang menikmati 90% pendapatan nasional dan 90 % penduduk yang
menikmati 10% pendapatan nasional berarti pemerataan pendapatan pendapatan masih
kurang.
2.5 Laju Perekembangan Kemiskinan dan Kesenjangan
Ketika pada akhir tahun 1990-an Krisis Finansial Asia terjadi, tingkat kemiskinan di
Indonesia melejit tinggi, dari 11 persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun 1998, yang
berarti prestasi yang sudah diraih Orde Baru hancur seketika.
Tabel berikut ini memperlihatkan angka kemiskinan di Indonesia, baik relatif maupun
absolut.
Statistik Kemiskinan dan Ketidaksetaraan di Indonesia Menurut Data Dari BPS (Badan
Pusat Statistik) Indonesia :
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
9
Kemiskinan Relatif
16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 11.0 11.1 10.9¹
(% dari populasi)
Kemiskinan Absolut
37 35 33 31 30 29 29 28 29 28¹
(dalam jutaan)
Koefisien Gini/
0.35 0.35 0.37 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.40
Rasio Gini
¹ Maret 2016
10
Kemiskinan di Indonesia dan Distribusi Geografis
Salah satu karakteristik kemiskinan di Indonesia adalah perbedaan yang begitu besar
antara nilai kemiskinan relatif dan nilai kemiskinan absolut dalam hubungan dengan
lokasi geografis. Jika dalam pengertian absolut lebih dari setengah jumlah total penduduk
Indonesia yang hidup miskin berada di pulau Jawa (yang berlokasi di bagian barat
Indonesia dengan populasi padat), dalam pengertian relatif propinsi-propinsi di Indonesia
Timur menunjukkan nilai kemiskinan yang lebih tinggi. Tabel di bawah ini menunjukkan
lima propinsi di Indonesia dengan angka kemiskinan relatif yang paling tinggi. Semua
propinsi ini berlokasi di luar wilayah Indonesia Barat seperti pulau Jawa, Sumatra dan
Bali (yang adalah wilayah-wilayah yang lebih berkembang dibanding pulau-pulau di
bagian timur Indonesia).
Propinsi dengan Angka Kemiskinan Relatif Tinggi:
Provinsi Orang Miskin¹
Papua 28.5%
Papua Barat 25.4%
Nusa Tenggara Timur 22.2%
Maluku 19.2%
Gorontalo 17.7%
persentase berdasarkan total penduduk per propinsi bulan March 2016
11
Sumatra Utara 1.51
Nusa Tenggara Timur 1.16
per Maret 2016
12
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan
miskin.
5) Konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul
akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan
jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-
politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.
2.7 Solusi Untuk Mengatasi Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
a. Meperhatikan sektor UMKM
Menurut Puspayoga, kesalahan itu terletak pada belum diperhatikannya upaya
pemberdayaan terhadap para pelaku UMKM di Tanah Air. "Selama ini UKM belum
tersentuh upaya pemberdayaan dengan optimal," katanya.
Ia berpendapat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan ada artinya jika pemerataan
pendapatan tidak terdistribusi dengan baik. Dengan kata lain bahwa kesejahteraan hanya
dirasakan oleh segelintir kalangan saja.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong semua pihak untuk turut serta dalam upaya
pemberdayaan dan pengembangan para pelaku UMKM di Tanah Air melalui berbagai
cara. Pihaknya sendiri salah satunya mengembangkan skema kredit usaha rakyat (KUR)
untuk para pelaku usaha mikro dengan suku bunga 9 persen per tahun.
13
Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan Peningkatan
proteksi sosial
Intervensi jangka menengah dan panjang, berupa :
1. Pembangunan/penguatan sektor usaha
2. Kerjsama regional
3. Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
4. Desentralisasi
5. Pendidikan dan kesehatan
6. Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
7. Pembagian tanah pertanian yang merata
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari masalah kemiskinan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa kemiskinan dapat
diatasi dengan cara menambah lapangan pekerjaan, meningkatkan akses masyarakat
miskin terhadap pelayanan dasar, memberikan pelatihan wirausaha kepada masyarakat,
dan memberi bantuan kepada masyarakat miskin.
14
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan
antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah.
Kesenjangan dapat di atasi dengan cara mengutamakan pendidikan, menciptakan
lapangan pekerjaan dan meminimaliskan kemiskinan, meminimaliskan KKN dan
memberantas korupsi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, serta meningkatkan
sistem keadilan di Indonesia dan melakukan pengawasan ketat kepada mafia hukum.
3.2 Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha – usaha
yang lebih kreatif, inovatif dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka mata
bagi pegawai pemerintah maupun calon pegawai pemerintah agar berani
mengambil sikap yang lebih tegas sesuai dengan visi dan misi bangsa Indonesia
(tidak memperkaya diri sendiri dan kelompoknya). Dan mengedepankan
partisipasi masyarakat Indonesia untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi
zaman globalisasi kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas
dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37683419/Makalah_Kemiskinan_dan_Kesenjangan_P
endapatan_di_Indonesia_PEREKONOMIAN_INDONESIA_
https://www.academia.edu/36396724/Makalah_Perekonomian_Indonesia