Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BEHAVIORISME DI ERA

INDUSTRI 4.0

1
Indah Rinjani, 2Septi Gumiandari

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Cirebon

1
indahrinjani.01@gmail.com, 2septigumiandari@gmail.com

ABSTRAK

Revolusi industri 4.0 sudah bawa berbagai pergantian pandangan


kehidupan orang. Diantaranya merupakan sistem pendidikan. Pendidikan
merupakan hal penting dalam sejarah manusia. Penelitian tentang “Efektivitas
Teori Belajar Behaviorisme di Era Industri 4.0” bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat efektivitas pembelajaran di era industri. Studi ini memakai
pendekatan studi kualitatif dengan memakai sumber data dari studi literatur yang
bertujuan untuk mengekplorasi efektivitas teori belajar behaviorisme di era
industri 4.0 yang dalam hal ini difokuskan pada keefektivitasan teori belajar
behaviorisme di era industri 4.0. Sesuatu perihal yang amat berarti dalam berlatih
yakni terdapatnya dorongan. Dorongan dan berlatih tidak bisa dipisahkan.
Dorongan ialah energi penggerak. Rendahnya dorongan dalam berlatih akan
mengakibatkan sulitnya partisipan ajar dalam menggapai keberhasilan dalam
berlatih. Pemberian dorongan dalam berlatih bagaikan wujud aplikasi dari filosofi
berlatih, ialah: 1) memaparkan tujuan pada peserta didik, 2) membangkitkan
hasrat berlatih peserta didik, 3) membagikan nilai atau evaluasi, 4) membagikan
hadiah serta apresiasi, 5) membagikan sanksi, 6) menghasilkan kompetisi serta
kerjasama.

Kata kunci: pendidikan, dorongan berlatih, aplikasi, prinsip berlatih.


PENDAHULUAN

Klaus Schwab didalam karyanyanya The Fourth Industrial Revolut


mengutarakan mengenai Revolusi Pabrik angkatan Ke 4 (Revolusi Pabrik 4.0)
yang diisyarati dengan kedatangan artificial intelegent dalam jenis buatan hasil
agar bisa bertugas seperti guna otak orang yang dioptimalisasikan. Revolusi
Pabrik 4. 0 ialah transformasi penting serta drastis mengenai pola pembuatan yang
mengolaborasikan 3 format penting pada internalnya, ialah individu, tehnologi
ataupun mesin, serta informasi besar. Dari berlipat-lipat referensi, trik dari masa
pabrik angkatan ke 4 ini tidak bertukar dalam dimensi ataupun kuantitas industri
ataupun institut, namun kecekatan serta watak adaptif yang dipunyai oleh manusia
untuk bisa bertahan dalam hawa bersaing serta bersemangat menghadapi
transformasi yang beranjak melesat. Pemerintah sangat berupaya dalam
menanggapi masalah ini, dan merespon tantangan industri 4. 0 melalui
kebijaksanaan jalur departemen serta institusi dengan menghasilkan bermacam
kebijaksanaan. Salah satu kebijaksanaan penguasa merupakan revitalisasi
pendidikan (Ayu, 2019).

Pendidikan sangat melekat pada sejarah peradaban manusia. Sepanjang


hidup, individu tidak pernah terbebas dari yang namanya pendidikan. Pendidikan
ialah seluruh upaya yang dilakukan orang berumur dalam pergaulan dengan
kanak- kanak untuk mengelola kemajuan tubuh serta rohaninya ke arah
kematangan, sebaliknya dalam Hukum RI No 20 Tahun 2003 tentang Cara
Pembelajaran Domestik, artikel 1 bagian 1, dikemukakan kalau penafsiran
pendidikan ialah usaha yang dilakukan oleh pengajar untuk menciptakan suasana
berlatih dan cara penataran yang menarik serta mengasyikkan supaya tiap
partisipan ajar bisa dengan cara aktif meningkatkan seluruh kemampuan yang
terdapat dalam dirinya dengan cara optimal akibatnya partisipan ajar sanggup
memahami ketiga pandangan kompetensi dalam pengajian pengkajian ialah
pandangan kognitif, afektif serta psikomotorik mereka (Hendayani, 2019) .
Pendidikan yang bertumbuh saat ini menuntut supaya pengajian
pengkajian dicocokkan dengan kemajuan serta keinginan warga serta stakeholder.
Tujuan itu bukan lagi bersandarkan dalam Undang Undang Dasar 45 ataupun
dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 bersandarkan dengan investasi
angka kepribadian partisipan ajar, pergantian zaman, adaptasi IPTEKS serta
bertumbuhnya adat Indonesia (Muhammad & Nurdyansyah, 2015).

Untuk mendapati periode revolusi industri 4. 0, dibutuhkan pendidikan


yang bisa membuat keturunan inovatif, inovatif, dan bersaing. Perihal itu bisa
digapai diantaranya lewat metode memaksimalkan pemakaian tehnologi sama
dengan instrumen dukung pembelajaran yang diinginkan sanggup menciptakan
hasil untuk bisa mencontohi ataupun mengganti era jadi lebih baik. Tanpa
terkecuali, Indonesia juga butuh meningkatkan SDM atau mutu tamatan serupa
dunia kegiatan serta desakan teknologi digital. Pembelajaran 4. 0 menggambarkan
jawaban pada keinginan cyber physical system di mana individu serta tehnologi
disamakan agar dapat menghasilkan kesempatan terkini, manusia dan tehnologi
harus bisa bekrjasama dengan baik guna menghasilkan sesuatu yang baru agar
produktif dan inovatif (Lase, 2019).

Kemampuan lama yang mengunggulkan baca, tulis wajib diperkuat


dengan menyiapkan kemampuan terkini pada aspek pembelajaran teratas, pada
bagian menyiapkan pangkal tenaga individu yang professional pada era
permulaan. 3 literasi terkini itu merupakan (1) fakta Literation merupakan
keahlian untuk membaca, analisa serta memakai data dari Informasi besar dalam
bumi pembelajaran; (2) Melek tehnologi; merupakan keahlian buat menguasai
pola mekanika serta tehnologi dalam bumi kegiatan, semacam Pemograman,
kecerdasan buatan serta esensial metode kiasan; serta (3) Kemampuan manusia
ialah dalam aspek manusiawi, komunikasi serta konsep (konsep) yang butuh
dipahami oleh seluruh alumnus ahli di Indonesia. Istimewa untuk sumber daya
manusia (SDM), strategi yang wajib diaplikasikan pada keturunan penerus
merupakan wajib bisa berhubungan dengan baik, tidak kaku, bisa melaksanakan
pendekatan kemanusiaan (Muhali, 2018).
Teori behaviorisme yang dibesarkan oleh John B. Watson mengatakan
bahwa behavioristik merupakan teori yang orientasinya didasarkan pada teori
kalau psikologi objektif wajib bersumber pada studi tingkah laku yang
teramati( observeable behavior). Lebih lanjut para pakar psikologi semisal Freud
memandang kepribadian individu adalah kolektifitas kecenderungan yang
merespon berbagai stimulasi yang beragam. Dalam hal ini baik Freud maupun
Dollar dan Miller (1950) sama-sama sependapat tentang pentingnya pengalaman
manusia sejak kecil (Murniati, 2018).

Dari tiga penelitian diatas kita mengetahui bahwa di masa revolusi


industri 4.0 teori belajar behaviorisme amat efektif dengan mengoptimalisasikan
teknologi sehingga membentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, serta
kompetitif yang mampu berinteraksi dengan baik dan mengembangkan
kemampuannya.

METODE

Membahas tentang metode penelitian, terlebih dahulu kita harus


mengetahui apa itu penelitian. John creswell (2008) mendeskripsikan penelitian
bagaikan sesuatu cara perlahan-lahan bersiklus yang diawali dengan pengenalan
permasalahan ataupun rumor yang hendak diawasi. Sehabis permasalahan
teridentifikasi setelah itu diiringi dengan mereview materi pustaka ataupun daftar
pustaka. Setelah itu memastikan serta membuat lebih jelas tujuan penelitian.
Ditambahkan beserta akumulasi serta menganalisis informasi Setelah itu
memaknakan informasi yang didapat. Riset ini bertumpu dalam peliputan rakitan
riset. Orang yang membaca ataupun pendengar hendak menilai serta berikutnya
menggunakanya. Atas pengenalan permasalahan sampai peliputan, semua berjalan
dalam sesuatu cara yang berangsur- angsur yang berentetan dengan cara tertib
serta analitis (Semiawan, 2010).
Dalam penelitian mengenai efektivitas teori belajar behaviorisme di era
industri 4.0 ini memakai pendekatan dan jenis penelitian kualitatif dengan
memakai sumber data dari studi literatur yang bertujuan untuk mengekplorasi
efektivitas teori belajar behaviorisme di era industri 4.0 yang dalam hal ini
difokuskan pada keefektivitasan teori belajar behaviorisme di era industri 4.0.
Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif ini menerapkan
analisa data dengan cara induktif, dan juga memberikan penekanan pada makna
atau data dibalik yang teramati.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan berbagai literatur terkait
efektivitas belajar behaviorisme di era industri 4.0. Untuk memperoleh data-data
itu peneliti memakai prasarana serta infrastruktur berbentuk perlengkapan tulis,
buku catatan, laptop, referensi jurnal dan lain-lain. Sedangkan jenis informasi
yang didapat dalam studi ini merupakan diambil dari informasi sekunder.
Informasi sekunder adalah jenis informasi yang didapatkan dari segala bentuk
dokumen berupa tulisan maupun foto yang diambil dari berbagai literatur
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk memperoleh informasi yang
tepat serta bisa dipertanggung jawabkan untuk pengamat, hingga dalam riset ini
memakai cara analisa informasi bagaikan selanjutnya:
a. Reduksi Data
Dalam hal ini peneliti melaksanakan pengurangan informasi dengan teknik
merangkum, memilah serta memilih jurnal atau artikel yang menjadi sumber
literatur berkaitan dengan penelitian ini. Berikut adalah jurnal artikel yang
peneliti gunakan yaitu :
1. Novi Irwan Nahar "Aplikasi Filosofi Berlatih Behavioristik Dalam Cara
Penataran". Menyatakan bahwa fokus mendasar dalam prinsip berlatih
behavioristik merupakan sikap yang nampak serta pemicu luar yang
menstimulasinya. Berlatih merupakan pergantian tingkah laku bagaikan
hasil dari pengalaman. Pengajian pengkajian yang didasarkan pada tingkah
laku dihasilkan dari pengkondisian area. Maka begitu dalam aksi laris
berlatih ada hubungan dengan sangat melekat antara respond behavioristik
beserta keyakinannya. Prinsip berlatih behavioristik memiliki identitas,
ialah. Pertama, gerakan ini menekuni perilaku individu tidak berasal dari
pemahamannya, tetapi dari mencermati perilaku serta aksi laris yang
bersumber pada realitas. Asam garam batin di asingkan serta cuma
pergantian dan aksi dalam tubuh yang diperdalam. Jadi, behaviorisme
merupakan ilmu psikologi.

2. Izzatur Rusuli" Refleksi Filosofi Berlatih Behavioristik Dalam Perspektif


Islam". prinsip Berlatih Behavioristik bertabiat rasional- empiris-
kuantitatif sebab dibentuk berlandaskan atas pemikiran bumi sekuler-
positifistik-materialistik. Karena sebabnya, prinsip berlatih arus kian
mementingkan atas indikasi yang berhubungan lewat insiden berlatih yang
bisa dicermati serta dibuktikan dengan cara empiris, diukur dengan cara
kuantitatif, serta mengarah bersifat matearilistik-pragmatis. Dalam perihal
ini prinsip berlatih behavioristik yang menciptakan manusia sebagai robot
dalam cara pengajian pengkajian sedangkan kurang kejiwaan.

3. Yenny Puspita, Yessi Fitriani, Sri Astuti, Sri Novianti "Selamat Tinggal
Revolusi Industri 4.0 Selamat Datang Revolusi Industri 5.0". Mengatakan
salah satu metode tingkatkan pangkal energi orang Indonesia merupakan
atas metode menaikkan mutu pembelajaran Indonesia semenjak secepat
bisa jadi, diawali dengan grup bermain, atau Paud, TK, SD, SLTP, SMA
atau Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), hingga ke Perguruan tinggi.
Revolusi industri 4.0 merupakan cara perkembangan pergantian langkah
automatisasi atas revolusi pabrik 3. 0 dalam kehidupan yang bertupu pada
pola jaringan internet. Revolusi pabrik 4. 0 juga terdapat sebagian
ancaman yang dialami ialah minimnya keahlian yang mencukupi,
permasalahan keamanan teknologi komunikasi, kesanggupan stabiitas
mesin penciptaan, tindakan bodoh buat berganti akibat pengelola
kebutuhan, dan tak terhitung kehabisan profesi sebab berganti jadi
otomatis. Teknologi ini berakibat positif terkait bagaimana orang dalam
meminimalisir efek serta kesempatan yang timbul di alih bentuk revolusi
pabrik 4.0 yang terjalin berlainan atas sesuatu yang dirasakan orang lebih
dahulu.

4. Fathul Khoeriyah "Pembelajaran Pendidikan Akhlak (Karakter) Perspektif


Teori Behaviorisme". Menyatakan pembelajaran akhlak (karakter)
memiliki relevansi yang kuat dengan teori belajar behavior karena akhlak
anak dapat terbentuk melalui kebiasaan-kebiasaan yang secara konsisten
dilakukan, namun harus diperhatikan tentang kapan harus memutuskan
bahwa perilaku anak yang menyimpang dapat ditoleransi dan kapan sudah
dianggap berbahaya. Sekolah dapat membangun lingkungan pembelajaran
untuk membentuk akhlak (karakter) siswa dalam perspektif teori
pembelajaran behaviorisme dalam beberapa pola, antara lain: (1)
membangun komunitas moral di sekolah, (2) memerhatikan Hidden
Curriculum, (3) menanamkan komitmen dan cita-cita moral, dan (4)
mendesain iklim sekolah yang bermoral.

a. Penyajian Data
Setelah merangkum dan memilih hal-hal yang penting dalam jurnal atau
artikel literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, tahap yang dilakukan
oleh peneliti selanjutnya yaitu melakukan penyajian data. Adapun penyajian
data yang dipakai pada data kualitatif dalam artikel ini merupakan dalam
wujud bacaan naratif.
c. Penyimpulan Data
Tahap akhir analisis data ini adalah melakukan penyimpulan. Yaitu
menyimpulkan hasil dari penelitian-penelitian dari berbagai literatur tersebut
kemudian dianalisis dan disimpulkan dengan versi berbeda menurut peneliti
dalam jurnal ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam aktivitas berlatih serta membimbing, peserta didik merupakan


subjek serta objek dari aktivitas pendidikan. Oleh sebab itu, arti dari cara
pengajaran merupakan aktivitas berlatih peserta didik dalam menggapai sesuatu
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran hendak dicapai bila pengajar mampu
bekerjasama dengan partisipan ajar dalam menggapai tujuan penataran yang
efektif. Partisipan ajar berupaya dengan cara aktif untuk mencapainya. Aktivitas
anak didik tidak cuma dituntut dari bidang fisik, namun pula dari bidang
psikologis. jika cuma dari bidang fisik saja yang aktif serta mentalnya tidak aktif,
hingga tujuan dari pengajian pengkajian belum berhasil. Perihal ini serupa saja
dengan partisipan ajar tak berlatih, sebab partisipan ajar tak mengalami
transformasi untuk dirinya. Berlatih pada hakikatnya merupakan suatu
“pergantian” yang terjalin dalam diri seseorang sehabis melaksanakan kegiatan
berlatih (Pane & Dasopang, 2017).

Dalam pengajian pengkajian behaviorisme, Warsita (2008:8) menarangkan


jika penataran mementingkan pemilikan jawaban dari area yang dikondisikan.
Partisipan ajar haruslah memandang suasana serta situasi apa yang akan mereka
gali serta jadi materi pengajian pengkajian. Selanjutnya ini merupakan prinsip-
prinsip pengajian pengkajian behavioristik mementikan dari akibat area mengenai
transformasi sikap melingkupi:

1. Memakai esensial pengukuhan, ialah buat mengidentifikasi pandangan sangat


dibutuhkan dalam pengajian pengkajian untuk memusatkan situasi supaya
peserta didik bisa menggapai kenaikan yang diinginkan untuk haluan pengajian
pengkajian.
2. Mengenalkan karakter partisipan ajar, untuk memutuskan perolehan tujuan
pengajian pengkajian.
3. Lebih mementingkan dari dampak berlatih dari pada cara pengajian pengkajian
(Umar, 2018).

Zalyana (2010: 104-105) meningkatkan kalau aspek lain yang mungkin


dikira berarti oleh gerakan behavior merupakan sebab penguatan. Penguatan
merupakan apa saja yang bisa memperkuat tampaknya reaksi apabila penguatan
ditambahkan hingga reaksi terus menjadi kokoh. Sedemikian itu pula apabila
pengukuhan dikurangi responpun hendak senantiasa dikuatkan. Contohnya, pada
saat partisipan ajar dibubuhkan kewajiban oleh guru, kala kewajibannya
bertambah hingga dia hendak terus menjadi aktif belajarnya. Hingga akumulasi
kewajiban itu ialah penguat positif dalam berlatih. Apabila tugas-tugas dikurangi
serta penurunan itu malah meningkatkan kegiatan berlatihnya, hingga penurunan
tugas ialah pengukuhan minus (negative reinforcement) dalam berlatih. Jadi
penguatan ialah sesuatu wujud dorongan yang berarti diserahkan ataupun
dikurangi untuk memungkinkan terbentuknya reaksi (Mahmudi, 2016).

Untuk kesuksesan pembelajaran di sekolah perlu ditunjang oleh suasana


pembelajaran yang menggembirakan. Pembelajaran yang menggembirakan adalah
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru untuk membuat siswa lebih
senang, tertarik, belajar dengan riang gembira, sehingga mudah menerima materi
yang disampaikan. Suasana pembelajaran harus dikemas sedemikian rupa, agar
kesadaran bahwa belajar itu menyenangkan, mengasyikkan, tertanam pada pikiran
anak usia sekolah dasar. Dengan kesadaran bahwa belajar itu asyik, tidak
menakutkan, dan selalu menggembirakan akan memotivasi siswa untuk selalu
belajar dan belajar sepanjang hayat. Suasana pembelajaran memunculkan minat
dan kemauan untuk berperan serta dalam aktivitas pembelajaran, keterlibatan
dalam membangun makna, pemahaman, pengalaman, bahkan penanaman nilai-
nilai secara afektif (Martaningsih, 2017).

Proses belajar mengajar bisa dikatakan efektif menurut Depdiknas jika


memiliki indikator antara lain: berpusat pada siswa, meningkatkan keahlian sosial,
kognitif, serta penuh emosi, meningkatkan ke ingin tahuan, angan-angan, serta
bakat ber-Tuhan, berlatih sejauh hidup, kombinasi independensi serta kerjasama.
revolusi industri ialah pergantian megah di aspek pertanian, manufaktur,
pertambangan, pemindahan, teknologi serta mempunyai akibat yang mendalam
kepada seluruh pandangan kehidupan manusia.
Revolusi pabrik 4. 0 diisyarati dengan integrasi online dengan pembuatan
pabrik bagi kenaikan kemampuan cara pabrik. Revolusi ini ialah periode inovasi
disruptif, dimana masa ini bertumbuh dengan sangat cepat, alhasil membawa
akibat positif maupun negatif bagi dunia dan masyarakat ramai. Yang sangat
berdampak, dampaknya bukan hanya pada bagian industri saja akan tetapi juga ke
seluruh pandangan kehidupan orang tanpa melainkan pada model pembelajaran.
Mengalami tantangan yang besar ini, maka dunia pendidikan dituntut untuk
berganti baik pendidikan dasar, menengah bahkan sampai perguruan tinggi. Masa
revolusi industri 4.0 bersifatkan eksploitasi teknologi muktahir digital atau dikenal
dalam cara pengajian pengkajian dengan istilah sistem siber (cyber sistem) dan
sistem ini sanggup membuat cara pengajian pengkajian berjalan dengan cara
berkelanjutan tanpa batasan ruang serta durasi (Butar, 2020).

Sebutan Industrial Revolution 4.0 awal kali dikenalkan oleh Guru besar
Klaus Schwab (2016), seorang pakar keuangan lewat karyanya yang bertajuk
“The Fourth Industrial Revolution”. Pada novel itu terkuak tanggapan dari
Schwab hal revolusi industri 4.0. ini diklaim sudah mengganti hidup, pola pikir
hingga metode kegiatan manusia. Dalam kemajuannya, revolusi industri 4.0 ini
membagikan (1) tantangan sekaligus akibat untuk generasi belia bangsa Indonesia
serta pula (2) pada dunia pembelajaran di Indonesia. Kemajuan timbul dengan
diisyarati mulainya digitalisasi sistem pembelajaran yang memusatkan tiap faktor
dalam aspek pembelajaran untuk sanggup melaksanakan adaptasi dengan laju
pergantian yang terjalin. Satu diantara sebagian ilustrasinya merupakan sistem
pengajian pengkajian di dalam kategori yang sudah banyak menggunakan falisitas
akses internet. Misalnya dengan membawa anak didik menjelajahi dunia maya
untuk menggali satu ataupun beberapa data terpaut modul pengajian pengkajian di
kategori (Zidniyati, 2019).

Berdialog mengenai kemajuan teknologi itu semacam memandang 2


koyak mata pisau dimana satu bagian membagikan bagian positif serta bagian
yang lain bisa pula membagikan akibat negatif. Oleh sebab itu kita mesti sanggup
menyikapi suatu dengan bijaksana kemajuan teknologi eksklusifnya di masa
Revolusi 4.0 di aspek pembelajaran ini. Seluruh pergantian ini seharusnya bisa
jadi penggerak untuk dunia pembelajaran untuk melahirkan daya cipta, alhasil
bisa menghasilkan cara pembelajaran yang menciptakan (calon) guru yang
bermutu, handal serta berkepribadian (Aoun, 2017).

SIMPULAN

Pendidikan merupakan hal penting dalam sejarah manusia. Kemajuan


suatu peradaban banyak ditentukan oleh faktor pendidikan sebagai faktor utama.
Buat mengalami masa revolusi pabrik 4. 0, dibutuhkan pembelajaran untuk bisa
menciptakan angkatan kreatif, inovatif, dan bersaing. Perihal itu bisa digapai
diantara lain dengan metode memaksimalkan pemakaian tehnologi bagaikan
perlengkapan beri pembelajaran yang diinginkan sanggup menciptakan informasi
yang bisa mencontohi ataupun mengganti era jadi lebih positif.

prinsip berlatih behavioristik merupakan prinsip berlatih yang


menekankan pada aksi laris orang sebagai dampak dari hubungan antara dorongan
serta reaksi. prinsip berlatih behavioristik amat mempengaruhi pada
pengembangan prinsip pembelajaran serta pengajian pengkajian yang lebih
diketahui dengan keyakinan behavioristik. prinsip berlatih behavioristik dengan
bentuk ikatan stimulus- respons menempatkan anak didik yang berlatih bagaikan
orang yang adem ayem. Jawaban ataupun sikap khusus dengan memakai tata cara
penataran pembibitan ataupun adaptasi. Bagi aliran-aliran behavioristik, berlatih
pada hakikatnya merupakan pembuatan federasi antara opini yang dibekuk panca
alat atas kecondongan dalam berperan maupun ikatan antara dorongan serta
jawaban. Fokus penting dalam prinsip berlatih behavioristik merupakan sikap
yang nampak serta pemicu luar yang menstimulasinya.

Berlatih merupakan pergantian tingkah laku selaku hasil dari pengalaman.


pengajian pengkajian yang didasarkan pada aksi laris yang bisa didapat dari
pengkondisian area. Pengkondisian itu terjalin lewat hubungan dengan area.
Karena itu dalam aksi laris berlatih ada hubungan yang akrab antara reaksi-reaksi
behavioristik dengan ketentuannya. prinsip berlatih behavioristik memiliki
identitas. Awal, gerakan ini menekuni seluruh aksi orang tidak berdasakan
pemahamannya cuma mencermati perbuatan serta aksi laris yang bersumber pada
realitas. Lika-liku kehidupan di asingkan yang ada hanya transformasi dan
dorongan dalam tubuh yang diamati. Oleh karena itu, behaviorisme merupakan
ilmu psikologi.

SARAN

1. Diharapkan untuk pembaca, bisa mempelajari lebih dalam mengenai revolusi


industri 4.0, mempelajari dampak dan peluang yang ditimbulkan.
2. Bagi tenaga pendidik harus bisa menyesuaikan kurikulum dan materi yang
diberikan untuk mempersiapkan para peserta didik baru dalam menghadapi
masa rovolusi industri 4.0.
DAFTAR PUSTAKA

Utama, P. K. L. (2017). E-Learning Sebagai Evolusi Proses Pembelajaran Di Era


Masyarakat Informasi. Jurnal Penjaminan Mutu, 3(1), 1-11.

Susanti, L. (2015). Pemberian Motivasi Belajar Kepada Peserta Didik Sebagai


Bentuk Aplikasi Dari Teori-Teori Belajar. Pelita Bangsa Pelestari
Pancasila, 10(2).

Ayu, P. E. S. (2019). Keterampilan Belajar dan berinovasi Abad 21 pada Era


Revolusi Industri 4.0. Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya, 3(1), 77-83.

Hendayani, M. (2019). Problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik Di


Era 4.0. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 7(2), 183-198.

Muhammad, M., & Nurdyansyah, N. (2015). Pendekatan pembelajaran saintifik.


Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Lase, D. (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. SUNDERMANN:
Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan, 1(1), 28-
43.

Muhali, M. (2018, September). Arah Pengembangan Pendidikan Masa Kini


Menurut Perspektif Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional
Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala.

Murniati, M. (2018). Efektivitas Pesan Dakwah Terhadap Peningkatan


Behaviorisme Anak. An-Nida: Jurnal Komunikasi Islam, 10(1).

Semiawan C. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo. hlm 6.

Nahar, N. I. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses


pembelajaran. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1).

Rusuli, I. (2014). Refleksi teori belajar behavioristik dalam perspektif


islam. Jurnal Pencerahan, 8(1).

Puspita, Y., Fitriani, Y., Astuti, S., & Novianti, S. (2020, April). Selamat Tinggal
Revolusi Industri 4.0, Selamat Datang Revolusi Industri 5.0. In Prosiding Seminar
Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Khoiriyah, F., & Madura, M. P. I. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AKHLAK


(KARAKTER) PERSPEKTIF TEORI BEHAVIORISME.

Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal


Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333-352.

Umar, U. (2018). ANALISIS KONSTRUKTIF TEORI BELAJAR


BEHAVIORISME DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH. eL-
Muhbib: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar, 2(1), 41-52.
Mahmudi, M. (2016). Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Bahasa
Arab (Kajian Terhadap Pemikiran BF. Skinner). Prosiding Konfererensi Nasional
Bahasa Arab, 1(2).

Martaningsih, S. T. (2017). Pengembangan Program Pembelajaran yang


Berkemajuan dan Menggembirakan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Berkemajuan dan Menggembirakan (The Progressive & Fun Education Seminar)
ke-2.

Butar, R. B. (2020). Model Pembelajaran Blended Learning Dan Google


Classroom Dalam Mengefektifkan Proses Belajar Mengajar Di Era Revolusi
Industri 4.0.

Zidniyati, Z. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar di Era


Revolusi Industri 4.0. Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 3(1), 41-58.

Aoun, J. E. (2017). Robot-proof: higher education in the age of artificial


intelligence. MIT press.

Anda mungkin juga menyukai