Anda di halaman 1dari 24

Case Report Session

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Oleh:

Andina Dwinanda 1840312632


Fachrurrazi Al Ansori 1840312669
Nur Aswad 1840312707

Preseptor:
dr. Lidya Aswati, Sp.A

RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut.(1)
Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di
negara dengan sosio ekonomi rendah. dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang
rendah, dimana para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan
komplikasi kehamilan. Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana
yang tidak memadai untuk antenatal care. Data statistik menunjukkan sekitar 90
kasus BBLR terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, angka
kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat
lahir di atas 2500 gram. (1)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena
Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang. Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik,
terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi
BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan dilahirkan sesudah 37
minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR
tergolong dismaturitas. (1,2)
Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-
7%. Di Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali
lipat. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Jumlah ini juga berbeda pada tiap
populasi. Bayi yang lahir dengan BBLR perlu perawatan khusus karena
kondisinya rentan terkena masalah kesehatan. (1,2)

2
1.2 Batasan Masalah
Case Report Session ini membahasa mengenai kasus BBLR pada anak dan
teori tentang defenisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, dan
tatalaksana BBLR.

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan case report session ini adalah untuk mengembangkan
wawasan dan pemahaman mengenai BBLR.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan case report session ini berdasarkan dari hasil pemeriksaan
pasien, rekam medis pasien dan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
berbagai literatur.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai
bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi.1 Dalam kebidanan digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu BBLR dengan
masa gestasi < 37 minggu (prematur), dan BBLR dengan masa gestasi ≥ 37
minggu (dismatur). BBLR dapat merupakan akibat masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat yang sesuai, bayi yang beratnya kurang dari berat yang
semestinya menurut masa kehamilan kecil masa kehamilan (KMK), atau karena
kombinasi keduanya.1
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR:
1. Menurut harapan hidupnya
 Bayi Berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500 - 2500 gram.
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500
gram.
 Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya
 Prematuritas Murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk mesa gestasi atau bias
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
 Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

2.2. Epidemiologi
Insiden dari BBLR di dunia adalah sekitar 15 %, dengan batasan 3,3%-
38% dan lebih sering terjadi di negara-negara sedang berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Jumlah ini juga berbeda pada

4
tiap populasi.2 Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR terjadi pada keadaan ibu
yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keadaan ibu dengan
kehamilan resiko tinggi.3

2.3. Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.3
Faktor Ibu :
 Toxemia
 Hipertensi dan/atau penyakit ginjal
 Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)
 Malnutrisi (mikro dan makro)
 Menderita penyakit kronis
 Anemia sel sabit
 Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.
 dsb.
Faktor Janin :
 Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital, sifilis)
 Radiasi
 Kehamilan ganda
 Hipoplasi pankreas
 Defisiensi insulin
 Defisiensi insulin-like growth factor type 1.
 dsb.
Faktor plasenta :
 Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta
 Penurunan luas permukaan plasenta
 Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)
 Infark plasenta
 Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)
 Plasenta terpisah
 dsb.

5
2.4. Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah
sebagai berikut4 :
 Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan
luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga
transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah
uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.
Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam
kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi
plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.
 Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan
janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil.
Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran
lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan.
Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap
pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup
simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada
fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu
rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan
makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan
bahwa kalori tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin
dibanding pernmbahan protein.

 Infeksi

6
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan
janin. Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan
bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki
insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi
rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan
pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka
dilahirkan.
 Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%), dan
kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang sama. Hubungan
antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

2.5. Diagnosis
Diagnosis BBLR biasanya ditegakkan dari :
1. ANAMNESIS
Dari anamnesa dapat digali mengenai riwayat gestasi, faktor etiologi dan
riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu yang bayinya BBLR.
 Menanyakan HPHT sehingga bisa diketahui taksiran persalinan
 Mencari faktor etiologi yang mengakibatkan terjadinya BBLR
 Menanyakan riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu
2. PEMERIKSAAN FISIK
 BBL < 2500.
 PB kurang atau sama 45 cm.
 Lingkar kepala < 33 cm.
 Lingkar dada < 30 cm.
 Kepala lebih besar dari badan.
 Kulit tipis transparan , lanugo banyak , lemak subkutan kurang.
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus terlihat.
 Rambut biasanya tipis .

7
 Tulang rawan belum sempurna.
 Jaringan mammae belum sempurna demikian pula puting susu.
 Genetelia immatur .
 Bayi kecil , posisinya masih posisi fetal , yaitu posisi dekubitus lateral
, pergerakan nya kurang dan masih lemah.
 Bayi masih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan
belum teratur, dan sering terdapat serangan apneu.
 Otot masuh hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam keaadaan fleksi dan
kepala menghadap kesatu jurusan.
 Refleks Moro dapat positif, refleks minghisap dan menelan belum
sempurna, demikiaan juga refleks batuk.
 Pitting edem, sering ditemukan pada pendarahan antepartum, toxemia
gravidarum dan DM.
 Nafas tidak teratur, jika >60 x/menit waspada terhadap Hialin
Membran Disease.
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Biasanya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan khusus
dilakukan pada bayi dengan BBLR ini ditujukan untuk melihat ada tidaknya
komplikasi atau gangguan yang menyertainya.4

2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut7 :
 Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia
 Early feeding jika memungkinkan
 Mengatasi komplikasi
 Memberikan terapi pada yang diduga infeksi
 Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual

8
A. Tatalaksana nutrisi pada BBLR8 :
Pertumbuhan BBLR hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga
BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Belum ada standar kebutuhan nutrien yang disusun secara
tepat untuk BBLR, sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang
ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrien yang mendekati kecepatan
tumbuh dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa gestasi serta
mempertahankan kadar normal nutrien dalam darah dan jaringan tubuh.8
Kebututan nutrisi8 :
1. Energi
Kebutuhan energi pada BBLR adalah 90-120 kkal/kgBB/hari. Asupan
energi nutrisi enteral pada BBLR untuk mencapai pertumbuhan yang sesuai
adalah 105-130 kkal/hari.
2. Protein
Kebutuhan berdasarkan penambahan berat badan janin adalah 3,5-4,0
g/kgBB/hari. Asupan yang dapat diberikan pada BBLR adalah 2,25-4
g/kgbb/hari. Bayi dengan asupan protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan
110-120 kkal/kgbb/hari menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai
pertumbuhan janin.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan
masukan sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena
komposisi asam lemak serta asam palmitat dalam posisi β disamping adanya
lipase pada ASI. Lemak pada formula untuk bayi prematur mengandung
campuran lemak rantai sedang (MCT) medium chain triglyevide dan lemak
tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta trigliserida
rantai panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak esensial
paling sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan
asam α-linolenat. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang
bersifat esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga
disuplernentasi dengan kedua zat tersebut.

9
4. Karbohidrat
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau
setara dengan 10-14 g/kgbb/hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna
Iaktosa pada beberapa waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas
enzim laktase; sehingga dapat terjadi keadaan intoleransi laktosa, walaupun
secara di klinik jarang menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransi
dengan baik. Enzim glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif pada
BBLR sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain
itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa usus,
sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan osmolalitas
kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur umumnya mengandung
50% laktosa dan 50% glukosa polimer, rasio yang tidak menyebabkan
gangguan penyerapan
mineral di usus.
Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67
kkal/100 ml pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama dapat
digunakan untuk BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu
81 kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz) seringkali lebih disukai. Formula ini
memungkinkan pemberian kalori lebih banyak dengan volume lebih kecil,
menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi memerlukan restriksi
cairan dan juga mensuplai cukup air untuk ekskresi metabolit dan elektrolit
dari formula. Pemilihan jenis nutrisi pada bayi BBLR yang utama adalah ASI.
Namun, jika ASI tidak ada, maka susu formula merupakan pilihan. Formula
prematur kini terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi nutrien
ASI.8
Tabel Cara pemberian nutrisi
8
Cara/metode Dasar Pertimbangan
Menyusu / botol Cara yang paling fisiologis
Masa gestasi minimal 32-34 minggu
Secara medis bayi dalam keadaan
stabil
Frekwensi nafas < 60x/menit
Pipa oro- / nasogastrik Sebagai suplemen pada menyusu /
botol
Dianjurkan pada bayi dengan masa

10
gestasi < 32 minggu
Frekwensi nafas < 80x/ menit
Digunakan pada bayi dengan intubasi
atau gangguan neurologik
Transpilorik Tidak dapat mentoleransi cara
oro-/nasogastrik
Terdapat risiko terjadinya aspirasi
Bayi diintubasi
Motilitas usus menurun
Harus menunggu pasase pipa sebelum
mulai pemberian nutrisi
Memerlukan pemeriksaan radiologi
Dapat terjadi komplikasi dumping
syndrome, perubahan
mikroflora usus, malabsorpsi nutrien,
dan perforasi usus
Gastrostomi Malformasi gastrointestinal
Gangguan neurologik
Dalam intubasi
Motilitas usus menurun
Harus menunggu terjadinya pasase
pada pipa sebelum pemberian makan
Perlu pemeriksaan radiologik
Dapat terjadi komplikasi sindrom
dumping, perubahan rnikroflora usus,
malabsorbsi, perforasi

Tabel Pedoman pemberian makan


8
Berat (gram) Interval Volume awal Volume Waktu yang
(cc/kgbb/hari) increments diperlukan
(cc4cg/hari) (hari)
<1.000 Tiap 2 jam 10 10 16
1.000-1500 Tiap 2-3 jam 10-20 15-20 10-7
1.501-1800 Tiap 3 jam 10-20 20-30 7-5
sakit
1.501-1800 Tiap 3 jam 20-40 30-50 5-3
sehat
>1800 sakit Tiap 3 jam 20-40 30-75 5-2

Pemberian makan dapat dihentikan atau ditunda jika terjadi intoleransi


atau bayi sakit. Formula prematur yang dapat diberikan mulai dari 20 kkal/oz.
Setelah mencapai 120-150 ml/kg dapat ditambahkan fortifier, dan formula
prematur diubah menjadi 24 kkal/oz. Suplemen Fe diberikan 2-4 mg/kg pada

11
formula tersebut. Full feedings ialah bila telah mencapai 120/kg susu formula
prematur 24 kkal/.oz.

B. Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK)9


Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK) adalah perawatan untuk
bayi baru lahir dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu (skin-to-skin contact).
Terdapat dua tipe PMK9:
1. PMK intermiten
 PMK yang dapat dilakukan saat bayi belum stabil (masih mendapatkan
sokongan medis)
 Waktu: dilakukan saat ibu menjenguk bayinya, lama dikerjakan
sebaiknya lebih dari 1 jam
 Tempat: perawatan bayi (NICU/Special care nursery)
2. PMK kontinu
 PMK yang dilakukan saat bayi sudah dalam keadaan stabil (tidak ada
penyakit akut)
 Waktu: ibu dan bayi bersama dalam 24 jam
 Tempat : ruangan rawat khusus PMK kontinu

Kriteria Pelaksanaan PMK9


1. PMK intermiten:
Bayi kurang bulan yang masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal,
oksimetri, pemberian oksigen terapi, cairan intravena, dan pemantauan lain,
keadaan tersebut tidak mencegah pelaksanaan PMK.
2. PMK kontinu:
Bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi prematur
(kurang bulan), berat lahir ≤2000 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan
sirkulasi, tidak ada kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas
sendiri. Ibu dapat memberikan nutisi (ASI dan formula secara oral maupun
melalui pipa lambung). Meskipun demikian, pada sebagian besar kasus
PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.

12
Terdapat empat komponen PMK9 yaitu :
1. Kangaroo position (posisi)
Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak lurus, dada bayi
menempel ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-
ke-kulit, karena kulit bayi mengalami kontak seluas-luasnya secara langsung
dengan kulit ibu.9
Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.
Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit
tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi
kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka
dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari
posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi
”kodok”; tangan harus dalam posisi fleksi.9
Kain diikatkan dengan kuat setinggi dada bayi agar bayi tidak tergelincir
saat ibu bangun dari duduk. Perut bayi sebaiknya berada di sekitar
epigastrium ibu dan diperhatikan agar tidak tertekan. Dengan cara ini bayi
dapat melakukan pernapasan perut dan napas ibu akan merangsang bayi.9
Ibu dapat menggunakan baju berkancing depan. Bayi menggunakan
popok dan topi. ibu tetap dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-hari. Bila
ibu ingin kekamar mandi atu melakukan aktivitas yang mengharuskan tidak
dapat menggendong bayinya maka anggota keluarga lain dapat bergantian
menggendong bayi tersebut. Ibu dapat tidur dengan kepala lebih tinggi
menggunakan beberapa bantal dan tetap melaksanakan PMK.9
2. Kangaroo nutrition (nutrisi)
Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. PMK membuat proses
menyusui menjadi lebih berhasil, proses menyusui menjadi lebih lama dan
dapat meningkatkan volume ASI. Pemberian nutrisi pada saat melakukan
PMK dapat ASI atau formula baik oral maupun melalui pipa lambung. Cara
dan waktu pemberian nutrisi sesuai protokol untuk BBLR/neonatus kurang
bulan.9
3. Kangaroo support (dukungan)

13
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh
anggota keluarga, ibu dan masyarakat.9
4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan
PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria
dibawah ini:
 Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada
apnea atau infeksi
 Bayi minum dengan baik
 Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari atau 20-
30 g/hari) untuk sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut
 Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow-up

2.7. Komplikasi 6
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
2. Kesulitan pernapasan
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
4. Imaturitas hati
5. Imaturitas ginjal
6. Imaturitas imunologis
7. Kelainan neurologis
8. Kelainan kardiovaskuler
9. Kelainan hematologis
10. Metabolisme

14
2.8. Prognosis
Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada
kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar
ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama, dan mencapai kurva
pertumbuhan normal pada usia satu tahun. Menurut SDKI tahun 2003, 30% angka
kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Neonatus dengan BBLR berisiko angka
kematian bayi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus dengan berat
badan lahir normal.5

2.9. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi
lahir dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu
hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.8

15
BAB 3
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN :
Nama Anak : By N W 1
Umur : 6 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
MR : 53 63 61
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Bukittinggi

ANAMNESA :
Neonatus baru lahir, tanggal 5 Februari 2020 dengan :

KELUHAN UTAMA:
Neonatus Kurang Bulan, Sesuai Masa Kehamilan ( BL : 1700 gram, gravid 33-34
minggu)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
 NBBLR 1700 gram, PBL 40 cm, lahir SC atas indikasi Gemeli + KPD 9
jam, usia kehamilan 32-34 minggu, A/S 7/8
 Bayi tampak kuning sampai pergelangan kaki
 Kelainan kongenital, tidak ada pembentukan daun telinga kanan
 Demam tidak ada
 Kejang tidak ada
 Sesak nafas ada
 Biru ada
 Bayi langsung menangis kuat
 Injeksi Vitamin K sudah diberikan
 Keadaan ibu baik
 Jejas persalinan tidak ada
 Buang air kecil sudah keluar
 Mekonium ada

16
 Riwayat ibu keputihan, demam dan nyeri BAK selama kehamilan dan
sebelum persalinan tidak ada

RIWAYAT KEHAMILAN IBU SEKARANG


G1P2A0H2
Presentasi Bayi : letak kepala
Penyakit Selama Hamil : tidak ada
Pemeriksaan Kehamilan : Dokter
Pemeriksaan : Teratur
Lama hamil : HPHT : Lupa
TP : Lupa

RIWAYAT PERSALINAN
Persalinan di : RS Ahmad Muchtar Bukittinggi
Jenis persalinan : SC ai indikasi Gemeli + KPD 9 jam

KEADAAN BAYI SAAT LAHIR


Lahir tanggal : 5 Februari 2020
Jenis Kelamin : Laki- laki

APGAR SCORE SAAT LAHIR


Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai
Frekuansi
[ ] ( ) tidak ada [X ] (V) <100 [ ] ( ) >100 1 1
Jantung
Usaha [X ] ( V)
[ ] ( ) tidak ada [ ] ( ) Lambat 2 2
Bernafas menangis kuat
[]()
[ X ] (V)
Tonus Otot [ ] ( ) lumpuh ekstremitas 2 2
gerakan aktif
fleksi sedikit
[X ] (V )
[ ] ( ) tidak [ ] ( ) rekasi
Reflek gerakan 1 1
bereaksi melawan
sedikit
[X] ( ) badan
[ ] ( ) biru- kemerahan, [ ] (V)
Warna Kulit 1 2
pucat tangan/kaki kemerahan
kebiruan
NA 1 menit : 7
NA 5 menit : 8

17
Riwayat Resusitasi : - Pembersihan jalan nafas.
- Perangsangan
Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan berat badan lahir dan taksiran masa
kehamilan : Sesuai dengan umur kehamilan (SMK).

PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan Umum : Menangis kuat, Gerakan kurang aktif.
BB Lahir : 1700 gr, PB : 40 Cm.
Frekwensi Jantung : 128 x/menit.
Frekwensi Nafas : 60 x/menit.
Suhu : 35,7 oC
Kepala :
Ubun-ubun besar : 1,5 x 1,5 cm.
Ubun–ubun kecil : 0.5 x 0.5 cm.
Jejas persalinan : tidak ada.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera ikterik.
Telinga : Pembentukan daun telinga kanan tidak ada
Hidung : Tidak ada kelainan.
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basar, sianosis tidak ada.
Leher : Tidak ada kelainan.
Thorak : Bentuk Normochest.
Paru : Bronkovesikuler, ronchi tidak ada, wheezing
tidak ada.
Jantung : Irama teratur, bising tidak ada.
Abdomen : Permukaan datar , kondisi lemas,
Hepar : 1/3 – 1/3
Limpa : tidak teraba
Tali pusat : tidak ada kelainan.
Umbilikus : Tidak ada kelainan
Genitalia : Desensus Testis
Extremitas : Akral Hangat, Perfusi Baik, CRT<2 detik.

18
Kulit : Teraba Hangat, Sianosis (+), ikterik (+).
Anus : Ada.
Tulang : Tidak ada kelainan.
Refleks Neonatal : Moro lemah, Rooting lemah, Hisap lemah, Pegang lemah.
Ukuran : Lingkaran Kepala : 27 cm
Lingkaran Dada : 26,5 cm
Lingkaran Perut : 25 cm
Simfisis Kaki : 15 cm
Panjang Lengan : 17 cm
Panjang Kaki : 17 cm

PEMERIKSAAN LABORATORIUM (5-2-2020):


Hb : 17,9 g/dL
Ht : 51,9 %
Leukosit : 7.330 /uL
Trombosit : 151.000 /uL
Retikulosit : 8,5%
DIFF Count : 0/1/6/48/45/0
Retikulosit : 8,5%
Natrium : 135,8
Kalium : 5,47
Klorida : 107

DIAGNOSIS :
- Neonatus Kurang Bulan, Sesuai Masa Kehamilan ( BL : 1700 gram, gravid 33-
34 minggu)
- BBLR 1700 gram
- RDS ec Membran Hialin Disease
- Amelia daun telinga kanan
- Hiperbilirubinemia grade IV ec Susp. Sepsis

TERAPI :
Rawat incubator
Pertahanan suhu
Rawat tali pusat

19
CPAP FiO2 21% PEEP 5 mg
IVFD D10% + Ca Glukonas 4 gtt/i + Aminosteril infant 17cc/24 jam
Lipid 8,5 cc/24 jam
Inj Ampicilin 2x85 mg
Inj Gentamisin 1x8,5 mg

FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana
Hari ke 5 S: P:
- Bayi rawat dalam inkubator
9 Februari 2020 - Rawat incubator
- CPAP Fi02 21% PEEP 5 mg
- Rawat tali pusat
- Sesak Nafas (-), Retraksi (+)
- IVFD Koqtil 3ml/jam
minimal
( D10% 400cc, NaCl
- ASI 8x14 ml OGT
0,9% 100cc, KaCl 10cc,
- Demam (-)
Ca Glukonas 10cc)
- Kejang (-)
- Inj Ampicillin 2x85 mg
- Mual (-), Muntah (-), Kembung
- Inj Gentamisin 1x8
(-)
mg/36 jam
- BAB (+), BAK (+)

O:
- KU/Sedang,
- HR/ 132 x/i,
- RR/ 46x/i,
- Saturasi/ 94-95%
- Diuresis : 3,5 ml/jam/kgBB,
- Balance : -16,2 ml/8 jam
- Mata : konjungtiva tidak anemis,
sclera ikterik
- Thorak : SN Bronkovesikuler,
retraksi (+) minimal
- Abdomen : Distensi (-), BU(+) N
- Eks : CRT<2 detik

A:
- Neonatus Kurang Bulan, Sesuai
Masa Kehamilan ( BL : 1700
gram, gravid 33-34 minggu)
- BBLR 1700 gram
- Amelia daun telinga kanan
- Hiperbilirubinemia grade IV ec
Susp. Sepsis

20
Hari ke 6 S: P:
- Bayi rawat dalam inkubator
10 Februari - Rawat incubator
- CPAP Fi02 21% PEEP 5 mg
- Rawat tali pusat
2020 - Sesak Nafas (-), Retraksi (+)
- IVFD Koqtil 3ml/jam
minimal
( D10% 400cc, NaCl
- ASI 8x17 ml OGT
0,9% 100cc, KaCl 10cc,
- Demam (-)
Ca Glukonas 10cc)
- Kejang (-)
- Inj Ampicillin 2x85 mg
- Mual (-), Muntah (-), Kembung
- Inj Gentamisin 1x8
(-)
mg/36 jam
- BAB (+), BAK (+)

O:
- KU/Sedang,
- HR/ 130 x/i,
- RR/ 43x/i,
- Saturasi/ 95-96%
- Mata : konjungtiva tidak anemis,
sclera ikterik
- Thorak : SN Bronkovesikuler, retraksi
(+) minimal
- Abdomen : Distensi (-), BU(+) N
- Eks : CRT<2 detik

A:
- Neonatus Kurang Bulan, Sesuai
Masa Kehamilan ( BL : 1700
gram, gravid 33-34 minggu)
- BBLR 1700 gram
- Amelia daun telinga kanan
- Hiperbilirubinemia grade IV ec
Susp. Sepsis

Hari ke 7 S: P:
- Bayi rawat dalam inkubator
11 Februari - Rawat incubator
- CPAP Fi02 21% PEEP 5 mg
- Rawat tali pusat
2020 - Sesak Nafas (-), Retraksi (-)
- IVFD Koqtil 3ml/jam
- ASI 8x20 ml OGT
( D10% 400cc, NaCl
- Demam (-)
0,9% 100cc, KaCl 10cc,
- Kejang (-)
Ca Glukonas 10cc)
- Mual (-), Muntah (-), Kembung
- Inj Ampicillin 2x85 mg
(-)
- Inj Gentamisin 1x8
- BAB (+), BAK (+)
mg/36 jam
- Phototerapi 1x24 jam
O:
- KU/Sedang,

21
- HR/ 135 x/i,
- RR/ 42x/i,
- Saturasi/ 95-96%
- Mata : konjungtiva tidak anemis,
sclera ikterik
- Thorak : SN Bronkovesikuler, retraksi
(-)
- Abdomen : Distensi (-), BU(+) N
- Eks : CRT<2 detik

Labor 11 Februari 2020


Hb : 15,0 gr/dL
Leu : 9.850
Tromb : 326.000
Retikulosit : 2,1%
DIFF Count : 0/5/8/33/52/2
IT : B = 19%, S = 81%
Serologi : FT4 : 13,45 umol/L
TSHS : 1.374 UUI/m

A:
- Neonatus Kurang Bulan, Sesuai
Masa Kehamilan ( BL : 1700
gram, gravid 33-34 minggu)
- BBLR 1700 gram
- Amelia daun telinga kanan
- Hiperbilirubinemia grade IV ec
Susp. Sepsis

22
BAB 4
DISKUSI

Telah dilaporkan suatu kasus seorang Bayi Laki-Laki yang dirawat di


perinatologi RSUP DR M.Djamil Padang, dengan diagnosa kerja Bayi berat badan
lahir sangat rendah (BBLSR).
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesa didapatkan bahwa : bayi lahir SC atas indikasi PPROM +
Oligohidramnion + Bekas SC + Suspek Massa Intraabdomen, A/S 7/9, usia
kehamilan 29-30 minggu, dan SMK. Tindakan resusitasi yang dilakukan
pembersihan jalan nafas, perangsangan dan nafs buatan. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan : berat badan lahir 1200 gr, panjang badan 36 Cm, bayi menangis kuat,
gerakan kurang aktif. Ekstremitas hangat, perfusi baik.
Berdasarkan teori, BBLSR yaitu bayi dengan berat badan 1000 – 1500
gram. Tatalaksana awal yang telah dilakukan pada pasien ini adalah perawatan
dengan menggunakan inkubator dengan tujuan mencegah hipotermi karena
neonatus terutama BBLR rentan terhadap hipotermi. Pemberian vitamin K
diberikan untuk mencegah perdarahan. Diharapkan dengan penatalaksanaan yang
tepat, berat badan akan segera bertambah.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R. Alatas H. Perinatologi. Dalam Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.


Jakarta: FK UI. 1985
2. Labir IK, Tangking W, Ketut S. Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II
Meningkatkan Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUD Wangaya
Denpasar. 2013. Denpasar: Public Health and Preventive Medicine Archive.
Volume 1. Hal. 2
3. Barbara S, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Edition.
Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.
4. Dalmanik, Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.
Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; hal. 11-
30.
5. Profil Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005. Dinas Kesehatan
Propinsi D.I Yogyakarta. 2005. Dari www.depkes.go.id diakses tanggal 2 Mei
2017
6. Dogra VS. 2006. Intrauterine Growth Retardation from www.emedicine.com
7. Vandenbosche RC, Kirchner JT. 1998. Intrauterine Growth Retardation from
www.aafp.com
8. Nasar SS. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri,
Vol. 5, No. 4, Maret 2004: 165 – 170
9. HTA Indonesia. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit.
2010

24

Anda mungkin juga menyukai