Anda di halaman 1dari 8

Definisi

Obat analgetik adalah obat penghilang rasa sakit dan obat antipiretik adalah obat penurun
demam.

Analgesik, baik nonnarkotik maupun narkotik, diresepkan untuk meredakan nyeri; pilihan
obat tergantung dari beratnya nyeri. Nyeri yang ringan sampai sedang dari otot rangka dan
sendi sering kali diredakan dengan pemakaian analgesic nonnarkotik. Nyeri yang sedang
sampai berat pada otot polos, organ, dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik.

Jenis-jenis Nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan
(ancaman) kerusakan jaringan. Ada lima klasifikasi dan jenis nyeri, yaitu nyeri:
1. akut yang dapat ringan, sedang, atau berat;
2. kronik;
3. superficial;
4. somatic (tulang, otot rangka dan sendi);
5. visceral atau nyeri dalam.

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C,
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang
ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).

Patofisiologi Nyeri
Patofisiologi Demam
Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi) akan
menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi indogeneus
pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR Eps menyebabkan endothelium
hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neurotransmitter, kemudian beraksi dengan
neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set-point”.
Mekanisme tubuh secara fisiologis mengalami (Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan
perilaku ingin berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat.
Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh
karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006).

Patofisiologi demam

Obat-Obat Nyeri
Golongan salisilat
merupakan obat analgesik tertua antara lain : Acetosal, Aspirin, Natrium Salisilat, salisilamid.
Titik tangkap kerja golongan salisilat adalah di hipothalamus yang dapat meningkatkan
ambang nyeri.

Obat analgesik salisilat juga berfungsi sebagai obat antipiretik ( menurunkan demam ),anti
inflamasi dan anti allergi dan meningkatkan ekskresi asam urat Efek samping penggunaan
obat ini umumnya adalah dapat menimbulkan iritasi lambung yang menimbulkan rasa panas
nyeri,mual dan muntah dan diare

Golongan Pirazolon
Kekuatan obat ini sama dengan salisilat namun obat ini agak toksik ( beracun ) yang dapat
menimbulkan agranulositosis dengan gejala demam tinggi, luka di tenggorokan, erupsi kulit
dengan pigmentasi, karenanya banyak negara yang melarang penggunaannya.
Obat ini dapat diberikan dengan suntikan intra muskuler
Obat jenis ini dijual bebas dengan nama Antalgin, dipyron, metamisol.doloneurobion,
fastalgin dll

Golongan Para Amino Fenol


Golongan obat ini adalah Fenacetin dan Asetaminofen ( parasetamol ) hanya berfungsi
sebagai analgesik dan antipiretik
Sejak tahun 1966 fenasetin sudah tidak boleh digunakan lagi karena dalam tubuh fenasetin
diubah menjadi zat beracun yaitu N- asetil – para aminofenol
Asetaminofen banyak digunakan sekarang antara lain karena tidak menimbulkan iritasi
lambung namun apabila digunakan dalam jangka lama dapat menimbulkan kerusakan sel
darah, hati dan ginjal, ketegangan hingga kepada konvulsi

Golongan Asam Organik


Golongan obat ini umumnya digunakan sebagai obat analgesik dan antiinflamasi untuk
rematoid artritis pengganti obat kortikosteroid seperti prednison.
Obat ini dijual dengan nama generik Indometasin,fenoprofen,ibuprofen dls
Efek samping penggunaan obat ini a.l.:
- Gangguan saluran cerna
- Vertigo dan kelelahan,
- hipertensi dan hiperglikemi

Obat Pirai (Asam Urat)


Pirai adalah penyakit pada sendi yang ditimbulkan tertimbunnya asam urat (purin) terutama
di sendi ,ginjal dan kulit karena kegagalan metabolisme purin dalam tubuh. Obat pirai yang
banyak digunakan adalah allupurinol, zyloric dan indometasin yang bersifat urikosurik
(mengeluarkan asam urat melalui kencing )

Obat Demam
Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti (Nurarif,
2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang
dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres
meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).

Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.


Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau
penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan
lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih
banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin
yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit
hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

Tindakan Farmakologis

1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu
tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu
30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam
waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan
suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan karena alasan kenyamanan.
Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek
samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu
pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor
lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria
(biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan
virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).

2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun
panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun
demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah,
nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada
dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
Hipnotik, sedative dan anestesi
Bentuk paling ringan dari penekanan SSP adalah sedasi, di mana penekanan SSP tertentu
dalam dosis yang lebih rendah dapat menghilangkan respons fisik dan mental, tetapi tidak
memengaruhi kesadaran. Sedativ terutama dipakai pada siang hari. Dengan meningkatkan
dosis dapat menimbulkan efek hipnotik bukan hypnosis, tetapi suatu bentuk alami dari tidur.
Jika diberikan dalam dosis yang lebih tinggi obat sedative-hipnotik mungkin akan mencapai
anestesi.

Kebanyakan ansiolitik (’sedatif’) akan menginduksi tidur jika diberikan malam hari, dan
kebanyakan hipnotik akan menenangkan jika diberikan siang hari. Obat ini diresepkan secara
luas tetapi menyebabkan ketergantungan (baik fisik maupun psikologis) serta menimbulkan
toleransi. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam penghentian obat setelah pasien
mengkonsumsi obat secara teratur selama lebih dari beberapa minggu (lihat pada
ketergantungan dan penghentian obat di bawah). Oleh karena itu hipnotik dan ansiolitik
hanya boleh diberikan pada pengobatan jangka pendek untuk meringankan kondisi akut
setelah penyebab utamanya diketahui.

Benzodiazepin adalah ansiolitik dan hipnotik yang paling umum digunakan; obat ini bekerja
pada reseptor benzodiazepin yang berhubungan dengan reseptor asam gammaaminobutirat
(GABA). Obat terdahulu seperti meprobamat dan barbiturat (bab 4.1.3) tidak
direkomendasikan lagi, karena lebih banyak menimbulkan efek samping dan interaksi obat
dibandingkan dengan benzodiazepin dan lebih berbahaya jika terjadi dosis berlebih.

Efek Paradoksikal
Paradoksikal meningkat pada keadaan terancam/ ada ancaman dan sifat agresi dilaporkan
terjadi pada pasien yang mengkonsumsi benzodiazepin. efeknya bervariasi mulai dari
meracau dan rasa gembira sampai sifat agresif dan melakukan tindakan anti sosial.
Penyesuaian dosis (meningkat ataupun menurun) biasanya melemahkan impuls. Peningkatan
ansietas dan gangguan persepsi merupakan efek paradoksikal lainnya. Meningkatnya rasa
bermusuhan dan agresi setelah mengkonsumsi barbiturat dan alkohol biasanya
mengindikasikan adanya intoksikasi.

Mengemudi
Hipnotik dan ansiolitik dapat mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan
memperlambat reaksi, sehingga berefek pada kemampuan mengemudi dan mengoperasikan
mesin. Obat ini meningkatkan efek alkohol. Lebih lanjut, efek hangover pada dosis malam
dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi pada hari berikutnya. Lihat juga pada Obat dan
Mengemudi pada Pedoman Umum.

Ketergantungan dan Penghentian Obat


Penghentian penggunaan benzodiazepin sebaiknya secara bertahap karena penghentian yang
tiba-tiba dapat mengakibatkan kebingungan, gangguan psikosis, kejang atau kondisi mirip
delirium tremens. Penghentian barbiturat yang tiba-tiba bahkan dapat mengakibatkan efek
yang lebih serius. Sindroma gejala putus obat dapat timbul kapan saja hingga 3 minggu
setelah penghentian benzodiazepin jangka panjang; dan dapat timbul dalam waktu beberapa
jam pada penggunaan benzodiazepin jangka pendek. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya
insomnia, ansietas, hilangnya nafsu makan dan turunnya berat badan, tremor, berkeringat,
tinnitus, dan gangguan persepsi. Gejala-gejala ini mungkin sama dengan gejala umum
penyakitnya sehingga penggunaan obat tetap dilanjutkan, beberapa gejala dapat berlanjut
selama beberapa minggu atau beberapa bulan setelah penghentian benzodiazepin.
Dosis benzodiazepin dapat dihentikan secara bertahap, sekitar 1/8 (dalam interval 1/10
hingga 1/4 ) dari dosis sehari, dilakukan setiap malam ke 4. Saran untuk protokol penghentian
obat pada pasien yang memiliki kesulitan adalah sbb:

Pada pasien yang ganti dengan obat setara dengan dosis diazepam per hari, sebaiknya
dikonsumsi malam hari.
Turunkan dosis diazepam bertahap setiap 2–3 minggu sebanyak 2 atau 2,5 mg; jika gejala
putus obat muncul, pertahankan dosis obat ini hingga gejala membaik.
Turunkan dosis lebih lanjut, jika perlu bertahap dengan dosis lebih kecil. Lebih baik
penurunan dosis dilakukan dengan lebih lambat daripada dilakukan terlalu cepat.
Penghentian total. Waktu yang dibutuhkan untuk penghentian total dapat bervariasi dari
sekitar 4 minggu hingga 1 tahun atau lebih.

Konseling dapat membantu. beta bloker dicoba hanya jika pengobatan lainnya gagal.
Antidepresan hanya digunakan dalam keadaan depresi klinik atau untuk gangguan panik;
hindari antipsikosis (yang dapat memperburuk gejala putus obat).

Saran:
Benzodiazepin diindikasikan untuk terapi jangka pendek ansietas berat (hanya digunakan
selama 2 atau 4 minggu), kondisi stres yang sangat mengganggu, kondisi ansietas saja atau
yang terkait insomnia atau psikosomatik jangka pendek, penyakit psikotik atau penyakit yang
dialami organ tubuh.

Benzodiazepin tidak cocok untuk terapi jangka pendek ansietas ringan


Benzodiazepin hanya digunakan untuk terapi insomnia berat, atau kondisi stres yang sangat
mengganggu.

HIPNOTIK dan SEDATIVE


Sebelum obat hipnotik diresepkan, penyebab dari insomnia sebaiknya sudah diketahui, dan
jika memungkinkan faktor yang mendasari sebaiknya sudah diobati. Yang perlu dicatat, ada
beberapa pasien yang mengharapkan tidur yang tidak realistis, dan mengabaikan pengaruh
konsumsi alkohol sebagai penyebab insomnia.

Insomnia sementara (transient), dapat timbul pada mereka yang dapat tidur normal tetapi
terganggu oleh faktor eksternal seperti kebisingan, pola jam kerja, dan jet lag. Jika suatu
hipnotik diindikasikan, dipilih yang memiliki waktu eliminasi yang cepat dan hanya 1 atau 2
dosis yang boleh diberikan. Insomnia jangka pendek, biasanya terkait dengan masalah emosi
atau penyakit yang serius. Ini dapat berlangsung selama beberapa minggu dan dapat muncul
lagi. Suatu hipnotik dapat memberikan manfaat tetapi tidak boleh digunakan selama lebih
dari 3 minggu (sebaiknya hanya diberikan selama 1 minggu). Penggunaan secara berselang
lebih disukai dengan dosis yang obat dikurangi. Obat yang tereliminasi cepat lebih cocok
digunakan. Pemberian hipnotik jarang bermanfaat pada insomnia kronis dan biasanya lebih
sering disebabkan ketergantungan ringan karena pemberian obat yang tidak benar. Gangguan
psikiatrik seperti ansietas, depresi, dan penyalahgunaan obat serta alkohol merupakan
penyebab yang paling umum. Gangguan tidur sangat umum pada depresi dan bangun pagi
yang lebih awal dapat menjadi penanda yang berguna. Gangguan psikiatrik yang utama
sebaiknya diatasi, sesuaikan rejimen obat untuk meringankan insomnia. Sebagai contoh,
klomipramin atau mirtazapin yang digunakan untuk depresi dapat juga membantu
memudahkan tidur jika dikonsumsi pada malam hari. Penyebab lain dari insomnia meliputi
nyeri, gatal-gatal, pruritus, dan dispnea.

Hipnotik tidak boleh diresepkan secara sembarangan dan peresepan rutin juga tidak
dianjurkan. Obat-obat ini hanya boleh diberikan untuk pengobatan jangka pendek pada stres
akut. Toleransi terhadap efek meningkat dalam 3 hingga hari ke 14 pada penggunaan yang
berkelanjutan, serta manfaat penggunaan jangka panjang belum dapat dipastikan.
Kekurangan penggunaan jangka panjang adalah pada penghentian obat; menimbulkan
insomnia dan memperburuk sindroma gejala putus obat.

Jika penggunaan jangka panjang tidak dapat dihindari, hipnotik sebaiknya dihentikan secepat
mungkin dan pasien diberi penjelasan bahwa kemungkinan tidurnya akan terganggu selama
beberapa hari sebelum ritme normal muncul kembali. Tidur yang tidak nyenyak dengan
mimpi yang kacau serta peningkatan REM (Rapid Eye Movement / pergerakan mata yang
cepat selama tidur) dapat terjadi selama beberapa minggu.

Anak
Peresepan hipnotik pada anak tidak dibenarkan kecuali untuk penggunaan sesekali seperti
untuk mengatasi rasa takut pada malam hari dan somnabulisme (berjalan dalam tidur).
Pada penggunaan jangka panjang ada risiko habituasi (pemberian obat dapat menjadi
kebiasaan) padahal untuk menenangkan anak pada malam hari, sebaiknya dilakukan
pengobatan secara psikologis.

Lansia
Penggunaan hipnotik sebaiknya dihindari pada lansia karena memiliki risiko terjadinya
ataksia, bingung, mudah jatuh, dan melukai diri sendiri.

OBAT
1. Benzodiazepin
Benzodiazepin termasuk nitrazepam dan flurazepam digunakan sebagai hipnotik yang
memiliki masa kerja panjang serta dapat memberikan efek residual di hari berikutnya, dosis
berulang cenderung bersifat kumulatif.
Loprazolam, lormetazepam dan temazepam Memiliki masa kerja lebih pendek dengan efek
hangover yang sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Fenomena penghentian obat lebih sering
terjadi pada penggunaan benzodiazepin dengan masa kerja pendek. Jika insomnia yang
terjadi disebabkan oleh dengan ansietas pada siang hari maka penggunaan benzodiazepin
ansiolitik kerja panjang seperti diazepam yang diberikan sebagai dosis tunggal pada malam
hari, dapat efektif mengatasi gejala tersebut.

2. Kloralhidrat
Kloral dan derivatnya
Kloral dan derivat kloral dahulu biasa digunakan sebagai hipnotik pada anak (tetapi
penggunaan hipnotik pada anak umumnya tidak dibenarkan). Tidak ada bukti ilmiah yang
meyakinkan bahwa obat ini bermanfaat pada pasien lansia dan pemanfaatannya sebagai
hipnotik saat ini sangat sedikit. Triklofos lebih sedikit menyebabkan gangguan saluran
pencernaan dibanding kloralhidrat.

Kloralhidrat dan triklofos saat ini terutama digunakan untuk sedasi selama prosedur
diagnostik dan pada unit perawatan intensif. Obat ini terakumulasi pada penggunaan jangka
panjang dan harus dihindari pada pasien gagal ginjal atau kerusakan hati. Contoh :
Midazolam, Estazolam
3. Zolpidem
Zolpidem dan zopiklon termasuk hipnotik non-benzodiazepin tetapi bekerja pada reseptor
benzodiazepin. Zolpidem dan zopiklon memiliki durasi kerja yang pendek. Kedua obat
tersebut tidak diperbolehkan digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Dilaporkan terjadi
ketergantungan pada sejumlah kecil pasien.

4. Antihistamin
Antihistamin seperti difenhidramin diindikasikan untuk mengatasi insomnia yang terjadi
sesekali. Durasi kerja yang panjang dapat menyebabkan kantuk di hari berikutnya. Efek
sedatif antihistamin dapat berkurang setelah pengobatan berturut-turut selama beberapa hari.
Antihistamin dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan psikomotor dan efek
antimuskarinik. Penggunaan antihistamin sebagai hipnotik pada anak biasanya tidak
dibenarkan.

Penyuluhan
a. Beritahu klien untuk menggunakan cara-cara nonfarmakologik untuk membantu tidur,
seperti menikmati mandi air hangat dan lain-lain.
b. Beritahu klien untuk menghindari alkohol, obat antidepresan, antipsikotik dan narkotik
ketika sedang memakai sedative-hipnotik. Depresi pernapasan dapat terjadi jika memakai
campuran obat-obat tersebut.
c. Nasihatkan klien untuk tidak mengendarai atau menjalankan mesin. Anjurkan untuk selalu
berhati-hati.
d. Nasihatkan ke klien untuk melaporkan reaksi yang merugikan, seperti hangover dan lain-
lain.

Anda mungkin juga menyukai