Anda di halaman 1dari 2

temuan usap anal pada bayi dengan COVID 19

Pengantar

Sejak desember 2019, China telah melaporkan beberapa kelompok pasien Pneumoni dengan
etiologi yang tidak jelas di Wuhan. Sebagian besar kasus ini secara epidemiologis berhubungan
dengan makanan laut lokal dan pasar daging hewan mentah. Setelah diIdentifikasi, disimpulkan
bahwa sindrom pernafasan akut novel corona virus 2 (SARS-coV-2) adalah patogen yang
bertanggung jawab atas pneumoni tersebut. Namun demikian, sejak awal wabah tidak banyak
laporan mengenai jalur penularan penyakit novel corona virus 2019 ini. kesimpulan sementara,
penularan terjadi dari papaan langsung dipasar, Sejak itu, penularan covid 19 dari orang ke orang
terus dikonfirmasi, dan individu tanpa gejala juga teridentifikasi sebagai sumber infeksi yang
potensial.
Pada 5 maret 2020, hampi 80.552 kasus covid 19 telah terkonfirmasi diChina dengan setidaknya
3042 kematian yang dilaporkan.

Studi terbaru menunjukkan bahwa manifestasi klinis utama covid 19 adalah demam, batuk, dan
dispnea. Gejala yang kurang umum adalah adanya produksi dahak, sakit kepala, hemoptisis, dan
beberapa gejala gastrointestinal. Meskipun gejala saluran cerna seperti diare (2-10,1%), mual dan
muntah (1-3,6%) tidak sering terjadi, namun sebagian besar pasien pada awalnya nampak dengan
gejala gastrointestinal atipikal. Beberapa laporan mencatat bahwa speseimen feses dari pasien
covid 19 positif untuk Sars-coV-2. SARS-coV-19 hidup juga telah diisolasi dari spesimen tinja
pasien dengan covid 19 oleh beberapa kelompok independen.hasil ini menunjukkan bahwa jalur
fecal-oral mungkin menjadi salah satu cara penularannya.

Laporan Kasus

Seorang anak perempuan berusia 3 bulan, menderita diare yang berlangsung selama 4 hari dan
demam 1 hari, masuk ke departemen anak dari rumah sakit afiliasi pertama universitas YangTze
pada 31 januari 2020. Anak itu memiliki riwayat kesehatan yang baik tanpa penyakit yang
mendasari. Tetapi dia baru saja kembali dari wuhan ke Jingzou (provinsi hubei diChina) bersama
orang tuanya 10 hari sebelumnya. Sebagai catatan, orang tuanya telah diDiagnosis Covid 19
dengan menggunakan RT-PCR, real-time dari RNA virus dari oropharingeal spesimen 2 hari
sebelumnya. Hasil pemeriksaan fisik dari anak itu, didapatkan demam (38,2 0C), dan pemeriksaan
laboratorium menunjukkan peningkatan neutrofil (86,2%), dan berkurangnya jumlah limfosit
(7,1%). Pada tanggal 31 januari 2020, hasil swab/usap orofaring pasien positif untuk sars-coV-2.
CT dada tidak menunujukkan infiltrat atau kelainan. Pada hari ke 2 setelah pasien masuk, suhu
tubuh kembali normal. Pada hari ke 4, diare sembuh total. Pada hari ke 14 setelah timbulnya
penyakit , hasil swab/usap para orofaring negatif untuk sars-coV-2. Namun demikian, usapan
anal tetap menunjukkan hasil positif untuk sars-coV-2 pada hari ke 28 setelah onset penyakit.
Pasien telah dipulangkan 1 maret dan kini dalam kondisi baik.
Diskusi

Beberapa reseptor berbeda telah terbukti mengikat berbgai jenis virus corona. Termasuk
Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE 2) untuk Sars-coV. Lu et al menunjukkan bahwa
struktur domain reseptor pengikat antara SARS-coV dan novel SARS-coV-2 sama sama
menggunakan pemodelan molekular, hal ini menunjukkan bahwa ACE 2 juga mungkin menjadi
reseptor untuk SARS-coV-2, meskipun asam amino dalam domain receptorbinding SARS-coV-2
berbeda dari SARS-coV. Kehadiran ACE 2 yang melimpah di epitel paru paru dan usus dikenal
luas, dan ACE 2 ini mungkin menjadi bagian dari sala satu rute penularan covid 19. Penelitian
sebelumnya telah membuktikan keberadaan asam nukleat virus salam sampel tinja dan usap anal
pada pasien dengan covid 19, tetapi impilkasi dari hal ini membutuhkan investigasi lebih lanjut.
Kemungkinan jalur fecal-oral dalam penularan infeksi SARS-coV-2 harus dipertimbangkan.
Kebersihan tangan dan desinfeksi muntahan pasien, feses, dan ekskresi lainnya harus lebih
diperhatikan.

Dalam kasus kami, usapan anal menunjukkan hasil positif pada pasien tanpa gejala apapun
hampir sebulan setelahnya. Standar kepulangan pasien adalah sebagai berikut : Suhu tubuh
pasien harus normal selama lebih dari 3 hari, gejala terkait pernafasan harus berkurang secara
signifikan, peradangan paru paru harus menunjukkan tada absopsi yang jelas, dan tes asam
nukleat virus harus negatif untuk dua kali berturut turut, dengan menggunakan sampel yang
setidaknya berbeda sehari pengambilannya. Jika kita belum melakukan uji menggunakan usap
anal ini, pasien mungkin saja telah dipulangkan dari Rumah Sakit setengah bulan sebelumnya.
Mengingat pasien masih berusia 3 bulan, kemungkinan besar pengasuhnya terkena kotoran atau
cairan tubuh lain yang mengandung virus. Kami berpendapat ketika pasien diperbolehkan pulang
dan menjalani isolasi dirumah, maka biaya perawatan yang lebih mahal dimana keluarga harus
mencari pengasuh yang memperhatikan kebersihan tangan dan menyediakan tolilet sendiri untuk
pasien. Jika tidak bisa menyediakan toilet terpisah intuk pasien, pasien bisa tetap menajalani
isolasi dirumah dengan catatan ruangan harus didesinfeksi menggunakan etanol 75%, klorin,
asam parasetat, kloroform atau pelarut lemak setelah ruangan digunakan oleh pasien.

Kesimpulannya, dari kasus ini bisa dilihat bahwa kemungkinan penularan covid 19 melalui tinja
dapat terjadi hingga hari ke 28 atau hampr 1 bulan. Maka kebersihan pribadi selama menjalani
isolasi dirumah harus diperhatikan. Dan eksplorasi lebih luas mengenai penularan covid 19
melalui jalur FecalOral memerlukan penelitian lebih lanjut. Demikian juga mengenai
pemeriksaan dengan menggunakan usap anal yang menunjukkan hasil positif, perlu diteliti lebih
lanjut apakh disebabkan oleh Fragmen asam nukleat vurus atau virus hidup.

Anda mungkin juga menyukai