PERCOBAAN VI
Oleh :
NIM : M0319034
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
PERCOBAAN VI
PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN
METODE JOB’S
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan bilangan
koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n.
II. DASAR TEORI
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Ion logam pusat merupakan ion unsur transisi,
yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Donasi pasangan
elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi
sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Banyaknya ikatan
koordinasi dalam senyawa kompleks, antara ion pusat dengan ligan disebut
bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi dan struktur senyawa kompleks
beragam mulai dari bilangan koordinasi dua sampai dua belas dengan stuktur
linear, tetrahedral, segi empat planar, trigonal bipirimida, dan oktahedral.
Umumnya senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi enam dengan
struktur umum okahedral (Male dkk., 2013).
Logam transisi adalah unsur logam yang tidak lengkap kulit d atau f di
keadaan netral atau kationik. Orbital kulit valensi yang tidak sempurna ini dapat
menerima elektron dari basis Lewis membentuk kompleks koordinasi dengan
sangat mudah dibandingkan dengan kelompok unsur lainnya (Arumugam dkk.,
2017). Unsur transisi antara lain V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur-unsur
ini hadir dalam jumlah ultra trace dan memainkan peran penting di tingkat
molecular dalam sistem kehidupan (Gavali dan Jadhav, 2016).
Konsep nomor koordinasi muncul dalam berbagai konteks, kadang-kadang
bersama dengan penerimaan yang berbeda dalam struktur monoatomik, nomor
koordinasi setiap atom dalam susunan acak partikel. Partikel yang berbeda
mungkin memiliki jumlah tetangga yang berbeda. Dalam hal ini, lebih tepat
untuk memanggil nomor koordinasi jumlah rata-rata tetangga per partikel.
Nomor koordinasi memainkan peran penting dalam deskripsi media granular
(Chesney dkk., 2006). Ion kompleks metal seperti Cu2+, Ni2+, Ag+, Zn2+, dan
Fe2+ mampu berperan sebagai penukar ligan (Chen dkk., 2017).
Perbandingan antara 1ogam dengan 1igan dalam kompleks dapat ditentukan
dengan memakai Metode Job’s, yaitu metode variasi kontinu atau metode
perbandingan slope dan perbandingan mol. Dalam Metode Job’s variasi kontinu,
angka dari mol reaktan terhadap seri campuran dan rektan adalah konstan.
Metode perbandingan rasio dan metode perbandingan mol digunakan untuk
perbandingan kombinasi logam dan ligan. Aplikasinya untuk menyelidiki
kompleks yang dibentuk dari kelompok logam dan ligan. Plot Job dimana proses
reaksi diamati untuk mengambil data stoikiometri dari limit struktur transisi
(Shevla, 1990). Dalam metode Job’s, jumlah yang berbeda dari larutan A dan B
dicampur, memvariasikan rasio mol reaktan sedemikian rupa sehingga
kompensasi bahwa total konsentrasi molar larutan dijaga konstan. Dalam
keadaan tertentu, jumlah maksimum kompleks akan terbentuk dalam larutan di
mana kedua spesies ada dalam rasio kombinasi yang benar, asalkan rasio
pencampuran telah bervariasi dari 0 hingga beberapa nilai yang pasti lebih besar
dari n/m. Dengan mempertimbangkan syarat utama dari metode Job’s adalah
konsentrasi total molar dari spesies yang berinteraksi tetap konstan (Facchiano
dan Raggone, 2003).
Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur
transmitans atau absorbans suatu sampel dengan menggunakan radiasi
elektromagnetik yang dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk
gelombang. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis adalah elektron-elektron
pada ikatan di dalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menyerap energi
yang melewati larutan tersebut dalam daerah UV-Vis menjadi keadaan energi
yang lebih tinggi. Semakin luas elektron yang ditahan maka semakin panjang
gelombang radiasi yang diserap (Susanti dkk., 2018).
Hukum lambert beer adalah prinsip dibalik spektrokopi absorbansi (Shah dkk,
2015). Secara khusus, hukum Lambert-Beer menggambarkan fenomena
penyerapan radiasi elektromagnetik yang menjadi dasar spektrofotometri. Ketika
berkas radiasi paralel melewati lapisan larutan dengan konsentrasi tertentu,
karena interaksi antara foton dan partikel yang menyerap analit dilemahkan
sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang ditransmisikan pada detekor
(Grasse dkk., 2015). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa absorbansi suatu
larutan berbanding lurus dengan konsentrasi spesies yang menyerap dalam
larutan dan panjang lintasan. Spektrokopi UV-Vis dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi adsorben dalam larutan (Gandhimathi dkk., 2012).
Untuk panjang gelombang tunggal, A adalah absorbansi, b adalah panjang
lintasan kuvet dan c adalah konsentrasi larutan. Dirumuskan sebagai berikut
(Shah dkk, 2015) :
A = a b c ......................................................................................................(1)
Terdapat tiga tipe instrument absorbansi untuk mengumpulkan spekra UV-
Vis yaitu spektrofotometer single beam, spektrofotometer double beam,
spektrofotometer simultaneous (Shah dkk, 2015).
III. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel 5.1. Seri larutan-larutan Fe3+
V Fe3+ (mL) V HNO3 (mL) V H2O (mL) Absorbansi (A)
0 1 9 0.000
1 1 8 0.004
2 1 7 0.003
3 1 6 0.005
4 1 5 0.003
5 1 4 0.005
6 1 3 0.005
-
B. Tabel 5.2. Seri larutan-larutan ion CNS
V CNS- (mL) V HNO3 (mL) V H2O (mL) Absorbansi (A)
0 1 9 0.000
1 1 8 0,006
2 1 7 0,003
3 1 6 0,004
4 1 5 0,008
5 1 4 0,004
6 1 3 0,003
1.6
1.4
1.2
1
0.8
ΔA
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
-0.2
Fraksi Volume Fe3+