Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RUTIN VI

JENIS KOORDINAT NAMA-NAMA GEOGRAFIS PADA PETA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kartografi di
ampu oleh:
Rohani, S. Pd., M. Si.

Disusun Oleh :
Nama: Ayu Dearmas Purba
Nim: 3193331009
Kelas: B Geografi 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1.Jenis Koordinat Dan Nama Nama Geografis Pada Peta


A. Jenis koordinat pada peta

Salah satu perlengkapan yang wajib disiapkan dalam melakukan navigasi darat di alam bebas
adalah peta. Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan ke
dalam bidang datar dengan perbandingan tertentu atau skala. Adapun beberapa bagian dari peta
yaitu judul peta, keterangan pembuatan, nomor lembar peta, skala peta, legenda peta, arah peta,
garis kontur, karvark dan sistem koordinat peta. Dalam hal ini akan mengkhusus menjelaskan
mengenai pengertian, jenis dan cara membaca koordinat pada peta.

1. Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan sesuatu titik pada peta, yang merupakan pertemuan garis tegak dan
garis mendatar dari suatu lembaran peta. Sistem koordinat peta yang resmi ada dua macam yaitu

a. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus
terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan
katulistiwa. Koordinat geografis merupakan koordinat yang digunakan untuk membaca peta
Rupa Bumi, yang dinyatakan dalam satuan derajat (◦), menit (‘), dan detik (“).

b. Koordinat Grid / Koordinat UTM

Koordinat grid dinyatakan terhadap sumbu X (absis) dan sumbu Y (ordinat). Dalam
koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan
(datum). Koordinat grid yang lazim di peta adalah koordinat grid UTM (Universal Transverse
Mercator) sumbu yang di gunakan adalah sumbu X dan Y. Garis horizontal diberi nomor urut
dari barat ke timur/kiri ke kanan (sumbu X). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke
utara / bawah ke atas (sumbu Y).

Sistem koordinat grid mengenal penomoran 4, 6, 8 dan 14 angka. Untuk daerah yang luas
dipakai penomoran 4 atau 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit/detail dengan penomoran
8 atau 14 angka. Koordinat grid 14 angka, terdiri dari 7 angka absis (X) dan 7 angka ordinat (y).

B. Membaca Koordinat Peta

Membaca koordinat peta merupakan kemampuan yang wajib dimiliki dalam menerapkan ilmu
navigasi darat di alam bebas. Membaca koordinat peta adalah salah satu hal yang dasar dalam
menggunakan peta. Terdapat berbagai cara untuk dapat menentukan dan membaca koordinat
peta, diantaranya yaitu dapat menggunakan protaktor maupun penggaris. Fungsi dari protaktor
maupun penggaris dalam hal ini adalah sebagai alat bantu. Dengan alat bantu tersebut kita bisa
mendapatkan koordinat peta lebih teliti.
Secara umum membaca koordinat peta khususnya koordinat geografis seperti berikut

1. Cara membaca : Lintang (….o ….’….’’ LU/LS) / Bujur (….o ….’ ….’’ BB/BT)

2. Perhatikan nilai Lintang dan Bujur pada garis peta yang paling luar

3. Perhatikan berapa nilai interval pergeseran antara setiap garis peta pada lintang dan bujur
(dalam detik / ….’’)

4. Cara menentukan

 Pembesaran nilai horizontal ke atas berarti berada di belahan bumi utara (bawah ke atas /
kiri ke kanan)
 Pembesaran nilai horizontal ke bawah berarti berada di belahan bumi selatan (atas ke
bawah / kiri ke kanan)

5. Hitung berapa detik nilai penyimpangan koordinat yang akan dicari , hasilnya ditambahkan
dengan nilai garis (bagian utara tambahkann garis dibawahnya, bagian selatan tambahkan nilai
garis diatasnya, sedangkan garis bujur ditambahkan nilai garis di kirinya). Hasilnya adalah
koordinat yang dicari.

1. Analisi Peta

Lakukan analisis Peta terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan didapat data sebagai berikut :

 Peta tersebut adalah peta Rupa Bumi Indonesia


 Skala Peta adalah 1 : 10.000
 Interval garis lintang/bujur adalah 10″
 Interval garis lintang/bujur adalah 3,09 Cm

10″ = 3,09 Cm pada Peta (Saya sebut nilai “L”)

2. Melakukan Pengukuran

3. Melakukan Perhitungan Tentukan nilai X’ dan Y’, yaitu garis lintang dan bujur yang menjadi
acuan pengukuran, yang berimpit dengan nominal “0” pada penggaris

X’ = 110° 29’ 50,0” BT (Lihat gambar “pengukuran garis bujur”)

Y’ = 1° 12’ 30,0” LS (Lihat gambar “pengukuran garis lintang”)

X = X’ + ((X”/L) x Interval )

X = 110° 29’ 50,0” BT + ((0,85/3,09) x 10″)


X = 110° 29’ 50,0” BT + (8,5″/3,09)

X = 110° 29’ 50,0” BT + 2,75 ”

X = 110° 29’ 52,75” BT

Y = Y’ + ((Y”/L) x Interval )

Y = 1° 12’ 30,0” LS + ((2,25/3,09) x 10″)

Y = 1° 12’ 30,0” LS + (22,5″/3,09)

Y = 1° 12’ 30,0” LS + 7,28 ”

Y = 1° 12’ 37,28” LS

Hasil akirnya adalah 110° 29’ 52,75” BT ; 1° 12’ 37,28” LS

2. Nama-Nama geografis Peta (Toponomi)

adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya. Bagian
pertama kata tersebut berasal dari bahasa Yunani tópos (τόπος) yang berarti tempat dan diikuti
oleh ónoma (ὄνομα) yang berarti nama. Toponimi merupakan bagian dari onomastika,
pembahasan tentang berbagai nama. Suatu toponimi adalah nama dari tempat, wilayah, atau
suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alami (seperti sungai) dan yang
buatan (seperti kota).

A. Menetapkan nama-nama unsur geografi

Pemberian nama pada unsur geografi, selain untuk orientasi atau penegasan letak titik,
sebenarnya juga memberikan dampak psikologis, yaitumenumbuhkan rasa lebih dekat anggota
masyarakat terhadap unsur geografi tersebut. Saat ini masih ada ribuan pulau di wilayah
Nusantara yang belum mempunyai nama, dan masih ada ribuan selat, teluk, tanjung, gunung,
dsb. yang perlu diberi nama. Sampai saat ini yang baru dikenal hanya Puncak-pas saja, masih
banyak lagi pas-pas lain yang belum mempunyai nama, dan karena itu tidak bisa dikenal oleh
umum. Di samping itu, masih perlu dilengkapi nama-nama punggung pegunungan, puncak-
puncak bukit serta lembah-lembah yang dipandang wajar untuk diberi nama. Selain itu, masih
banyak terdapat nama-nama asing seperti Pegunungan Verbeek di Sulawesidan Bergen di
Lampung, van Rees di Irianjaya, Schwaner di Kalimantan, Peg. Muller di Kalimantan, Peg.
Quarles di Sulawesi. Nama-nama asing lain banyak terdapat di Papua/lrianjaya, seperti P.
Stephanie, P. Coquille, P.Klaarbeck, P. Kommerrust, . Schlpad, P. Weeim, dan Middelbrg.
Banyaknya nama asing tersebut perlu dipikirkan apakah pantas diubah, bukan karena nama
asingnya, tetapi karena kaitannya dengan masyarakat setempat. Tidak ada gunanya ada nama
unsur geografi, yang hanya diketahui oleh beberapa orang terdidik yang tempat tinggalnya jauh
dari unsur tersebut, sedangkan orang setempat tidak pernah mendengar tentang nama yang
diberikan pada unsur geografi di wilayahnya. Ada juga nama-nama unsur geografi yang berasal
dari nama asing, tetapi sudah dikenal oleh masyarakat setempat, tetapi penulisan dan
pengucapannya masih menjadi masalah yang cukup serius, misalnya Gleamore, Glen Nevis,
Bergen, Peg. Schwaner, Peg. Cycloops. Penetapan nama unsur geografi ini adalah pekerjaan
yang besar dan perlu dilaksanakan dengan cermat serta penuh kebijakan.

Dalam penulisan nama-nama geografis peta harus mudah dibaca, oleh sebab itu harus dipenuhi
persyratan bagi seleksi hurufnya yaitu:

a. Nama-Nama dalam suatu lebar kertas harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta
(untuk peta skala besar) atau sejajar dengan garis perelel/meridian (untuk peta skala kecil),
kecuali untuk nama-nama khusus seprti sungai, pegunungan dan lain-lain.

b. Nama-nama dapat diberi keterangan dari unsure berbentuk titik dan luasan.

 untuk unsure titik misalnya: kota, bangunan, gunung, dan sebagainya dan diletakkan
disamping kanan agak keatas dari unsure tersebut.
 untuk unsure yang memanjang misalnya: sungai, pantai, dan batas diletakkan didalam
unsure tersebut.
 untuk unsure luasan wilayah misalnya: Negara, danau, pegunungan, diletakkan
memanjang sehingga menempati 2/3 wilayah.

c. Nama-nama harus terletak bebas satu dan yang lain, dan tidak menggangu symbol-simbol
lain.

d. Nama-nama tidak boleh saling berpotongan, kecuali jika ada huruf mempunyai jarak spasi
yang jelas.

e. Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung bentuk dari lengkungan harus teratur dan
tidak boleh terlalu tajam lengkungannya.

f. Banyak nama-nama yang terpusat disuatu daerah harus diatur sedemikian rupa sehingga
terlihat distribusi nama-nama itu tidak terlalu padat paa daerah di peta tersebut.

g. Angka ketinggian dari garis kontur ditempatkan dicela-cela tiap kontur, dan penempatannya
terbaca pada arah mendaki lereng.

h. pemilihan jenis huruf tergantung pada perencanaan kartograf sendiri. Akan tetpai ada aturan
tentang pemakaian jenis huruf yaitu: huruf tegak lurus untuk unsure buatan manusia(sungai,
danau, pegunungan dan lain-lain)
SUMBER

Liesnoor Setyowati, Dewi. 2014. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota
IKAPI).

Anda mungkin juga menyukai