MAKALAH PSIKOSOSIAL Fixxx)
MAKALAH PSIKOSOSIAL Fixxx)
Disusun Oleh:
Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kita kehadirat ALLAH Subhannahu wa ta'ala
yang telah memberikan beragam nikmatnya, diantaranya ada nikmat terbesar yaitu nikmat Islam,
nikmat sehat, sehingga ALLAH azza wa jalla menggerakan hati kami untuk mulai mengerjakan,
menyelesaikan Tugas Keperawatan Psikososial.
Sholawat teriringi salam semoga tetap tertujukan kepada Nabi ALLAH, Muhammad
Sholallahu 'alaihi wassalam. Kepada Keluarga beliau sholallahu 'alaihi wassalam, Para sahabat,
tabi'in, tabiut tabi'in, dan kepada setiap orang yang kokoh berdiri menjalankan sunnahnya,
istiqomah hingga yaumul akhir. InsyaaALLAH.
Alhamdulillah di minggu Pertama perkuliah pada semester ini, kami mendapat tugas pada
mata kuliah Keperawatan Psikososial, khususnya pada pokok bahasan Kebudayaan dan rumah
sakit dalam proses keperawatan Psikososial. Tujuan dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui
tentang Kebudayaan yang ada pada rumah sakit.
Demikianlah alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang nampak pada
penulisan ini, baik itu tersirat ataupun tersurat kami mohon maaf, dan selebihannya semoga
mendatangkan manfaat kepada kita semua, penyusun atau pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus...............................................................................................
B. Analisis Kasus.................................................................................
C. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring atau
Evluasi.............................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 10
...................................................................................................
B. Saran........................................................................................ 10
C. ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri
khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Menurut
M.Selamet Riyadi, Budaya adalah suatu bentuk rasa cinta dari nenek moyang kita yang
diwariskan kepada seluruh keturunannya. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar.
Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum dilakukan untuk mengikuti langkah
langkah atau aktivitas yang dilakukan oleh sektor swasta, dalam hal efisiensi, keefektifan,
serta produktivitas, untuk meningkatkan daya saing instansi. Instansi harus dikelola
secara mandiri dan terus melakukan inovasi, seperti layaknya institusi bisnis, dalam
rangka menunjang proses penciptaan value added. Rumah sakit adalah sebuah institusi
perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan lainnya. Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan
jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma tersedia
6 ranjang rumah sakit. Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak
fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai
penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit)
berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan
hospitality (keramahan). Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi
ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap
dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan
lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh
kepada pasien.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan dan rumah sakit?
2. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan rumah sakit?
3. Bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani atau memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan kebudayaan yang baik yang berlaku di rumah sakit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kebudayaan dan rumah sakit.
2. Untuk mengetahui apa saja kebudayaan yang ada di rumah sakit.
3. Untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam memanfaatkan kebudayaan yang
ada di rumah sakit.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan dan Rumah Sakit
1. Pengertian Kebudayaan
Konsep budaya telah menjadi arus utama dalam bidang antropologi sejak awal mula
dan memperoleh perhatian dalam perkembangan awal studi perilaku organisasi.
Bagaimanapun juga, baru-baru ini saja konsep budaya timbul ke permukaan sebagai
suatu dimensi utama dalam memahami perilaku organisasi (Hofstede 1986). Schein
(1984) mengungkapkan bahwa banyak karya akhir-akhir ini berpendapat tentang peran
kunci budaya organisasi untuk mencapai keunggulan organisasi. Mengingat keberadaan
budaya organisasi mulai diakui arti pentingnya, maka telaah terhadap konsep ini perlu
dilakukan terutama atas berbagai isi yang dikandungnya.
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi.
Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini.
Seniman seperti penari atau pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan
dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini
memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar kemasyarakat luas
bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering disebut dengan kebudayaan.
Seringnya istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan
berarti para ahli Antropolgi mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut.
Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkan definisi yang pernah dibuat
mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi.
Tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para
ahli Antropologi tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam
Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defenisi
kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari:
“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai
sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”. Jadi,
kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara
6
7
berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu
2. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Berikut
ini ialah beberapa jenis-jenis rumah sakit yang akan dijelaskan untuk memberikan
gambaran mengenai Kebudayaan rumah sakit
• Rumah sakit umum
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara,
dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka
panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik,
ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja
bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya
melayani seluruh pengobatan modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga
membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum
(klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
• Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah
sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital),
penyakit pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun
hanya satu bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset
medis tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan dengan tujuan nirlaba.
• Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan
kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga
pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda,
uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini
diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud
pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.
• Rumah sakit lembaga/perusahaan
8
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien
yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan
pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut
(misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis
bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit
umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien
umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.
• Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya
dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin
menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya
bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.
Kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Institusi yang spesifik untuk
pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali
didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18
rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat
yang dibiayai anggaran kerajaan.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17.
Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya
menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan
konsep ini. Guy's Hospital didirikan di London pada 1724 atas permintaan seorang
saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian
menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri
Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul sumbangan
£2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara
umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara
telah memiliki keberagaman rumah sakit.
Selain itu dalam perkembangan teknologi dan berbagai bidang yang lainnya tercipta
sebuah istilah yang menandakan sebagai suatu Budaya dalam lingkup kesehatan istilah
tersebut ialah Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan
yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan
dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul
dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling
pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan
masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam
perawatan kesehatan di rumah sakit.
Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan pembahasan kasus.
Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah
sakit ada kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi
multidisiplin tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses
pengambilan keputusan yang terkait dengan permasalahan ini.
11
Ketiga, tentang pandangan karyawan berkenaan dengan hakikat sifat dasar manusia.
Sebagian besar karyawan rupanya berasumsi bahwa manusia atau teman sekerja mereka
itu memiliki sifat yang pada dasarnya baik, yaitu rajin bekerja, sangat memperhatikan
waktu kerja (masuk dan pulang kerja tepat waktu), siap membantu pekerjaan rekan-rekan
lainnya. Namun demikian mereka juga berpandangan bahwa sifat ini tidak selamanya
berlaku konsisten. Akan ada selalu godaan atau kondisi yang dapat mengubah sifat
manusia. Mereka percaya betul bahwa tidak ada sifat yang kekal, sifat baik dapat saja
berubah menjadi buruk, begitu pula sifat buruk bisa berubah menjadi baik.
Keempat, mengenai asumsi karyawan tentang hakikat aktivitas manusia yang
menunjukkan bahwa aktivitas manusia itu harmoni atau selaras dengan aktivitas
organisasi. Tidak hanya aktivitas manusia saja yang mampu menentukan keberhasilan
organisasi. Namun mereka juga menolak bahwa aktivitas organisasi semata yang
menentukan keberhasilan organisasi karena mereka memandang bahwa aktivitasnya juga
memberikan kontribusi atas keberhasilan organisasi. Pada intinya, mereka memandang
bahwa aktivitasnya yang meliputi curahan waktu, tenaga, dan pikiran harus selaras
dengan aktivitas organisasi secara keseluruhan yang berupa kinerja sumber daya
manusia, keuangan, aktiva tetap, infra dan supra struktur organisasi.
Kelima, berkenaan dengan asumsi hakikat hubungan manusia yang hasilnya
menunjukkan bahwa hubungan antar karyawan lebih bersifat kekeluargaan.
Kekeluargaan 10 tidak dipahami sebagai nepotisme atau usaha keluarga, namun
kekeluargaan dipahami sebagai hubungan antar inidividu dalam suatu kelompok kerja
sebagai suatu kerja sama kelompok yang lebih berorientasi pada konsensus dan
kesejahteraan kelompok. Dalam suatu kelompok kerja seorang karyawan terkadang tidak
hanya menjalankan tugas hanya pada bidang tugas yang tertera secara formal karena ia
harus siap membantu bidang tugas yang lain yang dapat ditanganinya. Seorang perawat
di unit bedah dengan tugas khusus sterilisasi tidak hanya menangani tugasnya saja. Ia
harus siap membantu karyawan lainnya untuk juga menangani instrumen dan pulih sadar.
BAB III
CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus
Kasus An. Az. di Rumah Sakit S (padang) umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012,
pasien di rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang .Sesuai
order dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang
tidak mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpamelihat bahwa terapi
pasien tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapamenit kemudian pasien
mengalami kejang-kejang, untung keluarga pasien cepatmelaporkan kejadian ini sehingga
tidak menjadi tambah parah dan infusnya langsungdiganti dan ditambah penitoin.
B. Analisis Kasus
Dalam pembahasan materi pada makalah ini yaitu kebudayaan dan rumah sakit yaitu
salah satunya kebudayaan dalam perlakuan perawat kepada pasien. Dalam kasus ini
terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan keselamatan pasien.
Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki tanggung jawab untuk
mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan tindakan yang
akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadikesalahan pemberian tindakan
sesuai dengan kondisi pasien.Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6
benar dalam pemberian obat.Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan
kepada pasien sesuai order,namun dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar
obat.Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep
patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan
yangseharusnya dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.
13
14
Standar II. Mendidik pasien dan keluargaStandar: RS harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan denganketerlibatan pasien
yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RSharus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajibandan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebutdiharapkan pasien dan keluarga
dapat : Memberikan informasi yang benar, jelas,lengkap dan jujur, mengetahui kewajiban
dan tanggung jawab pasien dan keluarga,mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal
yang tidak dimengerti, memahami danmenerima konsekuensi pelayanan, mematuhi
instruksi dan menghormati peraturan RS,memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa dan emenuhi kewajiban finansialyang disepakati.
dan memberi pedoman yan jelas tentang pelaporaninsiden dan setiap rumah sakit harus
menyelenggarkan pelatihan tentang kerjasamakelompok (teamwork) guna mendukung
pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalamrangka melayani pasien.
Standar VII: Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasienStandar: Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasikeelamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal,transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.Kriteria: Perlu
disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain prosesmanajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengankeselamatan pasien, tesedia
mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasiuntuk merevisi manajemen
informasi yang ada.Sesuai dengan defenisi patient safety, menurut Cooper et al (2000)
bahwa “patient safety as the avoidance, prevention, and amelioration of adverse
outcomes or injuriesstemming from the processes of healthcare.” Pengertian ini
maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan
dari kejadian yang tidakdiharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan
kesehatan. Jika perawatmengetahui dan mengaplikasikan dengan benar konsep patient
safety, perawat akansebisa mungkin meminimalisir kesalahan atau mencegah terjadinya
kejadian yang tidakdiharapkan.Perawat seharusnya menerapkan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat, sebagaiberikut:
B. Saran
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu serta berkualitas penting dalam
pembangunan karena akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang prima sehingga
kepuasan dapat dirasakan oleh setiap masyarakat olehnya itu pelayanan kesehatan harus
dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Gibson & Ivanicevich & Donnely. (1996) Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Penerjemah
Adiarni, N. Binarupa Aksara, Jakarta.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Manz, C.C. & Sims, H.P., Jr. (1990) Super Leadership : Leading Others to Lead Themselves.
Berkley Books, New York.
Rijadi, S. (1994) Tantangan industri rumah sakit Indonesia 2020. Jurnal Administrasi Rumah
Sakit. Volume 2, No.2, 11-18.
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung, 1985