Anda di halaman 1dari 2

De Tjolomadoe bukan hanya sekadar tempat wisata di kota Solo.

Museum yang beroperasi


sejak 24 Maret itu merupakan simbol kekayaan RajaJawa di era kolonial.

Konon, museum tersebut berdiri di lahan seluas 6,4 ha itumerupakan bekas Pabrik Gula (PG)
Colomadu yang sudah ada sejak 1861.

Destinasi wisata ini juga menyuguhkan edukasi sejarah,khususnya kejayaan raja Jawa di era
penjajahan Belanda.

Bukan hal mustahil nampaknya jika pabrik gula yang lama takberoperasi diubah menjadi
destinasi wisata yang instagramable dan penuh nilaiedukasi.

Yah, De Tjolomadoe buktinya. Dengan harga tiket sebesar Rp25.000 saja, pengunjung sudah
bisa menyaksikan sejarah kejayaan raja Jawa diera Mangkungaran ke IV.

Kesan megah pun sudah terlihat nyata saat pengunjung mulaimemasuki area utama, di mana
kita bisa menyaksikan mesin-mesin pengolah tebudan cerobong asap menjulang tinggi khas
zaman kerajaan.

Destinasi wisata ini juga disediakan layar interaktif, display, dan diorama yang berisi
tentangsejarah bangunan megah tersebut.

Area wisata ini di bagi dalam beberapa ruangan yangmasing-masing menggambarkan proses
pengolahan tebu hingga menjadi gula.

Terdapat ruangan penggilingan, penguapan, karbonatasi, danketelan. DI salah satu sudut,


juga terdapat instalasi seni bernama Taman MagisWara yang berarti taman para raja.

Di dalam taman tersebut terdapat berbagai ukuiran bunga,gunung dan batik yang bisa
menyala dalam gelap.

Konon, ruangan tersebut merupakan simbol gotong royong dankemandirian yang


merepresentasikan PG Colomadu.

Di area wisata ini juga terdapat kafetaria dan pusatpenjualan kerajinan tangan.

Sejarah

PG Colomadu yang kini disulap menjadi area wisata ini dibangunoleh Raja Mangkunegara ke
IV, yang hidup pada tahun 1853 hingga 1881.

Mangkunegara IV merupakan pribumi terkaya di era penjajahanBelanda. Tahun 1861


Mangkunegara IV mendirikan pabrik gula dengan memintapersetujuan dari Residen Belanda
di Solo.

Setelah usuulan disetujui, pabrik gula pun didirkan denganbantuan ahli dari Jerman bernama
R.Kampf sebagai pemimpin pabrik.
Pabrik gula diberinama Colomadu yang bermakna gunungan madu. Secara resmi, pabrik
tersebutberdiri pada tahun 1862 dan berhasil memproduksi 3.700 kwintal gula pada
tahunpertama panen. Bahkan,gula yang dihasilkan pun berhasil diekspor hingga keSingapura.

Sayangnya, di era kependudukan Jepang - tepatnya tahun 1942-  popularitas tebu sebagai
bahan baku gula meredup, begitupula dengan kejayaan PG Colomadu.

Hingga kemudian pabrik tersebut berhenti beriperasi padatahun 1998. Bangunan PG


Colomadu pun terlantar hingga bertahun-tahun. Tepat ditahun 2017 bangunan PG Colomadu
direvitalisasi pada tahun 2017 menjadidestinasi wisata edukasi De Tjolomadoe.

Revitalisasi yang dilakukan masih mempertahankan sisisejarah sebagai nilai komersilnya.

Cara berkunjung

Jika ingin menjelajahi destinasi ini, teman brisik bisamendatangi jalan Adi Sucipto No.1,
Paulan Wetan,  Colomadu.

Destinasi wisata ini hanya berjarak sekitar lima kilometerdari Bandara Adi Sumarmo, yang
hanya butuh sekitar 10 menit untuk mencapainya. Daripusat kota Solo area wisata ini juga
berjarak sekitar lima kilometer saja.

Teman-teman bisa menaiki bus Batik Solo Trans yang menuju kearah Bandara Adi
Sumarmo. Untuk penginapan, ada banyak pilihan yang tersedia,salah satunya The Alana
Solo.

Jika rasa lapar mendera, teman brisik juga bisa memesanmakanan di restoran Royal Besaran
yang berada satu area dengan De Tjolomadu.Restoran tersebut menyediakan menu kombinasi
antara masakan ala Indonesia dan western.

Hotel bintang empat ini berlokasi di Jalan Adi Sucipto,Blulukan, Colomadu, yang hanya
bertarif sekitar RP 320.000 saja.

Jarak tempuh dari De Tjolomadu hanya sekitar tiga kilometeryang bisa ditempuh dalam
waktu lima menit saja.

Anda mungkin juga menyukai