Anda di halaman 1dari 5

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 562

Artikel Penelitian

Pola Kepekaan Bakteri Penyebab Pneumonia terhadap


Antibiotika di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil
Padang Periode Januari sampai Desember 2011

1 2 3
Jaka Kurniawan , Erly , Rima Semiarty

Abstrak
Peningkatan resistensi bakteri penyebab pneumonia terhadap beberapa antibiotika yang lazim digunakan oleh
klinisi dalam pemberian terapi empirik akan menyebabkan berkurangnya keefektifan terhadap terapi pneumonia. Hal
ini akan berdampak semakin tingginya morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh infeksi pneumonia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kepekaan bakteri penyebab pneumonia terhadap antibiotika di
Laboratorium Mikrobiologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2011 - Desember 2011. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif retrospektif terhadap data sekunder hasil uji kepekaan antibiotika dan jenis kuman
dari 432 pasien, menunjukkan jenis bakteri penyebab pneumonia adalah Klebsiella sp, Streptococcus α haemolyticus,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeuruginosa, proteus sp, Basillus, Escherichia coli dan Enterobacter. Pola
kepekaannya menunjukkan bahwa rata-rata semua bakteri tersebut mempunyai sensitivitas tertinggi terhadap
Netilmicin, Meropenem, dan Sulbactam + Cefoperazone. Resistensi tertinggi ditunjukkan oleh Erithromycin, Ampicillin,
Sulfamethroxazole + Trimethroprime,Tetracyclin, dan Choramphenicol.
Kata kunci: antibiotika, bakteri penyebab pneumonia, pola kepekaan

Abstract
Increased resistance of bacteria that cause pneumonia to some antibiotics that are commonly used by
clinicians in the provision of empiric therapy, it will cause a reduction in the effectiveness of the treatment of
pneumonia. This will lead to increasing morbidity and mortality caused by pneumonia infection. The objective of this
study wass to determine the sensitivity pattern of bacteria that cause pneumonia to antibiotics in the Department of
Microbiology Laboratory. Dr. M. Djamil Hospital Padang period from January 2011 to December 2011. The research
method used was a descriptive and retrospective review of secondary data and antibiotic sensitivity test results of 432
patients types of germs. The results indicated the type of bacteria that cause pneumonia are Klebsiella sp,
Streptococcus α haemolyticus, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeuruginosa, Proteus sp, Basillus, Escherichia
coli, and Enterobacter. Sensitivity pattern showed that the average of all the bacteria has the highest sensitivity to
Netilmicin, Meropenem, and Sulbactam + Cefoperazone, Highest resistance shown by Erithromycin, Ampicillin,
Sulfamethroxazole Trimethroprime +, Tetracycline, and Choramphenicol.
Keywords: antibiotics, the bacteria that caused pneumonia, sensitivity pattern

Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas PENDAHULUAN


Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Mikrobiologi FK
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah
UNAND, 3. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNAND
Korespondensi: Jaka Kurniawan, E-mail : rainprince21@yahoo.com, kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Survei
Telp: 085766000887 Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010 menunjukkan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 563

1
bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab kedua terbanyak, yaitu sebesar 7,60%.
kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Laporan Pneumonia dapat menyebabkan kematian bila
World Health Organisation pada tahun 2004 tidak segera diobati. Pengobatan pneumonia terdiri
menyebutkan penyebab kematian tertinggi akibat atas antibiotika dan pengobatan suportif. Pemberian
penyakit infeksi di dunia adalah Infeksi Saluran antibiotika sebaiknya berdasarkan pada
1-3
Pernapasan Akut (ISPA). mikroorganisme penyebab dan hasil uji kepekaannya.
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan Terapi empiris perlu segera diberikan sementara
Infeksi pada saluran pernapasan atas maupun bawah menunggu hasil pemeriksaan dari laboratorium
yang disebabkan oleh masuknya organisme (bakteri mikrobiologi, selanjutnya barulah dilakukan
atau virus) ke dalam saluran pernapasan yang penyesuaian pemberian antibiotika untuk
3
berlangsung selama 14 hari. ISPA dapat disebabkan mendapatkan hasil yang maksimal.
oleh berbagai macam organisme, namun yang Pola kepekaan kuman terhadap antibiotika
terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus cenderung berubah selaras dengan pemakaian
dan bakteri. Virus merupakan penyebab terbanyak antibiotika itu sendiri. Salah satu hal yang
infeksi saluran nafas atas akut seperti rhinitis, sinusitis, mengkhawatirkan akhir – akhir ini adalah peningkatan
faringitis, tonsilitis, dan laringitis. Hampir 90% dari resistensi bakteri penyebab ISPA terhadap beberapa
infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan hanya antibiotika. Banyak antibiotika yang tidak lagi efektif
sebagian disebabkan oleh bakteri. Pada infeksi untuk pengobatan karena resistensi bakteri yang
saluran nafas bawah akut seperti bronkitis, bronkiolitis timbul akibat penggunaan antibiotika yang tidak benar
dan pneumonia penyebab terbanyaknya adalah infeksi dan tidak tepat. Direktorat Bina Farmasi Komunitas
bakteri, yang sebagian besar berasal dari penyebaran dan Klinik DEPKES RI menyatakan bahwa dalam
3,4 sepuluh tahun belakangan ini telah ditemukan
infeksi saluran pernapasan atas.
Pneumonia merupakan bentuk utama Infeksi peningkatan resistensi pneumococcus terhadap
Saluran Napas Bawah Akut (ISNBA) di parenkim paru antimikroba golongan Penicillin. Hal ini mungkin juga
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas akan berdampak terhadap meningkatnya resistensi
yang tinggi serta kerugian produktifitas kerja. Hasil terhadap beberapa golongan antimikroba lain seperti
Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun Cefalosporin, Makrolide, Tetracycline, serta
4
2010 menyebutkan bahwa penyakit infeksi saluran Cotrimoksazole.
pernapasan napas bawah menempati urutan kedua Peningkatan resistensi bakteri penyebab
sebagai penyebab kematian di Indonesia. pneumonia terhadap beberapa antibiotika yang lazim
Berdasarkan survei mortalitas yang disebabkan oleh digunakan oleh klinisi dalam pemberian terapi empirik
ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, didapatkan tentu akan menyebabkan berkurangnya keefektifan
bahwa sebesar 22,30% dari seluruh kematian bayi di terhadap terapi pneumonia. Hal ini tentu akan
Indonesia disebabkan oleh pneumonia. Angka ini tidak menyebabkan semakin tingginya morbiditas dan
jauh berbeda dari data yang didapatkan oleh survei mortalitas yang disebabkan oleh infeksi pneumonia.
mortalitas risketnas pada tahun 2007. Diketahui Hal ini merupakan masalah yang harus segera diatasi
bahwa 23,80% kematian bayi dan 15,50% kematian mengingat pasien pneumonia semakin bertambah dari
1 hari ke hari. Kecenderungan perubahan resistensi,
balita disebabkan oleh pneumonia.
Berdasarkan data dari Kemenkes 2011 tentang dampak klinis, dan perubahan spektrum etiologi
pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit di merupakan alasan penting mengapa pola kepekaan
Indonesia, diketahui bahwa infeksi saluran kuman terhadap antibiotika perlu dimonitoring secara
pernapasan atas akut pun merupakan penyebab teratur. Upaya ini untuk mengarahkan klinisi dalam
terbanyak kasus pada pasien rawat jalan, yaitu pemberian antibiotika sekaligus menentukan strategi
sebesar 291.356 kasus. Pada pasien rawat inap, dalam pengendalian resistensi kuman patogen
pneumonia merupakan penyebab mortalitas terhadap antibiotika.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 564

METODE Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pasien


Jenis penelitian yang digunakan adalah pneumonia yang diperiksa sputumnya dapat
deskriptif retrospektif dengan analisa data catatan ditemukan satu bakteri atau dua bakteri sekaligus
hasil pemeriksaan tes biakan dan tes sensitivitas pada pada hasil biakannya. Penemuan terhadap satu
pasien pneumonia yang diperiksa di Laboratotium bakteri, Klebsiella sp adalah sebagai bakteri yang
Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang selama satu paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 181 kasus
tahun mulai tanggal 1 Januari - 31 Desember 2011. (41,90%). Klebsiella sp dan Streptococcus α
hemolitycus sebanyak 118 kasus (10,19%) adalah

HASIL yang terbanyak untuk penemuan terhadap dua bakteri

Penelitian yang telah dilaksanakan di sekaligus pada hasil tes biakan pada pasien

laboratorium mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pneumonia.

dengan mengambil data hasil pemeriksaan biakan dan


tes sensitivitas pasien yang didiagnosa pneumonia Tabel 2. Tingkat resistensi antibiotika yang diuji

periode Januari 2011 – Desember 2011, didapatkan terhadap bakteri penyebab pneumonia yang diperiksa

data pasien yang mempunyai hasil uji biakan berupa di laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil

bakteri dan yang dilakukan tes kepekaan terhadap Padang periode Januari – Desember 2011

antibiotika adalah sebanyak 432 kasus. Hasil uji ini Antibiotika Rerata
memberikan data tentang jenis bakteri penyebab dan
Ampicillin 76%
antibiotika yang sensitif serta resisten.
Ampicillin + Sulbactam 36%
Semua kasus yang diteliti mempunyai data
Amoxicillin 0%
hasil tes biakan dan tes sensitivitas yang lengkap,
Amoxicillin + Clavulanic Acid 47%
yaitu: 358 kasus dengan satu jenis bakteri penyebab Nalidixic Acid 0%
dan 74 kasus dengan dua jenis bakteri penyebab. Tetracyclin 61%
Mengenai hasil tes biakan pada pasien pneumonia Choramphenicol 61%
periode 2011 didapatkan hasil dengan ditemukannya Erithromycin 76%

bakteri penyebab seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Sulfamethroxazole + Trimethroprime 66%
Nitrofurantoin 0%
Tabel 1. Distribusi bakteri penyebab pneumonia pada
Cefotaxime 4%
penderita pneumonia yang diperiksa di laboratorium
Gentamycin 46%
Mikrobiologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode
Cifrofloxacin 40%
Januari – Desember 2011
Ceftriaxone 44%
Hasil Tes Biakan Jumlah % Ceftazidine 30%
Klebsiella sp 181 41,90 Cefixime 65%
Streptococcus α hemolitycus 118 27,31 Netilmicin 9%
Klebsiella sp dan Streptococcus α Cefoperazone 41%
hemolitycus 44 10,19 Sulbactam + Cefoperazone 20%
Staphylococcus aureus 47 10,88 Meropenem 22%
Pseudomonas aeruginosa 21 4,86
Klebsiella sp dan Staphylococcus
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat
aureus 7 1,62
Streptococcus α hemoliticus dan bahwa rata-rata terhadap bakteri penyebab
Pseudomonas aeruginosa 4 0,93 pneumonia, didapatkan antibiotika yang tingkat
Proteus sp 4 0,93 resistensi yang tinggi berturut-turut: Erythromycin
Proteus sp dan Pseudomonas
(76,33%), Ampicillin (76,28%), Sulfamethroxazole +
aeruginosa 1 0,23
Trimethroprime (66,22%), Tetracyclin (61,31%) dan
Basillus 3 0,69
Choramphenicol (60,63%).
Escherichia coli 1 0,23

Enterobacter 1 0,23

Jumlah 432 100

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 565

PEMBAHASAN Erithromycin memiliki tingkat resistensi paling


Berdasarkan analisis data hasil penelitian tinggi, yaitu sebanyak 76,33%. Tingkat resistensi yang
didapatkan bakteri penyebab pneumonia di tinggi juga didapatkan berturut – turut terhadap
Laboratorium RSUP. Dr. M. Djamil Padang periode ampicillin, sulfamethroxazole + trimethroprime,
2011 adalah : Klebsiella sp (47,54%), Streptococcus α tetracyclin, dan choramphenicol. Resistensi terhadap
hemolitycus (38,43%), Staphylococcus aureus antibiotika ini disebabkan karena antibiotika ini
(12,50%), Pseudomonas aeruginosa (6,02%), Proteus merupakan antibiotika lini pertama. Antibiotika lini
sp (1,16%), Basillus (0,70%), Enterobacter (0,23%), pertama merupakan antibiotika yang pertama kali
dan Escherichia coli (0,23%). Penyebab pneumonia dipakai untuk mengobati suatu infeksi. Pemakaian
menurut literatur adalah bakteri terbanyak dari antibiotika yang irasional juga menyebabkan tingginya
8,9
golongan Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus tingkat resistensi terhadap antibiotika ini.
aureus, Staphylococcus piogenes, Klebsiella sp Beberapa bakteri secara intrinsik resisten
(Friedlander bacillus), Escherichia coli, dan terhadap golongan antibiotika tertentu. Bakteri
5 dikatakan resisten apabila pertumbuhannya tidak
Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan laporan lima
tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia dapat dihambat oleh antibiotika pada kadar maksimum
(Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, Makasar) yang dapat ditolerir oleh pejamu. Namun demikian,
diketahui bahwa penyebab pneumonia terdiri dari: spesies bakteri yang secara normal memberikan
Klebsiella sp (45,18%), Streptococcus pneumoniae respon terhadap antibiotika tertentu mungkin
(14,04%), Streptococcus viridans (9,21%), menyebabkan berkembangnya strain yang resisten.
Staphylococcus aureus (9%), Pseudomonas Munculnya strain resisten tersebut disebabkan oleh
aeruginosa (8,56%), Streptococcus hemolitycus penggunakan antibiotika yang tidak rasional dan tidak
(7,89%), Enterobacter (5,26%), dan Pseudomonas sp hati-hati pada keadaan yang mungkin pasien dapat
(0,9%). Jadi, untuk bakteri penyebab pneumonia sembuh tanpa pengobatan atau pada keadaan yang
terbanyak yaitu Klebsiella sp didapatkan data yang tidak membutuhkan antibiotika. Resistensi antibiotika
relevan antara data di atas dengan data yang mungkin terjadi karena beberapa mekanisme seperti
didapatkan di laboratorium mikrobiologi RSUP. Dr. M. perubahan pada tempat target kerja antibiotika pada
Djamil Padang periode 2011. Sedangkan untuk bakteri sel bakteri, rendahnya penetrasi obat karena
penyebab pneumonia lainnya terdapat sedikit menurunnya permeabilitas dan meningkatnya produksi
3 10
perbedaan persentase dan komposisi. enzim yang menginaktifkan antibiotika tersebut.
Netilmicin memiliki tingkat kepekaan paling tinggi
terhadap lima besar bakteri penyebab pneumonia di KESIMPULAN
laboratorium mikrobiologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang Klebsiella sp adalah bakteri yang paling sering
periode 2011, yaitu sebanyak 84,29%. Netilmicin ditemukan pada sputum pada penderita pneumonia
merupakan antibiotika golongan aminoglikosida yang yang diperiksa di laboratorium mikrobiologi RSUP Dr.
baru dipasarkan oleh karena itu pemakaian antibiotika M. Djamil Padang periode 2011.
ini belum terlalu sering. Paparan Netilmicin terhadap Resistensi tertinggi bakteri penyebab
bakteri belum terlalu sering oleh karena itu tingkat pneumonia terhadap antibiotika di laboratorium
kepekaan terhadap antibiotika ini masih tinggi. Tingkat mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2011
kepekaan yang tinggi terhadap bakteri penyebab adalah erithromycin dan tingkat kepekaan tertinggi
pneumonia tersebut juga didapatkan berturut – turut adalah netilmicin.
terhadap Meropenem dan Sulbactam + Cefoperazone.
Meropenem merupakan antibiotika lini ketiga DAFTAR PUSTAKA
sedangkan Sulbactam + Cefoperazone merupakan
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil
antibiotika lini kedua. Paparan antibiotika ini terhadap
kesehatan Indonesia 2010. Jakarta. Kementrian
bakteri belum terlalu sering, oleh karena itu tingkat
Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
6,7
kepekaan terhadap antibiotika ini masih tinggi.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 566

2. Djoko W. Penyakit infeksi emerging dan re- 7. Mycek MJ, Harvey RA. Champe PC. Prinsip –
emerging dan dampaknya terhadap masalah prinsip terapi antimikroba. Dalam: Buku Ajar
kesehatan di Indonesia. Majalah Kedokteran Farmakologi. Edisi ke-2. Jakarta: Widya Medika;
Indonesia. 2005;55(3):181–6. 2001.hlm. 283 – 92.
3. Priyanti Z.S, Marase L, Ida B. Pneumonia komuniti, 8. Aru WS, Setiyohadi B, Alwi I. Pneumonia. Dalam:
pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-4.
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Jakarta: FKUI; 2006. hlm.801–18.
Indonesia; 2005. 9. Haider BA, Lassi ZS, Bhutta ZA. Short‐course
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. versus long‐course antibiotic therapy for
Pharmaceutical care untuk pasien infeksi saluran non‐severe community‐acquired pneumonia in
pernapasan. Jakarta: Departemen Kesehatan children aged 2 months to 59 months. Cochrane
Republik Indonesia; 2005. Database of Systematic Reviews. 2008 (diunduh
5. Price SA, Wilson LM. Penyakit pernapasan 24 April 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
restriktif. Dalam: Buku Ajar Patofisiologi Jilid 2. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. hlm. 700–15. 10. Agus S, Ikaningsih, Sudiro TM. Profil etiologi
6. Refdanita. Pola kepekaan kuman terhadap bakteremi dan resistensinya terhadap antibiotika di
antibiotika di ruang rawat intensif rumah sakit rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta tahun
Fatmawati Jakarta tahun 2001-2002. Makara 1999 – 2002. Majalah Kedokteran Indonesia.
Kesehatan. 2004;8(2):41-8. 2004;54(7):260–5.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)

Anda mungkin juga menyukai

  • 2 PL2
    2 PL2
    Dokumen7 halaman
    2 PL2
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Puskesmas
    Surat Keterangan Puskesmas
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Puskesmas
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • SMK3 Ini
    SMK3 Ini
    Dokumen90 halaman
    SMK3 Ini
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    100% (1)
  • Laporan Fix
    Laporan Fix
    Dokumen58 halaman
    Laporan Fix
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Rancangan
    Rancangan
    Dokumen106 halaman
    Rancangan
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Rancangan 1
    Rancangan 1
    Dokumen5 halaman
    Rancangan 1
    Septriyani Kaswindiarti
    Belum ada peringkat
  • Full
    Full
    Dokumen42 halaman
    Full
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • 9 Bab VI Alternatif Pemecahan Masalah
    9 Bab VI Alternatif Pemecahan Masalah
    Dokumen4 halaman
    9 Bab VI Alternatif Pemecahan Masalah
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat