Anda di halaman 1dari 6

ETIKA AUDITING

Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah
laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu (Sukamto , 1991 :
1dalam Suraida, 2005). Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna meningkatkan kinerja auditor, maka
auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga standar
perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan,
khususnya atas kinerja akuntan publik. Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan
akuntan professional. Label profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada
kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam membantu permasalahan
yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat.
Merujuk pada klasifikasi profesi secara umum, maka salah satu ciri yang membedakan
profesi-profesi yang ada adalah etika profesi yang dijadikan sebagai standar pekerjaan bagi para
anggotanya (Ariyanto, 2007). Etika profesi diperlukan oleh setiap profesi, khususnya bagi profesi
yang membutuhkan kepercayaan dari masyarakat, seperti profesi auditor. Masyarakat akan
menghargai profesi yang menerapkan standar mutu yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Selain itu, auditor juga harus menaati kode etik sebagai akuntan. Kode etik auditor merupakan
aturan perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi serta standar audit yang
merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai oleh auditor dalam menjalankan tugas
auditnya, apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor tersebut bekerja di bawah standar dan
dapat dianggap melakukan malpraktek (Jaafar, 2008). Devis (1984) dalam Anitaria (2011)
mengemukakan bahwa ketaatan terhadap kode etik hanya dihasilakan dari program pendidikan
terencana yang mengatur diri sendiri untuk meningkatkan pemahaman kode etik. Selanjutnya
sesuai rekomendasi panitia khusus AICPA dalam standar perilaku profesinal, menyarankan
diperlukan peningkatan kebutuhan pendidikan untuk profesi auditor, untuk meningkatkan
kesadaran auditor dalam menerapkan pedoman aturan atau kode etik yang lebih baik.
Secara umum etika menurut Suseno Magnis (1989 : 14) dan Sony Keraf (1991 : 20) bahwa
untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu sistem nilai
tentang bagaimana seseorang harus hidup sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam
ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkrit tentang bagaimana harus
hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana
menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Dimensi etika yang sering
digunakan dalam penelitian adalah :
1. kepribadian yang terdiri dari locus of control external dan locus of control internal
2. kesadaran etis
3. kepedulian pada etika profesi, yaitu kepedulian pada Kode Etik IAI yang merupakan
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai Akuntan Publik,
bekerja dilingkungan usaha pada instansi pemerintah maupun dilingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Untuk tujuan itu terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas
jasa dan kepercayaan.

Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut :
1. Tanggung jawab professional
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Objektifitas
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku professional
8. Standar teknis, harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang telah ditetapkan.
Perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima
secara umum, berhubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan membahayakan.
Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Karakteristik tersebut meliputi sifat, kemampuan, nilai, ketrampilan, sikap, dan
intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perilaku
merupakan perwujudan atau manifestasi karakteristik-karakteristik seseorang dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Maryani dan Ludigdo,2000). Perilaku etis juga didefinisikan
sebagai pelaksanaan tindakan fair sesuai hukum kontstitusional dan peraturan pemerintah yang
dapat diaplikasikan (Steiner dalam Reiss dan Mitra, 1998). Perilaku etis sering disebut sebagai
komponen dari kepemimpinan. Pengembangan etika merupakan hal yang penting bagi
kesuksesan individu sebagai pemimpin suatu organisasi (Morgan dalam Nugrahaningsih, 2005).

Pola perilaku etis dalam diri masing-masing individu (termasuk auditor) berkembang
sepanjang waktu. Oleh karena itu, setiap orang akan menunjukkan perubahan yang terus-menerus
terhadap perilaku etis. Perilaku akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, organisasi, lingkungan
organisasi, dan masyarakat umum. Perilaku etis seseorang juga sering kali mengacu pada apa
yang diyakini (Husein, 2003). Teori sikap dan perilaku dapat menjelaskan kinerja auditor yang
diukur dengan akuntabilitas auditor dan profesionalisme auditor dalam melaksanakan
pekerjaannnya. Jika seorang auditor memiliki sikap akuntabilitas yang tinggi dan menjunjung
profesionalismenya, maka kualitas auditor yang dihasilkan semakin baik. Artinya auditor dalam
menjalankan tugasnya harus memiliki sifat tanggung jawab terhadap pekerjaanya dan berperilaku
profesional serta indenpenden tanpa memihak kapada kepentingan siapapun. Apabila seorang
auditor melakukan tindakan yang tidak etis, yang tidak dilandasi kejujuran, tidak bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya serta tidak profesional dan independen dalam bersikap, maka
dikhawatirkan perilaku tersebut akan merusak nama baik profesi akuntan publik dan kepercayaan
masyarakat.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi
dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan
Marini 2003). Dengan adanya etika profesi akuntan, maka fungsi akuntan sebagai penyedia
informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis dapat dijalankan oleh para pelaku bisnis.
Kode Etik Profesi AICPA (Arens, 2003) menjadi standar umum perilaku yang ideal dan menjadi
peraturan khusus tentang perilaku yang harus dilakukan. Kode etik ini terdiri dari empat bagian:
prinsip-prinsip, peraturan etika, interpretasi atas peraturan etika, dan kaidah etika.

Pada dasarnya kegiatan auditing dilakukan oleh auditor, auditing adalah proses sistematis
untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Menurut Arens & Leobbecke ;
1998 dalam Sofyan, 2009 mengatakan auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan
seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan .Sedangkan menurut R.K Mautz,
Husain A sharaf ;1993 dalam Sofyan (2009) mendefinisikan auditing sebagai rangkaian praktek
dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya sedikit butuh penjelasan, diskripsi,
rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal sebagai teori.

Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan
audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini) apakah laporan
keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Laporan keuangan perusahaan yang
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) akan dipakai oleh berbagai pihak yang
berkepentingan (pimpinan perusahaan, pemegang saham, pemerintah, kreditur dan karyawan)
dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu audit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Hasil
akhir dari audit akuntan publik adalah pemberian opini akuntan publik, yang dalam penulisan
selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria
yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sangat penting agar hasil audit
tidak menyesatkan para penggunanya. Pemberian opini akuntan harus d) idukung oleh bukti audit
kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus senantiasa
menggunakan skeptisisme profesionalnya yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2001; SA,
seksi 230) agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini
akuntan.

Sedangkan auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam
semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 1995). Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik,
auditor adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
trsebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002). Auditor digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu (Mulyadi, 2002):
1. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh
kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai
informasi keuangan.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada
pemerintah
3. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara atau
swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan
organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi.
KAJIAN DAN KRITIK TERHADAP KASUS ETIKA DALAM AUDITING
Kasus Audit Kas/Teller Laporan Fiktif Kas di Bank BRI Unit Tapung Raya Kepala Bank
Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Telah terbukti melakukan
transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan keuangan. Perbuatan tersangka
diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu
23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan
kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat,diketahu iadanya transaksi gantung yaitu
adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRI Unit Pasir Pengaraian II ke BRI
Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan Masril, namun tidak disertai dengan
pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan,
Kepala BRI Tapung Raya ditetapkansebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar
karena mentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan.Kasus ini dilaporkan
oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian  Martha pegawai BRI Cabang
Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak pidana membuat atau menyebabkan adanya
pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan maupundalam dokumen laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP Perbankan).Tersangka dijerat pasal yang
disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan dangan ancaman hukuman 10 tahun,” kata Kapolres. Polres
Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta melakukan
koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang saksi telah
diperiksa dan meminta keterangan ahli. 

 Kajian
Menurut SFAC No.8, karakteristik kualitatif informasi dibagi menjadi dua yaitu
kualitas utama, terdiri darirelevance, faithfulldan kualitas pendukung yang terdiri dari
comparability, verifiability, timeliness, danunderstandability. Sehingga, Mulyadi (2002)
berpendapat bahwa, diperlukannya jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban laporan yang
disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya. Dalam hal ini, auditor harus memenuhi standar-
standar yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.Berdasarkan
PSA No. 4, terdapat tiga standar bagi auditor yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan. Audit judgmentini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan
etika auditor, pengalaman dan tekanan ketaatan. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai audit
judgmenttelah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Menurut penelitian Nuryanto dan Dewi
(2001), tinjauan etika atas pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan moral. Hasil
penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pemahaman nilai-nilai etika dengan
pengambilan keputusan. Semakin auditor memahami kode etik maka keputusan yang
diambil akan semakin mendekati kewajaran, adil dan bermoral.

Pengaruh Lingkungan Etika Terhadap Kualitas Audit Judgment


Berdasarkan teori atribut yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh internal sehingga Alim, dkk (2002) menyatakan bahwa atribut kualitas audit salah
satunya yaitu standar etika yang tinggi. Audit yang berkualitas sangat penting untuk
menjamin akuntan melakukan tanggung jawabnya kepada pengguna atau yang
mengandalkan kredibilitas laporan keuangan yang diaudit, dengan menegakkan etika yang
tinggi. Semakin tinggi suatu etika dalam KAP, maka semakin berkualitaslah judgment audit.
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan langsung
antara lingkungan etika dengan kualitas judgment audit.

Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Judgment


Choo dan Trotman (1991) dalam Alim, dkk (2007) melakukan penelitian yang
membandingkan antara auditor yang berpengalaman dengan auditor yang tidak
berpengalaman. Mereka menyatakan bahwa auditor berpengalaman menemukan banyak
sesuatu yang tidak umum dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara
auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam
menemukan sesuatu yang umum. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian oleh Tubbs
dalam Alim, dkk (2007) yang menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman akan
menemukan lebih banyak kesalahan pada item-item yang diperiksa dibandingkan dengan
auditor yang kurang berpengalaman. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengalaman
terebut berbanding lurus dengan kualitas judgment audit.

Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Kualitas Audit Judgment


Seorang auditor sering mengalami dilema dalam penerapan standar profesi auditor
pada pengambilan keputusannya. Kekuasaan klien dan pemimpin menyebabkan auditor
tidak independen lagi, karena ia menjadi tertekan dalam menjalankan pekerjaannya. Klien atau
pimpinan Pengalaman Auditor Kualitas Audit Judgment Tekanan Ketaatan Lingkungan Etika
dapat saja menekan auditor untuk melanggar standar profesi auditor. Hal ini tentunya akan
menimbulkan tekanan pada diri auditor untuk menuruti atau tidak menuruti dari kemauan
klien maupun pimpinannya. Sehingga terkadang tekanan ini dapat membuat auditor mengambil
tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Dari pernyataan sebelumnya, Jamilah,dkk (2007)
berkesimpulan bahwa tekanan ketaatan dapat diukur dengan keinginan untuk tidak memenuhi
keinginan klien untuk berperilaku menyimpang dari standar profesional akan menentang
klien karena menegakkan profesionalisme dan akan menentang atasan jika dipaksa
melakukan hal yang bertentangan dengan standar profesional dan moral.

 Kritik
Sebagai auditor yang profesional dan dapat dipercaya untuk melakukan kegiatan auditing,
sebaiknya seseorang auditor harus memeliki etika dan sikap moral yang tinggi agar tidak mudah
terjerumus kedalam masalah yang ada dalam auditing. Semua itu juga harus diperkuat oleh
keimanan seorang auditor agar selalu berbuat yang benar dalam segala pekerjaannya agar
terhindar dari hal-hal yang menyebabkan dosa bagi dirinya. Seseorang auditor harus memiliki itu
semua agar tidak tergoda dalam melakukan kecurangan dalam tugasnya yang nantinya bisa
merugikan banyak orang dan nantinya akan menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri. Sebagai
seorang pekerja yang memiliki resiko besar, auditor harus bisa disiplin, bertanggung jawab, dan
berpegang teguh pada etika profesi auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, M. T., & RAHARDJO, R. (2011). Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor Dan
Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di
Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Noverio, R., & Dewayanto, T. (2011). Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas
dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Putri, P. A., & Laksito, H. (2013). Pengaruh lingkungan etika, pengalaman auditor dan tekanan
ketaatan terhadap kualitas audit judgment. Diponegoro Journal of Accounting, 383-393.
Sari, N. N., & Laksito, H. (2011). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas,
Integritas, Kompetensi Dan Etika Terhadap Kualitas Audit (Doctoral dissertation, Universitas
Diponegoro).
Silalahi, S. P. (2013). Pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan situasi audit terhadap
skeptisme profesional auditor. Jurnal Ekonomi, 21(03).
Suraida, I. (2005). Pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap
skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan
publik. Sosiohumaniora, 7(3), 186.

Anda mungkin juga menyukai