Anda di halaman 1dari 15

Makalah

KIMIA FARMASI
ANTIBIOTIK DAN TURUNANYA

Oleh

Kelompok I
1. Muhammad Fadel Otoluwa (821319036)
2. Agnes Nyungo (821319040)
3. Novita R. Djali (821319073)
4. Putri Lestari Febriani (821319069)
5. Rizka Ananda Yusuf (821319050)
6. Siti Gustiawati Kiay (821319043)
7. Sulistiawati Panyue (821319046)
8. Syaadilla S. Bunta (821319071)
9. Vanessa Suak (821319059)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini kami tulis dengan bahasa sederhana bertujuan agar mudah
dipahami oleh pembaca. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu hingga selesainya makalah ini. Adapun makalah yang akan kami
presentasikan pada kesempatan kali ini mengenai materi Antibiotik dan
Turunannya.
Dengan demikian Insya Allah makna dan tujuan makalah ini akan
tersalurkan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan baik bagi dosen
pembimbing maupun pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan kelengkapan makalah ini. Atas perhatian para pembaca, kami
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Desember 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II ISI ............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Antibiotik ................................................................................. 3
2.2 Penggolongan Antibiotik ........................................................................... 3
2.3 Turunan Antibiotik .................................................................................... 7
2.4 Penggunaan Antibiotik............................................................................... 7
2.5 Mekanisme Antibiotik .............................................................................. 7
2.6 Kombinasi Antibiotik................................................................................. 8
2.7 Efek Samping Antibiotik ........................................................................... 9
2.8 Penggunaan Antibiotik yang Rasional ....................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh
Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa
tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn, P. Notatum. engan penemuan antibiotik
ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan
angka kesembuhan yang sangat bermakna.
Penggunaan antibiotik dalam pengobatan untuk manusia sudah
dimulai sejak tahun 1940. Selama 63 tahun, penggunaan antibiotik semakin
luas. Hal ini mengakibatkan meluasnya potensi resistensi bakteri.
Antibiotik memiliki dua efek utama, secara terapeutik obat ini
menyerang organisme infeksius dan juga mengeliminasi bakteri lain yang
bukan penyebab penyakit. Efek lainnya adalah menyebabkan perubahan
keseimbangan ekosistem antara strain yang peka dan yang resisten,
konsekuensinya adalah gangguan ekologi mikrobial alami. Perubahan ini
menyebabkan timbulnya jenis bakteri yang berbeda jenisnya atau varian
resisten dari bakteri yang sudah ada.
Penggunaan antibiotik dalam jumlah yang banyak dan penggunaannya
yang salah diduga sebagai penyebab utama tingginya jumlah patogen dan
bakteri komensal resisten di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan peningkatan
kebutuhan akan antibiotik-antibiotik baru. Pengurangan jumlah kejadian
penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan cara terbaik untuk
melakukan kontrol terjadinya resistensi bakteri.
Konsep mengontrol penggunaan obat ini sering disebut dengan
pengobatan yang rasional. Atau secara sederhana diartikan sebagai
“meresepkan obat yang tepat, dalam dosis yang adekuat untuk durasi yang
cukup dan sesuai dengan kebutuhan klinis pasien serta dengan harga yang
paling rendah”. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) Global
Strategy, penggunaan antibiotik yang tepat adalah penggunaan antibiotik

1
yang efektif dari segi biaya dengan peningkatan efek terapeutik klinis,
meminimalkan toksisitas obat dan meminimalkan terjadinya resistensi.
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat
antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa
ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang
berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh
mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan
mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan
terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua
ini bertujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan
efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat
resistensi.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apa pengertian antibiotik?
2. Bagaimana penggolongan antibiotik?
3. Bagaimana penggunaan antibiotik?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan umum membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Farmakologi dan beberapa tujuan khususnya yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotik.
2. Untuk mengetahui tentang penggunaan, kombinasi dan efek samping
antibiotik.

2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang
dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa
sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme,
yang dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).
2.2 Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
2.2.1 Golongan antibiotik
Berdasarkan struktur kimia antibiotik (Tjay & Rahardja, 2007).
a. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin,
sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan monosiklik, dan
golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen
antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium
chrysognum.
b. Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-
jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan
turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga gula-amino di dalam
molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Spektrum kerjanya luas
dan meliputi terutama banyak bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif
terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah
bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin,
gentamisin, amikasin, neomisin, dan paranomisin.

3
c. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya
melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.
Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.
Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan
gram negatif serta kebanyakan bacilli. Tidak efektif Pseudomonas dan
Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba khusus Chlamydia trachomatis
(penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin), dan beberapa
protozoa (amuba) lainnya. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan
monosiklin.
d. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap terutama
bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme
kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga
sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau sering dapat
menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak teratur, agak sering
menimbulkan efek samping lambung-usus, dan waktu paruhnya singkat.
e. Antibiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh srteptomyces lincolnensis
(AS 1960). Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit
daripada makroli dan terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob.
Berhubung efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila terdapat
resistensi terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.
f. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat
bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap
enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan.
Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK)
tanpa komplikasi.
g. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum
luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif
dan sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan
perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol.

2.2.2 Sifat antibiotik

4
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat
bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid (Anonim, 2008) :
Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan
agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting
secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam eliminasi
akhir patogen bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi
pada pasien immunocompromised dimana menggunakan agenagen bakteris
ida (Neal, 2006).
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan
mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat
minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik tertentu
aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila
kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Anonim, 2008).
2.2.3 Mekanisme kerja antibiotik
Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompo
kkan sebagai berikut (Stringer, 2006) :
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal dengan cara
memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding
sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam seperti penisilin,
sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel
lainnya seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.
b. Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau
bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu
sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat- obat
yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri seperti
aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin,
oksazolidinon, kloramfenikol.
c. Mengubah permeabilitas membran sel memiliki efek bakteriostatik dan
bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh
karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat-

5
obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B,
gramisidin, nistatin, kolistin.
d. Menghambat sintesa folat mekanisme kerja ini terdapat pada obat-
obat seperti sulfonamide dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorb
si asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (asam para amino
benzoat), dan glutamat. Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan
vitamin dan kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu
target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa antimikroba.
e. Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat
seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam
deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA.
DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan
terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat
replikasi DNA.
2.2.4 Aktivitas antibiotik
Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut
(Kee, 1996) :
a. Antibiotika spectrum luas (broad spectrum) contohnya seperti tetrasikln
dan sefalosporin efektif terhadap organism baik gram positif maupun gram
negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati
penyakit infeksi yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan
dan sensitifitas.
b. Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama
efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan
eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka
obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut
daripada antibiotik berspektrum luas.
2.2.5 Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik
terhadap kuman yaitu (Anonim, 2008) :

6
a. Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya
bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar
Hambat Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin, sefalosporin,
linezoid, dan eritromisin.
b. Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotic akan menghasilka
n daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar,
tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu lama.
Contohnya pada antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid.
2.3 Turunan Antibiotik
Terdapat banyak jenis antibiotik dengan berbagai nama dan merek. Setiap
jenis antibiotik hanya bekerja terhadap beberapa jenis bakteri atau parasit tertentu,
sehingga membuat antibiotik memiliki berbagai golongan dengan fungsinya
masing-masing. Jenis golongan antibiotik yang utama meliputi:
a) Penicillin, contohnya penicillin G, ampicillin, nafcillin, oxacycline,fluclox
acillin, dan amoxicillin.
b) Cephalosporin, contohnya cefaclor, cefixime, cefotetan, cefadroxil, cefalex
in, cefpirome, dan cefepime.
c) Aminoglycoside, contohnya gentamicin, amikacin, kanamycin, neomycin,
dan tobramycin.
d) Macrolide, contohnya erythromycin, azithromycin, clarithromycin, clinda
mycin, dan dirithromycin.
e) Carbapenem, contohnya ertapenem, emienem, dan meropenem.
f) Monobactam, contohnya Aztreonam.
g) Quinolones, contohnya ciprofloxacin, levofloxacin, dan norfloxacin.
2.4 Penggunaan Antibiotik
Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan bahwa lebih dari
70% pasien diresepkan antibiotik. Dan hampir 90% pasien mendapatkan suntikan
antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan. Hasil sebuah studi pendahuluan di
New Delhi mengenai persepsi masyarakat dan dokter tentang penggunaan
antibiotik, 25% responden menghentikan penggunaan antibiotik ketika pasien
tersebut mulai merasa lebih baik, akan tetapi pada kenyataanya penghentian

7
pemberian antibiotik sebelum waktu yang seharusnya, dapat memicu resistensi
antibiotik tersebut.
Pada 47% responden, mereka akan mengganti dokternya jika dokter tersebut
tidak meresepkan antibiotik, dan 18% orang menyimpan antibiotik dan akan
mereka gunakan lagi untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya, sedangkan
53% orang akan mengobati dirinya sendiri dengan antibiotik ketika sakit. Dan 16%
dokter meresepkan antibiotik pada pasien dengan demam yang tidak spesifik, 17%
dokter merasa pasien dengan batuk perlu antibiotik, 18% dokter
merekomendasikan antibiotik untuk diare dan 49% dokter mengobati telinga
bernanah dengan antibiotik. Penggunaan dan penggunaan antibiotik yang terlalu
berlebihan tersebut dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik (WHO, 2011).
2.5 Mekanisme Antibiotik
Bentuk antibiotik bisa bermacam-macam, mulai dari tablet, kapsul, sirup,
krim, hingga obat oles. Dokter akan meresepkan jenis antibiotik sesuai dengan
infeksi yang dialami seseorang. Mekanisme kerja antibiotik dalam membunuh
bakteri terjadi lewat beberapa cara yaitu:
a) Menghancurkan dinding tubuh bakteri
b) Mengganggu proses reproduksi bakteri
c) Menghentikan produksi protein dari bakteri
Mekanisme kerja antibiotik akan langsung dimulai sesaat setelah Anda
mengonsumsinya. Namun kapan gejala atau rasa sakit bisa membaik sangat
bergantung pada kondisi tubuh setiap orang dan karakteristik dari bakteri yang
menyerangnya.
2.6 Kombinasi Antibiotik
Kombinasi antimikroba digunakan pada infeksi berat yang belum
diketahui dengan jelas kuman-kuman penyebabnya. Dalam hal ini pemberian
kombinasi antimikroba ditujukan untuk mencapai spektrum antimikrobial yang
seluas mungkin. Selain itu, kombinasi antimikroba juga digunakan untuk
mencapai efek sinergistik dan juga untuk menghambat timbulnya resistensi
terhadap obat-obatan antimikroba yang digunakan.
2.7 Efek Samping Antibiotik

8
Efek samping dapat berupa efek toksik, alergi, atau biologis. Efek
samping seperti paralisis respiratorik dapat terjadi setelah instilasi neomicin,
gentamicin, tobramycin, streptomycin atau amikacin secara intraperitoneal
atau intrapleural. Erithromycin estolac sering menyebabkan hepatitis kolestatik.
Antibiotik seperti rifampicin, cotrimoxazole dan isoniazide potensial
hematotoksik dan hepatotoksik. Pemakaian chloramphenicol yang melampaui
batas keamanan akan menekan fungsi sumsum tulang dan berakibat anemia
dan neutropenia. Anemia aplastik secara eksplisit merupakan efek samping
yang dapat mengakibatkan kematian pasien setelah pemakaian chloramphicl.
Efek samping alergi terutama disebabkan oleh penggunaan penicilin
dan cephalosporin. Keadaan yang paling jarang adalah kejadian syok anafilaktik.
Kejadian yang lebih sering timbul adalah ruam dan urtikaria. Efek samping
biologis disebabkan karena pengaruh antibiotik terhadap flora normal di kulit
maupun di selaput-selaput lendir tubuh. Biasanya terjadi pada penggunaan
obat antimikroba berspektrum luas.
Di lingkungan rumah sakit selalu dikhawatirkan penyebaran dari jenis
kuman Meticillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Enterokolitis yang
berat dan yang membutuhkan pengobatan intensif dapat juga disebabkan
oleh penggunaan antibiotik seperti clindamycin, tetracycline dan obat antibiotik
berspektrum luas lainnya.
2.8 Penggunaan Antibiotik yang Rasional
Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten adalah dengan
menggunakan antibiotika secara tepat dan rasional. Pengobatan rasional
dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan pengobatan sesuai dengan kebutuhan
klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan individunya, untuk waktu yang
cukup dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi diri dan komunitasnya
(Darmansjah, 2011). WHO menyatakan bahwa lebih dari setengah penggunaan
obat diberikan secara tidak rasional (WHO, 2001). Menurut WHO, kriteria
pemakaian obat yang rasional, antara lain :
a. Sesuai dengan indikasi penyakit Pengobatan didasarkan atas keluhan
individual dan hasil pemeriksaan fisik.

9
b. Diberikan dengan dosis yang tepat Pemberian obat memperhitungkan
umur, berat badan dan kronologis penyakit.
c. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat. Jarak
minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan.
d. Lama pemberian yang tepat. Pada kasus tertentu memerlukan pemberian
obat dalam jangka waktu tertentu.
e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin. Hindari
pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan
penyakit.
f. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Jenis obat mudah
didapatkan dengan harganya relatif murah.
g. Meminimalkan efek samping dan alergi obat

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik
yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini.

10
Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang
berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh
mikroba.
Pemberian antibiotik secara rasional meliputi pemilihan tepat jenis,
dosis, cara pemberian dan penghentian obat yang berkualitas baik yang
manfaatnya sudah terbukti, aman pada pemakaian dan terjangkau harganya
oleh pasien.
3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya
dapat lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli. (2014). Pemilihan Antibiotik yang Rasional. Jakarta

A.S & Locke, H.J. (1960). The Family from Instituation to Companionship 2 nd
edition. New York : American Book Company.

Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran dengan Humor. Jakarta:

Gondo, Harry Kurniawan. (2007) Penggunaan Antibiotika Pada Kehamilan.

Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit.
Erlangga

Stinger R., 2002. Leadership an organization climate. New Jersey: Prentice Hall.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja .2007. Obat-obat Penting. Jakarta.
Gramedia. hal 70-88

WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention, and Control:


Aguide For Programme Managers

Anda mungkin juga menyukai