Anda di halaman 1dari 5

Perjuangan Sang Ibu

Kesulitan perekonomian yang melanda Ibu Maimunah bersama suaminya, Bapak Abdullah, dalam
menghidupi keluarganya disebuah lokasi padat penduduk membuat pasangan suami istri ini berusaha
mencari jalan keluar yang terbaik.

Dalam adat Jawa ketika itu muncul pandangan bahwa semakin banyak anak semakin banyak rezeki.
Selain itu Ibu Maimunah dan suamianya adalah keluarga yang taat beragama dan memegang teguh
untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi karena menurut mereka dosa karena membunuh calon
kehidupan baru.

Dengan pemahaman itu tidak salah jika akhirnya keluarga ini memiliki 7 anak 4 putri dan 3 putra .
Waktu terus berputar, anak-anak Ibu Maimunah dan Bapak Abdullah membutuhkan biaya yang sangat
tinggi, tetapi perekonomian keluarga sangat lemah, sehingga mulai timbul pertengkaran - pertengkaran
kecil antara Ibu Maimunah dan Bapak Abdullah dihadapan putra-putri mereka.

Pertengkaran itu memuncak ketika sang suami berencana menitipkan anak kedua dan anak
bungsunya dirawat dan dibesarkan di rumah adik kandung sang suami yang kaya raya.
Sore itu terasa begitu aneh dan mencekam perasaan gundah dan sedih berkecamuk di hati Ibu
Maimunah yang tinggal disebuah kontrakan bersama ketujuh anaknya yang masih kecil-kecil. Hingga
malam tiba, apa yang ditakutkan Ibu Maimunah menjadi kenyataan yang harus dihadapi, rasa takut
kehilangan putri kedua dan putra bungsunya yang akan dititipkan kepada adik sang suami.

Dengan sekuat tenaga dan berurai air mata Ibu Maimunah mempertahankan kedua anaknya
tersebut. Tetapi usaha Ibu Maimunah yang dibantu oleh anak-anaknya yang lain sia-sia karna sang
suami bersama adik kandungnya berhasil merebut si bungsu dengan paksa. Suasana haru semakin pecah
ketika anak kedua mengatakan kepada sang ibu demikian:
“ibu ku yang baik hati, jikalau saya memang dapat mengurangi beban hidup keluarga ini dengan
di titipkan di rumah tante, saya bersedia, biarkan semua terjadi seperti kehendak Allah SWT kepada
kita”.

Walupun masih remaja, anak kedua Ibu Maimunah ini sangat rajin beribadah dan selalu menjadi
penyejuk ketika suasana rumah memanas akibat pertengkaran-pertengkaran.
Sejak kejadian itu Ibu Maimunah beserta anak-anaknya mengalami luka batin yang mendalam. Timbul
rasa kurang simpati kepada sang suami sekaligus sang Ayah yang sangat otoriter dan lebih memihak
kepada tante.

Waktu terus berlalu dan kondisi ekonomi Ibu Maimunah bertambah berat. Ketika sang suami
tidak lagi berkerja. Ibu Maimunah yang sudah tidak muda lagi. Memutuskan untuk mencari perkerjaan
apapun, yang penting sang suami dan anak-anak tercintanya dapat makan dan melanjutkan sekolah.

Sudah lima hari Ibu Maimunah berusaha masuk dari pintu ke pintu untuk menjadi pembantu,
tetapi belum juga menemukan hasil. Sampai akhirnya melalui jasa transportasi yang mau menerima Ibu
Maimunah sebagai pembantu. Tak pernah berhenti di bibir Ibu Maimunah mengucap syukur kepada
Allah SWT. Dengan upah 10.000 / hari. Ibu Maimunah tak pernah mengeluh. Ia selalu giat berkerja
walaupun terserang penyakit komplikasi yang menggerogotinya sejak kebahagiaannya dengan putri
kedua dan putra bungsunya direnggut darinya.
Ibu Maimunah menyadari bahwa upah 10.000 /hari tidak akan cukup untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari dan untuk besekolah. Ibu Maimunah menyadari betul bahwa kondisi seperti ini
akan berdampak buruk bagi anak-anaknya.
Anak-anak Ibu Maimunah yang hidup dengan kondisi mental yang “sakit “ dan tidak mendapatkan hak
yang wajar berkembang menjadi anak-anak tanpa rasa percaya diri. Sehingga mereka sering dikucilkan
dan dihina oleh teman-temanya. Meskipun demikian, anak-anak Ibu Maimunah beruntung karena sang
Ayah yang sudah berubah memberikan anak-anaknya dorongan dan pendampingan sehingga mereka
berkembang dan mempunyai semangat hidup dengan perjuangan yang sangat tinggi.

Tempaan hebat membuat Ibu Maimunah selalu berpasrah diri kepada Allah SWT. Ibu
Maimunah sangat bersyukur sang suami telah berubah menjadi suami yang baik, satu persatu doa Ibu
Maimunah terkabul walaupun perosesnya memakan waktu yang lama. Ibu Maimunah sangat bahagia
akan tetapi, kebahagiannya tidaklah bertahan lama karena ternyata Allah SWT berkehendak lain.

Semakin hari Ibu Maimunah semakin lemah. Penyakit diabetesnya mulai menyerang gusinya
sehingga semua giginya tanggal. Belum lagi fungsi ginjal dan jantung yang sudah tidak optimal telah
membuat Ibu Maimunah harus masuk rumah sakit berkali-kali. Ibu Maimunah merasa waktunya sudah
dekat sehingga ia mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadap Allah SWT dan meninggalkan
pesan kepada suami dan anak-anaknya:

“ Suamiku, aku bangga memiliki suami sepertimu yang selalu setia menemaniku dalam keadaan
suka dan duka banyak hal yang telah kita lewati bersama. Semua orang pernah melakukan kesalahan
begitu pula engkau, tetapi saya telah memaafkanmu dan saya juga meminta maaf kepadamu jika selama
saya hidup peran saya sebagai istri tidak maksimal. Saya selalu mencintaimu suamiku.

“Anak-anakku, Ibu telah berusaha sekuat tenaga untuk kalian, tetapi Ibu sadar bahwa semua
usaha itu belum bisa membuat kalian bahagia. Jadikanlah pengalaman pahit dalam hidup kalian sebagai
cambuk terus berjalan di jalan Allah SWT. Jagalah Ayahmu, doakanlah semua orang yang pernah
membuat kita semua terluka batin. Sebagai anak tentu kalian pernah menyakiti Ibu melalui pikiran,
perkataan, perbuatan, tetapi Ibu selalu memaafkan kalian. Ibu bersyukur diberikan anak-anak seperti
kalian sebagai curahan hidup Ibu, dan pada saat ini juga Ibu minta maaf kepada kaian, anak-anakku, bila
peran Ibu sebagai Ibu belum maksiamal.

Dengan tiga kali hentakan nafas, Ibu Maimunah berpulang di pangkuan sang suami tercinta dan
anak-anaknya. Dengan wajah yang tersenyum kini ia telah bebas dari sakit lahir dan bathinnya dengan
akhir hidup yang indah yang telah persiapkanya dengan baik.

Pengatar Pendidikan

1. Dampak Positif dan Negative yang terjadi akibat Pandemik dari segi proses pembelajaran :
A. Dampak Positif
1. Memicu percepatan transformasi Pendidikan.
Pandemi yang datang menyebabkan penutupan sekolah dalam upaya menghentikan
pergerakan pandemi. Sebagai gantinya pemerintah memberlakukan sistem Pendidikan jarak jauh
yang berbasis teknologi tentu mengharuskan Lembaga Pendidikan, guru, siswa bahkan orang tua
agar mampu dan cakap menggunakan teknologi.

2. Banyak munculnya aplikasi belajar online.


Banyak munculnya aplikasi belajar online membuat belajar # DariRumahAja tetap dapat
dilakukan dengan efektif. Aplikasi-aplikasi belajar online dikembangkan dengan penyediaan fitur-
fitur yang memudahkan dalam melakoni belajar online.

3. Banyaknya kursus online gratis.


Kursus online gratis mulai marak di tengah pandemi .Banyak Lembaga bimbingan belajar
memberikan kursus online gratis atau ada yang memberikan dengan potongan harga.

4. Munculnya kreatifitas tanpa batas.


Pandemi corona membuat ide-ide baru bermunculan. Para ilmuan, peneliti, dosen bahkan
mahasiswa berupaya melakukan eksperimen-eksperimen.

5. Kolaborasi Orang Tua dan Guru.


Selama masa pandemi ini peserta didik tentu akan akan menghabiskan waktu bejara di rumah.
Dimana ini menuntut adanya kolaborasi yang inovatif anatara orang tua dan guru sehingga peserta
didik tetap bisa menjalani belajar online dengan efektif

6. Penerapan ilmu di tengah keluarga.


Saat semua sekolah ditutup dan #BelajarDariRumah menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk
menerapkan ilmu di tengah keluarga. Baik hanya sekedar membuka diskusi kecil atau dengan
mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada keluarga.

B. Dampak Negatif
a. Ancaman putus sekolah
Anak beresiko putus sekolah lantaran terpaksa bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
b. Penurunan capaian belajar
Dinas Pendidikan menemukan adanya perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak
jauh. Tidak hanya kuliatas dan akses, jenjang Pendidikan juga punya permasalahan-permasalahan
yang spesifik.
c. Korban KDRT
Tanpa sekolah anak berpontesi menjadi korban kekerasan rumah tangga yang tidak terdektesi
guru.
d. Keterbatasan gawai dan kuota internet sebagai fasilitas penunjang belajar daring.
e. Anak beriko kehilangan pembelajaran atau learning loss
f. Anak kurang bersosialisasi

2. Komponen-komponen besar dari sistem Pendidikan Nasiaonal :


a. Satuan Pendidikan Sekolah merupakan bagian dari sistem Pendidikan yang bersifat formal
berjenjang dan berkesinambungan. Dilihat dari jenjangnya, Pendidikan Sekolah di bagi menjadi
Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Dilihat
dari sifatnya, Pendidikan sekolah dapat diklasifikasikan lagi menjadi Pendidikan Umum,
Pendidikan Kejuruan, Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Kedinasan, Pendidikan Keagamaan,
Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesional.
b. Satuan Pendidikan luar sekolah meliputi Pendidikan dalam keluarga, Pendidikan melalui
kelompok-kelompok belajar, kursus-kursus dan satuan-satuan Pendidikan lain yang sejenis.
Pendidikan pada satuan Pendidikan ini bisa bersifat informal, maupun formal.

KOMPUTER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Nama : Sumayya
NIM : 016190925

Hal yang perlu disiapkan :


(1) Alat Mandi Pribadi
(2) Makanan dan Minuman ringan
~Pada Era Adaptasi Kebiasaan Baru, Saya Harus Tetap Semangat Belajar~

No Jenis Kendaraan Jumlah


1 Mobil Sedan 1.750
2 Motor dua roda 21.000

Anda mungkin juga menyukai