Disusun oleh:
Kelompok 10 Biologi 18 C
NURHIKMAH HR
NIM 105441105218
SELMI PUSPITASARI
NIM 105441104218
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah
yang terdiri dari Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II Aturan Tambahan).
Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat terdapat
rumusan dari Pancasila, dan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari
20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72 pasal (pasal 1 sampai dengan pasal
37), ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Bab IV tentang DPA dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak lagi
merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945
merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan bagian-
bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
Naskahnya yang resmi telah dimuat dan disiarkan dalam “Berita Republik
Indonesia” Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946, suatu penerbitan
resmi Pemerintah RI. Sebagaimana kita ketahui Undang-Undang Dasar 1945 itu
telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoneisa (PPKI) dan mulai
berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945.
Rancangan UUD 1945 dipersiapkan oleh suatu badan yang bernama Badan
Penyelidik Usaha-usaha Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai, suatu badan bentukan Pemerintah Penjajah Jepang
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka persiapan
kemerdekaan Indonesia.
Dengan demikian pengertian UUD 1945 adalah sebagai berikut:
UUD 1945
PEMBUKAAN
Terdiri dari 4 ALINEA
ALINEA 4 Terdapat rumusan Sila-sila dari Pancasila
dan
PASAL-PASAL
Terdiri dari Bab I s.d. Bab XVI (20 Bab)
Pasal 1 s.d. Pasal 37 (72 Pasal), ditambah 3 Pasal Aturan Peralihan 2 Pasal
Aturan Tambahan UUD 1945 :
- Dirancang oleh BPUPKI
- Ditetapkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945
- Disiarkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7 Tanggal 15
Februari 1946 (naskah “Penjelasan” telah dihapuskan berdasarkan
amandemen keempat UUD 1945).
v BENTUK NEGARA
Permasalahan yang paling pokok di dalam mendirikan suatu negara adalah bagaimanakah
bentuk negara yang dikehendaki untuk didirikan? Karena permasalahan tersebut pada akhirnya
akan menentukan tata penyelenggaraan negara selanjutnya, misalnya kepala negara, sistem
pemerintahan, sistem kabinet yang dianut, dan lain sebagainya.
Kita telah mengetahui bahwa banyak bentuk negara yang dapat dijumpai di dunia ini, misalnya
Amerika Serikat yang berbentuk negara serikat yang terdiri dari beberapa negara bagian
(federal), Inggris yang berbentuk monarkhi (kerajaan), Filipina yang berbentuk republik, dan
lain-lainnya.
Sekarang bagaimanakah bentuk negara kita? Mari kita sama-sama menganalisa dari ketentuan
yang ada berdasarkan konstitusi UUD 1945. Mari kita lihat pada Alinea keempat dari
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan ………”. Dari rumusan tersebut nampaklah bahwa para founding fathers
kita sejak semula menghendaki terbentuknya suatu negara kesatuan, negara yang bersatu
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, pokok pikiran adanya negara persatuan.
Rumusan Alinea tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
yang berbunyi: “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik” Bunyi Pasal
1 ayat (1) UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan
yang berbentuk “Republik”.
Bangsa Indonesia memilih bentuk negara yang dinamakan Republik yang merupakan suatu pola
yang mengutamakan pencapaian kepentingan umum (res publica) dan bukan kepentingan
perseorangan atau kepentingan golongan, dan
ini merupakan kesejahteraan yang ingin dicapai dalam hidup berkelompok (aspek homo
ekonomikus).
Dengan demikian idee untuk membentuk negara selain Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tidak mendapatkan tempat dalam konstitusi Republik Indonesia. Dalam Pasal 37 ayat (5) UUD
1945 dinyatakan bahwa khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.
UUD 1945 KURUN WAKTU PERTAMA
UUD 1945 berlaku dalam dua kurun waktu. Berlakunya UUD 1945 dalam kurun
waktu pertama dari tanggal 18 Agustus 1945 hingga tanggal 27 Desember 1949.
Dalam kurun waktu 1945-1949 sistem pemerintahan dan lembaga-lembaga
negara belum berjalan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, karena situasi
yang tidak memungkinkan dimana dalam kurun waktu 1945-1949, pihak kolonial
Belanda ingin menjajah kembali Indonesia yang sudah merdeka. Karena
lembaga-lembaga negara (MPR, DPR, DPA) belum dapat dibentuk, PPKI
menetapkan Komite Nasional sebagai pembantu Presiden, untuk pembenarannya
diberlakukan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945. Sistem Kabinet Presidensial
yang harus dilaksanakan menurut UUD 1945 diubah menjadi Kabinet
Parlementer.
Antara kurun waktu pertama dan kurun waktu kedua berlakunya UUD 1945
berlaku konstitusi RIS dari tanggal 27 Desember 1949 hingga tanggal 17 Agustus
1950. Konstitusi RIS tidak berlaku di negara Republik Indonesia yang beribukota
Jogjakarta yang tetap memberlakukan UUD 1945.
Selanjutnya sejak tanggal 17 Agustus 1950 hingga tanggal 5 Juli 1959 berlaku
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Setelah itu ditetapkan
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 merupakan dasar hukum berlakunya UUD
1945 dalam kurun waktu kedua hingga sekarang (sebelum diamandemen).
Dalam kurun waktu pertama dari tahun 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, sebagaimana yang tercantum daIam UUD 1945 karena
kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan. Hal ini disebabkan karena dalam
kurun waktu tahun 1945-1949 Indonesia memusatkan segala upaya untuk
mempertahankan kemerdekaan, karena pihak kolonial Belanda ingin menjajah
kembali Indonesia yang sudah merdeka.
Hal-hal yang dapat dicatat dalam kurun waktu 1945-1949 adalah sebagai
berikut:
1. Lembaga-lembaga tinggi negara belum dapat dibentuk berdasarkan
ketentuan UUD 1945, karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan
tersebut di atas, oleh karena itu PPKI menetapkan Komite Nasional sebagai
pembantu Presiden, untuk pembenarannya dicantumkan pasal IV Aturan
Peralihan.
2. Diperlakukan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 (asli).
Karena lembaga-lembaga negara yang tercantum dalam UUD 1945 belum
dapat dibentuk karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan maka
diberlakukan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi : "Sebelum
MPR, DPR, DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan
oleb Presiden dengan bantuan Komite Nasional".
Berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945, kekuasaan Presiden
sangat besar karena meliputi kewenangan semua lembaga-lembaga tinggi
negara, sedangkan Komite Nasional hanya berfungsi sebagai pembantu
Presiden.
3. Ada dua penyimpangan konstitusional yang terjadi karena kekuasaan
Presiden yang sangat besar berdasarkan pasal IVAturan Peralihan, yaitu :
a. Berubahnya fungsi Komite Nasional Pusat Komite Nasional Pusat yang
semula hanya sebagai pembantu Presiden menjadi badan yang
memegang kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis
Besar daripada Haluan Negara berdasarkan maklumat Wakil Presiden
No. X tanggal 16 Oktober 1945.
b. Perubahan sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer
Berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BPKNIP) pada tanggal 11 Nopember 1945, yang kemudian disetujui
oleh Presiden, dan diumumkan dengan maklumat pemerintah tanggal
14 Nopember 1945 maka sistem kabinet presidensial diganti dengan
sistem kabinet parlementer.
Sejak tanggal 14 Nopember 1945, kekuasaan pemerintah tidak dipegang oleh
Presiden, tetapi dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet
dengan para menteri sebagai anggota kabinet yang secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri. Para menteri dan perdana menteri bertanggung jawab kepada
KNIP yang berfungsi sebagai DPR.
Bahwa dalam kurun waktu 1945-1949 di dalam situasi dimana bangsa Indonesia
dalam upaya memepertahankan kemerdekaan dari pihak kolonial Belanda,
sistem pemerintahan sering berubah dari sistem presidensial menjadi sistem
parlementer dan sebaliknya.UUD 1945 KURUN WAKTU PERTAMA
UUD 1945 berlaku dalam dua kurun waktu. Berlakunya UUD 1945 dalam kurun
waktu pertama dari tanggal 18 Agustus 1945 hingga tanggal 27 Desember 1949.
Dalam kurun waktu 1945-1949 sistem pemerintahan dan lembaga-lembaga
negara belum berjalan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, karena situasi
yang tidak memungkinkan dimana dalam kurun waktu 1945-1949, pihak kolonial
Be1anda ingin menjajah kembali Indonesia yang sudah merdeka. Karena
lembaga-lembaga negara (MPR, DPR, DPA) belum dapat dibentuk, PPKI
menetapkan Komite Nasional sebagai pembantu Presiden, untuk pembenarannya
diberlakukan Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945. Sistem Kabinet Presidensial
yang harus dilaksanakan menurut UUD 1945 diubah menjadi Kabinet
Parlementer.
Antara kurun waktu pertama dan kurun waktu kedua berlakunya UUD 1945
berlaku konstitusi RIS dari tanggal 27 Desember 1949 hingga tanggal 17 Agustus
1950. Konstitusi RIS tidak berlaku di negara Republik Indonesia yang beribukota
Jogjakarta yang tetap memberlakukan UUD 1945.
Selanjutnya sejak tanggal 17 Agustus 1950 hingga tanggal 5 Juli 1959 berlaku
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Setelah itu ditetapkan
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 merupakan dasar hukum berlakunya UUD
1945 dalam kurun waktu kedua hingga sekarang (sebelum diamandemen).
Dalam kurun waktu pertama dari tahun 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, sebagaimana yang tercantum daIam UUD 1945 karena
kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan. Hal ini disebabkan karena dalam
kurun waktu tahun 1945-1949 Indonesia memusatkan segala upaya untuk
mempertahankan kemerdekaan, karena pihak kolonial Belanda ingin menjajah
kembali Indonesia yang sudah merdeka.
Hal-hal yang dapat dicatat dalam kurun waktu 1945-1949 adalah sebagai
berikut:
1. Lembaga-lembaga tinggi negara belum dapat dibentuk berdasarkan
ketentuan UUD 1945, karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan
tersebut di atas, oleh karena itu PPKI menetapkan Komite Nasional sebagai
pembantu Presiden, untuk pembenarannya dicantumkan pasal IV Aturan
Peralihan.
2. Diperlakukan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 (asli).
Karena lembaga-lembaga negara yang tercantum dalam UUD 1945 belum
dapat dibentuk karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan maka
diberlakukan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi : "Sebelum
MPR, DPR, DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan
oleb Presiden dengan bantuan Komite Nasional".
Berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945, kekuasaan Presiden
sangat besar karena meliputi kewenangan semua lembaga-lembaga tinggi
negara, sedangkan Komite Nasional hanya berfungsi sebagai pembantu
Presiden.