Anda di halaman 1dari 8

Keragaman Mangifera indica Kultivar di Subang Jawa Barat

Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan Anatomi

Disusun
Oleh:
Chairun Nisa
1706103010060

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keragaman Mangifera
indica Kultivar di Subang Jawa Barat Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan Anatomi”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Cut
Nurmaliah, M.Pd pada matakuliah Seminar Botani. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang karakteristik dan anatomi tumbuhan mangga (Mangifera
indica) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Cut Nurmaliah, M.Pd, selaku dosen
mata kuliah Seminar Botani yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 3 Desember 2020

 
Penulis

2
DAFTAR ISI

Daftar isi………………………………………………………………………………………3

PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………...…………………4
Tujuan………………………………………………….............……………………………...4
Metode Penelitian ………………………………………………….………….……………...4

PEMBAHASAN
Kepadatan stomata, ukuran dan indeks mangga kultivar .........................................................5
Keragaman kultivar mangga berbahan dasar petiolar anatomi.................................................6
Klasifikasi kultivar mangga berdasarkan daun 'anatomi dan morfologi...................................6

PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………...…………………..7
Saran ……………………………………………………………...…………………...........7

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...………..8

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman buah daerah tropis tanaman buah yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditas nasional karena keanekaragamannya
yang tinggi. Di Indonesia, mangga merupakan komoditas terbesar ketiga, setelah pisang
dan jeruk. Tanaman ini juga satu tanaman taman populer di Indonesia (Widjaja et al.,
2014) dan beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan itu sebagai tanaman obat
(Yuniati et al., 2010; Irawan et al., 2013).
Distribusi yang luas dan diversi yang tinggi dapat menyebabkan variasi intraspesifik
pada mangga. Ini menunjukkan adanya berbagai bentuk, ukuran, rasa, dan daun tersebar di
seluruh Indonesia yang banyak dibudidayakan varietasnya mangga (Sumiasri et al., 2006;
Nilasari et al., 2013; Widjaja dkk., 2014; Cahyanto dkk., 2016). Sangat penting untuk
mengetahui hubungan keluarga dari Keanekaragaman intraspesies mangga untuk
menentukan jenisnya taksonomi ilmiah.
Baru-baru ini, identifica berbasis morfologi masih diterapkan secara luas. Namun
secara morfologi - Karakter kal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan mengubah Sharma
et al. (2012) seperti pada mangga kultivar Gujarat, India yang menunjukkan tinggi variasi
petiolar. Pendekatan lain dilakukan oleh menerapkan karakter generatif (Pakpahan, 2012)
yang sangat bergantung pada ketersediaan buah. Dengan demikian, kedua pendekatan
tersebut dapat menghambat pembangunan data taksonomi mangga lokal dan sejenisnya
perlu mengembangkan pendekatan lain untuk identifikasi seperti penerapan anatomi
karakter. Pendekatan ini telah dilaporkan oleh Sharma dkk. (2012) pada berbagai kultivar
dan mungkin bisa diaplikasikan pada cul mangga subang.
Untuk mengembangkan metode tersebut, perlu dilakukan mengumpulkan data
morfologi, generatif, dan anatomy pada berbagai kultivar mangga Subang tujuan dari
penelitian ini. Di masa depan, data ini dapat digunakan sebagai dasar informasi program
pemuliaan kultivar mangga lokal.

B. Tujuan Penulisan
Mengembangkan pondasi karakter vegetatif berdasarkan persamaan Derajat laritas
kultivar mangga berdasarkan anatomi dan morfologi daun. Tujuan dari penelitian ini. Di
masa depan, data ini dapat digunakan sebagai dasar informasi program pemuliaan
kultivar mangga lokal.

C. Metode Penelitian
Sampel kultivar mangga dikumpulkan dari tiga lokasi di sekitar Subang; Pamanukan,
Subang dan Jalan Cagak. Sampel daun dikumpulkan dan disimpan dalam alkohol 70%
untuk melayani struktur morfologi dan anatominya. Karakteristik morfologi daun
diamati mengikuti metode deskriptif untuk deskriptor mangga (IPGRI, 2006) dan diberi
skor sebagai data multivariat. Sebelum pengamatan stomata, preparat anatomi
penampang adalah diproduksi dengan metode parafin. Pengamatan pada stomata
dilakukan untuk stomata bentuk, jenis, lokasi, ukuran, kepadatan dan indeks.
Data morfologi dan anatomi adalah dianalisis oleh Sistem Taksonomi Numerik
(NTSys) PC versi 21. Koefisien kesamaan adalah dengan diistilahkan oleh Pencocokan
Sederhana (SM) sedangkan cultivar diklasifikasikan oleh Kelompok Pasangan Tidak
Berbobot dengan Rata-rata aritmatika (UPGMA).

4
PEMBAHASAN
1.   Hasil dan Pembahasan
Ciri-ciri morfologi daun bilah kultivar mangga Sebanyak 21 kultivar mangga telah
tumbuh ditemukan di Subang. Kultivar yang paling umum adalah Manalagi, Arumanis,
Cengkir, dan Madu Keraton. Cengkir dan Arumanis memimpin komoditas untuk Subang
dan Indramayu. Di Sedangkan kultivar Subang yang langka adalah Bapang, Golek,
Ompyong, Muncang, Lenggak, dan Gori. Dalam penelitian ini Tropong merupakan salah
satu kultivar yang melimpah di Subang, tidak ditemukan. Diasumsikan kekurangan itu
ukuran dan tinggi kandungan berserat dalam buah mengurangi kemauan petani untuk
membudidayakannya.
Pengamatan terhadap karakter daun terbukti berbeda sulit untuk sepenuhnya
membedakan semua kultivar. Metode ini dapat diterapkan sebagai karakter kunci untuk
beberapa kultivar dengan bentuk daun yang khas dan ukurannya, seperti kultivar Apel
yang memiliki oblong bentuknya dan daunnya lebih kecil dibanding yang lain. keretakan
pada bentuk pangkal daun (bulat, meruncing dan runcing) di pohon individu juga menjadi
penghalang untuk menerapkan karakter morfologi daun sebagai kunci karakter.
Tampaknya karakter buah akan lebih baik diaplikasikan sebagai karakter kunci untuk
setiap cultivar yang memiliki bentuk dan aroma buah yang unik (Fitmawati et al., 2009).

1.1 Kepadatan stomata, ukuran dan indeks mangga kultivar


Pengamatan paradermal menunjukkan daun itu dari semua kultivar memiliki stomata
aktinositik (stomata dengan lingkaran 4 sampai 12 sel penjaga itu menyebar dalam
radius) yang terletak di daun abaxial (hypostomatictype) (Gambar 1) (Fahn, 1995;
Prabhakar, 2004; Ganocpichayagrai et al., 2016). Ini kondisi ini biasa terjadi pada
tanaman untuk mengurangi tingkat spirasi dari stomata (Pugnaire & Pardos, 1999; Evert,
2006). Ada variasi dalam kepadatan, ukuran dan indeks stomata di semua kultivar yang
diamati (Tabel 3). Kepadatan stomata tertinggi ditemukan dalam kultivar Apel (700,6
stomata / mm2) selagi terendah di kultivar Golek (629,2 stomata / mm2).
Mempertimbangkan kepadatan stomata dari semua kultivar merah sebagai kategori
tinggi berdasarkan studi di Tambaru dkk. (2011) yang menyatakan bahwa kepadatan
stomata dengan kurang dari 300 stomata / mm2 dikategorikan sebagai kriteria rendah dan
kepadatan lebih dari 500 / mm2 sebagai kriteria tinggi. Kepadatan stomata tinggi adalah
sebagai terkait dengan ketahanan terhadap uji kekeringan sebagai utamanya turgor pada
musim kemarau (Perwati, 2009).
Kultivar Bapang dan Arumanis yang dulu dibudidayakan di tiga wilayah berbeda
(Pamanukan, Subang, dan Jalan Cagak) menunjukkan variasi dalam kepadatan dan
ukuran stomata. Kepadatan stomata mangga dibudidayakan di Subang dan Pamanukan
cenderung lebih tinggi (661 hingga 680,2 stomata / mm 2 untuk kombinasi kultivar
Bapang dan Arumanis) dibandingkan dengan yang di Jalan Cagak (452 hingga 456
stomata / mm2 untuk Bapang dan Arumanis kultivar digabungkan). Variasi ini diduga
terkait dengan kondisi lingkungan, seperti suhu, ketinggian, dan kelembapan. kepadatan
stomata berbanding terbalik dengan ukurannya dari stomata yang berarti daun yang lebih
tinggi kepadatan stomata akan memiliki stomata yang lebih kecil sebagai indikator
tercantum dalam Tabel 3 (Perwati, 2009). Dalam kondisi kering pada, stomata yang jauh
lebih kecil akan memberikan resolusi yang cepat untuk mengubah rezim air di pabrik
pada saat yang sama densitasnya yang tinggi memaksimalkan difusi dari CO2 untuk
fotosintesis optimal (Aasamaa et al., 2001). Densitas stomata tinggi dikaitkan ke
konduktansi stomata (kecepatan air yang menguap di pori-pori tanaman) dan transpirati
yang lebih tinggi yang diperlukan untuk air dan nutrisi xilem, sedangkan stomata yang

5
lebih kecil memungkinkan stomata yang lebih baik ketahanan dan kontrol selama
tekanan air di daerah sikap rendah seperti Subang dan Pamanukan (Hetherington &
Woodward, 2003).
Indeks stomata menunjukkan rasio antara jumlah sel stomata dan epidermis yang
digabungkan. Dengan demikian, indeks stomata yang lebih tinggi menghasilkan bila
jumlah- jumlah stomata lebih tinggi dari jumlah epidermis cell (Qosim et al., 2007).
Indeks ini berhubungan terhadap perubahan luas stomata dan epidermis sel kulit. Indeks
stomata tertinggi (45,5%) dicatat dalam kultivar Gori sedangkan yang terendah dalam
Kultivar Gincir (43,2%). Seperti Bapang dan Aruma Kultivar yang ditemukan di tiga
lokasi, indeks stomata tertinggi tercatat dari kultivar dibudidayakan di Pamanukan (44,2-
45,2%) dan terendah di Jalan Cagak (41,9%).

1.2 Keragaman kultivar mangga berbahan dasar petiolar anatomi


Pengamatan anatomi petiolar pada 21 cultivar mangga menunjukkan tiga variasi balok
pembawa, seperti membentuk huruf U (plano cembung), U-lobed (sangat cembung) dan
bulat (circular). Jenis ini juga ditemukan di delapan kultivar Gujarat, India (Sharma et
al., 2012). Seperti anggota Anacardiaceae lainnya, sistem jaringan operator tunggal dan
tertutup adalah ditemukan secara konsisten di semua kultivar. Berdasarkan
Schweingruber dkk. (2000) sistem ini bersifat charac Terised oleh satu file jaminan di
tangkai daun di mana floem ditemukan di sisi abaksial. Adanya kristal oksalat di tangkai
daun juga dapat digunakan sebagai karakter taksonomi. Ada tiga jenis kristal oksalat
ditemukan dalam penelitian ini: druse, kubus kecil dan prismatic. Kristal oksalat itu
sendiri merupakan kelebihan bahan anorganik yang dihasilkan dari fisiologis kegiatan
tanaman (Evert, 2006).

1.3 Klasifikasi kultivar mangga berdasarkan daun 'anatomi dan morfologi


Berdasarkan morfologi dan anatomis data daun, kemiripan antar kultivar tercatat
antara 68-94% dan dibagi menjadi tiga kelompok utama. Grup I terdiri dari Apel,
Cengkir Gajah, dan Gedong Kelapa, semuanya itu berasal dari Pamanukan, dengan
kesamaan nilai 83%. Kelompok I dipisahkan satu sama lain kelompok berdasarkan
karakter ukuran daun. Kelompok II, dengan dua subkelompok memiliki 80% nilai
kesamaan yang dicirikan oleh prisma oksalat Kristal tic ditemukan di tangkai daun.
Subkelompok IIA memiliki nilai kesamaan 85%, terdiri dari Bapang1, Bapang 2, Gincir,
Nanas, Cengkir Kebongan, Golek, TO, Gidang, Muncang, dan lenggak. Sub kelompok
IIB dengan nilai kesamaan 84,5%, terdiri dari 7 kultivar: Beruk, Arumanis 2, Cengkir 1,
Madu Keraton 2, Manalagi 1, Manalagi 2, Gori, Arumanis 1, Madu Keraton 1, Cengkir
2, Gedong Gincu, dan Golek Naga. Antara kultivar dari subkelompok IIB, simi tertinggi
nilai laritas (100%) tercatat untuk Mangga Cengkir1, Madu Keraton 2, Manalagi 1 dan
Manalagi 2 sedangkan milik Gedong Gincu dan Golek Naga ke subkelompok lain dari
subkelompok IIB. Kelompok III memiliki nilai kesamaan 82% dan terdiri dari Bapang 3,
Arumanis 3 dan Ompyong, yang ditandai dengan sarang stomata tinggi sity. Mangga
Bapang 3 (dari Jalan Cagak) punya ukuran stomata lebih besar dari pada Bapang 1 dan
Bapang 2. Mangga Bapang dipisahkan dengan ukuran 3 stomata kultivar Bapang
lainnya. Kasus serupa juga terjadi direkam untuk Arumanis dari Jalan Cagak.

6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Variasi intraspesifik berdasarkan morfologi Kultivar mangga daun logis tergolong
rendah kategori. Jenis stomata pada semua kultivar mangga bersifat aktinositik dan
hanya ditemukan di bagian abaksial (tipe hypostomatic). Inkonsistensi dalam massa
jenis, ukuran dan indeks stomata pada kultivar yang sama yang berasal dari berbagai
lokasi yang dibuat karakter tersebut tidak cocok untuk digunakan sebagai karakter
taksonomi. Di sisi lain, tiga jenis formulir berkas pembawa (Plano-cembung, sangat
cembung dan melingkar) dan ketersediaan oksalat kristal pada tangkai daun dapat
digunakan sebagai karakter untuk klasifikasi budidaya mangga. Selanjutnya, lebih
banyak sampel dari wilayah lain diperlukan untuk mengembangkan sistem taksonomi
khusus untuk lokal kultivar mangga.

B. Saran
Perlu adanya metode penilitian lebih lanjut akan upaya peningkatan mempelajari
keragaman Mangifera indica Kultivar Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan
Anatomi. Melakukan penelitian sangat penting dalam kehidupan, terkhusus nya bagi
dunia pendidikan biologi. Oleh karena itu penulisan makalah ini diharapkan dapat
diberlakukan secara benar dan baik serta tegas agar dapat menambah wawasan dan
tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik pula. Tetapi dalam penulisan ini tidak
sepenuhnya dapat memberikan sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dari pembaca
sangat diharapkan.

7
Daftar Pustaka
Cahyanto, Tri., dkk. (2017). The Diversity of Mangifera indica Cultivars in Subang West
Java Based on Morphological and Anatomical Characteristics. Journal of Biology &
Biology Education. Vol. 9. No.1.

Anda mungkin juga menyukai