Disusun
Oleh:
Chairun Nisa
1706103010060
Penulis
2
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………………………3
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………...…………………4
Tujuan………………………………………………….............……………………………...4
Metode Penelitian ………………………………………………….………….……………...4
PEMBAHASAN
Kepadatan stomata, ukuran dan indeks mangga kultivar .........................................................5
Keragaman kultivar mangga berbahan dasar petiolar anatomi.................................................6
Klasifikasi kultivar mangga berdasarkan daun 'anatomi dan morfologi...................................6
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………...…………………..7
Saran ……………………………………………………………...…………………...........7
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman buah daerah tropis tanaman buah yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditas nasional karena keanekaragamannya
yang tinggi. Di Indonesia, mangga merupakan komoditas terbesar ketiga, setelah pisang
dan jeruk. Tanaman ini juga satu tanaman taman populer di Indonesia (Widjaja et al.,
2014) dan beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan itu sebagai tanaman obat
(Yuniati et al., 2010; Irawan et al., 2013).
Distribusi yang luas dan diversi yang tinggi dapat menyebabkan variasi intraspesifik
pada mangga. Ini menunjukkan adanya berbagai bentuk, ukuran, rasa, dan daun tersebar di
seluruh Indonesia yang banyak dibudidayakan varietasnya mangga (Sumiasri et al., 2006;
Nilasari et al., 2013; Widjaja dkk., 2014; Cahyanto dkk., 2016). Sangat penting untuk
mengetahui hubungan keluarga dari Keanekaragaman intraspesies mangga untuk
menentukan jenisnya taksonomi ilmiah.
Baru-baru ini, identifica berbasis morfologi masih diterapkan secara luas. Namun
secara morfologi - Karakter kal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan mengubah Sharma
et al. (2012) seperti pada mangga kultivar Gujarat, India yang menunjukkan tinggi variasi
petiolar. Pendekatan lain dilakukan oleh menerapkan karakter generatif (Pakpahan, 2012)
yang sangat bergantung pada ketersediaan buah. Dengan demikian, kedua pendekatan
tersebut dapat menghambat pembangunan data taksonomi mangga lokal dan sejenisnya
perlu mengembangkan pendekatan lain untuk identifikasi seperti penerapan anatomi
karakter. Pendekatan ini telah dilaporkan oleh Sharma dkk. (2012) pada berbagai kultivar
dan mungkin bisa diaplikasikan pada cul mangga subang.
Untuk mengembangkan metode tersebut, perlu dilakukan mengumpulkan data
morfologi, generatif, dan anatomy pada berbagai kultivar mangga Subang tujuan dari
penelitian ini. Di masa depan, data ini dapat digunakan sebagai dasar informasi program
pemuliaan kultivar mangga lokal.
B. Tujuan Penulisan
Mengembangkan pondasi karakter vegetatif berdasarkan persamaan Derajat laritas
kultivar mangga berdasarkan anatomi dan morfologi daun. Tujuan dari penelitian ini. Di
masa depan, data ini dapat digunakan sebagai dasar informasi program pemuliaan
kultivar mangga lokal.
C. Metode Penelitian
Sampel kultivar mangga dikumpulkan dari tiga lokasi di sekitar Subang; Pamanukan,
Subang dan Jalan Cagak. Sampel daun dikumpulkan dan disimpan dalam alkohol 70%
untuk melayani struktur morfologi dan anatominya. Karakteristik morfologi daun
diamati mengikuti metode deskriptif untuk deskriptor mangga (IPGRI, 2006) dan diberi
skor sebagai data multivariat. Sebelum pengamatan stomata, preparat anatomi
penampang adalah diproduksi dengan metode parafin. Pengamatan pada stomata
dilakukan untuk stomata bentuk, jenis, lokasi, ukuran, kepadatan dan indeks.
Data morfologi dan anatomi adalah dianalisis oleh Sistem Taksonomi Numerik
(NTSys) PC versi 21. Koefisien kesamaan adalah dengan diistilahkan oleh Pencocokan
Sederhana (SM) sedangkan cultivar diklasifikasikan oleh Kelompok Pasangan Tidak
Berbobot dengan Rata-rata aritmatika (UPGMA).
4
PEMBAHASAN
1. Hasil dan Pembahasan
Ciri-ciri morfologi daun bilah kultivar mangga Sebanyak 21 kultivar mangga telah
tumbuh ditemukan di Subang. Kultivar yang paling umum adalah Manalagi, Arumanis,
Cengkir, dan Madu Keraton. Cengkir dan Arumanis memimpin komoditas untuk Subang
dan Indramayu. Di Sedangkan kultivar Subang yang langka adalah Bapang, Golek,
Ompyong, Muncang, Lenggak, dan Gori. Dalam penelitian ini Tropong merupakan salah
satu kultivar yang melimpah di Subang, tidak ditemukan. Diasumsikan kekurangan itu
ukuran dan tinggi kandungan berserat dalam buah mengurangi kemauan petani untuk
membudidayakannya.
Pengamatan terhadap karakter daun terbukti berbeda sulit untuk sepenuhnya
membedakan semua kultivar. Metode ini dapat diterapkan sebagai karakter kunci untuk
beberapa kultivar dengan bentuk daun yang khas dan ukurannya, seperti kultivar Apel
yang memiliki oblong bentuknya dan daunnya lebih kecil dibanding yang lain. keretakan
pada bentuk pangkal daun (bulat, meruncing dan runcing) di pohon individu juga menjadi
penghalang untuk menerapkan karakter morfologi daun sebagai kunci karakter.
Tampaknya karakter buah akan lebih baik diaplikasikan sebagai karakter kunci untuk
setiap cultivar yang memiliki bentuk dan aroma buah yang unik (Fitmawati et al., 2009).
5
lebih kecil memungkinkan stomata yang lebih baik ketahanan dan kontrol selama
tekanan air di daerah sikap rendah seperti Subang dan Pamanukan (Hetherington &
Woodward, 2003).
Indeks stomata menunjukkan rasio antara jumlah sel stomata dan epidermis yang
digabungkan. Dengan demikian, indeks stomata yang lebih tinggi menghasilkan bila
jumlah- jumlah stomata lebih tinggi dari jumlah epidermis cell (Qosim et al., 2007).
Indeks ini berhubungan terhadap perubahan luas stomata dan epidermis sel kulit. Indeks
stomata tertinggi (45,5%) dicatat dalam kultivar Gori sedangkan yang terendah dalam
Kultivar Gincir (43,2%). Seperti Bapang dan Aruma Kultivar yang ditemukan di tiga
lokasi, indeks stomata tertinggi tercatat dari kultivar dibudidayakan di Pamanukan (44,2-
45,2%) dan terendah di Jalan Cagak (41,9%).
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Variasi intraspesifik berdasarkan morfologi Kultivar mangga daun logis tergolong
rendah kategori. Jenis stomata pada semua kultivar mangga bersifat aktinositik dan
hanya ditemukan di bagian abaksial (tipe hypostomatic). Inkonsistensi dalam massa
jenis, ukuran dan indeks stomata pada kultivar yang sama yang berasal dari berbagai
lokasi yang dibuat karakter tersebut tidak cocok untuk digunakan sebagai karakter
taksonomi. Di sisi lain, tiga jenis formulir berkas pembawa (Plano-cembung, sangat
cembung dan melingkar) dan ketersediaan oksalat kristal pada tangkai daun dapat
digunakan sebagai karakter untuk klasifikasi budidaya mangga. Selanjutnya, lebih
banyak sampel dari wilayah lain diperlukan untuk mengembangkan sistem taksonomi
khusus untuk lokal kultivar mangga.
B. Saran
Perlu adanya metode penilitian lebih lanjut akan upaya peningkatan mempelajari
keragaman Mangifera indica Kultivar Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan
Anatomi. Melakukan penelitian sangat penting dalam kehidupan, terkhusus nya bagi
dunia pendidikan biologi. Oleh karena itu penulisan makalah ini diharapkan dapat
diberlakukan secara benar dan baik serta tegas agar dapat menambah wawasan dan
tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik pula. Tetapi dalam penulisan ini tidak
sepenuhnya dapat memberikan sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dari pembaca
sangat diharapkan.
7
Daftar Pustaka
Cahyanto, Tri., dkk. (2017). The Diversity of Mangifera indica Cultivars in Subang West
Java Based on Morphological and Anatomical Characteristics. Journal of Biology &
Biology Education. Vol. 9. No.1.