Sejumlah hadis memang menunjukkan larangan berisbal bagi laki-laki. Di antaranya hadis
riwayat Bukhari dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda, ”Busana yang melebihi dua
mata kaki maka (pemakainya) di dalam neraka.”1
Akan tetapi, menurut Dar al-Ifta’, larangan berisbal tersebut tidaklah mutlak karena dibatasi
dengan hadis lain yang memberikan pembatasan, yaitu berisbal yang dilarang apabila disertai
dengan rasa angkuh, sombong, dan membanggakan diri dengan busana dan apapun yang
dimiliki.
Dalam tradisi sejumlah lapisan masyarakat, pada masa itu, panjang busana dijadikan sebagai
tolak ukur bagi kualitas dan strata sosial yang bersangkutan. Hadis riwayat Bukhari dari
Abdullah bin Umar RA menyebutkan demikian, yaitu barang siapa yang memanjangkan
pakaiannya karena sombong (khuyala’), Allah tidak akan melihatnya kelak pada hari kiamat.
Abu Bakar lantas berkata,”Seseorang memanjangkan bajuku agar rileks, apakah ini
termasuk?” Rasulullah menjawab,”Engkau (Abu Bakar) tidak melakukannya karena
kesombongan.”
Pembatasan tersebut juga telah menjadi kesepakatan para ulama. Isbal yang diharamkan
adalah isbal yang memang mengandung unsur kesombongan, keangkuhan, dan glamoritas.
Dalam kitab al-Fatawa al-Hindiyyah, yang bercorak Hanafi, disebutkan bahwa isbal busana
bagi laki-laki selama tidak dimaksudkan untuk kesombongan, hukumnya adalah makruh
tanzih (makruh yang dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang bisa merusak
kehormatan).
1
https://khazanah.republika.co.id/berita/pm7liz320/celana-cingkrang-dan-larangan-isbal-menurut-4-mazhab-
fikih.,diakses pada tanggal 3 November 2020,pukul 15.00
Syekh Zakariya al-Anshari dalam kitab Asna al-Mathalib yang bercorak Syafi’I menjelaskan
memanjangkan busana melebihi mata kedua mata kaki karena sombong, hukumnya memang
haram. Dan jika dilakukan karena selain kesombongan hukumnya adalah makruh. 2
Pembatasan isbal yang dilarang dengan unsur kesombongan ini juga disampaikan oleh Ibnu
Taimiyyah dalam kitab Syarh ‘Umdat al-Fiqh.
Pada pengujung pemaparan, Dar al-Ifta’ menegaskan isbal yang dilarang adalah yang
mengandung unsur kesombongan, keangkuhan, dan glamoritas.
Jika tidak terdapat unsur tersebut maka tidaklah haram, apalagi adat atau tradisi pada era
sekarang tidak selalu busana di bawah mata kaki memiliki keterkaitan dengan kesombongan.
Berbeda dengan tradisi yang berlaku pada masa itu.
2
https://khazanah.republika.co.id/berita/pm7liz320/celana-cingkrang-dan-larangan-isbal-menurut-4-mazhab-
fikih.,diakses pada tanggal 3 November 2020,pukul 15.00