Anda di halaman 1dari 78

Bahan Ajar Materi MA bab Sejarah Kebudayaan Islam kelas X

di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

MATERI PAI MA

Dosen pengampu :

Dra. Hj. Liliek Channa AW., M.Ag

Di susun oleh :

1. Henik Nur Indahsari (D01218023)


2. Mahrus Syifaul Wahid (D01218030)
3. Nimathul Alfien (D01218039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2020
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Kelas/ Semester : IX/ Ganjil dan Genap

Materi Pokok : Aqidah-Akhlak

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
SEMESTER GANJIL

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar


1. Menghargai dan 1.1 Menghayati ketetapan Allah atas hadirnya Agama
menghayati ajaran agama Islam di Mekah sebagai solusi terhadap kerusakan
yang dianutnya masyarakat jahiliyyah
1.2 Menghayati substansi dan strategi dakwah Nabi di
Mekah adalah sesuai dengan perintah Allah
1.3 Menghayati nilai-nilai spiritual dalam peristiwa
hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw
dan para sahabat
1.4 Menghayati nilai-nilai spiritual masyarakat Madinah
1.5 Menghayati perjuangan Nabi Muhammad Saw
dalam membangun peradaban Islam di Madinah
1.6 Menghayati substansi piagam Madinah sebagai salah
satu strategi perjuangan Rasulullah Saw
1.7 Menghayati nilai-nilai perdamaian Islam dari
peristiwa Fathu Makkah
2. Menunjukkan perilaku 2.1 Mengamalkan sikap santun dalam berinteraksi
jujur, disiplin, dengan lingkungan sosial
bertanggung jawab, 2.2 Mengamalkan sikap damai, tanggung jawab dan
peduli (gotong royong, santun dalam mengajak kebaikan
kerja sama, toleran, 2.3 Mengamalkan sikap dinamis dan toleran dalam
damai), santun, responsif, kehidupan
dan pro- aktif sebagai 2.4 Mengamalkan sikap toleran dan tolong menolong
bagian dari solusi atas dalam kehidupan beragama

Page 1
berbagai permasalahan 2.5 Mengamalkan hidup rukun dan saling menghargai
dalam berinteraksi secara antar umat beragama
efektif dengan 2.6 Mengamalkan sikap toleran dan menjaga perdamaian
lingkungan sosial dan 2.7 Menunjukkan sikap damai dan berani dalam
alam serta menempatkan menjalankan kebenaran
diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan
dunia
3. Memahami, menerapkan 3.1 Menganalisis kebudayaan masyarakat Mekah
dan menganalisis sebelum Islam
pengetahuan faktual, 3.2 Menganalisis substansi dan strategi dakwah
konseptual, prosedural, Rasulullah Saw periode Mekah
dan metakognitif 3.3 Menganalisis peristiwa hijrah yang dilakukan
berdasarkan rasa ingin Rasulullah Saw dan para sahabat
tahunya tentang ilmu 3.4 Menganalisis kebudayaan masyarakat Madinah
pengetahuan, teknologi, sebelum Islam
seni, budaya, dan 3.5 Menganalisis strategi dakwah Rasulullah pada
humaniora dengan periode Madinah
wawasan kemanusiaan, 3.6 Menganalisis substansi dari Piagam Madinah (Mitsaq
kebangsaan, kenegaraan, al-Madinah)
dan peradaban terkait 3.7 Menganalisis faktor-faktor keberhasilan Fathu
penyebab fenomena dan Makkah
kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang
kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan 4.1 Menilai kebudayaan masyarakat Mekah sebelum
menyaji dalam ranah Islam
konkret dan ranah 4.2 Menyimpulkan substansi dan strategi dakwah
abstrak terkait dengan Rasulullah Saw di Mekah dan menyajikannya dalam

Page 2
pengembangan dari yang bentuk tulisan atau media lain
dipelajarinya di sekolah 4.3 Mengolah informasi tentang peristiwa hijrah
secara mandiri, dan Rasulullah Saw ke Madinah
mampu menggunakan 4.4 Menilai kebudayaan masyarakat Madinah sebelum
metoda sesuai kaidah kedatangan Islam
keilmuan 4.5 Mengapresiasi strategi dakwah Rasulullah Saw
periode Madinah dan menyajikannya dalam bentuk
tulisan atau media lain
4.6 Mengapresiasi isi Piagam Madinah (Mitsaq al-
Madinah)
4.7 Mengapresiasi kemuliaan prilaku Rasulullah dalam
peristiwa Fathu Makkah

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
SEMESTER GENAP
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan 1.8 Menghayati perintah Allah dalam mengutamakan
mengamalkan ajaran musyawarah sebagai cara terbaik dalam
agama yang dianutnya menyelesaikan masalah
1.9 Menghayati nilai-nilai positif dari kepemimpinan
Khulafaur Rasyidin sebagai ketentuan ajaran Islam
1.10 Menghayati bahwa kekuasaan adalah amanah
1.11 Menghayati bahwa manusia memiliki berbagai
macam potensi sebagai anugerah dari Allah Swt
1.12 Menghayati karunia Allah dalam pencapaian
peradaban Islam
1.13 Menghayati karunia Allah dalam pencapaian
peradaban Islam
2. Menunjukkan perilaku 2.8 Mengamalkan sikap demokratis dalam
jujur, disiplin, bermusyawarah
bertanggung jawab, 2.9 Mengamalkan sikap tanggung jawab dan disiplin

Page 3
peduli (gotong royong, 2.10 Mengamalkan sikap komitmen dalam menjalankan
kerja sama, toleran, amanah
damai), santun, 2.11 Mengamalkan sikap semangat menuntut ilm
responsif, dan pro- aktif 2.12 Mengamalkan sikap dinamis dan bersungguh-
sebagai bagian dari sungguh dalam menggapai cita-cita
solusi atas berbagai 2.13 Menampilkan perilaku inovatif dan produktif
permasalahan dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan
dunia
3. Memahami, 3.8 Menganalisis proses pemilihan khulafaur Rasyidin
menerapkan, dan 3.9 Menganalisis substansi dan strategi dakwah
menganalisis Khulafaur Rasyidin
pengetahuan faktual, 3.10 Menganalisis proses lahirnya Daulah Umayyah di
konseptual, prosedural, Damaskus
dan metakognitif 3.11 Mengevaluasi perkembangan peradaban dan ilmu
berdasarkan rasa ingin pengetahuan pada masa Daulah Umayyah di
tahunya tentang ilmu Damaskus
pengetahuan, teknologi, 3.12 Menganalisis sejarah lahirnya Daulah Umayyah di
seni, budaya, dan Andalusia
humaniora dengan 3.13 Mengevaluasi perkembangan peradaban dan ilmu
wawasan kemanusiaan, pengetahuan pada masa Daulah Umayyah di
kebangsaan, kenegaraan, Andalusia
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang

Page 4
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memcahkan
masalah
4. Mengolah, menalar dan 4.8 Menilai proses pemilihan Khulafaur Rasyidin
menyaji dalam ranah 4.9 Menyimpulkan substansi dan strategi dakwah
konkret dan ranah Khulafaur Rasyidin
abstrak terkait dengan 4.10 Menilai proses berdirinya Daulah Umayyah di
pengembangan dari yang Damaskus
dipelajarinya di sekolah 4.11 Mengapresiasi perkembangan peradaban dan ilmu
secara mandiri, dan pengetahuan pada masa Daulah Umayyah di
mampu menggunakan Damaskus
metode sesuai kaidah 4.12 Menilai sejarah lahirnya Daulah Umayah di
keilmuan Andalusia
4.13 Mengapresiasi peristiwa penting dalam
perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
pada masa Daulah Umayyah di Andalusia

B. MATERI

KD: 3.1 Menganalisis kebudayaan masyarakat Mekkah sebelum Islam

4.1 Menilai kebudayaan masyarakat Mekkah sebelum Islam

Indikator, siswa mampu:


3.1.1 Menjelaskan kebudayaan masyarakat Mekkah sebelum Islam
3.1.2 Menjelaskan keadaan sosial masyarakat Mekkah sebelum Islam

MATERI
A. Peradaban bangsa Arab sebelum Islam
Pada permulaanya bangsa Arab Quraisy telah mengikuti dan meyakini ajaran agama
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama Hanifiyah, ―hanif‖ artinya benar dan lurus.
Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid sudah mengakar di hati masyarakat Arab.
Pembauran dan pergaulan dengan bangsa lain mempengaruhi kepercayaan mereka, tetapi

Page 5
seiring berjalannya waktu, ajaran tersebut mengalami perubahan, penambahan dan
pengurangan yang dilakukan oleh para pengikutnya yang tidak bertanggung jawab.
Kemudian muncul berbagai ajaran yang meragukan dan akhirnya jatuh menjadi
penyembah berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay al Khuzai. Pada masa jahiliyah
orang Arab Quraisy banyak yang menyembah berhala atau patung-patung yang mereka
buat sendiri dari batu, kayu dan logam. Menurut Ibnu Kalbi yang menyebabkan bangsa
Arab menyembah berhala dan batu, ialah barang siapa yang meninggalkan kota Mekkah
harus membawa batu yang diambil dari batu-batu yang ada di tanah Haram Ka‘bah. Hal
itu mereka lakukan dengan maksud untuk menghormati tanah Haram dan untuk
memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Mekkah. Kemudian di setiap tempat
persinggahan, mereka meletakan batu itu dan bertawaf mengelilinginya seperti
mengelilingi Ka‘bah. Proses ini berlangsung terus menerus dan akhirnya mereka
menyembah apa yang mereka sukai dan yakini. Bangsa Arab mulai menyembah berhala
ketika Ka‘bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin
Luay al Khuzai dari keturunan Khuza‘ah datang ke Mekkah dan berhasil mengalahkan
Jurhum. Kemudian Amr bin Luay al Khuzai meletakkan sebuah berhala besar bernama
Hubal yang terbuat dari batu akik berwarna merah berbentuk patung manusia, yang
ditempatkan di sisi Ka‘bah. Kemudian ia menyeru Patung al-Uzzah kepada penduduk
Hijaz supaya menyembah berhala itu. Di samping itu banyak lagi berhala-berhala yang
lain seperti al-Latta tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta ini
adalah berhala yang paling tua. Al-‘Uzza tempatnya di Hejaz kedudukannya sesudah
Hubal, Manath, tempatnya di dekat kota Madinah Manath ini dimuliakan oleh penduduk
Yatsrib.
Beberapa bentuk pemujaan yang dianut oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama
Islam:
1. Menyembah Malaikat, di antara bangsa Arab ada yang menyembah berhala dan
menuhankan Malaikat.
2. Di kota Mekkah ada sebagian bangsa Arab yang menganggap bahwa Malaikat itu
adalah putera-puteri Tuhan
3. Menyembah jin, ruh dan hantu sebagian bangsa Arab yang menyembah hantu, jin dan
ruh-ruh leluhur mereka atau menganggap batu-batu sebagai makluk yang terhormat.
Bahkan di suatu tempat jin yang terkenal dengan nama ‖Darahim‖ mereka selalu
mengorbankan binatang-binatang di tempat itu agar selamat dan terhindar dari segala
bencana.

Page 6
4. Menyembah bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang adalah matahari, bulan
dan bintang-bintang yang gemerlap cahayanya pada malam hari, mereka menganggap
bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam
ini.
5. Menyembah berhala, sebagian bangsa Arab menyembah berhala atau arcaarca yang
terbuat dari batu, kayu dan logam yang mereka buat sendiri dan dengan selera mereka
sendiri uantuk kemudian mereka sembah.
6. Agama Yahudi dan Nasrani (Kristen), agama Yahudi mulai masuk ke Jazirah Arab
tahun 1491 SM, mula - mula di Mesir pada zaman Nabi Musa as. Sedangkan agama
Nasrani (Kristen) masuk ke Jazirah Arab kira-kira abad ke-4 M, agama Nasrani
berkembang di Jazirah Arab karena mendapat bantuan dari kerajaan Romawi dan
Habsyi.
Sebelum Islam, orang-orang Arab Quraisy juga banyak percaya pada takhayul,
antara lain:
1. Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular menggigit usus
manusia.
2. Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan keyakinan untuk
menambah kekuatan.
3. Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput kering pada ekor
kambing.
B. Keadaan sosial masyarakat quraisy sebelum Islam
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak
geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah pegunungan yang tandus.
Oleh sebab itu banyak penduduk yang hidupnya tidak menetap, mereka tinggal di
pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang mata pencahariannya beternak. Mereka
berpindah pindah dari satu lembah ke lembah yang lain mencari rumput untuk hewan
ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-
daerah subur, terutama mereka yang mendiami daerah subur di sekitar oase seperti Thaif .
Di tempat ini mereka menanam buahbuahan dan sayur-sayuran. Masyarakat Arab yang
tinggal diperkotaan biasanya mereka berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar,
kehidupan sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam
perdagangan. Oleh karena itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal dalam dunia
perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang pada dua musim dalam setahun,
yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin. Di kota

Page 7
Mekkah terdapat pusat perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan
tertentu, seperti Zulqa‘dah, Zulhijjah, dan Muharram. Dalam bidang sosial politik,
masyarakat Arab pada masa jahiliyah tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan
dan teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang
mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta dalam pertempuran
tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota
kabilahnya.
Di samping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga telah mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai ilmu pengetahuan yang
berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada waktu itu. Di antara ilmu
pengetahuan yang mereka kembangkan adalah astronomi, yang ditemukan oleh orang-
orang Babilonia. Mereka ini pindah ke negeri Arab pada waktu negara mereka diserang
oleh bangsa Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu astronomi. Tata
sosial bangsa Arab sebelum Islam terkenal pemberani di dalam membela pendirian.
Mereka tidak mau mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi
kebiasaannya, tidak mau mengalah, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka
menghormati dan memuliakan tamu. Moral dan perilaku sangat rusak sehingga mereka
disebut kaum jahiliyah ―yang bodoh‖. Berjudi minumminuman keras dilakukan secara
bersama-sama, bahkan tak jarang mereka merampok sehingga sering menimbulkan
peperangan antar suku. Yang lebih buruk lagi moralnya adalah adanya suku Arab yang
mengubur bayi perempuan mereka secara hidup-hidup, mereka beranggapan bahwa anak
perempuan itu tidak berguna dan hanya menysahkan orang tua. Oleh karena itu mereka
merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Di antara suku yang melakukan
perbuatan keji dan tak berperikemanusiaan itu adalah suku bani Tamim dan suku bani
Asad. Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada masa pra Islam
sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak.
Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar ‗Ukaz
diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Selain ‗Ukaz masih ada pasar yang dijadikan
tempat berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Salah satu dari
pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat
seorang yang tadinya hina atau sebaliknya menghinakan seseorang yang tadinya
terhormat. Satu-satunya alat publisistik yang amat luas lapangannya yaitu Khithabah. Di
samping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga sangat fasih berpidato dengan
bahasa yang indah dan bersemangat. Para ahli pidato pada saat itu mereka mendapat

Page 8
derajat tinggi seperti para penyair. Salah satu kelaziman dalam masyarakat Arab Jahiliyah
adalah mengadakan majelis atau nadwah sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak,
bertanding pidato, tukar menukar berita dan lain sebagainya. Seperti: Nadi Quraisy dan
Darun Nadwah yang berdiri di samping Ka‘bah sebagian dari nadwah mereka. Begitulah
seorang ahli sejarah Islam, Ahmad Amin seorang sejarahwan islam memberi definisi
tentang kata-kata Arab Jahiliyah yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang
membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah
diketahui bahwa itu benar. Jadi jahiliyah bukanlah Jahl yang berarti bodoh.

Soal Pilihan Ganda (X)

1. Siapa pemimpin pasukan dari keturunan Khuza‘ah yang datang ke Mekkah dan mengalahkan
Jurhum pada masa itu?
A. Amr bin ‗Ash C. Amr bin Ubay
B. Amr bin Luay D. Abu Lahab
2. Beberapa hal yang menjadi bahan pemujaan bangsa Arab pada masa itu, kecuali
A. Menyembah malaikat dan mereka menganggap sebagai anak Tuhan
B. Menyembah jin, ruh dan hantu serta batu-batu
C. Menyembah hewan-hewan peliharaan
D. Menyembah berhala, patung-patung serta arca
3. Pusat perdagangan dikota Mekkah pada saat itu (pasar Ukaz) hanya dibuka pada bulan-bulan
tertentu, kecuali pada bulan
A. Zulqa‘dah C. Sya’ban
B. Zulhijjah D. Muharram

Soal Uraian

1. Jelaskan hal positif apa yang bisa kita ambil dan bisa kita tiru dari kebiasaan bangsa Arab
pada masa itu!
( Mereka memiliki sikap tekun dan rajin. Dalam hal ini ketika mereka giat dan
semangat bercocok tanam dan kemudian diperdagangkan dipasar tradisional demi
mencukupi kebutuhan sehari-hari selain itu juga mereka memiliki sikap saling
menghormati dan suma memuliakan tamu)
2. Bagaimana kondisi perekonimian bangsa Arab sebelum Islam?
(Mereka bercocok tanam kemudian dijual, berdagang (jual beli)

Page 9
KD: 3.2 Menganalisis substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw periode Mekah

4.2 Menyimpulkan substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw di Mekah dan
menyajikannya dalam bentuk tulisan atau media lain

Indikator, siswa mampu:


3.4.1 Menjelaskan substansi dan strategi dakwah Rasulullah periode Mekkah

MATERI

Nabi memulai dakwahnya, yang terbagi ke dalam dua fase yaitu Sirriyah (sembunyi) dan
Jahriyah (terang-terangan). Fase Pertama Secara sembunyi-sembunyi (Sirriyah). Pada fase ini
Nabi Muhammad Saw. menyeru keluarga dan sahabat dekatnya, Siti Khadijah masuk Islam
dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang mulia. Sehingga, ia adalah
orang yang pertama kali masuk Islam. Kemudian, sebagai balas budi pada Abu Thalib, Nabi
memilih Ali untuk dididik dan ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun
terbuka dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang
telah dimerdekakan oleh Siti Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita
kepada teman akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa ada
keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya dan mereka menyambut
dengan baik, di antara mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman bin Affan, Zubair
bin Awwan, Sa‘ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah Abdurrahman bin Auf, Abu
Ubaidah bin Jarrah dan AlArqam bin Abil Arqam.

Dikatakan secara sembunyi-sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat,


pengikutnya, dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw. mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka mendapat
sebutan ―Assabiqunal Awwalun‖ artinya orang yang pertama kali masuk Islam. Sudah banyak
yang beriman kepada Rasulullah Saw., namun mereka masih menyembunyikan keislaman
mereka. Karena jika satu saja urusan mereka terungkap, maka ia akan menghadapi berbagai
siksaan keras dari kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agama Islam.

A. Dakwah secara terang-terangan (seruan umum)


Selama lebih kurang tiga tahun Nabi Muhammad Saw. berdakwah secara rahasia
atau sembunyi-sembunyi, lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

َ‫ع ِن ْال ُم ْش ِركِين‬ ْ ‫ع بِ َما تُؤْ َم ُر َوأَع ِْر‬


َ ‫ض‬ ْ ‫فَا‬
ْ ‫ص َد‬

Page 10
Artinya : ―Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik‖. (QS. Al-
Hijr : 94). Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad Saw. secara terang-
terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara
terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu
juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh. Pada suatu hari, Rasulullah
berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang-orangpun
mengerumuninya. Di antara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh
Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tatkala orang-orang telah
berkumpul, beliau bersabda: ―Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu
kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian
mempercayai saya?‖, mereka menjawab: ―Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah
kejujuran dan amanah‖, beliau lalu bersabda: ―Saya adalah orang yang memberi
peringatan kepada kalian bahwa di hadapan kalian ada siksa yang maha berat‖. Kemudian
Rasulullah Saw. mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala
yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orangorang
dan berkata: ―Celakalah kamu!, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?‖. Nabi
Muhammad Saw. tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara terangterangan di
tempat-tempat mereka berkumpul, mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau
melakukan shalat di sisi Ka‘bah. Orang – orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam
semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw., sementara itu,
penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin yakni dengan menghalangi hamba
sahaya dan orang-orang lemah, sebagaimana yang dialami Yasir dan puteranya ‗Ammar
serta istrinya Sumaiyah. Yasir yang akhirnya mati syahid, sedangkan istrinya Sumaiyah
wafat karena ditikam tombak Abu Jahal, bahkan Sumaiyah adalah wanita pertama dalam
Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan. Begitu pula siksaan yang
ditimpakan Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal kepada Bilal bin Rabah, Khabab Ibnul
Aris dan yang lainnya. Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar.
Suatu ketika Umayyah mengetahuinya, lalu ia pun menimpakan berbagai macam siksaan
agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh
pada agama Islam. Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam keadaan
terikat rantai. Setelah tubuhnya ditelentangkan di atas padang pasir yang membara,
diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah beserta para

Page 11
pengikutnya menghujaninya dengan cambukan. Sungguh suatu penyiksaan yang diluar
batas peri kemanusiaan. Namun, Bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad, Ahad,
(Yang Maha Esa), hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu
Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah Swt.

Dari serangkaian siksaan yang mendera kaum muslimin ini, Rasulullah Saw.
melarang kaum muslimin mengumumkan keislman mereka, sebagaimana yang beliau
lakukan ketika berkumpul dengan cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul
secara terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam
menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa jadi
akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok. Dan sudah diketahui, bahwa
bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasan kaum muslimin, mengingat
sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata di sini adalah
mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Lain halnya dengan Rasulullah
Saw. beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan di hadapan orang-
orang musyrik, sekalipun beliau menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy.

Ada beberapa Faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam yaitu:

1. Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian
dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada Nabi Muhammad Saw. berarti
pada kekuasan Bani Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa Arab selalu
bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.

2. Penyamaan hak antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa (hamba sahaya), tradisi
sosial bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-
kasta, padahal seruan Nabi Muhammad Saw. memberikan hak yang sama kepada
setiap manusia, karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut
agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa lebih mulia dari tuannya apabila dia lebih
bertaqwa.
3. Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat
semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan
mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan.
Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akan
hidup kembali sesudah mati.

Page 12
4. Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan
agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
5. Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam,
kerena dalam agama Islam tidak diperbolehkan menyembah berhala, padahal
membuat patung adalah sebagai salah satu mata pencaharian mereka.

Soal Pilihan Ganda (X)

1. Ada berapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW?


C. 4 C. 2
D. 1 D. 3
2. Dakwah secara Sirriyah artinya adalah
A. Dakwah yang dilakukan secara terang-terangan
B. Dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
C. Dakwah yang dilakukan perorangan (hanya melibatkan 2 orang)
D. Dakwah yang dilakukan diluar kota Mekkah
3. Siapakah wanita pertama yang mati syahid karena mati dalam keadaan Islam?
A. Sumaiyah C. Halimatus Sa‘diyah
B. Khadijah D. Ummu Jamil

Soal Uraian

1. Jelaskan faktor penyebab kaum Quraisy menentang keberadaan Islam!


(Persaingan perebutan kekuasaan, takut akan hari kebangkitan, penyamaan hak
antara kaum bangsawan dan kaum biasa, faktor ekonomi)
2. Jelaskan strategi dakwah Rasulullah secara sembunyi-sembunyi!
(Pada fase ini, awalnya Rasulullah mulai hanya mengajak para keluarga dekat serta
para sahabat untuk mengakui keesaan Allah serta melakukan syariat syariat sesuai
apa yang diperintahkan Allah dan juga mengakui kenabian-Nya)

Page 13
KD: 3.3 Menganalisis peristiwa hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabat

4.3 Mengolah informasi tentang peristiwa hijrah Rasulullah Saw ke Madinah

Indikator, siswa mampu:

3.3.1 Menjelaskan peristiwa hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat

Materi

Nabi Muhammad Saw. tiba di kota Yatsrib pada tanggal 16 Rabi‘ul Awwal, bertepatan
dengan 2 Juli 622 M. Sebelum memasuki kota Yatsrib, beliau singgah di desa Quba‘ selama
empat hari dan mendirikan Masjid diatas tanah milik Khultsum bin Hamdan, keturunan
keluarga Bani Amr bin Auf dari golongan Aus, yang sekarang masjid itu dikenal dengan
masjid Quba‘ dalam Al-Qur‘an disebut juga masjid Taqwa dan merupakan masjid pertama
yang didirikan Nabi Muhammad Saw.. Setelah Nabi Muhammad Saw. memasuki kota Yatsrib
maka kota Yatsrib diubah namanya dengan ―al-Madinah al-Munawarah‖, artinya kota yang
bercahaya atau lebih dikenal dengan sebutan Madinah. Di kota Madinah terdapat dua
golongan masyarakat dari bangsa yang berbeda, golongan yang pertama berasal dari utara
yaitu bangsa Yahudi yang terdiri dari bani Nadhir dan bani Quraidzah. Golongan kedua yang
berasal dari selatan yaitu sukusuku Arab, di antara yang terkenal adalah suku Aus dan
Khazraj. Mereka sering bermusuhan satu dengan lainnya. Pada tahun kesepuluh sesudah Nabi
Muhammad Saw. diutus menjadi Rasul, beberapa orang dari suku Khazraj datang ke Mekkah
untuk mengerjakan haji. Mereka disambut oleh Nabi Muhammad Saw., di tempat yang
bernama al-Aqabah. Rasulullah Saw. mengadakan pertemuan dengan suku Khazraj sambil
menyeru mereka kepada agama Allah Swt. Pada tahun kedua belas sesudah kenabian
Muhammad Saw., dibuatlah perjanjian yang terkenal dengan sebutan ‖perjanjian wanita‖,
atau perjanjian ‘aqabah pertama.

Pada tahun ketiga belas masa kenabian Muhammad Saw., 73 orang dari penduduk
Madinah berkunjung ke Mekkah untuk menemuinya dan meminta Nabi Muhammad Saw.
agar bersedia pindah ke Madinah. Rasulullah Saw. setuju, kemudian dibuat lagi perjanjian
yang dikenal dengan ‖perjanjian Aqabah yang kedua‖. Dalam perjanjian ini Rasulullah Saw.
didampingi oleh Abbas, paman beliau yang belum masuk Islam. Abbas berpesan agar suku
Aus dan Khazraj dapat menjaga keselamatan Rasulullah Saw. Mereka kemudia berjanji akan
membela Rasulullah Saw, mendukung segala dakwah dan menjaga keselamatan Rasulullah
Saw. dari serangan musuh. Baiat Aqabah kedua ini merupakan titik awal perkembangan Islam

Page 14
sekaligus dakwah Rasulullah Saw. sehingga Islam dapat tersebar di seluruh penjuru negeri.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima agama Islam
yaitu:

1. Bangsa Arab Yatsrib telah lebih dulu memahami agama-agama ketuhanan, karena
mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, alam kubur, hari berbangkit, surga dan
neraka dan lain-lain.
2. Sering terjadi peperangan di antara penduduk Yatsrib menyebabkan hubungan antar
masyarakat kurang harmonis.
3. Penduduk Yatsrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-
suku yang saling bermusuhan.

Di masa itu Madinah menjadi tempat berlindung yang aman bagi umat Islam, karena itu
kaum muslimin mulai berhijrah ke sana. Namun proses hijrahnya kaum muslimin ke Madinah
tidak semudah yang kita gambarkan, kaum Quraisy terus bertekad menghalangi mereka
berhijrah. Sehingga beberapa orang yang hendak berhijrah pasti akan mendapat berbagai
macam penganiayaan dan siksaan. Ketika itu kaum muslimin berhijrah secara sembunyi-
sembunyi menghindari kejaran kaum Quraisy. Berbeda dengan hijrahnya Umar bin Khattab
ra, yang menunjukkan keberanian dan tantangan. Karena ketika itu ia membawa pedang dan
juga membawa panahya tatkala keluar menuju Ka‘bah dan berthawaf di sana. Kemudian, ia
tampil di hadapan kaum musyrikin dan berkata kepada mereka: ―Barangsiapa yang isterinya
ingin menjadi janda atau anaknya menjadi yatim, hendaklah ia menemuiku, karena aku akan
berhijrah‖. Kemudian, ia pergi dan tidak seorangpun yang berani merintanginya. Berbeda
dengan Abu Bakar as-Shiddiq, ia meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut berhijrah, namun
beliau menjawab: ―Jangan tergesa-gesa! Mudah-mudahan Allah memberimu teman (untuk
berhijrah)‖. Kondisi seperti ini berlangsung terus sampai sebagian besar kaum muslimin telah
berhijrah. Kaum Quraisy semakin memberikan tekanan tatkala mengetahui hal itu, dan
mereka khawatir akan berkembangnya dakwah Nabi Muhammad Saw. dan pengikutnya.
Kemudian mereka berkumpul guna memusyawarahkan hal ini dan mereka bersepakat untuk
membunuh Rasulullah Saw. Abu Jahal berkata: ―Menurut pendapatku, kita beri sebilah
pedang kepada pemuda yang kuat dari masing-masing kabilah kita, lalu mereka mengepung
Muhammad dan memukulnya secara serentak, sehingga darahnya terpisah-pisah pada
beberapa kabilah dan Bani Hasyim tidak kuasa untuk memusuhi semua orang‖. Namun Allah
Swt. memberitahu Nabi-Nya yang mulia akan adanya persengkongkolan jahat tersebut.
Kemudian, Rasulullah Saw. mendatangi Abu Bakar as Shidiq memberi khabar aksi jahat

Page 15
kaum kafir Quraisy dan bersepakat untuk melakukan hijrah. Menjelang keberangkatan Nabi
Muhammad Saw. dan Abu Bakar Ash Shidiq ke Madinah, pada malam harinya, Rasulullah
meminta Ali bin Abi Thalib agar tidur di tempat beliau, sehingga orang-orang mengira bahwa
beliau masih berada di rumah. Para komplotan ini pun tiba dan langsung mengepung rumah
Rasulullah. Mereka melihat Ali berada di tempat tidur dan menganggap ia adalah
Muhammad, lalu mereka menunggunya keluar untuk selanjutnya menghabisi dan
membunuhnya. Rasulullah keluar ketika mereka mengepung rumah, lalu beliau menaburkan
debu ke kepala mereka dan Allah mengalihkan penglihatan mereka. Sehingga mereka tidak
melihat kepergian Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. menuju ke rumah Abu Bakar as Shidiq
kemudian keduanya berjalan kurang lebih lima mil dan bersembunyi di gua Tsur di sebelah
selatan kota Mekkah. Gua Tsur terlatak di Jabal Tsur kirakira 4 km sebalah selatan Masjidil
Haram, tingginya dari permukaan Laut 748 m sedang dari permukaan tanah 458 m, gua Tsur
itu sendiri tingginya 125 cm, panjang maupun lebar berkisar antara 3,5 m - 3,5 m. Gua
tersebut memiliki dua pintu yaitu sebelah barat dan timur, pintu sebelah barat itulah yang di
gunakan Nabi Saw. untuk masuk , yang tingginya 1 m, sedang pintu sebalah timur walaupun
lebih luas sengaja di buat untuk orang yang sengaja keluar masuk Gua, untuk mendaki puncak
Jabal tsur di perlukan waktu sekitar 1,5 jam.

Para pemuda Quraisy yang mengepung rumah Nabi Muhammad Saw. tetap menunggu
hingga subuh. Ketika memasuki subuh, Ali bangkit dari tempat tidur Rasulullah Saw. dan
langsung jatuh ke tangan mereka, lalu mereka bertanya tentang Rasulullah, namun Ali tidak
memberitahu apapun kepada mereka. Mereka memukulnya dan melumurinya dengan lumpur,
namun tetap tidak ada gunanya. Kemudian kaum Quraisy mengirim pencarian di segala
penjuru, dan akan memberikan seratus ekor unta bagi siapa saja yang mendapatkan
Muhammad hidup atau mati. Dalam pencarian itu mereka sampai ke gua Tsur, hampir saja
salah seorang sari mereka melihat ke arah kedua telapak kaki, niscaya ia akan melihat Nabi
Muhammad Saw. dan Abu Bakar. Di saat itulah Abu Bakar sangat mengkhawatirkan akan
keselamatan Rasulullah Saw., kemudian beliau bersabda kepadanya: ―Hai Abu Bakar,
bagaimana menurutmu tentang dua orang sedangkan Allah yang ketiganya. Jangan kamu
khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita‖. Namun anehnya mereka tidak melihat Nabi dan
Abu bakar. Keduanya tetap berada di gua selama tiga hari kemudian keluarlah Rasulullah
Saw. dan Abu Bakar tepat pula waktunya Abdullah Ibnu Uraiqath membawakan dua ekor
unta, maka Rasulullah Saw. dan Abu Bakar menaiki unta tersebut diiringi Abdullah Ibnu
Uraiqath menyusuri pantai laut merah menuju ke Madinah. Ketika itu, perjalanan sangat

Page 16
panjang dan terik matahari sangat menyengat. Pada waktu sore di hari kedua, keduanya
melintasi sebuah kemah yang di dalamnya ada seorang wanita bernama Ummu Ma‘bad.
Keduanya meminta makanan dan minuman darinya, namun keduanya hanya mendapati
seekor kambing yang sangat kurus, yang karena lemahnya, tidak bisa pergi ke tempat
pengembalaannya dan tidak memiliki air susu setetes pun. Lalu Rasulullah bergegas
menghampirinya dan mengusap susunya, lalu memerahnya hingga memenuhi satu wadah
besar. Ummu Ma‘bad terdiam heran atas apa yang dilihat, dan mereka semua meminumnya
hingga mereka merasa kenyang. Lalu Rasulullah memerahnya kembali hingga memenuhi
wadah tersebut dan meninggalkan untuk Ummu Ma‘bad. Setelah itu beliau melanjutkan
perjalanannya. Sebelum memasuki Madinah Nabi Muhammad Saw. singgah di Quba‘ dan
mendirikan Masjid di atas tanah milik Khultsum bin Hamdan, keturunan keluarga Bani Amr
bin Auf dari golongan Aus, yang sekarang masjid itu dikenal dengan masjid Quba‘ dalam Al-
Qur‘an disebut juga masjid Taqwa. Setelah ada berita bahwa Nabi Muhammad Saw. dalam
perjalanan menuju kota Madinah, penduduk Madinah telah menunggu kedatangan beliau
dengan penuh kerinduan dan penghormatan. Pada hari kelima, tepatnya pada hari Jum‘at 16
Rabi‘ul Awwal bertepatan dengan tanggal 2 Juli 622 M Nabi Muhammad Saw. beserta
rombongan muhajirin disambut meriah oleh penduduk Madinah. Pada hari Jum‘at ini pulalah
untuk pertama kalinya Rasulullah Saw. mengadakan shalat Jum‘at bersama kaum Muhajirin
dan Anshar. Beliau berjalan dan kebanyakan kaum Anshar berusaha meraih Rasulullah dan
memperoleh kemuliaan dengan menjamu beliau di sisi mereka. Maka mereka memegang tali
kendali unta beliau dan beliaupun berterima kasih kepada mereka dan bersabda: ―Biarkanlah,
karena ia diperintah‖. Tatkala unta tersebut sampai ke tempat yang Allah perintahkan, maka ia
akan duduk. Beliau tidak turun darinya sebelum unta tersebut bangkit dan berjalan sedikit,
Nilai Karakter Toleransi dan Cinta Damai Dengan memeluk Islam ini. Nabi Saw.. telah
memberikan penerangan kepada masyarakat Madinah bahwa Islam adalah agama yang
menentang diskriminasi, dan cinta perdamaian. lalu menoleh dan kembali lagi. Akhirnya, unta
tersebut duduk di tempat semula, dan beliau turun darinya. Tempat itulah yang kemudian
menjadi Masjid Nabawi. Rasulullah Saw. singgah di rumah Abu Ayub al-Anshari. Sedangkan
Ali bin Abi Thalib, ia tetap berada di Mekkah selama tiga hari sepeninggal Nabi, kemudian
keluar menuju Madinah berjumpa dengan Nabi Saw. di Quba.

Page 17
Soal Pilihan Ganda (X)

1. Pada tanggal berapa Rasulullah tiba dikota Yastrib?


A. 19 Rabi‘ul awwal C. 13 Rabi‘ul awwal
B. 16 Rabi’ul awwal D. 17 Rabi‘ul awwal

2. Diatas tanah milik siapakah Rasulullah mendirikan masjid ketika sampai di Madinah?
A. Khultsum bin Hamdan C. Khalid bin Walid
B. Abdullah bin Umar D. Sa‘ad bin ‗Ubadah
3. Dalam perjanjian Aqabah pertama, siapakah wanita yang ikut serta hadir dalam perkumpulan
tersebut
A. Afra binti Abid C. Ummi Kultsum
B. Ruqayyah D. Fatimah

Soal Uraian

1. Jelaskan sikap positif masyarakat Madinah yang dapat kita tiru dalam kehidupan sehari-
hari!
( Mau menolong dan mengorbankan harta benda yang kita miliki dmei orang lain
yang sedang mengalami kesusahan, keramahtamahan dalam menjamu tamu,
kebaikan yang selalu ditunjukkan kepada orang lain meskipun belum dikenal)
2. Bagaimana salah satu rencana jahat abu Jahal untuk menghambat dakwah nabi
diMadinah?
(Diberi sebilah pedang kepada pemuda yang kuat dari masing-masing kabilah, lalu
mereka mengepung Muhammad dan memukulnya secara serentak, sehingga
darahnya terpisah-pisah pada beberapa kabilah )

Page 18
KD: 3.4 Menganalisis kebudayaan masyarakat Madinah sebelum Islam

4.4 Menilai kebudayaan masyarakat Madinah sebelum kedatangan Islam

Indikator, siswa mampu:

3.4.1 Menjelaskan kebudayaan masyarakat Madinah sebelum Islam

Materi

A. Kepercayaan Masyarakat Madinah Sebelum Islam


Sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw, kota Madinah dikenal dengan nama
Yatsrib. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari etnis Arab, baik dari Arab Selatan maupun
Utara, juga ada yang berasal dari etnis Yahudi. Penduduknya telah memiliki kepercayaan
dan agama. Agama yang dianut penduduk Yatrib adalah Yahudi, Nasrani, dan Pagan.
Mayoritas penduduknya memeluk agama Yahudi. Agama Yahudi masuk ke Yatsrib
berbarengan dengan kedatangan imigran dari wilayah utara sekitar abad ke-1 dan ke-2.
Mereka datang ke Mereka datang ke Yatsrib untuk menyelamatkan diri dari penjajahan
Romawi. Mereka mendapatkan penindasan dari Romawi karena melakuakan
pemberontakan. Migrasi terbesar bangsa Yahudi terjadi pada tahun 132-135. Agama
Yahudi dianut oleh beberapa suku-suku, antara lain Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani
Gathafan, Bani Quraidlah. Keempat suku ini tetap memeluk agama Yahudi walaupun
Islam telah tersebar ke Madinah. Kebanyakan mereka bekerjasama dengan kafir quraisy
untuk mengusir dan membunuh Nabi Muhammad Saw. Akibat menentang Islam, Nabi
Muhammad mengusir mereka dari kota Madinah. Sehingga madinah bersih dari bangsa
yahudi.
Selain Yahudi, penduduk Yatsrib memeluk agama Nasrani. Kelompok yang
merupakan kelompok minoritas berasal dari Bani Najran. Mereka mememeluk agama
nasrani pada tahun 343 M ketika Kaisar Romawi mengirim misionaris ke wilayah mereka
untuk menyebarkan agama Nasrani.
Sebagian kecil Penduduk Yasrib ada yang tidak memeluk agama yahudi dan
nasrani. Mereka mengikuti kenyakinan orang Quraisy dan Penduduk Mekkah. Mereka
memandang kaum Quraisy sebagai penjaga Rumah Allah, sebagai pemimpin-pemimpin
Agama, serta sebagai panutan dalam beribadah. Agama mereka dikenal dengan
paganisme yaitu kepercayaan kepada benda-benda, dan kekuatan-kekuatan alam, seperti
matahari, bintang-bintang, bulan, dan sebagainya. Mereka menyembah kekuatan-
kekuatan alam. Mereka hidup sesuai dengan tradisi warisan nenek moyang. Praktik

Page 19
peribadatan mereka bertentangan dengan agama Yahudi dan Nasrani. Karena itu, sering
terjadi perselisihan dan keributan antara mereka dengan pemeluk agama Yahudi.
B. Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Sebelum Islam
Keadaan sosial masyarakat Yatsrib sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw.
memiliki beberapa kemiripan dengan keadaan di Mekkah. Suku-suku dan kelompok
masyarakat yang tinggal di sana berperang satu sama lain. Yasrib memiliki dua
kebudayaan yaitu kebudayaan Arab dan Yahudi. Kedua kebudayaan tersebut jelas
memiliki tradisi yang berbeda. Sekalipun terdapat orang-orang Arab yang memeluk
Yahudi dan terjadi hubungan perkawinan diantara mereka, tapi sikap dan pola hidup
bangsa Yahudi dan Arab berbeda.. Pada awalnya, kedua bangsa tersebut berasal dari satu
rumpun bangsa, yaitu ras Semit yang berpangkal dari Nabi Ibrahim melalui dua putranya,
Ismail dan Ishaq. Bangsa Arab melaui Ismail dan Yahudi melaui Ishaq. Meraka
berkembang dan menyebar sehingga memiliki kebudayaan tersendiri. Disamping itu,
kedua bangsa berkebang menjadi beberapa suku atau kabilah. Adapun kabilah-kabilah
yang berada di Yatsrib (Madinah) antara lain:
1. Kabilah Aus dan Kharzaj
Nama ―Aus‖ dan ―Kharzaj‖ berasal dari nama dua orang laki-laki kakak
beradik. Mereka berasalah dari salah satu kabilah di Arab Selatan. Suku ini berasal
dari salah satu suku besar di Yaman, yaitu Azd. Keturunannya pecah menjadi dua
kelompok yang slaing bermusuhan dan berperang. Perang saudara berlangsung lebih
dari 120 tahun. Kedua kelompok memiliki daerah kekuasaan sendiri dikota
Mekkah.Kabilah Aus menempati wilayah dataran tinggi di Selatan dan Timur.
Kabilah Kharzaj tinggal menempati wilayah datraan rendah di Utara Madinah.
2. Kabilah Yahudi
Di Madinah, bangsa Yahudi terdiri dari 3 kabilah besar yaitu Qainun, Nadhir
dan Quraizhah. Jumlah laki-lakinya yang sudah baligh mencapai lebih dari dua ribu
orang. Laki-laki di kabilah Qainun yang biasa berperang mencapai tujuh ratus orang.
Bani Nadhir mencapai tujuh ratusan orang yang terbiasa perang. Sedangkan laki-laki
dari bani Quraizhah antara tujuh ratus hingga Sembilan ratus orang.
Bani Nadhir menetap di Aliyah, di lembah Baththan sejauh 2 atau 3 mil dari
Madinah. Daerah tersebut banyak pohon kurma dan tanaman-tanaman lainnya. Bani
Quraizhah mendiami wilayah mashur yang terletak bebrapa mil di Selatan Madinah.
Sedangkan bani Qainuqa tinggal di dalam kota Madinah. Mereka pindah setelah
diusir oleh bani Nadhir dan bani Qurauzhah, dari tempat nereka yang berada diluar

Page 20
Madinah. Bangsa Yahudi memiliki Midras, yaitu tempat mereka mempelajari agama
Yahudi dan sejarah Rasul-Rasul mereka. Mereka melahirkan ahli ilmu, ahli agama
dan ahli hukum.
C. Kondisi ekonomi masyarakat Madinah sebelum Islam
Secara geografis Yastrib merupakan kota ketiga yang termasuk pada kawasan
tandus yang popular dengan sebutan Hijaz setelah Thaif dan Mekkah. Yatsrib berada di
tempat strategis sebagai jalur penghubung perdagangan antara kota Yaman di Selatan dan
Syiria di Utara. Yastrib termasuk daerah subur di sekitar kawan tandus. Yasrib berbeda
dengan Kota Makkah di kondisi alam dan watak penduduknya. Yastrib merupakan kota
yang makmur dan subur dengan pertaniannya. Air yang tersedia di kota ini mencukupi
untuk membangun pertanian. Kota ini dikelilingi oleh gunung berbatu. Di terdapat
banyak lembah, atau yang paling terkenal dikenal dengan nama Wadi. Sebagai pusat
pertanian, kota Yatsrib menjadi menarik bagi penduduk wilayah lain untuk pindah ke
Yatsrib. Kota Yatsrib (Madinah) terdapat daerah persawahan dan perkebunan yang
menjadi sandaran hidup penduduk setempat. Penghasilan terbesarnya adalah kurma dan
anggur. Kurma merupakan hasil alam yang memberikan manfaat banyak bagi kehidupan
mereka, di antaranya sebagai makanan, alat bangunan, pabrik, makanan hewan, bahkan
seperti mata uang yang digunakan untuk tukar menukar ketika terdesak. Kurma Madinah
juga banyak macamnya. Di kota Yatsrib (Madinah) terdapat beberapa pabrik yang
sebagian besar dikelola oleh orang-orang Yahudi. Bani Qainuqa‘ adalah kabilah yahudi
terkaya di Madinah, meski jumlah mereka tidak banyak. Di Madinah terdapat banyak
pasar, yang terkenal pasar bani Qainuqa‘, disana juga terdapat toko minyak wangi dan
macam-macam jual beli lainnya, yang sesuai dengan ajaran Islam maupun tidak.
D. Kondisi politik masyarakat Madinah
Yasrib tidak menerapkan model pemerintahan seperti kerajaan yang mengatur
kehidupan masyarakatnya. Kekuasaan berada di tangan suku-suku atau kelompok tertentu
tergantung kepada siapa yang paling kuat diantara mereka. Perang antar suku dan
kelompok sering terjadi. Kondisi tersebut hampir sama dengan keadaan di Makkah. Suku
yang pertama kali tinggal dan menguasai Yasrib adalah suku amaliqoh. Mereka
membangun perkampungan dan peradaban. kemudian, bangsa Yahudi datang ke Madinah
dan akhirnya menguasai Madinah setelah menaklukan suku Amaliqah. Bangsa Yahudi
yang terdiri dari bani Nadhir, bani Quraizhah dan bani Qainuqa sudah bisa membangun
sebuah peradaban dengan membuat bentengbenteng untuk berlindung dari serangan Arab
Badui. Mereka disebutkan sebagai kelompok yang paling makmur dan berbudaya. Oleh

Page 21
karena itu, jelaslah bahwa sebelum kedatangan orang-orang Arab, Madinah sepenuhnya
dikuasai oleh orang-orang Yahudi, baik secara ekonomi, politik, maupun intelektual.
Sejarah menyebutkan bahwa orang-orang Masehi (Kristen) di Syam (Siria) sangat
membenci orang-orang Yahudi. Mereka menganggap bangsa Yahudi telah menyiksa dan
menyalib Isa al-Masih. Mereka menyerbu Yatsrib untuk memerangi orang-orangYahudi.
Dalam penyerbuan tersebut, orang-orang Kristen meminta bantuan suku Aus dan
Khazraj, seperti halnya kaum Yahudi, juga merupakan pendatang. Keadaan tersebut
menyebabkan peperangan antara Yahudi dan Kabilah Arab yaitu Aus dan Kahzraj.
Banyak pemimpin yahudi meninggal, sehingga kekuasaan Yastrib jatuh ketangan Aus
dan Khazraj. Sebelumnya, kondisi Aus dan Kahzraj merupakan buruh. Peralihan
kekuasaan di Yastrib merubah kedua suku menjadi suku yang menonjol. Bangsa Yahudi
sebagai pihak yang tersisihkan, berusaha untuk memecah belah kedua suku tersebut.
Provokasi (penghasutan) mereka nampaknya berhasil. Muncul permusuhan antara kedua
kabilah, sehingga terjadi peperangan yang tidak pernah berarkhir. Dalam kondisi seperti
itu, bangsa Yahudi memiliki peluang untuk memperbesar perdagangan dan kekayaan
mereka. Kekuasaan mereka yang sudah hilang dapat mereka rebut kembali. Sehingga di
Yatsrib terdapat 3 kekuatan yang mengendalikan Madinah yaitu Aus, Khazrah dan
bangsa Yahudi. Ketiganya telah siap tempur dan hidup dalam suasana perang yang tiada
hentinya. Disamping perebutankekuasaan diantara 3 kabilah tersebut, konflik muncul
karena adanya perbedaan agama. Kabilah Aus dan Khazraj memeluk agama Watsani
(menyembah berhala), agama yang tersebar di Memmah. Sedangkan bangsa Yahudi
sebagai Ahlul Kitab (penganut al-Kitab) mempercayai keesaan Tuhan (monoteisme).
Oleh karena itu, orang-orang Yahudi sangat mencela suku Ays dan Khazraj yang
dipandangnyaa sebagai kaum kafir. Sama halnya dengan penganut agama Watsani di
Jazirah Arabia, pada bulan tertenu yaitu Dzulhijjah mereka melakukan ziarah kekota
Makkah. Mereka melakukan peribadatan dan penyembahan berhala yang ada di seputar
Ka‘bah. Ziarah ke kota Makkah biasanya dilakukan secara berombongan, baik dari
kalangan suku Aus maupun Khazraj. Akan tetapi adanya hubungan sosial yang terjadi
antara orang-orang Yahudi yang menetap diMadinah dengan orang-orang Aus dan
Khazraj, sedikit banyak telah menyebabkan pemikiran keagamaan Yahudi dapat
diketahui dan diserap oleh mereka. Keadaan ini menyebabkan kabilah Aus dan Khazraj
lebih mudah memahami ajaran keagamaan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad
Saw. dibanding penduduk Makkah. Karena itu, Orang-orang Yatsrib (Madinah) mudah
mengerti dan memahami ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad, karena

Page 22
ajaran itu menyerupai ajaran-ajaran yang telah mereka dengar dari orang-orang Yahudi.
Salah satunya mengenai akan datangnya seorang Nabi baru. Karena itu, ketika mereka
mendengar berita tentang adanya seorang Nabi di Makkah, yaitu Nabi Muhammad,
mereka dengan cepat menanggapi dan mempercayainya. Dengan alasan itu pula,
kemudian mereka meminta Nabi Muhammad untuk pindah (hijrah) ke kota Yatsrib Dan
menjadi pemimpin bagi kedua kabilah di Yatsrib.

Soal Pilihan Ganda (X)

1. Berikut beberapa suku yang mengenut agam Yahudi, kecuali . Agama Yahudi dianut oleh
beberapa suku-suku, antara lain Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Gathafan, Bani
Quraidlah.
A. Bani Qinuqa C. Bani Hasyim
B. Bani Nadhir D. Bani Gathafan

2. Apa saja kabilah-kabilah yang ada dikota Yatsrib?


A. Kabilah Aus-Khazraj dan kabilah Yahudi
B. Kabilah Aus-Khazraj dan kabilah Khuza‘ah
C. Kabilah Yahudi dan kabilah Khuza‘ah
D. Kabilah Qushay
3. Lembah yang paling terkenal dikota yatsrib adalah
A. Nadi C. Zadi
B. Wadi D. Kadi

Soal Uraian

1. Mengapa kota Yastrib disebut kota yang berhasil dalam bidang perekonomian?
( Karena Yatsrib berada di tempat strategis sebagai jalur penghubung perdagangan
antara kota Yaman di Selatan dan Syiria di Utara, sehingga dengan begitu para
petani atau penduduk dengan mudah melakukan transaksi jual beli serta membeli
berbagai keperluan lainnya)
2. Jelaskan corak politik atau pemerintahan masyarakat Madinah dan apa dampaknya jika
hal tersebut kita tiru dan diterapkan di negara kita
(Yasrib tidak menerapkan model pemerintahan seperti kerajaan yang mengatur
kehidupan masyarakatnya. Kekuasaan berada di tangan suku-suku atau kelompok
tertentu tergantung kepada siapa yang paling kuat diantara mereka. Jadi dalam hal
ini, siapa yang memiliki suara banyak dialah yang berkuasa sedangkan suku suku

Page 23
kecil merasa tertindas. Dampak yang ditimbulkan jika kita meniru dan
menerapkan di Indonesia maka keadilan tidak rata dan terjadi kesenjangan sosial
di maysrakat)

KD: 3.5 Menganalisis strategi dakwah Rasulullah pada periode Madinah

4.5 Mengapresiasi strategi dakwah Rasulullah Saw periode Madinah dan


menyajikannya dalam bentuk tulisan atau media lain

Indikator, siswa mampu:

3.5.1 Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah pada periode Madinah


3.5.2 Menjelaskan strategi untuk mengembangkan dakwah Islam

Materi
A. Strategi dakwah Rasulullah pada periode Madinah
Sesampainya Nabi di Kota Madinah yang dahulu dikenal dengan kota Yastrib setelah
melalui perjalanan yang melelahkan akibat dikejar oleh kaum Quraisy Nabi segera
menyusun beberapa strategi untuk mengembangkan da‘wah Islam. Di Madinah sebelum
kedatangan agama Islam, antara suku Aus dan Khaz-raj selalu terjadi perselisihan bahkan
tidak jarang terjadi pertumpahan darah hal ini dipicu oleh adanya pihak ketiga, yakni
Yahudi. Kedatangan Rasulullah memberikan dampak positif pada kedua suku tersebut.
Kedua suku tersebut banyak yang memeluk Agama Islam, sehingga semuanya telah
terikat dalam satu ikatan keimanan. Walaupun tidak bisa menghilangkan sama sekali sisi
fanatisme kesukaan namun telah tertanam dalam jiwa mereka bahwa semua manusia
dalam pandangan islam adalah sama. Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah
hanyalah ketakwaannya. dengan memeluk islam ini, Rasulullah telah memberikan
penerangan pada masyarakat Madinah bahwa Islam adalah agama yang menentang
diskriminasi, dan cinta pada perdamaian.
Berikut ini strategi tersebut :
1. Membangun Masjid
Langkah ini sebagai upaya agar kaum Muhajirin dan kaum Anshor dapat
melaksanakan ibadah sholat serta melaksanakan kegiatan keagamaan lainnya tanpa
takut dikejar-kejar lagi oleh kaum musyirikin maupun kaum yang tidak suka dengan
ajaran Islam.

Page 24
Masjid yang pertama dibangun oleh Nabi ketika di Madinah adalah Masjid Quba
kemudian Masjid Nabawi yang dibangun pada bulan Robi‘ul Awal tahun 1 Hijriah
atau 622 Masehi sebagai tombak pembangunan fisik perkembangan Islam pertama di
Madinah. Masjid Nabawi berfungsi sebagai pemersatu umat. Pada mulanya tanah
Masjid ini dibeli Nabi dari anak yatim bernama Sahal dan Suhail sebagian tanah ini
dipakai untuk tinggal Nabi dan sebagian lagi untuk Masjid. Orang yang pertama kali
mengumandangkan adzan di masjid ini bernama Bilal bin Rabah, seiring dengan
perkembangan kota Madinah yang pesat, masjid ini pun kemudian banyak dikunjungi
orang dengan berbagai tujuan. Setelah membangun masjid ini umat Islam juga
membangun Masjid lainnya seperti masjid Jumu‘ah, masjid Quba, masjid Bani
Quraizhah, masjid Gumamah, masjid Ubay bin Ka‘ab, masjid Salman dan masjid Ali.
Hal inilah yang kemudian menjadikan Islam semakin terkenal dimana-mana sebagai
umat yang bersatu padu.
2. Mempersatukan antara kaum Anshorin dan kaum Muhajirin
Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum
Muhajjirin dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan
kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan
hanya mengharap keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan
dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu‘az bin
Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu
seterusnya sehingga setiap orang dari Kaum Anshar dipersaudarakan dengan kaum
Muhajirin.
3. Mempersatukan kaum Muslimin dan kaum Non Muslim
Hal ini dilakukan Nabi agar terciptanya perdamaian antara kaum Yahudi atau non
muslim dan kaum muslimin. Salah satu upaya Nabi ini kemudian dikenal dengan
sebutan Piagam Madinah yang dilaksanakan pada tahun 2 Hijriah atau 624 M.
Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan
suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara
dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan
kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum
pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan
Islam dapat mewujudkan negeri ― Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur ― dan
Madinah disebut ― Madinatul Munawwarah ‖.

Page 25
Soal Pilihan Ganda (X)

1. Apa nama kota Madinah sebelum Rasulullah datang ?


A. Yastrib B. Damaskus C. Baghdad D. Yaman
2. Apa masjid pertama yang dibangun Rasulullah ketika di Madinah?
A. Masjidill Haram B. Masjid Jin C. Masjid Quba D. Masjid al-Hikmah
3. Pada tahun berapa Masjid Nabawi dibangun?
A. 662 M B. 663M C. 665M D. 668 M
4. Siapakah yang mengumandangkan adzan pertama kali di Masjid nabawi?
A. Ali bin Abi Thalib C. Bilal bin Rabbah
B. b. Abu Bakar as-Siddiq D. Umar bin Khattab
5. Siapakah anak yatim yang dibeli tanahnya untuk membangun Masjid Nabawi?
A. Sahal dan Suhail C. Abbas dan Sufyan
B. Saad dan Sholih D. Umar dan Ali

Soal Uraian

1. Apa saja strategi yang digunakan Rasulullah pada periode Madinah?


(Membangun masjid, Mempersatukan Kaum)
2. Apa tujuan dari Piagam Madinah untuk masyarakat Madinah dan pemerintahan Islam?
(Untuk mewujudkan negeri “ Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur )

KD: 3.6 Menganalisis substansi dari Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah)


4.6 Mengapresiasi isi Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah)

Indikator, siswa mampu:

3.6.1 Menjelaskan mengenai substansi dari piagam Madinah


3.6.2 Menjelaskan peraturan kehidupan masyarakat Madinah
3.6.3 Menjelaskan tujuan piagam Madinah

Materi

Pengertian Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah)

Piagam Madinah adalah perjanjian damai yang di buat oleh Rasulullah untuk mengatur kehidupan
masyarakat Madinah dari semua komponen masyarakat yang tinggal di Madinah termasuk kaum

Page 26
Yahudi yang bertujuan menjadikan madinah sebagai negara yang aman dan damai. Berikut adalah isi
dari piagam madinah yang memiliki 47 pasal:
Muqaddimah
ُ‫تغُ هللا اٌش حّٓ اٌش حي‬
Dengan nama Allah Tuhan yang maha pengasih dan penyayang

ُٙ‫ُ لٍحك ت‬ٙ‫ ِٓ ذثع‬ٚ ‫ يششب‬ٚ ‫ اٌّغٍّيٓ ِٓ لشيش‬ٚ ٓ‫ عٍُ تيٓ اٌّإِٕي‬ٚ ٗ‫ هللا عٍي‬ٍٝ‫ّذ إٌثي ص‬ِٙ ِٓ ‫٘زا وراب‬
.ُٙ‫جا٘ذ ِع‬ٚ

Inilah piagam dari nabi Muhammad SAW diantara orang-orang yang beriman dan
memeluk islam yang berasal dari suku Quraisy dan dari Yasrib, dan orang-orang yang
mengikuti mereka, mempersatukan diri dan berjuang bersama.
A. Persatuan umat

Pasal 1

‫ْ إٌاط‬ٛ٘ ِٓ ‫احذج‬ٚ ‫ُ اِح‬ٙٔ‫ا‬

Sesungguhnya mereka adalah satu bangsa satu negara (ummat) yang bebas dari (pengaruh dan
kekuasaan) manusia lainnya.

II. Hak Asasi Manusia

Pasal 2

ٓ‫اٌمغظ تيٓ اٌّإِٕي‬ٚ ‫ُ تاٌّعشف‬ٙ‫ْ عأي‬ٚ‫ُ٘ يمذ‬ٚ ‫ا‬ٙٔ‫اعطا‬ٚ ‫ُ اخز اٌذيح‬ٕٙ‫ْ تي‬ٍٛ‫ُ يرعال‬ٙ‫ ستعر‬ٍٝ‫ْ ِٓ لشيش ع‬ٚ‫اجش‬ٌّٙ‫ا‬

Kaum muhajirin dari suku Quraisy tetap mempunyai hak asli, yaitu saling menanggung daan
membayar diyat (uang tebusan) diantara mereka (karena pembunuhan) dengan cara yang baik dan adil
diantara orang-orang yang beriman.

Pasal 3

ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ف‬ٚ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ وً طا ئفح ذفذ‬ٚ ٌٝ ٚ ‫ُ اٌال‬ٍٙ‫ ْ ِعا ف‬ٍٛ‫ُ يرعا ف‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ف ع‬ٛ‫ ع‬ٛ‫ ير‬ٚ

Bani Auf tetap mempunyai hak asli mereka, tanggung menanggung dalam uang tebusan darah. Setiap
keluarga mereka membayar bersama uang tebusan dengan baik dan adil diantara mereka.

Pasal 4

ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٚ ٌٝ ٚ ‫ُ اٌال‬ٍٙ‫ ْ ِعا ف‬ٍٛ‫ُ يرعا ف‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ عا عذ ج ع‬ٛ‫ ير‬ٚ

Page 27
Bani Sa‘idah (dari Yasrib) tetap berpegang teguh pada hak-hak asli mereka, saling menaggung uang
tebusan mereka. Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan dengan baik dan adil
dinatara orang-orang beriman.

Pasal 5

ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٌٛ ٌٝ ٚ ْ‫ ْ اٌال‬ٍٛ‫ُ يرعا ل‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ اٌحش ز ع‬ٕٛ‫ ت‬ٚ

Bani Haris (dari suku Yasrib) tetap berpegang pada hak-hak asli mereka saling menanggung uang
tebusan diantara mereka (diyat). Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan dengan
baik dan adil diantara orang-orang beriman.

Pasal 6

‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٌٛ ٌٝ ٚ ْ‫ ْ اٌال‬ٍٛ‫ُ يرعا ل‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫جشُ ع‬ٕٛ‫ ت‬ٚ

Bani Jusyam (dari suku Yasrib) tetap berpegang pada hak-hak asli mereka saling menanggung uang
tebusan diantara mereka (diyat). Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan den gan
baik dan adil diantara orang-orang beriman.

Pasal 7

ْ ٌ‫ ْ ا‬ٍٛ‫ُ يرعا ل‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ إٌجا سع‬ٕٛ‫ ت‬ٚ


ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٌٛ ٌٝ ٚ ‫ال‬

Bani Najr (dari suku Yasrib) tetap berpegang pada hak-hak asli mereka saling menanggung uang
tebusan diantara mereka (diyat). Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan dengan
baik dan adil diantara orang-orang beriman.

Pasal 8

ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٌٛ ٌٝ ٚ ْ‫ ْ اٌال‬ٍٛ‫ُ يرعا ل‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ ف ع‬ٛ‫ تٓ ع‬ٚ ‫ عّش‬ٕٛ‫ ت‬ٚ

Bani Amr bin Auf (dari suku Yasrib) tetap berpegang pada hak-hak asli mereka saling menanggung
uang tebusan diantara mereka (diyat). Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan
dengan baik dan adil diantara orang-orang beriman.

Pasal 9

ْ ٌ‫ ْ ا‬ٍٛ‫ُ يرعا ل‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ إٌثيد ع‬ٕٛ‫ ت‬ٚ


ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٌٛ ٌٝ ٚ ‫ال‬

Bani Nabith (dari suku Yasrib) tetap berpegang pada hak-hak asli mereka saling menanggung uang
tebusan diantara mereka (diyat). Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan dengan
baik dan adil diantara orang-orang beriman.

Page 28
Pasal 10

ٓ‫ اٌمغظ تيٓ اٌّإ ِٕي‬ٚ ‫ ف‬ٚ ‫ا تا ٌّعش‬ٙ‫ عا ٔي‬ٜ‫ُ ذفذ‬ِٕٙ ‫ وً طا ئفح‬ٌٛ ٌٝ ٚ ْ‫ ْ اٌال‬ٍٛ‫ُ يرعا ل‬ٙ‫ س تعر‬ٍٝ‫ط ع‬ٚ‫ اال‬ٕٛ‫ ت‬ٚ

Bani Aus (dari suku Yasrib) tetap berpegang pada hak-hak asli mereka saling menanggung uang
tebusan diantara mereka (diyat). Setiap keluarga dari mereka membayar bersama akan tebusan dengan
baik dan adil diantara orang-orang beriman.

IlI. Persatuan dan Keagamaan

Pasal 11

ً‫عم‬ٚ‫ لذاءا‬ٝ‫ف ف‬ٚ‫ٖ تاٌّعش‬ٛ‫ُ أيعط‬ٙ‫ْ ِمشجاتي‬ٛ‫أاٌّإِٕيٓ اليرشو‬ٚ

Sesungguhnya orang yang beriman tidak akan melalaikan tanggung jawabnya untuk memberi
sumbangan bagi orang yang berhutang karena membayar uang tebusan darah dengan baik dan adil
dikalangan orang-orang beriman

Pasal 12

ٗٔٚ‫ َءِٓ د‬ٌِٝٛ ِٓ‫اليحاٌف ِإ‬ٚ

Tidak seorangpun dari orang-orang yang beriman diperbolehkan membuat persekutuan dengan teman
sekutu dari orang yang beriman lainnya tanpa persetujuan lebih dulu

Pasal 13

ْ ‫ وا‬ٌٛٚ ‫ُ عٍيٗ جّيعا‬ٙ‫اْ ايذي‬ٚ ٓ‫فغادتيٓ اٌّإِٕي‬ٚ‫اْ ا‬ٚ‫عذ‬ٚ‫اثُ ا‬ٚ‫ دعيعح ظٍُ ا‬ٝ‫اترغ‬ٚ‫ُ ا‬ِٕٙ ٝ‫ ِٓ تغ‬ٍٝ‫أاٌّإِٕيٓ اٌّرميٓ ع‬ٚ
ُ٘‫ٌذاحذ‬ٚ

Setiap orang yang beriman dan bertaqwa harus menentang setiap orang yang berbuat kesalahan,
melanggar ketertiban, penipuan, permusuhan atau pengacauan di kalangan orang-orang yang beriman.
Mereka harus dihukum walau terhadap anaknya sendiri.

Pasal 14

ِٓ‫اليٕصشوافشاعٍىّإ‬ٚ‫ وافش‬ٝ‫اليمرً ِإِٓ عٕاف‬ٚ

Tidak diperkenankan seorang beriman membunuh seorang yang beriman lainnya lantaran orang yang
tidak beriman tidak diperkenankan seorang yang beriman membantu seorang kafir untuk melawan
seorang yang beriman lainnya

Pasal 15

‫ْ إٌاط‬ٚ‫اٌي تعض د‬ِٛ ُٙ‫اْ اٌّإِٕيٓ يعض‬ٚ ُٙٔ‫ُ اد‬ٙ‫احذج يجذعٍي‬ٚ ‫اْ رِح هللا‬ٚ

Page 29
Jaminan tuhan adalah satu dan merata, melindungi nasib orang-orang yang lemah. Segenap orang
yang beriman harus saling menjamin dan setia kawan antar mereka dari gangguan manusia lain.

IV. Persatuan Warga Negara

Pasal 16

ُٙ‫العرٕاصشعٍي‬ٚ ٓ‫ِي‬ٍٛ‫ج غيشِظ‬ٛ‫االع‬ٚ‫دفاْ ٌٗ إٌصش‬ٛٙ‫أٗ ِٓ ذثعٕا ِٓ ي‬ٚ

Sesungguhnya bangsa yahudi yang setia pada negara berhak mendapat bantuan dan perlindungan serta
tidak boleh dikurangi haknya dan tidak boleh diasingkan dari pergaulan umum.

Pasal 17

ُٕٙ‫عذي تي‬ٚ‫اء‬ٛ‫ ع‬ٍٝ‫ عثيً هللا االع‬ٝ‫ لراي ف‬ٝ‫ْ ِإِٓ ف‬ٚ‫احذج اليغاٌُ ِإِٓ د‬ٚ ٓ‫اْ عٍُ اٌّإِٕي‬ٚ

Perdamaian dari orang-orang yang beriman adalah satu. Tidak diperkenankan segolongan orang yang
beriman membuat perjanjian tanpa ikut sertanya segolongan lainnya didalam suatu peperangan di jalan
Tuhan. Kecuali atas dasar persamaan dan keadilan diantara mereka.

Pasal 18

‫اْ وً غاصيح غض خ ِصٕا يعمة تعضحا تعضا‬ٚ

Setiap penyerangan yang dilakukan terhadap kita (madinah) merupakan suatu tantangan terhadap
semuanya yang harus diperkuat oleh seluruh golongan.

Pasal 19

ِٗٛ‫ال‬ٚ ٜ‫ احغٓ ٘ذ‬ٍٝ‫اٌّرميٓ ع‬ٚ ٓ‫اْ اٌّإِٕي‬ٚ ‫ تعض تـّأاي دعاءُ٘ فىغثيً هللا‬ٍٝ‫ُ ع‬ٙ‫اْ اٌّإِٕيٓ يثئ تعض‬ٚ

Segenap orang-orang yang beriman harus memberikan pembelaan terhadap tiap-tiap darah yang
bertumpah dialam tuhan. Dan setiap orang yang beriman yang bertaqwa harus berteguh hati atas jalan
yang baik dan kuat.

Pasal 20

ِٓ‫ ِإ‬ٍٝ‫ىٗ ع‬ٚ‫ ي د‬ٛ‫ال يح‬ٚ ‫أٗ ال يجيشِششن ِا ال ٌمذ يش‬ٚ

Perlindungan yang diberikan oleh orang musyrik terhadap harta dan jiwa seorang musuh Quraisy tidak
diakui

Pasal 21

ٗ‫ُ االلياَ عٍي‬ٌٙ ً‫اليح‬ٚ ‫اْ اٌّإِٕيٓ عٍيٗ وافح‬ٚ ‫ي‬ٛ‫ٌي اٌّمر‬ٚ ٝ‫دتٗ اال اْ يشض‬ٛ‫أٗ ِٓ اعرثظ ِإِٕا لرال عٓ تيٕح فأٗ ل‬ٚ

Page 30
Barang siapa yang membunuh terhadap seorang mukmin disertai bukti terhadap perbuatannya, maka ia
harus dihukum bunuh, kecuali ada wali yang rela menerima ganti rugi. Dan orang mukmin harus
menutuk perbuatan tersebut dan diizinkan menghukum kejahatan tersebut.

Pasal 22

‫اٖ فاْ عٍيٗ ٌعٕح‬ٚ‫ آ‬ٚ‫أٗ ِٓ ٔصشٖ ا‬ٚ ‫يح‬ٚ‫ال يـإ‬ٚ ‫َ اخآخش اْ يٕصش ِحذثا‬ٛ‫اٌي‬ٚ ‫آِٓ تاهلل‬ٚ ‫ ٘زٖ اٌصحيفح‬ٝ‫أٗ ال يحً ٌّإِٓ ألش تّا ف‬ٚ
‫العذي‬ٚ ‫اليـإخز ِٕٗ صشف‬ٚ ‫َ اٌمياِد‬ٛ‫غضثٗ ي‬ٚ ‫هللا‬

Tidak dibenarkan bagi seorang yang mengakui piagam ini dan percaya kepada Tuhan dan hari akhir
akan membantu orang yang salah dan memberikan tempat kediaman baginya. Siapa yang memberikan
bantuan dan tempat tinggal bagi pengkhianat negara atau orang yang salah akan mendapat kemurkaan
dan kutukan dari Tuhan dihari kiamat nanti. Serta tidak diterima pengakuan dan persaksiannya.

Pasal 23

ٍُ‫ع‬ٚ ٗ‫ عٍي‬ٍٝ‫ دمحم ص‬ٌٝ‫ا‬ٚ ً‫ج‬ٚ ٓ‫ هللا ع‬ٌٝ‫ّا اخرٍفرُ فيٗ ِٓ شيئ فاْ ِشدٖ ا‬ِٙ ُ‫أى‬ٚ

Apabila ada perselisihan pendapat diantara kamu dalam suatu hal, maka kembalikan penyelesaiannya
pada hukum Tuhan dan keputusan Muhammad.

V. Golongan Minoritas

Pasal 24

ٓ‫اِحاستي‬ِٛ‫ْ ِع اٌّإِٕيٓ ِا دا‬ٛ‫ديٕفم‬ٛٙ‫اْ اٌي‬ٚ

Warga negara dari golongan Yahudi memikul biaya bersama-sama dengan kaum mukmin selama
negara dalam peperangan

Pasal 25

ٗ‫اً٘ تير‬ٚ ٗ‫ذخ اال ٔفغ‬ٛ‫اثُ فأٗ ال يـ‬ٚ ٍُ‫ُ اال ِٓ ظ‬ٙ‫أفغ‬ٚ ُٙ‫اٌي‬ِٛ ُٕٙ‫د دي‬ٛٙ‫ف اِح ِع اٌّإِٕيٓ ٌٍي‬ٛ‫د تٕي ع‬ٛٙ‫اْ ي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Auf adalah satu bangsa negara dengan orang mukmin. Kaum Yahudi bebas
memeluk agama mereka, dan kaum muslimin bebas memeluk agamanya. Kebebasan ini berlaku juga
untuk pengikut dan sekutu mereka. Kecuali ada yang mengacau dan berbuat kejahatan yang menimpa
diri bersangkutan dan keluarganya.

Pasal 26

‫ف‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫ إٌجاسِثً ِاٌي‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫اْ ٌي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Najjar diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari bani Auf.

Page 31
Pasal 27

‫ف‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫ اٌحشز ِثً ِاٌي‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫اْ ٌي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Harts diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari bani Auf.

Pasal 28

‫ف‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫ عا عذٖ ِثً ِاٌي‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫اْ ٌي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Saidah diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari bani Auf

Pasal 29

‫ف‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫ جشُ ِثً ِاٌي‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫اْ ٌي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Jusyam diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari bani Auf

Pasal 30

‫ف‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫ط ِثً ِاٌي‬ٚ‫ اال‬ٕٝ‫دي‬ٛٙ‫اْ ٌي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Aus diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari bani Auf

Pasal 31

ٗ‫اً٘ تير‬ٚ ٗ‫ذخ اال ٔفغ‬ٛ‫اثُ فا ذٗ ال ي‬ٚ ٍُ‫ف اال ِٓ ظ‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دت‬ٛٙ‫ ثعٍثٗ ِثً ِا ٌي‬ٕٝ‫ذ ت‬ٙ‫اْ ٌي‬ٚ

Kaum Yahudi dari bani Tsa‘labah diperlakukan sama seperti kaum Yahudi dari bani Auf. Kecuali ada
yang mengacau dan berbuat kejahatan yang menimpa diri bersangkutan dan keluarganya.

Pasal 32

ُٙ‫اْ جفٕٗ تطٓ ثعٍثٗ وأفغ‬ٚ

Suku Jafinah adalah bertalian darah dengan kaum Yahudi dari bani Tsa‘labah dan diperlakukan seperti
bani Tsa‘labah

Pasal 33

ُ‫ْ االث‬ٚ‫اْ اٌثشد‬ٚ ‫ف‬ٛ‫ ع‬ٕٝ‫دت‬ٛٙ‫ اٌشطيثح ِثً ِا ٌي‬ٕٝ‫اْ ٌث‬ٚ

Bani Sutheibah diperlakukan sama dengan kaum Yahudi dari bani Auf

Pasal 34

ُٙ‫ ثعٍثٗ وأفغ‬ٌٝ‫ا‬ِٛ ْ‫ا‬ٚ

Page 32
Pengikut dan sekutu bani Tsa‘labah diperlakukan sama seperti bani Tsa‘labah

Pasal 35

ُٙ‫د وأفغ‬ٛٙ‫اْ تطٓ ي‬ٚ

Semua pegawai dan pembela kaum Yahudi diperlakukan sama seperti kaum Yahudi

VI. Warga Negara

Pasal 36

ْ‫ا‬ٚ ٍُ‫اً٘ تيرٗ اال ِٓ ظ‬ٚ ‫أٗ ِٓ فره فثٕفغٗ فره‬ٚ ‫ ثاس جش‬ٍٝ‫أٗ ال يٕحجشع‬ٚ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ‫ُ اال تارْ دمحمصاهلل عٍي‬ٕٙ‫أٗ ال يخشج احذع‬ٚ
‫ اتش٘زا‬ٍٝ‫هللا ع‬

Warga negara tidak diperbolehkan bertindak diluar izin dari Muhammad SAW. Seorang warga boleh
bertindak membalas kejahatan terhadap apa yang dilakukan kepadanya. Siapa yang berbuat kejahatan,
maka balasannya akan menimpa dirinya dan keluarganya, kecuali dapat membela diri. Tuhan
melindungi orang yang setia terhadap piagam ini

Pasal 37

‫اٌثش‬ٚ ‫إٌصيحح‬ٚ ‫ُ إٌصح‬ٕٙ‫اْ تي‬ٚ ‫ ِٓ حاسب اً٘ ٘زٖ اٌصحيفح‬ٍٝ‫ُ إٌصشع‬ٕٙ‫اْ تي‬ٚ ُٙ‫ اٌّغٍّيٓ ٔفمر‬ٍٝ‫ع‬ٚ ُٙ‫د ٔفمر‬ٛٙ‫ اٌي‬ٍٝ‫اْ ع‬ٚ
ٍَٛ‫اْ إٌصش ٌٍّظ‬ٚ ٗ‫أٗ ٌُ يأثُ اِشؤ تـحٍيف‬ٚ ُ‫ْ االث‬ٚ‫د‬

Kaum Yahudi memikul biaya negara seperti kaum muslimin. Diantara kaum muslimin dan Yahudi
berhak membela dan memerangi setiap musuh yang menentang piagam ini. Diantara mereka harus
saling menasehati dan berbuat baik serta menjauhi perbuatan dosa. Seorang warga negara tidak
dianggap salah atas apa yang diperbuat sahabat atau sekutunya. Pertolongan, pembelaan dan bantuan
harus diberikan kepada orang atau golongan yang teraniaya.

Pasal 38

ٓ‫اِحاستي‬ٛ‫ْ ِع اٌّإِٕيٓ ِا داع‬ٛ‫ديٕفم‬ٛٙ‫أاٌي‬ٚ

Warga negara kaum Yahudi memikul biaya bersama-sama mukmin selesai peperangan terjadi

VII. Pertahanan Negara

Pasal 39

‫االً٘ ٘ذٖ اٌصحيفح‬ٙ‫ف‬ٛ‫اْ يششب حشاَ ج‬ٚ

Kota Yasrib, ibu kota negara tidak boleh dilanggar kehormatannya oleh peserta piagam ini

Page 33
Pasal 40

ُ‫الاث‬ٚ‫أاٌجاسواإٌفظ غيشِضاس‬ٚ

Semua tetangga yang berdampingan rumah harus diperlakukan seperti dirinya sendiri dan tidak boleh
diganggu ketentramannya dan dipersalahkan

Pasal 41

‫ا‬ٍٙ٘‫أٗ الذجاسحشِح االتارْ ا‬ٚ

Seorang tetangga perempuan tidak boleh diganggu ketentramannya atau kehormatannya, serta setiap
kunjungan harus disertai izin suaminya.

VIII. Pimpinan Negara

Pasal 42

ٍٝ‫اْ هللا ع‬ٚ ٍُ‫ع‬ٚ ٗ‫ دمحم صٍىاهلل عٍي‬ٌٝ‫ا‬ٚ ً‫ج‬ٚ‫ هللا عض‬ٌٝ‫اشرجاس يخاف فغادٖ فاْ ِشدٖ ا‬ٚ ‫أٗ ِا واْ تيٓ اً٘ ٘زٖ اٌصحيفح ِٓ حذز‬ٚ
ٖ‫اتش‬ٚ ‫ ٘زٖ اٌصحيفح‬ٝ‫ ِا ف‬ٝ‫اذم‬

Setiap pertengkaran atau peristiwa yang terjadi antar pengikut piagam ini harus segera dilaporkan dan
diselesaikan menurut hukum Tuhan dan kebijaksanaan Muahmmad SAW.

Pasal 43

‫ال ِٓ ٔصش٘ا‬ٚ ‫أٗ ال ذجاسلشيش‬ٚ

Sesungguhnya musuh Quraisy tidak boleh dilindungi juga orang yang membantu mereka.

Pasal 44

‫ ِٓ دُ٘ يششب‬ٍٝ‫ُ إٌصشع‬ٕٙ‫اْ تي‬ٚ

Dikalangan warga negara sudah berjanji untuk menentang setiap aggressor yang datang menyerang
kota Yasrib.

IX. Politik Perdamaian

Pasal 45

‫ اٌّإِٕيٓ اال ِٓ حاسب‬ٍٝ‫ُ ع‬ٌٙ ٗٔ‫ ِثً رٌه فا‬ٌٝ‫ا ا‬ٛ‫ُ ارا دع‬ٙٔ‫ا‬ٚ ٗٔٛ‫يٍثغ‬ٚ ٗٔٛ‫ُ يصاٌح‬ٙٔ‫ٔٗ) فا‬ٛ‫يٍثغ‬ٚ( ٗٔٛ‫ صٍح يصاٌح‬ٌٝ‫ا ا‬ٛ‫ارا دع‬ٚ
ٍُٙ‫ لث‬ٜ‫ُ اٌز‬ٕٙ‫ُ ِٓ جات‬ٙ‫ وً أاط حصر‬ٍٝ‫ اٌذيٓ ع‬ٝ‫ف‬

Page 34
Apabila ada negara yang diajak membuat perjanjian perdamaian, dan mereka bersedia, maka
perjanjian tersebut harus segera dilaksanakan kecuali mereka menunjukkan permusuhan terhadap
agama islam. Dan warga negara wajib mendukung setiap perjanjian damai tersebut.

Pasal 46

ُ‫ْ االث‬ٚ‫اْ اٌثش د‬ٚ ‫ ِثً ِاالً٘ ٘زٖ اٌصحيفح ِع اٌثش اٌحغٓ ِٓ اً٘ ٘زٖ اٌصحيفح‬ٍٝ‫ُ ع‬ٙ‫أفغ‬ٚ ُٙ‫اٌي‬ِٛ ‫ط‬ٚ‫د اال‬ٛٙ‫اْ ي‬ٚ

Sesungguhnya kaum Yahudidari bani Aus dan sekutunya mempunyai kewajiban yang sama dalam
menjaga setiap perdamaian. Sesungguhnya perdamaian dapat menghilangkan kesalahan.

X. Penutup

Pasal 47

‫أٗ ِٓ خشج‬ٚ .ُ‫آث‬ٚ ٌُ‫ْ ظا‬ٚ‫ي ٘زا اٌىراب د‬ٛ‫أٗ ال يح‬ٚ ٖ‫اتش‬ٚ ‫ ٘زٖ اٌصحيفح‬ٝ‫ اصذق ِاف‬ٍٝ‫اْ هللا ع‬ٚ ٗ‫ ٔفغ‬ٍٝ‫ال يىغة واعة االع‬ٚ
ٍُ‫ع‬ٚ ٗ‫ي هللا صً هللا عٍي‬ٛ‫دمحم سع‬ٚ ٝ‫اذم‬ٚ ‫اْ هللا جاس ٌّٓ تش‬ٚ ُ‫اث‬ٚ ٍُ‫ِٓ لعذ آِٓ تاٌّذيٕح اال ِٓ ظ‬ٚ ِٓ‫آ‬

1. Setiap warga negara yang bekerja dan berusaha, maka usaha tersebut atas dirinya sendiri.
2. Sesungguhnya Tuhan menyertai semua peserta piagam ini.
3. Piagam ini tidak diperbolehkan melindungi orang yang salah dan berbuat dhalim
4. Sesungguhnya (mulai saat ini) orang yang bepergian adalah aman
5. Orang yang menetap juga aman kecuali yang dhalim dan berbuat salah.
6. Sesungguhnya Tuhan melindungi orang yang berbuat taqwa.
7. Dan akhirnya Muahmmad adalah pesuruh Tuhan. Semoga Tuhan mencurahkan shalawat
dan kesejahteraan atasNya.
Dari isi piagam madinah tersebut dapat kita uraikan bahwa diantara bani Auf, Sa‘idah,
Haris, Jusyam, Najr, Amr bin Auf, Nabith dan bani Aus memiliki hak dan kewajiban yang
sama. Salah satunya dalam hal membayar diyat, tidak ada perbedaan diantara mereka. Selan
itu mereka harus mempunyai rasa tanggung jawab, karena itu merupakan suatu bentuk
ketaatan mereka kepada Allah dan Rasulullah. Dalam piagam tersebut juga dijelaskan bahwa
apabila ada orang yang berbuat kesalahan maka harus dihukum sesuai apa yang ia perbuat dan
hukum tanpa pandang bulu, status sosial dan lain sebagainya.
Selain membahas tentang hukum, juga membahas tentang keharusan memiliki sikap
saling menghormati, menjaga,mengahargai antar kaum, serta tidak boleh ada pertengkaran.
Apabila ada salah satu kaum yang butuh pertolongan, maka kaum yang lain wajib
menolongnya. Dan jika ada serangan dari luar Madinah, maka seluruh kaum harus bersatu dan
bekerja sama untuk menaklukan serangan tersebut.

Page 35
Dalam piagam Madinah tersebut juga dijelaskan bahwa barang siapa yang terbukti
melakukan pembunuhan maka sebagai hukuman, ia wajib dibunuh kecuali ada wali yang
membayar ganti rugi. Dan apabila ada seorang yang membela orang yang telah berbuat
kesalaha. Maka orang yang membela tersebut akan mendapat kemurkaan dari Allah.
Dalam hal agama juga dijelaskan, bahwa mereka bebas memeluk agama mereka atas dasar
toleransi dalam beragama, serta tidak ada perbedaan antara kaum yang satu dengan kaum
yang lain. Pada intinya isi piagam Madinah tersebut adalah setiap penduduk ketika hendak
melakukan sesuatu harus seizing nabi Muhammad SAW. dan harus sesuai dengan isi piagam
Madinah tersebut.

Soal Pilihan Ganda (X)

1. Berapa jumlah pasal dalam Piagam Madinah?


a. 47 b. 48 c. 49 d. 46
2. Siapakah kaum non-Muslim yang juga terikat dalam Piagam Madinah?
a.Kaum Nasrani c. Kaum Kafir
b. Kaum Yahudi d. Kaum Kristen
3. Pada bab hak asasi manusia terdapat berapa pasal?
a. 10 b. 13 c. 15 d. 19
4. Persatuan umat terdapat pada bab berapa?
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
5. Bab 9 dalam Piagam Madinah menjelaskan apa?
a.Persatuan Umat c. Politik Perdamaian
b. Warga Negara d. Penutup
Soal Uraian

1. Bagaimana hukuman bagi seseorang yang membunuh menurut Piagam Madinah?


(dihukum sesuai dengan perbuatannya, jika ada walinya membayar ganti rugi. )
2. Sikap apa yang harus di miliki setelah memperlajari substansi Piagam Madinah ini?
(Bertanggung jawab, saling menghormati terhadap siapapun. (kondisional).

Page 36
KD: 3.7 Menganalisis faktor-faktor keberhasilan Fathu Makkah

4.7 Mengapresiasi kemuliaan prilaku Rasulullah dalam peristiwa Fathul Makkah

Indikator, siswa mampu:

3.7.1 Menjelaskan faktor-faktor keberhasilan Fathul Makkah


3.7.2 Menunjukkan perilaku istiqamah perjuangan Rasulullah dalam berdakwah

Mater

Ibnu Ishak mengemukakan, terjadi perselisihan antara Bani Khuza‗ah dengan Bani
Bakar, permusuhan tersebut reda setelah ada perjanjian Hudaibiyah. Dalam perjanjian itu,
disebutkan keduanya mengadakan perdamaian dan tidak saling menyerang, keduanya juga
boleh bebas memilih sekutunya. Bani Khuza‗ah bergabung dengan Nabi Muhammad saw. dan
Bani Bakar ke kafir Quraisy. Namun demikian, Bani Bakar melanggar perjanjian ini, dengan
bantuan kafir Quraisy menyerang Bani Khuza‗ah. Dengan demikian, Bani Bakar melanggar
perjanjian Hudaibiyah.
Pada saat itulah, Bani Khuza‗ah meminta bantuan kepada Rasulullah saw. Beliau
menyiapkan 10.0000 pasukan guna membantu Bani Khuza‗ah. Mendengar berita ini, kafir
Quraisy mengutus Abu Sufyan ke Madinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat
kembali dan diperpanjang waktunya. Perjanjian tersebut sudah berlaku selama dua tahun.
Kaum Quraisy menginginkan agar perjanjian tersebut diperpanjang 10 tahun. Abu Sufyan,
sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini
berangkat menuju Madinah. Abu Sufyan menuju ke rumah putrinya, Ummu Habibah, istri
Nabi saw., Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah. Ia
mengemukakan maksud kedatangannya dan minta mereka untuk menjadi perantara dialog
dengan Rasul saw. Tetapi semua mengatakan bahwa tak ada orang yang dapat mempengaruhi
sesuatu yang telah menjadi keputusan Rasul saw. Abu Sufyan lalu pergi ke masjid dan di sana
ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia
menaiki untanya dan berangkat pulang ke Mekah dengan tanpa membawa hasil apa pun. Abu
Sufyan kembali ke Mekah, melaporkan kepada masyarakatnya segala yang dialaminya selama
di Madinah serta perlindungan Yang dimintanya dari masyarakat umum atas saran Ali, dan
bahwa Muhammad belum memberikan persetujuan.
Sebaliknya Rasulullah saw. mempersiapkan kaum Muslimin berjumlah 10.000 orang
untuk merebut kota Mekah. Beliau percaya pada kekuatan sendiri dan pada pertolongan
Tuhan kepadanya. Dengan menyerang secara tiba-tiba, diharapkan kafir Quraisy tidak sempat

Page 37
mengadakan perlawanan dan dengan demikian mereka menyerah tanpa pertumpahan darah.
Rasulullah juga berdoa kepada Allah swt., mudah-mudahan kaum Quraisy tidak mengetahui
berita perjalanan kaum Muslimin. Selanjutnya pasukan kaum Muslimin sudah mulai bergerak
dari Madinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta menguasai Rumah
Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.
Pasukan ini bergerak dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka terdiri
dari kabilah-kabilah Sulaim, Muzainah, Ghatafan dan yang lain, yang telah menggabungkan
diri, baik kepada Muhajirin atau pun kepada Anshar. Mereka berangkat bersama-sama dengan
mengenakan pakaian besi. Mereka yang terdiri dari ribuan orang itu telah mengadakan gerak
cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut bergabung, yang berarti
menambah jumlah dan menambah kekuatan juga. Mereka semua berangkat dengan hati yang
penuh iman, bahwa dengan pertolongan Allah mereka akan mendapat kemenangan.
Perjalanan ini dipimpin oleh Rasulullah dengan pikiran dan perhatian tertuju hanya hendak
memasuki Rumah Suci tanpa akan ada pertumpahan darah sedikit pun.
Sementara kaum Quraisy tidak mengetahui hal ini. Mereka masih berbeda pendapat,
bagaimana cara menghadapi serangan Muhammad. Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi
meninggalkan mereka dalam perdebatan dan berangkat menemui Nabi Muhammad saw. di
Juhfah. Abbas cemas dengan kekuatan pasukan Islam. Meski beliau sudah masuk Islam,
namun ia tetap khawatir akan adanya bencana yang akan menimpa Mekah jika kekuatan
pasukan yang belum pernah ada bandingannya di seluruh Jazirah Arab itu kelak menyerbu
Mekah. Pihak Quraisy sudah mulai merasakan adanya bahaya yang sedang mendekati
mereka. Mereka mengutus Abu Sufyan bin Harb, Budail bin Warqa‘ dan Hakim bin Hizam
(masih kerabat Khadijah) untuk menyelidiki seberapa jauh bahaya yang mungkin mengancam
mereka.
Sementara Abbas sedang di atas tandu Nabi saw. yang putih itu, tiba-tiba ia mendengar
ada percakapan antara Abu Sufyan dengan Budail. Abbas yang telah mengenal suara Abu
Sufyan, berkata, ―Rasulullah berada di tengah-tengah rombongan itu. Apa yang akan
menimpa kaum Quraisy jika mereka memasuki Mekah dengan kekerasan.‖ ―Apa yang harus
kita perbuat?‖ Jawab Abu Sufyan dengan gusar. Abbas menaikkan Abu Sufyan di belakang
tandu untanya dan diajak berangkat bersama-sama, sedang kedua temannya disuruh kembali
ke Mekah. Dengan tanpa halangan, tandu itu sampai di depan api unggun Umar bin Khattab,
kemudian Umar pergi ke kemah Nabi saw. dan meminta izin untuk memancung kepala Abu
Sufyan, musuh bebuyutan Islam dan kaum muslimin. Saat itu Abbas yang sudah berada di
depan Rasulullah berkata, ―Wahai Rasulullah. Saya sudah melindunginya.‖ Menghadapi

Page 38
situasi seperti ini pada waktu sudah larut malam juga, dan perdebatan yang seru antara Umar
dan Abbas, Nabi saw. berkata, ―Bawalah dia dulu ke tempatmu, Abbas. Pagi-pagi besok bawa
kemari.‖ Keesokan harinya Abu Sufyan sudah dibawa lagi menghadap Nabi saw. dan
disaksikan oleh pembesar-pembesar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Nabi saw. berkata,
―Bukankah sudah tiba waktunya sekarang engkau harus mengetahui, bahwa tidak ada tuhan
selain Allah!?‖ Abu Sufyan menjawab, ―Demi ibu-bapakku! Sungguh bijaksana engkau!
Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Aku memang sudah
menduga, bahwa tidak ada tuhan selain Allah, itu sudah mencukupi segalanya.‖ Nabi saw.
menjawab, ―Bukankah sudah tiba waktunya engkau harus mengetahui, bahwa aku
Rasulullah?‖ Abu Sufyan menjawab, ―Demi ibu-bapakku! Sungguh bijaksana engkau!
Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Tetapi mengenai hal ini,
sungguh sampai sekarang masih ada sesuatu dalam hatiku." Kemudian Abbas meminta Abu
Sufyan agar ia mau menerima Islam dan bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah Rasul-Nya. Akhirnya Abu Sufyan masuk Islam.
Atas saran Abbas, Rasulullah saw. membuat sebuah aturan. ―Siapa datang ke rumah Abu
Sufyan, orang itu selamat, dan siapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat dan siapa
masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat." Dari kisah tersebut kaum Muslimin dan
seluruh manusia bersaksi betapa cermat dan pandainya Nabi Muhammad saw. dapat
menguasai suatu peperangan terbesar dalam sejarah Islam tanpa pertempuran dan tanpa
pertumpahan darah. Islamnya Abu Sufyan tidak akan mengurangi kewaspadaan dan kesiap-
siagaan Nabi Muhammad saw. dalam menyiapkan diri hendak memasuki Mekah.
Setelah melihat kekuatan kaum Muslimin, Abu Sufyan dibebaskan pergi menemui
golongannya dan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka, ―Saudara-saudara Quraisy!
Muhammad sekarang datang dengan kekuatan yang takkan dapat kamu lawan. Tetapi bagi
siapa yang datang ke rumah Abu Sufyan orang itu selamat, siapa menutup pintu rumahnya,
orang itu selamat dan siapa masuk ke dalam masjid orang itu juga selamat!‖ Nabi Muhammad
saw. sudah berangkat bersama pasukannya sampai ke Dhu Tuwa. Setelah dilihatnya dari
tempat itu tak ada perlawanan dari pihak Mekah, pasukannya dihentikan. Beliau
membungkuk menyatakan rasa syukur kepada Allah swt., yang telah membukakan pintu
Lembah Wahyu dan tempat Rumah Suci itu kepadanya dan kepada kaum Muslimin, sehingga
mereka dapat masuk dengan perasaan aman dan tenteram. Nabi Muhammad saw. merasa
bersyukur kepada Allah swt. karena pintu Mekah kini telah terbuka. Tetapi sungguh pun
demikian ia tetap selalu waspada dan berhati-hati. Beliau memerintahkan pasukannya supaya

Page 39
dipecah menjadi empat bagian, dan jangan sampai melakukan pertempuran, serta jangan
sampai meneteskan darah, kecuali jika sangat terpaksa sekali.
Saat itu Zubair bin Awwam memimpin pasukan pada sayap kiri dan memasuki Mekah
dari sebelah utara. Khalid bin Walid berada pada posisi sayap kanan dan diperintahkan supaya
memasuki Mekah dari jurusan bawah. Sa'ad bin Ubadah yang memimpin orang Madinah
supaya memasuki Mekah dari sebelah barat, sedang Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ditempatkan
ke dalam barisan Muhajirin dan bersama-sama memasuki Mekah dari bagian atas, di kaki
Gunung Hind. Ketika pasukan sudah memasuki kota, dari pihak Mekah tidak ada perlawanan,
kecuali pasukan Khalid bin Walid yang mendapatkan perlawanan dari mereka yang tinggal di
daerah bagian bawah Mekah. Mereka terdiri dari orang-orang Quraisy yang paling keras
memusuhi Nabi Muhammad saw. dan yang ikut serta dengan Bani Bakar melanggar
Perjanjian Hudaibiyah dengan mengadakan serangan terhadap Khuza‗ah.
Ketika pasukan Khalid datang, mereka menghujaninya dengan serangan Panah, tetapi
dengan cepat Khalid berhasil mencerai-beraikan mereka walaupun ada dua anggota
pasukannya tewas karena mereka ini ternyata sesat jalan dan terpisah dari induk pasukannya.
Kaum kafir Quraisy kehilangan sekitar 13 sampai 28 orang. Melihat malapetaka yang
sekarang sedang menimpa mereka, Shafwan, Suhail dan Ikrimah cepat-cepat melarikan diri,
dengan meninggalkan orang-orang yang tadinya mereka kerahkan mengadakan perlawanan
menghadapi kekuatan dan pukulan Khalid yang heroik itu. Selanjutnya Nabi Muhammad saw.
berhenti di hulu kota Mekah, di hadapan Bukit Hind. Di tempat itu, beliau membangun
sebuah kubah (kemah lengkung), tidak jauh dari makam Abu Thalib dan Khadijah. Kemudian
beliau masuk ke dalam kemah lengkung itu, lalu beristirahat dengan hati penuh rasa syukur
kepada Allah swt., karena telah kembali dengan terhormat, dengan membawa kemenangan ke
dalam kota, di kota itu beliau telah mengalami gangguan, siksaan, bahkan pengusiran yang
dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Saat itu juga Rasulullah merasa tugasnya sebagai
komandan sudah selesai. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, ia segera keluar lagi. Beliau
menaiki untanya Al-Qashwa, dan pergi meneruskan perjalanan ke Ka'bah, bertawaf di Ka‗bah
tujuh kali dan menyentuh sudut (hajar aswad) dengan sebatang tongkat di tangan. Selesai
melakukan tawaf, beliau memanggil Utsman bin Thalhah dan pintu Ka‗bah dibuka. Sekarang
Nabi Muhammad saw. berdiri di depan pintu, orang pun mulai berbondong-bondong. Ia
berkhutbah di hadapan umat Islam serta membacakan firman Allah swt.: ―Wahai manusia!
sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

Page 40
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.‖ (QS. Al-Hujurat: 13). Kemudian
beliau bertanya kepada mereka, ―Wahai orang-orang Quraisy!, menurut pendapat kamu, apa
yang akan kuperbuat terhadap kamu sekarang?‖ ―Yang baik-baik, saudara yang pemurah,
sepupu yang pemurah,‖ jawab mereka. ―Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah
bebas!‖ kata beliau.
Dengan ucapan itu maka kepada orang Quraisy dan seluruh penduduk Makkah telah
diberikan ampunan. Alangkah indahnya pengampunan itu dikala ia mampu! Alangkah
besarnya jiwa beliau, jiwa yang telah melampaui segala jiwa besar, melampaui segala rasa
dengki dan dendam di hati! Jiwa yang telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah
mencapai segala yang di atas kemampuan insani! Hal ini membuktikan bahwa Nabi
Muhammad saw., bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan
membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia. Dia bukan seorang tiran, bukan mau
menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi keringanan kepadanya
dalam menghadapi musuh, dan dalam kemampuannya itu ia memberi pengampunan. Dengan
itu, kepada seluruh dunia dan semua generasi beliau telah memberi teladan tentang kebaikan
dan keteguhan menepati janji, tentang kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa
pun.
Namun demikian, ada sekitar 17 orang dikecualikan dari pengampunannya. Sejak beliau
memasuki Mekah, sudah mengeluarkan perintah agar mereka itu, golongan laki-lakinya
dibunuh, meskipun mereka sudah berlindung ke tirai Ka‗bah. Di antara mereka itu ada yang
bersembunyi dan ada pula yang sudah lari. Keputusan Nabi Muhammad saw. supaya mereka
dibunuh bukan didorong oleh rasa dengki atau karena marah kepada mereka, melainkan
karena kejahatan-kejahatan besar yang mereka lakukan. Beliau tidak pernah mengenal rasa
dengki. Di antara mereka itu terdapat Abdullah bin Abi Sharah, orang yang dulu sudah masuk
Islam dan menuliskan wahyu, kemudian berbalik murtad menjadi musyrik di pihak Quraisy.
Dia menggembar-gemborkan bahwa dia telah memalsukan wahyu itu waktu ia
menuliskannya. Juga Abdullah bin Khatal, yang dulu sudah masuk Islam kemudian
membunuh salah seorang bekas budak. Ia berbalik menjadi musyrik dan menyuruh kedua
budaknya, Fartanah dan temannya, menyanyi-nyanyi mengejek Nabi Muhammad saw. Di
samping itu Ikrimah bin Abu Jahal, orang yang paling keras memusuhi Nabi Muhammad saw.
dan kaum Muslimin dan sampai waktu Khalid bin Walid datang memasuki Mekah dari arah
bawah itu pun tiada henti-hentinya mengadakan permusuhan. Ketika itu Abu Bakar datang
membawa ayahnya yang saat itu belum memeluk Islam ke hadapan Nabi, Nabi Muhammad
saw. berkata, ―Kenapa orang tua ini tidak tinggal saja di rumah, biar saya yang datang ke

Page 41
sana.‖ ―Rasulullah,‖ kata Abu Bakar, ―Sudah pada tempatnya dia yang datang kepadamu
daripada engkau yang mendatanginya." Nabi mempersilahkan orang tua itu duduk dan dielus-
elusnya dadanya, kemudian katanya, ―Sudilah menerima Islam.‖ Kemudian ia menyatakan
diri masuk Islam dan menjadi orang Islam yang baik.
Faktor-faktor keberhasilan Nabi Muhammad saw. pada peristiwa Fathu Makkah tidak
terlepas dari perasaan seiman seagama (Islam) yang sudah terlebih dahulu dibina oleh beliau.
Umat Islam bersatu dalam satu kalimat tauhid, hanya kepada Allah berserah diri, maka
dengan kekuatan yang ada pada waktu itu dengan 10.000 pasukan berkeyakinan dapat
menaklukkan kota Mekah. Di samping itu, persaudaraan Muhajirin dan Anshar yang sudah
semakin mapan karena telah dibina oleh Nabi Muhammad saw. selama keduanya tinggal di
Madinah, sehingga semakin memperkokoh persatuan. Di samping itu, beliau melakukan
diplomasi dengan memamerkan 10.000 pasukan kepada tokoh Mekah, Abu Sufyan juga turut
andil membuat penduduk kafir Quraisy Mekah merasa ketakutan karena harus menghadapi
bala tentara yang sangat banyak dan belum pernah ada sebelumnya. Nabi Muhammad saw.
juga melakukan cara persuasif, walau dapat dipastikan menang, tetapi beliau tetap
menyanjung tokoh Quraisy Mekah, Abu Sufyan, dengan mengampuni setiap penduduk
Mekah yang ingin selamat dan aman maka harus masuk ke rumah Abu Sufyan. Perlu
diketahui bahwa Abu Sufyan sangat gila kehormatan, dengan cara seperti itu, maka para
penduduk Mekah berduyun-duyun masuk agama Islam, seperti tokohnya Abu Sufyan yang
juga masuk Islam menjelang Fathu Makkah.

Soal Pilihan Ganda (X)


1. Berapa jumlah pasukan kaum muslimin saat peristiwa penaklukan kota Makkah?
a. 100.000 b. 10. 000 c. 100 d. 11. 000
2. Siapakah dari kaum Quiraisy yang memutuskan memeluk agama Islam saat
penaklukan kota Makkah?
a. Abu Sufyan b. Abu Jahal c. Abu Lulu‘ah d. Abu Lahab
3. Siapakah yang memimpin pasukan perang pada sayap kiri?
a. Sa‘ad bin Abi Waqqas c. Zubair bin Awwam
b. Khalid bin Walid d. Ali bin Abi Thalib
4. Siapakah yang memimpin pasukan perang pada sayap kanan?
a. Sa‘ad bin Abi Waqqas c. Zubair bin Awwam
b. Khalid bin Walid d. Ali bin Abi Thalib

Page 42
5. siapakah bani yang meminta bantuan kepada Rasulullah dalam peristiwa ini?
a. Bani Bakar b. Bani Khuza’ah c. Bani Hasyim d. Bani Sa‘ad
Soal Uraian
1. Mengapa kafir Quraisy mengirim Abu Sufyan ke Madinah?
(Kafir Quraisy mengutus Abu Sufyan ke Madinah, dengan maksud supaya
persetujuan itu diperkuat kembali dan diperpanjang waktunya.)
2. Apa saja faktor keberhasilan Rasulullah pada peristiwa Fathu Makkah ?
(Umat Islam bersatu dalam satu kalimat tauhid, hanya kepada Allah berserah
diri, maka dengan kekuatan yang ada pada waktu itu dengan 10.000 pasukan
berkeyakinan dapat menaklukkan kota Mekah.)

KD: 3.8 menganalisis proses pemilihan khulafaur rasyidin

4.8 Menganalisis proses pemilihan khulafaur Rasyidin

Indikator, siswa mampu:

3.8.1 Menjelaskan proses pemilihan Khulafaur Rasyidin


3.8.2 Menjelaskan perjuangan Khulafaur Rasyidin dalam berdakwah dan berpolitik
3.8.3 Menunjukkan perilaku istiqamah para Khulafaur Rasyidin

Materi

A. Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq


Terdapat masalah besar, dimana sepeninggalnya rasulullah, beliau tidak
meninggalkan surat wasiat untuk meneruskan kepemimpinannya. Beberapa saat
sepeninggalnya rasulullah, kaum Muhajirin dan kaum Anshar berkumpul di saqifah
(aula) Bani Sa‘idah untuk merundingkan siapa yang akan meneruskan kemimpinan
Rasulullah. Kedua kaum menghendaki bahwa pemimpin dari masing-masing
kelompoknya. Melihat situasi ini, Abu Bakar pun turun tangan dan memilih Umar bin
Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai calon khalifah. Pada saat bersamaan
keduanya jutru mengangkat kedua tangan Abu Bakar seraya mengucapkan baiat untuk
memilih Abu Bakar sebagai khalifah.
Adapun hal-hal yang wajib kita amati adalah bagian dimana para sahabat dengan
cepat memutuskan siapa penerus estafet kekhalifahan. Namun disini para sahabat
memutuskan dengan musyawarah. Bahkan para sahabat lebih mendahulkan urusan ini

Page 43
karena mereka tahu betapa pentingnya kekosongan kepemimpinan agar tidak terjadi
kudeta terhadap jabatan kekhalifahan dan tetap terjalin ukhuwah islamiyah.
Pemikiran para sahabat untuk menentukan siapa yang pantas untuk menjadi
penerus kekhalifahan dengan cara bermusyawarah, bukan dengan debat yang tak jelas
arah dan tujuan. Para sahabat juga berpegangan pada kejadian dimana Abu Bakar di
tunjuk oleh nabi saat beliau sakit untuk menggantikannya menjadi imam sholat. Para
sahabat juga menilik sosok dari Abu Bakar itu sendiri, dimana Abu Bakar ialah sosok
yang menemani Rasulullah pada saat Hijrah, keagamaan dan kekeluargaan yang sangat
dekat dengan Rasulullah serta Abu Bakar adalah sosok yang pintar dan rendah hati.
Sehingga Abu Bakar pantas untuk menjadi khalifah sepeninggalnya nabi.
B. Khalifah Umar bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan Syam,
Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang
penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang jauh
membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk
menggantikannya.
Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan menjadi penggantinya,
Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar mengenai Umar. Ia bertanya
kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair al anshari, said bin
Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya , para
sahabat itu memuji dan menyanjung Umar.
Setelah semua sepakat mengenai Umar, Khalifah abu Bakar lantas memanggil
Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk
Umar sebagai penggantinya, sebagai berikut :
‖Bismillahirrahmanirrahiim‖. Ini adalah pernyataan Abu Bakar, khalifah penerus
kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., saat mengakhiri kehidupannya di dunia
dan saat memulai kehidupannya di akherat. Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir
dan ditakuti oleh orang durhaka, sesungguhnya aku menganggkat Umar bin Khatab
sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia adalah orang baik dan adil, sejauh
pengetahuan dan pemnilaian diriku tentangnya. Bilamana dia kemuaidan seorang
pendurhaka dan zalim, sungguh aku tidak pernah tahu akan hal yang bersifat gaib.
Sungguh aku bermaksud baik dan segala sesuatu bergantung pada apa yang dilakukan.
Dan orang yang zalim kelak akan mengetahui tempat mereka kembali‖.

Page 44
Maka demikiannlah, kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar
sebagai khalifah. Setelah dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato:
Kalau bukan karena harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu, yang
terkuat atas kamu, dan yang paling sadar akan apa yang ―Wahai manusia, aku telah
ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu, aku tidak
akan menerima amanat darimu. Cukuplah suka dan duka bagi Umar menunggu
perhitungan untuk memberikan pertanggung jawaban mengenai zakatmu, bagaimana
aku menariknya darimu dan bagaimana akau menyalurkannya dan caraku memerintah
kamu, bagaimana aku harus memerintah. Hanya Tuhanku yang menjadi penolongku,
karena Umar tidak akan dapat menyandarkan pada kekuasaan ataupun strategi yang
cerdas, kecuali jika Tuhan mempercepat rahmat, pertolongan dan dukungan kepada
orang yang didukungnya‖.
C. Khalifah Usman bin Affan
Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak
mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari
Persia milik Mughirah bin Syu‘bah yang bernama Abu Lu‘lu‘ah Fairuz. Setelah
penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia
membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain
Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal
dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura adalah para sahabat
Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat itu. Mereka semua harus
bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang menggantikan kedudukan
Umar sebagai khalifah.
Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk me-
nentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. Sidang
berjalan a lot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Ab-durrahman bin
Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin
Abu Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat, usia Usman bin
Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib sebagian karena
pertimbangan usia.
Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di depan kaum muslimin : ―Sesungguhnya
kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk

Page 45
menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan
sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang
sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. Ingatlah
sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya. Jangan kalian terpedaya oleh kemilau
dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah.
Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian‖.
Sebelum menjadi khalifah, Usman adalah seorang dermawan. Ketika menjadi
khalifah, kedermawanan Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi dermawan
seperti sebelum menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan
tunjangan untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. Harta kekayaan berupa
jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari daerah taklukan digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
D. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada saat kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus
dua putra lelakinya yang bernama Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah
Usman. Namun hal itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah Usman
dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni
656 M.
Beberapa sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah
yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil
tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-
ragu untuk membuat suatu keputusan dan tindakan. Setelah terus menerus didesak, Ali
akhirnya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di
Masjid Nabawi. Hal ini menyebabkan semakin banyak dukungan yang mengalir,
sehingga semakin mantap saja ia mengemban jabatan khalifah. Namun sayangnya,
ternyata tidak seluruh kaum muslimin membaiat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah.
Selama masa kepemimpinannya, khalifah Ali sibuk mengurusi mereka yang tidak mau
membaiat dirinya tersebut. Sama seperti pendahulunya yaitu Rasulullah, Abu Bakar
dan Umar, Usman, khalifah Ali juga hidup sederhana dan zuhud. Ia tidak senang
dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup bermewah-
mewahan.

Page 46
Soal Pilihan Ganda (X)

1. Siapakah pemimpin setelah Rasulullah wafat?


a. Abu Bakar as-Siddiq b. Ali bin Abi Thalib
c. Ustman bin Affan d. Umar bin Khattab
2. Pada tahun berapa Umar bin Khattab di bai‘at menjadi Khalifah?
a. 615 M b.634 M c. 630 M d. 620 M
3. Pada tahun berapa Utsman dibunuh secara keji?
a. 656 M b. 676 M c. 687 M d. 665 M
4. Pada tahun berapa Ali bin Abi Thalib di bai‘at menjadi seorang Khalifah?
a. 665 M b. 656 M c. 677 M d. 654 M
5. dimanakah Ali bin abi Thalib di bai‘at?
a. Masjid Nabawi b. Masjid Quba
c. Masjid Jin d. Masjid Sa‘ad

Soal Uraian

1. Mengapa Umar bin Khattab dipilih menjadi seorang Khalifah?


(Abu Bakar as-Siddiq jatuh sakit, lalu ia berfikir untuk menunjuk satu orang
penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab, dan para sahabat
menyetujuinya.)
2. Apakah alasan Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi Khalifah?
(Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M. Oleh karena itu,
para sahabat mendesak Ali untuk segera dibai’at, karena hanya Ia yang dianggap
pantas menjadi Khalifah selanjutnya.)

Page 47
KD: 3.9 Menganalisis substansi dan strategi dakwah Khulafaur Rasyidin

4.9 Menyimpulkan substansi dan strategi dakwah Khulafaur Rasyidin

Indikator: 3.9.1 Siswa mampu mengetahui strategi dakwah Abu Bakar as-Siddiq

3.9.2 Siswa mampu mengetahui perluasan wilayah Islam pada Masa Abu
Bakar as-Siddiq
Materi
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
1. Abu Bakar Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah
Setelah mendapat baiat dari penduduk Madinah, hal pertama yang dilakukan
Abu Bakar adalah mengirim pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid. Pasukan itu
bertugas memerangi pasukan Romawi yang menguasai perbatasan Suriah.
Sebenarnya, pengiriman pasukan itu merupakan keputusan Rasulullah SAW.
Karena beliau wafat, Usamah menunda keberangkatannya dan kembali ke Madinah.
Meskipun banyak sahabat lainnya yang tidak setuju dengan keputusannya, Abu Bakar
tetap mengirimkan Usamah bin Zaid ke Romawi.
Abu Bakar mengumpulkan Kaum Anshar dalam menyikapi permasalahan yang
diperselisihkan itu. Abu Bakar berkata,:
“Pasukan Usamah akan tetap diberangkatkan, sebab orang-orang Arab
kembali murtad, baik secara umum maupun khusus dalam tiap-tiap kabilah.
Kemunafikan telah menampakkan dirinya, Yahudi maupun Nasrani bersiap-
siap mengintai kaum muslimin. Ibarat domba kehujanan di tengah malam
gelap gulita setelah kehilangan Nabi dan jumlah mereka yang minoritas di
tengah-tengah musuh yang mayoritas.”

2. Penumpasan terhadap Kaum Riddah dan Nabi Palsu


Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, ada tiga masalah besar yang dihadapi,
yaitu adanya kaum murtadin (Kaum Riddah), munculnya nabi-nabi palsu, dan
kelompok yang ingkar membayar zakat. Untuk mengembalikan mereka pada ajaran
Islam, Abu Bakar membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing.
Setiap panglima pasukan mendapat perintah untuk mengembalikan keamanan dan
stabilitas daerah yang ditentukan.

Page 48
Adapun kesebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang
mengaku sebagai nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan di
al-Battah.
b. Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kadzab,
seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi.
c. Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan
cadangan.
d. Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-
Ansi, yang mengaku sebagai nabi di Yaman.
e. Huzaifah bin Muhsin al-Galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba
yang terletak di wilayah tenggara, karena pemimpin mereka mengaku sebagai
nabi.
f. Arfajah bin Hasamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah
dan Oman, karena mereka membangkang terhadap kepemimpinan Islam di bawah
Khalifah Abu Bakar.
g. Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah, karena
mereka juga membangkang terhadap kepemimpinan Abu Bakar.
h. Al-Alla‘ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang
terletak di wilayah Bahrain.
i. Amr bin Ash diutus ke wilayah suku Kuda‘ah dan Wadi‘ah , karena mereka juga
membangkang terhadap kepemimpinan Abu Bakar.
j. Khalid bin Sa‘id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang
ada di wilayah tengah bagian utara, karena mereka juga membangkang terhadap
kekuasaan Islam.
k. Ma‘an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi Kaum Riddah yang berasal
dari Suku Salim dan Hawazin di daerah Ta‘if.

Dengan sikap yang teguh, pendirian yang kuat, keberanian, dan keyakinan pada
kebenaran misi tersebut, kesebelas pasukan itu melaksanakan dengan baik. Sebagaian
dari pasukan ekspedisi tersebut dapat menyelesaikan tugas dengan damai tanpa
pertumpahan darah. Namun, sebagian terpaksa menggunakan kekerasan terhadap para
pembangkang. Akhirnya, suku-suku yang memberontak dapat dikembalikan pada
ajaran Islam.

Page 49
A. Perluasan Wilayah Islam pada Masa Abu Bakar
1. Penaklukan Persia
Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada Bulan Muharram tahun 12
H/633 M, ekspedisi ke luar Jazirah Arab dimulai. Musanna dan pasukannya yang
dikirim ke Persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan tersebut. Oleh
karena itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di
Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua
pasukan itu segera bergerak menuju wilayah Persia. Kota yang menjadi sasaran adalah
Ubulla. Kota Ubulla terletak di pantai Teluk Persia, yang merupakan pelabuhan
penting bagi imperium Persia.
Peristiwa bersejarah itu disebut Untaian Rantai (mauqi‟ah zat as-salasil) karena
sebagian tentara Persia diikat dengan rantai yang saling dihubungkan antara yang satu
dan lainnya. Hal itu dilakukan agar mereka tidak dapat lari dari medan perang. Namun,
akibatnya justru merugikan sebab tentara-tentara itu tidak dapat bergerak dengan bebas
sehingga mudah dikalahkan.
Selanjutnya, Khalid dan Musanna menaklukkan daerah-daerah Persia lainnya,
seperti daerah al-Mazar di Basrah, al-Walajah di ujung lembah tempat keluar di daerah
Kaskar (Irak), ataupun daerah Ullais di awal negeri Irak dari arah Gurun Sahara.
Setelah memerintahkan Khalid bin Walid untuk membantu Musanna, Abu Bakar
membentuk pasukan baru di bawah Panglima Iyad bin Ganam, salah seorang perwira
pasukan Islam yang berilian. Pasukan tersebut ditugaskan untuk menundukkan daerah
Dumat al-Jandal, yang terletak sebelah utara jazirah yang berbatasan dengan Suriah,
dan menaklukkan Kerajaan Hirah, yang terletak di daerah Irak.

2. Penaklukan Romawi
Pada saat kekuasaan Abu Bakar, Romawi menguasai daerah Suriah dan Palestina.
Padahal wilayah tersebut berbatasan langsung dengan kekuasaan Islam. Suriah dan
Palestina letak geografisnya demikian strategis dinilai dapat menjadi ancaman bagi
keamanan kaum muslimin. Oleh karena itu, untuk menjaga keselamatan mereka,
kekuatan asing tersebut harus ditaklukkan.
Dalam rangka penaklukkan Kerajaan Romawi itu, Abu Bakar membentuk empat
pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas
menundukkan daerah yang ditentukan. Pasukan tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Abu Ubaidillah bin Jarrah bertugas ke daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia.

Page 50
b. Amr bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina.
c. Syurahbil bin Hasanah diberi tugas menundukkan Tabuk dan Yordania.
d. Yazid bin Abu Sufyan mendapat tugas untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah
Selatan.
Pengembangan wilayah pada masa Abu Bakar berlangsung dari 12-13 H. Pada
akhir pemerintahannya, pasukan Islam telah dapat menguasai daerah yang cukup luas.
Selain Jazirah Arab, yang dapat disatukan kembali setelah munculnya gerakan
pembangkang, beberapa daerah diluarnya dapat ditaklukkan dan dimasukkan ke dalam
kekuasaannya. Wilayah-wilayah yang berhasil ditaklukkan pada masa Abu Bakar ini
antara lain Ubullah, Lembah Mesopotamia, Hirah, Dumat al-Jandal, sebagian daerah
yang berbatasan dengan Palestina, Suriah, dan sekitarnya.

Khalifah Umar bin Khattab

A. Pola Kepemimpinan Umar bin Khattab


Pola kepemimpinan Umar bin Khattab agak berbeda dengan Abu Bakar. Setelah
menerima baiat dari kaum muslimin, hal pertama yang dilakukan Umar adalah
memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan tertinggi pasukan Islam. Sebagai gantinya,
ia menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah. Penggantian itu dilaksanakan pada saat tentara Islam
sedang bertempur melawan pasukan Romawi di Yarmuk. Alasan utama pemberhentian itu
adalah adanya kecenderungan tentara Islam untuk mengagungkan panglimanya. Pada saat
itu, ia dikenal sebagai panglima yang pandai mengatur pasukannya.
Di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah, pasukan muslimin terus mengadakan
perluasan wilayah Islam. Satu demi satu wilayah kekuasaan Romawi dapat ditundukkan.
Kota Damaskus pun segera dapat dikuasai. Kota-kota lain, seperti Hims, Qinnisrin,
Laziqiyah, Halb, yang semua terletak di Suriah Utara dan Akka, Yaffa, serta Khazzah yang
terletak di bagian selatan dari wilayah Turki jatuh ke tangan pasukan Islam.
Gerak maju tentara itu selanjutnya diarahkan untuk merebut Palestina. Pada musim
semi 638 M, sebuah delegasi keluar dari kota dengan misi damai. Dalam perundingan
antara kedua belah pihak disepakati penyerahan Yerussalem dengan tiga syarat. Pertama,
disepakati adanya gencatan senjata antara kedua belah pihak. Kedua, Yerussalem hanya
akan diserahkan kepada penguasa tertinggi dari pihak Islam. Ketiga, sisa pasukan Romawi
yang ada diizinkan pergi menuju Mesir tanpa hambatan dari pihak Islam.

Page 51
Khalifah Umar bin Khattab menyetujui perjanjian itu dan segera berangkat ke
Palestina. Penyerahan kota suci itu dilakukan oleh Patriach Sophorius kepada Khalifah
Umar. Selanjutnya, penyerangan dilanjutkan ke Mesir dan sekitarnya.
Pada tahun 639 M, satu demi satu daerah yang berada di bawah kekuasaan Mesir
ditundukkan. Rakyat Mesir justru banyak membantu terlaksananya penaklukan tersebut.
Sikap yang demikian disebabkan penderitaan yang dialami penduduknya selama berada
dalam kekuasaan Romawi. Mereka lebih suka berada di bawah kekuasaan Islam dari pada
kekuasaan Romawi.
Strategi kepemimpinan Umar bin Khattab lebih menitikberatkan pada perluasan
wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar melanjutkan perluasan Islam yang telah
dilakukan oleh Abu Bakar. Pada masa Umar kekuasaan Islam terbentang dari Tripoli
(Afrika Utara) di barat sampai ke Persia di timur dan dari Yaman selatan hingga Armenia
utara. Dalam kurun waktu 10 tahun, daerah yang dikuasai umat Islam bertambah semakin
meluas.

B. Kebijakan-kebijakan dan Jasa-jasa Khalifah Umar bin Khattab


Khalifah Umar bin Khattab adalah salah seorang khalifah yang pernah menorehkan
tinta emas pada lembaran sejarah peradaban umat Islam. Pada masanya, pemerintahan
Islam makin kuat. Hal itu didukung dengan formulasi kebijakan yang sangat fenomenal.
Banyak perubahan yang dilakukan, bukan saja dalam masalah keagamaan, melainkan juga
meliputi aspek sosial budaya, terutama dalam hal kebijakan ekonomi.
1. Perluasan dan Pengelolaan Wilayah
Pada masa Khalifah Umar (634-644 M), wilayah kekuasaan Islam meluas di timur
sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah di barat sampai Afrika Utara. Beliau
melanjutkan kebijakan perang yang telah dimulai oleh Khalifah Abu Bakar untuk
menghadapi tentara Sasania ataupun Byzantium, baik di wilayah timur (Persia), utara
(Syam), maupun di barat (Mesir).
Di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam berhasil dengan cepat adalah:
a. Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan dunia dan akhirat
b. Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban menyampaikan
ajaran-ajaran Islam ke seluruh daerah
c. Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah
d. Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya

Page 52
e. Rakyat di wilayah tersebut memandang Bangsa Arab lebih dekat dengan mereka
daripada Byzantium
f. Wilayah perluasan adalah daerah yang subur
2. Pengelolaan Kas Negara
Pada masa Umar, mulai diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak
tanah. Dalam mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal. Mata uang telah
ditempa sendiri pada masanya. Seluruh kebijakan yang dilaksanakan, pada hakikatnya
merupakan upaya mengonsolidasikan Bangsa Arab dan melebur suku-suku Arab ke
dalam satu bangsa.
Kebijakan Umar yang lain dalam hal pengelolaan kas negara adalah dengan
menerapkan pajak perdagangan (bea cukai) yang bernama al-„Ushur. Umar juga
mengeluarkan beberapa kebijakan yang inovatif yang tidak terdapat pada periode
sebelumnya, yaitu salah satunya harta rampasan perang (al-Mal al-Ghanimah) selama
pemerintahannya dibagikan kepada kepala negara sebesar 20% dan tentara 80%, Umar
memasukkannya ke kas negara.
3. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, lembaga yudikatif sudah berdiri sendiri,
terpisah dari eksekutif dan legislatif. Ia memisahkan kekuasaan yudikatif di Madinah
dari kekuasaannya. Untuk itu ia mengangkat Abu ad-Darda‘ yang diberi gelar Qadli
(Hakim). Dalam pemerintahan Umar terjadi banyak perubahan, ia membangun jaringan
pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh contoh sebelumnya sehingga ia
pantas mendapatkan julukan ―Peletak Dasar/Pembangun Negara Modern‖.
Agar mekanisme pemerintahan berjalan lancar, dibentuk organisasi negara Islam
yang pada garis besarnya sebagai berikut:
a. An-Nidham as-Siyasy (Organisasi Politik), yang mencakup:
1) Al-Khilafat, yaitu terkait dengan cara memilih khalifah.
2) Al-Wizarat, yaitu para wazir (menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam
urusan pemerintahan.
3) Al-Kitabat, yaitu terkait dengan pengangkatan orang untuk mengurusu sekretaris
negara.
b. An-Nidham al-Idary, yaitu organisasi tata usaha/administrasi negara.
c. An-Nidham al-Mali, yaitu organisasi keuangan negara.
d. An-Nidham al-Harby, organisasi ketentaraan yang meliputi susunan tentara, gaji
tentara, persenjataan, dan lain-lain.

Page 53
e. An-Nidham al-Qadha‟i, yaitu organisasi kehakiman yang meliputi masalah-masalah
pengadilan.

Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan yang dihasilkan oleh pemikiran keras


Umar bin Khattab tersebut diperoleh setelah berhasil memadukan sistem yang ada di
daerah perluasan dengan kebutuhan masyarakat yang sudah mulai berkembang pada
saat itu.

4. Pemberlakuan Ijtihad
Diantara ijtihad Khalifah Umar bin Khattab di bidang hukum yang cukup
spektakuler adalah:
a. Menghapuskan pembagian Ghanimah dan dimasukkan ke Baitul Mal karena pasukan
muslimin sudah mendapatkan gaji
b. Memberikan gaji kepada para imam dan muazin
c. Menyelenggarakan salat Tarawih dengan berjamaah
d. Tidak melaksanakan hukuman potong tangan bagi pencuri yang terpaksa mencuri
karena kelaparan
e. Menghapuskan bagian zakat bagi muallaf, karena umat Islam sudah dirasa kuat
f. Mengahpuskan hukum mut‟ah (kawin kontrak) yang semula diperbolehkan.

Dengan melaksanakan ijtihad, dia ingin memberikan tuntunan dan pengertian


bahwa ajaran Islam itu tidak kaku. Islam dapat lentur dan luwes sesuai dengan
perkembangan zaman dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada
substansi ajaran yang ada dalam Al-Qur‘an dan Hadits.

5. Penyusunan Kalender Islam


Pembuatan kalender Hijriah dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pembahasan pertama dalam membuat kalender Hijriah yaitu tentang hitungan untuk
tahun pertama, dimulai dari peristiwa apa didasarkan. Ada yang usul agar perhitungan
tahunnya ikut masyarakat Romawi, dan ada juga yang usul hitungan untuk tahun
pertama mengikuti masyarakat Persia. Namun, kedua usulan tersebut ditolak dengan
berbagai alasan yang kuat.
Rapat akhirnya memutuskan untuk memulai hitungan tahun dari sejarah Rasulullah
SAW sendiri. Ada yang mengusulkan agar dimulai dari diutusnya Nabi pertama kali.
Namun, akhirnya rapat para sahabat memutuskan untuk memulai tahun pertama dari

Page 54
hijrah Rasulullah SAW, yaitu atas usulan dari Ali bin Abi Thalib dengan alasan bahwa
itu merupakan peristiwa meninggalkan negeri kemusyrikan.
Pembahasan kedua dalam musyawarah itu adalah bulan untuk memulai tahun
Hijriah. Ada yang mengusulkan agar tahun Islam dimulai dari bulan Ramadlan, sebagai
bulan suci dan bulan ibadah. Kesepakatan musyawarah bahwa bulan untuk tahun
Hijriah dimulai dari bulan Muharram dengan alasan bulan itu merupakan bulan
selesainya umat Islam melaksanakan ibadah haji dan termasuk bulan haram (mulia).
Jadi, tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M.
Kalender Hijriah terdiri atas dua belas bulan, yaitu sebagai berikut:
a. Muharram
b. Safar
c. Rabiul Awal
d. Rabiul Akhir
e. Jumadil Awal
f. Jumadil Akhir
g. Rajab
h. Sya‘ban
i. Ramadlan
j. Syawal
k. Dzulqa‘dah
l. Dzulhijjah

Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari 13-23 H/634-
644 M. Ia adalah pemimpin Islam yang pertama kali memakai gelar Amirul Mukminin.
Sebutan itu disesuaikan dengan jabatan dan tugasnya untuk memimpin orang-orang
yang beriman. Umar bin Khattab meninggal pada bulan Dzulhijjah 23 H/644 M dalam
usia 63 tahun. Ia meninggal karena luka tikaman Abu Lu‘lu‘ah (seorang budak yang
berasal dari Persia) ketika mengimami shalat subuh. Tragedi itu merupakan
pembunuhan politik pertama dalam sejarah Islam.

Page 55
Khalifah Usman bin Affan

A. Strategi Kepemimpinan Usman bin Affan


Pada tahap awal, Usman bin Affan dalam kebijakan politiknya mengikuti jejak
khalifah sebelumnya. Namun, pada tahap selanjutnya Usman bin Affan mulai mengubah
gaya pemerintahannya. Hal itu tampak dengan penggantian hampir semua gubernur yang
diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak masyarakat karena penguasa baru
menetapkan peraturan yang memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain Mesir, daerah
yang bergolak adalah Azerbaijan dan Armenia.
Ditinjau dari strategi kepemimpinannya, Usman bin Affan tidak jauh berbeda dengan
Umar bin Khattab. Yang menjadi perbedaan adalah penggantian beberapa gubernur
sehingga menimbulkan gejolak dan dinilai lebih mementingkan hubungan kerabat dalam
pengangkatannya. Para pejabat negara dan para panglima pada era kepemimpinan Umar
bin Khattab, hampir semuanya diberhentikan oleh Usman, yang kemudian menggantikan
dengan sanak saudaranya yang tidak cakap sebagai pengganti mereka.
Adapun para pejabat negara semasa Usman bin Affan yang berasal dari sanak famili
dan keluarga dekat, diantaranya Muawiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Syam. Selanjutnya,
Basrah yang semula dikepalai oleh Abu Musa al-Asy‘ari, seorang sahabat yang termasuk
awal masuk Islam, banyak meriwayatkan hadits, diganti dengan sepupu Usman, yaitu
Abdullah bin Amir.
Kelemahan khalifah Usman bin Affan dalam strategi kepemimpinan adalah lanjut usia
dan mudah ditundukkan pada tuntutan para pembangkang. Seharusnya sebagai khalifah
lebih tegar menghadapi situasi. Jika Usman bin Affan dapat memanfaatkan tentara Islam
yang masih setia kepadanya, tentu propaganda itu dapat diatasi. Mereka di luar kontrol
Usman yang memang sudah berusia lanjut sehingga rakyat menganggap hal tersebut
sebagai kegagalan Usman sampai pada akhir hayatnya.

B. Perluasan Wilayah Islam Pada Masa Usman bin Affan


Berpijak dari strategi kepemimpinan Usman bin Affan di atas, maka dari sisi dakwah
dan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Usman bin Affan juga melanjutkan penaklukan
Asia Tengah telah memperluas wilayah kekuasaan di Madinah. Daerah-daerah yang
berhasil ditaklukan pada masa itu antara lain, Barqah, Tripoli bagian barat, Nubia (daerah
di utara Sudan), dan Tunis, yang semuanya terletak di Afrika.

Page 56
Adapun dalam perluasan ke daerah Timur, pasukan Islam berhasil menundukkan
Amerika Utara, beberapa bagian dari Tabaristan, daerah-daerah di seberang Sungai Jihun,
Baktria, Kabul, Ghazna, dan Turkistan, yang semuanya terletak di Asia Tengah. Dan juga,
pada masa Usman berhasil menundukkan daerah bagian Barat, salah satunya Kota
Iskandariah. Selain itu, pada masa itu pasukan Islam mulai membangun angkatan laut,
yang kemudian berhasil menaklukkan Pulau Cyprus dan Rhodes.
Pada masa akhir pemerintahannya, kekuasaan Usman bin Affan membentang dari
Tripoli di barat sampai seluruh Asia Tengah di timur dan dari Yaman di selatan sampai
Amerika Utara, Azerbaijan, dan Turkistan Utara. Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H
dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun. Beliau
dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Khalifah Ali bin Abi Thalib

A. Pola Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib


Setelah memangku jabatan khalifah, Ali bin Abi Thalib disibukkan oleh perpecahan
yang terjadi di kalangan umat Islam. Seluruh waktunya dicurahkan untuk menyelesaikan
masalah tersebut sehingga perluasan wilayah sangat sedikit sebagaimana yang dilakukan
oleh khalifah sebelumnya.
Pengangkatan Ali bin Abi Talib sebagai khalifah dilaksanakan dalam suasana yang
masih kacau karena terbunuhnya Usman bin Affan. Ketika itu ibu kota negara berada dal
kendali para pemberontak. Ali bin Abi Talib ditetapkan sebagai penguasa atas desakan dar
para pemberontak. Banyak sahabat terkemuka yang menyatakan persetujuanny dengan
tidak sepenuh hati, seperti Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah.
Konflik itu juga berakibat terjadi kontak fisik yang dapat dielakkan antara umat Islam
dan Ali bin Abi Talib. Peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah kekhalifahan Ali bin
Abi Talib adalah Waqi'ah al-Jamal atau Perang Unta. Dinamakan Waqi'ah al-Jamal atau
Perang Unta karena panglima perangnya mengendarai unta. Ia adalah Aisyah, salah
seorang istri Rasulullah saw.
Aisyah dibantu oleh Zubair bin Awwam dan Talhah bin Übaidillah melancarkan se.
rangan kepada Ali bin Abi Talib. Ketiga tokoh menuntut kepada Ali bin Abi Talib untuk
mengusut tuntas pembunuhan Usman bin Affan sebelum mereka memberi baiat.
Ali bin Abi Talib tidak segera menyelesaikan pengusutan tersebut. Akhirnya, pasukan
yang dipimpin Aisyah pada 36 H/657 M diberangkatkan dari Mekah menuju Basrah.

Page 57
Mendengar berita itu, Ali bin Abi Talib segera mengerahkan pasukan untuk membendung
gerakan mereka. Bentrok kedua pasukan tersebut tidak dapat dihindarkan.
Bentrok kedua pasukan tersebut tidak dapat dihindarkan. Bentrok antara pasukan Ali
bin Abi Talib dan pasukan Aisyah ini merupakan tragedi pertama dalam sejarah umat
Islam, sepeninggal Nabi Muhammad saw. Talhah bin Ubaidillah terpanah dan meninggal
dunia dalam perjalanan mengundurkan din. Zubair bin Awwam terbunuh pada akhir
pertempuran. Adapun Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan penuh penghormatan.
Tragedi tersebut awal perpecahan yang terjadi dalam sejarah Islam. Tragedi
berikutnya adalah terjadinya Perang Siffin. Perang Siffin terjadi antara Khalifah Ali bin
Abi Talib dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Perang Siffin adalah perang kedua pada masa
Khalifah Ali bin Abi Talib. Perang ini diakhiri dengan diadakannya tahkim atau arbitrase.
Tahkim adalah perjanjian damai antara kedua belah pihak yang sedang berperang.
Dalam perjanjian damai tersebut, pihak Mu'awiyah bin Abi Sufyan menunjuk Amru
bin As yang dikenal sangat pandai berdiplomasi sebagai wakil. Adapun pihak Ali bin Abi
Talib menunjuk Abu Musa al-Asy'ari, seorang tokoh senior dari kaum Muhajirin yang juga
dikenal kejujuran, kesalehan, dan kewara'annya. Hasil arbitrase adalah untuk sementara
waktu tidak ada kekhalifahan dan akan ditentukan berikutnya orang yang berhak
menduduki jabatan khalifah.
Kesempatan itu justru digunakan Mu'awiyah bin Abi Sufyan untuk
memproklamasikan diri sebagai khalifah dengan alasan untuk mengisi kekosongan jabatan
khalifah. Hal itu membuat pengikut Ali bin Abi Talib terpecah. Perpecahan di kalangan
kaum muslimin itu pada akhirnya memunculkan golongan Syi'ah dan Khawarij.
1. Fenomena Syiah
Syiah menurut bahasa berarti golongan, kelompok, atau pengikut suatu aliran.
Adapun istilah Syiah mengandung arti pengikut yang sangat mencintai Ali bin Abi
Talib serta keturunannya yang merupakan ahlubait (keturunan Nabi Muhammad saw,
yang berasal dari Ali bin Abi Talib dan Fatimah).
Pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab, aliran Syiah dengan segala
aktivitasnya belum menunjukkan aksinya di permukaan. Setidaknya, ada dua hal yang
menjadi alasan, yakni, pertama karena Ali bin Abi Talib sendiri tidak mengajukan
keberatannya secara terang-terangan, sedangkan yang kedua bahwa mereka melihat
kedua sahabat (Abu Bakar dan Umar) itu menjalankan pemerintahan dengan adil dan
bijaksana sesuai ajaran Islam.

Page 58
Begitu pula pada paruh pertama masa kekhalifahan Usman bin Affan, Syiah
belum menunjukkan aktivitasnya secara nyata. Kelompok ini, masih seperti
sebelumnya, tetap tenggelam di tengah arus umat yang sedang gencar mengembangkan
dakwah dan wilayah Islam. Namun pada paruh kedua, sikap mengedepankan keluarga
mulai tampak dilakukan oleh Usman bin Affan. Sebagai dampaknya, timbullah rasa
ketidakpuasan di kalangan masyarakat.
Dengan adanya ketidakpuasan tersebut. Abdullah bin Saba dengan doktrin
wisayah, yang menyatakan bahwa sebelum Nabi Muhammad saw., wafat telah
berwasiat bahwa pengganti beliau adalah Ali bin Abi Talib. Hal itu justru makin
memperburuk situasi politik. Keresahan itu diperparah lagi dengan adanya
pemberontakan untuk menggulingkan kekhalifahan Usman bin Affan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Syiah terbagi menjadi beberapa aliran, seperti
Gulat, Imamiyah, dan Zaidiah. Namun demikian, sebagai aliran Syiah, ketiga
mempunyai kesamaan, yaitu mengakui Ali bin Abi Talib sebagai imam yang memiliki
kelebihan-kelebihan khusus.
Adapun yang dimaksud dengan Gulat adalah berlebih-lebihan. Syiah Gulat artinya
adalah kelompok Syiah yang cenderung memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap
Ali bin Abi Talib dan para imam lainnya. Sementara itu, Syiah Zaidiah merupakan
kelompok yang menjadi pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin
Abi Talib.
Dalam masalah imamah mereka berpendapat bahwa imam harus berasal dari
keturunan Ali bin Abi Talib dengan Fatimah binti Rasulullah saw. Sedangkan yang
dimaksud dengan Syiah Imamiyah adalah kelompok yang sangat mengutamakan
doktrin imamah. Masalah imamah itu dianggap sebagai persoalan penting sehingga
disejajarkan dengan kenabian.
2. Fenomena Khawarij
Khawarij merupakan bentuk jamak dari kharij, artinya yang keluar. Dengan
demikian, istilah ini menurut bahasa artinya orang-orang yang keluar. Adapun secara
istilah, kata tersebut bermakna orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Talib,
karena mereka tidak puas dengan hasil tahkim. Sejak saat itu, di kalangan umat Islam
telah terbentuk suatu kelompok politik yang terpisan dan golongan yang sudah ada,
yaitu pengikut Ali dan pengikut Mu 'awiyah.
Kaum Khawarij sebagian besar berasal dari kabilah Tamimi, termasuk suku
Badui. Menurut kaum Khawarij, Ali bin Talib dan pendukungnya yang menerima

Page 59
tahkim dianggap berdosa besar karena ia ragu pada kebenaran yang diperjuangkannya
yang menyebabkan pengorbanan ribuan jiwa manusia melayang. Gugurnya umat Islam
yang disertai keraguan pemimpinnya berarti juga telah melakukan dosa besar.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, kaum Khawarij senantiasa berupaya
mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah yang berkuasa. Mereka tidak saja
memberontak terhadap Ali bin Abi Talib, tetapi juga menyerang kekuasaan Muawiyah
bin Abi Sufyan.
Kekisruhan politik sangat memprihatinkan kaum Khawarij, mereka senantiasa
mencari penyelesaian dengan kekerasan dan senjata. Menurut Khawarij sistem
pemerintahan yang dapat diterima adalah pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin
Khattab.
Pada perkembangan berikutnya, kelompok Khawarij banyak yang melakukan
huru-hara dan membuat kacau pemerintahan Ali bin Abi Talib. Kelompok Khawarij ini
kemudian dihadapi oleh pasukan Ali bin Abi Talib di Nahrwan yang melibatkan
65.000 orang. Dalam peristiwa Nahrwan itu menewaskan 30.000 orang Khawarij.
Mereka beranggapan bahwa peristiwa tersebut sepadan dengan peristiwa yang terjadi
di Karbala semasa Yazid bin Muawiyah.
Sebagian besar yang tewas dalam peristiwa itu adalah dari Bani Tamim di Kufah.
Pada akhirnya, emosi kelompok Khawarij tidak terbendung lagi dan Abdurrahman bin
Muljam membunuh Khalifah Ali bin Abi Talib ketika ia memasuki masjid untuk salat.
Peristiwa itu terjadi pada 24 Januari 661 Masehi.
Ali bin Abi Talib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, yaitu dari bulan Zulhijah
tahun 36 H/656 M sampai bulan Ramadan tahun 41 H/661 M. Ia meninggal pada usia
63 tahun karena dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam. Dengan wafatnya Ali bin Abi
Talib, berakhirlah masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin.

Soal pilihan ganda (X)

Khalifah Abu Bakar as-Siddiq

SOAL DAN JAWABAN

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c,d, atau e sebagai jawaban yang benar!
1. Strategi kepemimpinan Abu Bakar melanjutkan pengiriman pasukan untuk memerangi
Romawi ke Suriah yang dipimpin oleh...

Page 60
a. Khalid bin Walid
b. Usamah bin Zaid
c. Abu Ubaidah bin Jarrah
d. Amru bin As
e. Khalid bin Sa‘id
2. Pemerintahan Abu Bakar difokuskan dalam pemberantasan nabi palsu. Salah seorang
yang mengaku nabi adalah Musailah al-Kazzab. Pemberantasan terhadap Musailah al-
Kazzab dipimpin oleh...
a. Khalid bin Walid
b. Usamah bin Zaid
c. Ikramah bin Abu Jahal
d. Syurahbil bin Hasanah
e. Amru bin As
3. Untuk menghadapi kaum riddah (murtad) di daerah Ta‘if dari suku Salim dan
Hawazin, Abu Bakar menugaskan...
a. Amru bin As
b. Khalid bin Walid
c. Khalid bin Sa‘id
d. Ma’an bin Hijaz
e. Al-Alla‘ bin Hadrami
4. Penaklukan Persia pada masa Abu Bakar terjadi pada Muharram 633 M yang dipimpin
oleh...
a. Khalid bin Walid
b. Musanna
c. Abu Ubaidah bin Jarrah
d. Amru bin As
e. Muhajjir bin Umayyah
5. Pada saat menghadapi tentara Romawi, tentara Islam berjumlah 39.000 melawan
tentara Romawi yang berjumlah ... tentara
a. 100.000
b. 200.000
c. 240.000
d. 250.000
e. 255.000

Page 61
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!
1. Apakah yang dimaksud dengan peristiwa Mauqi‟ah Zat as-Salasil? Jelaskan!
(Mauqi’ah Zat as-Salasil, artinya peristiwa Untaian Rantai. Peristiwa bersejarah
itu disebut Untaian Rantai karena sebagian tentara Persia diikat dengan rantai
yang saling dihubungkan satu sama lain. Hal itu dilakukan agar mereka tidak
dapat lari dari medan perang.)

2. Bagaimana cara Khalifah Abu Bakar mengatasi tiga permasalahan yang terjadi pada
masa awal pemerintahannya?
(Untuk mengatasi tiga permasalahan yang terdiri dari adanya kaum murtadin
(Kaum Riddah), munculnya nabi-nabi palsu, dan kelompok yang ingkar
membayar zakat, Abu Bakar membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya
masing-masing. Setiap panglima pasukan mendapat perintah untuk
mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan.)

Khalifah Umar bin Khattab

SOAL DAN JAWABAN


A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c,d, atau e sebagai jawaban yang benar!
1. Setelah dibaiat kaum muslimin, umar bin khattab mengambil langkah memberhentikan
sahabat... sebagai panglima perang
a. Usamah bin zaid
b. Abu ubaidah bin jarrah
c. Khalid bin walid
d. Saad bin abi waqas
e. Talhah bin ubaidillah
2. Penyerangan terhadap kota yerussalem dipalestina dilakukan dengan memblokade jalan
yang dipimpinoleh panglima perang yang bernama...
a. Usammah bin zaid
b. Khalid bin walid
c. Saad bin abi waqas
d. Abu ubaidah bin jarrah
e. Musanna

Page 62
3. Kota iskandariyah ibukota mesir dinyatakan takluk kepada khalifah umar bin khattab
tahun 642 M setelah raja maukukis bersedia membayar...
a. Pajak dan posisinya sebagai ahlu zimmah
b. Zakat dan posisinya sebagai ahlu zimmah
c. Jizyah dan posisinya sebagai ahlu zimmah
d. Denda dan posisinya sebagai ahlu zimmah
e. upeti dan posisinya sebagai ahlu zimmah
4. tragedi pembunuhan politik pertama dalam sejarah islam terhadap khalifah umar bin
khattab dilakukan oleh....
a. Abu lu’lu’ah fairuz
b. Ibnu muljam
c. Musailamah alkazzab
d. Muawiyyah bin abi sufyan
e. Abu abbas as safah
5. Umar bin khattab menjabat khalifah selama...
a. 10 tahun 6 hari
b. 10 tahun 6 bulan
c. 10 tahun 10 hari
d. 10 tahun 4 hari
e. 10 tahun 4 bulan

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!


1. Apa alasan Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid sebagai panglima dan
menggantikannya dengan Abu Ubaidah bin Jarrah?
(Alasan utama pemberhentian itu adalah adanya kecenderungan tentara Islam
untuk mengagungkan panglimanya. Pada saat itu, ia dikenal sebagai panglima
yang pandai mengatur pasukannya.)

2. Mengapa dalam pembuatan kalender hijriah, para sahabat sepakat bahwa kalender
hijriah dimulai dari bulan Muharram?
(Dikarenakan bulan Muharram merupakan bulan selesainya umat Islam
melaksanakan ibadah haji dan termasuk bulan haram (mulia).

Page 63
Khalifah Usman bin Affan

SOAL DAN JAWABAN

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c,d, atau e sebagai jawaban yang benar!
1. Pengamanan Kota Azerbaijan dari kaum pemberontak pada masa khalifah Usman bin
Affan dipimpin oleh...
a. Abdullah bin Suhail
b. Al-Walid bin Ukbah
c. Salman bin Rabi‘ah
d. Salman al-Farisi
e. Sa‘ad bin Abi Waqas
2. Adanya pemberontakan dari rakyat pada masa pemerintahan Usman bin Affan
dilatarbelakangi oleh...
a. Pengangkatan pejabat negara dari pilihan rakyat
b. Pengangkatan pejabat negara dari keluarga Usman
c. Pengangkatan pejabat negara bukan ahlinya
d. Perluasan wilayah Islam secara parsial
e. Usman tidak dipilih secara demokratis
3. Kelemahan Usman bin Affan sebagai khalifah pada kepemimpinannya dalam
menghadapi kaum pemberontak disebabkan...
a. Adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme
b. Kurangnya kekuatan tentara Islam
c. Umat Islam bercerai-berai
d. Kehidupan mewah di kalangan Istana
e. Usianya sudah lanjut
4. Konflik yang memanas pada masa pemerintahan Usman bin Affan kemudian
dimanfaatkan oleh keluarga...
a. Umayyah yang oportunis
b. Syia‘ah Asy‘ariyah
c. Khawarij
d. Murjiah
e. Ali bin Abi Thalib

Page 64
5. Khalifah Usman bin Affan wafat pada usia...
a. 2 tahun
b. 12 tahun
c. 10 tahun
d. 3 tahun
e. 13 tahun

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!


1. Bagaimanakah kebijakan politik Usman bin Affan jika dikaitkan dengan khalifah-
khalifah sebelumnya? Jelaskan!
(Pada tahap awal, Usman bin Affan dalam kebijakan politiknya mengikuti jejak
khalifah sebelumnya. Namun, pada tahap selanjutnya Usman bin Affan mulai
mengubah gaya pemerintahannya. Hal itu tampak dengan penggantian hampir
semua gubernur yang diangkat Umar bin Khattab.)

2. Sebutkan beberapa alasan yang menyebabkan melemahnya sistem pemerintahan


Usman bin Affan!
(Kelemahan khalifah Usman bin Affan dalam strategi kepemimpinan adalah
lanjut usia dan mudah ditundukkan pada tuntutan para pembangkang.)

Khalifah Ali bin Abi Thalib

SOAL DAN JAWABAN


A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c,d, atau e sebagai jawaban yang benar!
1. Bentrokan antara pendukung Ali bin Abi Thalib dan Aisyah dalam sejarah Islam
disebut dengan peristiwa...
a. Perang Yarmuk
b. Perang Qadisiyah
c. Perang Jamal
d. Perang Daumatul Jandal
e. Perang Karbala

Page 65
2. Sebelum pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, ia didesak untuk mengusut
kasus pembunuhan Usman bin Affan. Desakan itu berasal dari...
a. Muawiyah bin Abi Sufyan
b. Aisyah
c. Zubair bin Awwam
d. Talhah bin Ubaidillah
e. Abdullah bin Umar
3. Tragedi peperangan yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi
Sufyan disebut...
a. Perang Yarmuk
b. Perang Siffin
c. Perang Jamal
d. Perang Daumatul Jandal
e. Perang Karbala
4. Pertempuran sengit pasukan Ali bin Abi Thalib yang terjadi di Nahrwan menghadapi
pemberontakan yang dilakukan oleh...
a. Kelompok Syiah
b. Kelompok Khawarij
c. Kelompok Sunni
d. Kelompok Ahlus Sunnah wal Jama‘ah
e. Kelompok Murji‘ah
5. Kelompok Khawarij berpendapat bahwa arbitrase yang dilakukan oleh Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan yang menyebabkan gugurnya umat Islam
termasuk...
a. Dosa besar
b. Pengkhianatan
c. Dosa kecil
d. Pembangkangan
e. Dosa sedang

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!


1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya Perang Jamal? Jelaskan!
(Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai kholifah pada saat belum tuntasnya
pengusutan mengenai kematian khalifah sebelumnya, yaitu Usman bin Affan)

Page 66
2. Apakah yang dimaksud doktrin wisayah yang diusung oleh Abdullah bin Saba?
(Abdullah bin Saba dengan doktrin wisayah, yang menyatakan bahwa sebelum
Nabi Muhammad saw., wafat telah berwasiat bahwa pengganti beliau adalah Ali
bin Abi Talib.)

KD: 3.10 Menganalisis proses lahirnya Daulah Umayyah di Damaskus

4.10 Menilai proses berdirinya Daulah Umayyah di Damaskus

Indikator: 3.10.1 Siswa mampu mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Umayyah di Damaskus

Materi
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah di Damaskus
Latar belakang berdirinya Dinasti Umayyah tidak lepas dari adanya peristiwa penting
yang terkenal dengan sebutan Ammul Jamaah atau perdamaian umat Islam, yang terjadi di
Kota Maskin, dekat Madam Kuffah pada tahun 41 Hijriyah/661 Masehi pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Latar belakang itu berlanjut ketika pemerintahan Islam dipegang oleh Hasan bin Ali
yang sangat singkat. Makna yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah adanya peralihan
sistem pemerintahan dari yang bersifat demokratis menjadi pemerintahan yang bersifat
monarki. Hal itu menjadi tonggak sejarah perjalanan panjang perpolitikan ummat Islam.
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah ibn Abi Sufyan ibn Harb ibn
Umayyah, Muawiyyah bin abu Sufyan melanjutkan pemerintahan Islam bukan atas dasar
Musyawarah yang berdasarkan atas hasil pilihan umat Islam. Jabatan raja menjadi pusaka
yang diwariskan secara turun temurun dengan sistem monarkhi. Sistem pemerintahan
demokratis yang telah dibangun oleh Khulafaur Rasyidin, berubah menjadi sistem
pemerintahan monarki (kerajaan) sebagaimana yang diterapkan oleh Bani Umayyah dalam
memimpin rakyat. Sehingga, sistem pemerintahan pada zaman bani Umayyah tidak jauh
berbeda dengan Kerajaan Romawi ataupun Persia yang jauh dari yang dicontohkan
Rasulallah saw. Dinasti Bani Umayyah berdiri selama lebih kurang 90 tahun (40-132
H/661-750 M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya.

Page 67
Setelah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir, ditutup oleh kepemimpinan
Khalifah Ali bin Abi Thalib, selanjutnya pemerintahan Islam dilanjutkan dengan
berdirinya Dinasti Umayyah yang dipimpin oleh Hasan bin Ali, namun sangat singkat
karena selalu ditekan secara politis oleh Muawiyah.
Dengan jiwa besar, Hasan bin Ali menyerahkan tahta pemerintahan kepada Muawiyah
disertai dengan tiga syarat, yaitu:
1. Muawiyah harus menjamin keselamatan Hasan dan seluruh keluarganya.
2. Muawiyah harus menjaga nama baik Khalifah Ali bin Abi Thalib dan mengehentikan
segala cacian yang sering dilakukannya dalam khutbah maupun pidato-pidatonya.
3. Setelah Muawiyah meninggal maka jabatan kepemimpinan harus diserahkan kepada
kaum muslimin untuk melakukan musyawarah.
Persyaratan apapun yang dikehendaki Hasan bin Ali bin Abi Thalib tidak terlalu
penting bagi Muawiyah dan pasti berjanji untuk memenuhi, asalkan Hasan bersedia
mengundurkan diri. Setelah terjadi kesepakatan, selanjutnya Muawiyah datang ke Kuffah
untuk disumpah dan ditetapkan sebagai Khalifah, yaitu pada bulan Rabiul Akhir tahun 41
Hijriyah. Selesai pembaiatan, ia kembali ke Damaskus dan menetapkan kota Damaskus
sebagai pusat pemerintahan kerajaan Daulah Bani Umayyah. Setelah dikukuhkan menjadi
Khalifah segera mengumumkan ke seluruh wilayah Islam.
Peristiwa bersejarah yang ditunjukkan oleh Hasan bin Ali yang menyerahkan
kekuasaan kepada Muawiyah bin Abu Sofyan disebut Amul Jamaah (tahun persatuan).
Kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan dilanjutkan hingga berjumlah 14 khalifah yang
terkenal dengan Dinasti Umayyah. Mereka memegang kekuasaan Islam selama 90 tahun.
Adapun ke 14 khalifah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (Muawiyah I) 661 - 680 M/41 H - 60 H
2. Yazid bin Muawiyah (Yazid I) 680 - 683 M/60 H – 64 H
3. Muawiyah bin Yazid (Muawiyah II) 683 - 684 M/64 H – 64 H
4. Marwan bin Hakam (Marwan I) 684 – 685 M/64 H – 65 H
5. Abdul Malik bin Marwan 685 – 705 M/65 H – 86 H
6. Al-Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I) 705 – 715 M/86 H – 96 H
7. Sulaiman bin Abdul Malik 715 – 717 M/96 H – 99 H
8. Umar bin Abdul Aziz (Umar II) 717 – 720 M/99 H – 101 H
9. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) 720 – 724 M/101 H – 105 H
10. Hisyam bin Abdul Malik 724 – 743 M/105 H – 125 H
11. Al-Walid bin Yazid (Al-Walid II) 743 – 744 M/125 H – 126 H

Page 68
12. Yazid bin Al-Walid (Yazid III) 744 M/126 H – 127 H
13. Ibrahim bin Al-Walid 744 M/127 H – 127 H
14. Marwan bin Muhammad (Marwan II) 744 – 750 M/127 H – 132 H

KD: 3.11 Mengevaluasi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Umayyah di Damaskus

4.11 Mengapresiasi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Umayyah di Damaskus

Indikator: 3.11.1 Siswa mampu mengetahui perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
pada masa Daulah Umayyah di Damaskus

Materi

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Umayah berpusat di Kota Basrah
dan Kuffah di Irak. Pada waktu itu banyak bermunculan tokoh-tokoh muslim yang ahli di
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Salah satu tokoh itu adalah Khalid bin Yazid bin
Muawiyah, selain terkena sebagai seorang aktor dan penvair dia adalah orang yang
pertama kali menerjemahkan buku di bidang astronomi, ilmu kedokteran dan kimia.
Puncak keemasan perkembangan ilmu pengetahuan ditunjukkan oleh Khalifah Umar
bin Abdul Aziz ketika beliau sering mendatangkan para ulama dan fuqoha' ke istana untuk
mengupas berbagai disiplin ilmu. Para tokoh yang terkenal pada masa itu antara lain Hasan
Al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri dan Wasil bin Ata.
Disusul kemudian ketika Abdul Malik bin Marwan memerintah, dia secara resmi
menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa administrasi negara. Keterkaitan perkembangan
ilmu pengetahuan dengan penetapan bahasa resmi adalah diperlukan sebuah panduan
berbahasa yang tepat karena semakin banyak orang yang mempelajari bahasa Arab.
Kemudian muncullah seorang tokoh bangsawan yang bernama Sibawaih. Hasil karyanya
yang terkenal hingga sekarang adalah sebuah buku yang berjudul Al-Kitab, yaitu buku
yang membahas tentang pokok-pokok aturan bahasa.
Pada masa itu kesusastraan juga berkembang pesat. Tokoh-tokoh yang ahli di bidang
sastra misalnya:
1. Qoys bin Mulawwah, terkenal dengan gelarnya Laila Majnun (wafat 699 M).
2. Jamil Al-Uzri (wafat 701 M).

Page 69
3. Al-Akhfal (wafat 710 M).
4. Umar bin Abi Rabiah (wafat 719 M).
5. Al-Farazdag (wafat 732 M).
6. Ibnu Al-Muqaffa (wafat 756 M).
7. Jarir (wafat 792 M).
Selain di bidang ilmu pengetahuan, pemerintahan Dinasti Umayyah juga sangat
memperhatikan pembangunan fisik. Hal itu mendorong pemindahan pusat pemerintahan
keluar dari Jazirah Arab, sehingga pemerataan pembangunan dapat dirasakan oleh
masyarakat di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Beberapa hasil pembangunan
fisik yang membanggakan dan menjadi bangunan bersejarah, misalnya:
1. Merombak bangunan Katedral St. Jhon di Damaskus menjadi sebuah masjid yang
megah.
2. Memanfaatkan Katedral Hims sebagai masjid.
3. Merenovasi Masjid Nabawi.
4. Mendirikan Istana Qusayr Amrah dan Istana Al-Musattah yang merupakan tempat
peristirahatan di padang pasir.
Dengan adanya peninggalan bersejarah itu membuktikan bahwa ketika Dinasti
Umayyah berkuasa peradaban dan kekuasaan kaum muslimin termasuk dalam tataran yang
tinggi.

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c,d, atau e sebagai jawaban yang benar!
1. Dinasti bani umayyah mencapai puncak kejayaannya atau masa keemasan terjadi pada
masa khalifah...
a. Umar bin Abdul Aziz
b. Walid bin Abdul Malik
c. Ibrahim bin Al-Walid
d. Hisyam bin Abdul Malik
e. Yazid bin Muawiyah
2. Putra mahkota yang pertama kali diperkenalkan khalifah Muawiyah dari dinasti
Umayyah adalah...
a. Yazid bin Walid
b. Ja‘far bin Muawiyah
c. Yazid bin Muawiyah
d. Muawiyah bin Yazid

Page 70
e. Harun ar-Rasyid
3. Pada masa bani Umayyah, organisasi negara terdiri dari lima, antara lain An-Nidhamus
Siyasi ialah...
a. Organisasi politik
b. Organisasi keuangan
c. Organisasi kehakiman
d. Organisasi pertahanan
e. Organisasi tentara
4. Pengadilan tertinggi pada masa Daulah Umayyah adalah...
a. Asy-Syurthah
b. An-Nadhar fil Madhaliim
c. Masharif Baitul Mal
d. Al-Dharaib
e. Al-Hijabah
5. Seorang tokoh yang ahli dibidang sastra pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan
dan terkenal dengan gelarnya laila majnun yaitu...
a. Al-Akhfal
b. Umar Khayam
c. Al-Farazdag
d. Qoys bin Mulawwah
e. Imam al-Zuhry

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!


1. Apa saja usaha Dinasti Umayyah berkaitan dengan keberadaan bangunan bersejarah!
(Beberapa hasil pembangunan fisik yang membanggakan dan menjadi bangunan
bersejarah pada masa Dinasti Umayyah, misalnya:
a. Merombak bangunan Katedral St. Jhon di Damaskus menjadi sebuah
masjid yang megah.
b. Memanfaatkan Katedral Hims sebagai masjid.
c. Merenovasi Masjid Nabawi
d. Mendirikan Istana Qusayr Amrah dan Istana Al-Musattah yang
merupakan tempat peristirahatan di padang pasir

Page 71
2. Apa yang dimaksud dengan peristiwa Amul Jamaah?
(Amul Jamaah adalah peristiwa bersejarah yang ditunjukkan oleh Hasan bin Ali
yang menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah bin Abu Sofyan sebagai
penggantinya karena Hasan selalu ditekan secara politis oleh Muawiyah.)

KD: 3.12 Menganalisis proses lahirnya Daulah Umayyah di Andalusia

4.12 Menilai proses berdirinya Daulah Umayyah di Andalusia

Indikator: 3.12.1 Siswa mampu mengetahui berdirinya Dinasti Umayyah II di Andalusia

Materi

Keruntuhan Dinasti Umayyah di Damaskus yang terjadi pada tahun 750 M ditandai
dengan pindahnya kakuasaan pemerintahan Islam kepada Dinasti Abbasiyah dengan cara
tragis, yaitu pembantaian besar-besaran terhadap keluarga dan keturunan Dinasti Umayyah
di Damaskus. Dari pembantaian tersebut tersisa satu orang keturunan Dinasti Umayyah
yang luput dari pembunuhan, yaitu Abd al-Rahman ibn Muawiyah, cucu Hisyam, Khalifah
kesepuluh Dinasti Umayyah.
Abd al-Rahman ibn Mu‟awiyah atau Abd al-Rahman I yang saat itu masih berusia dua
puluh tahun telah berhasil lolos dari kejaran tentara Dinasti Abbasiyah. Pelariannya
terbilang sangat berani, pelariannya dimulai dari sebuah perkemahan orang Arab Badui di
tepian kiri sungai Eufrat, tempat ia tinggal beberapa saat untuk menyelamatkan diri dari
kejaran penguasa Dinasti Abbasiyah. Suatu hari, prajurit Dinasti Abbasiyah muncul di
dekat perkemahan tersebut, bersama adik laki-lakinya yang baru berusia tiga belas tahun,
Abd al-Rahman I berlari menuju sungai dan menyebrangi sungai tersebut. Sang adik yang
tidak terlalu pandai berenang, mempercayai janji yang diberikan oleh para prajurit Dinasti
Abbasiyah bahwa mereka akan memberikan amnesti, karena itu ia kembali ke tepian
sungai, hanya untuk menjemput kematiannya, sementara Abd al-Rahman I terus berenang
sampai mampu menyebrangi sungai tersebut.
Tatkala Abd al-Rahman I dan para pengikutnya masuk ke Kordoba memalui selat
Gibraltar, Yusuf al-Fihri bergerak menuju Seville. Abd al-Rahman I memndapatkan
bantuan berupa pasukan dari pemimpin pasukan Yamaniyah di Seville Abu al-Shabbah al-

Page 72
Yahshubi, Abu al-Shabbah al-Yahshubi juga merancang sebuah berdera Dinasti Umayyah
II dengan mengikatkan sehelai sorban hijau di ujung sebilah tombak.
Pada pagi hari 14 Mei 756 M, pasukan Abd al-Rahman I dan pasukan Yusuf al-Fihri
terlibat dalam pertempuran berhadapan di tepi sungai Guandalquivir. Pertempuran itu tidak
berlangsung lama. Yusuf al-Fihri beserta jendral-jendral utamanya melarikan diri dan
Kordoba berhasil di taklukkan. Abd Al-Rahman I tidak menghadapi sedikitpun kesulitan
untuk menghentikan penjarahan di ibukota, dan menetapkan para harem (selir) Yusuf al-
Fihri yang sudah kalah itu di bawah perlindungan Abd Al-Rahman I.
Kekuasaan atas Kordoba yang berhasil diambil dari gubernur Yusuf Al-Fihri (Amir
utusan Dinasti Abbasiyah) tidak sertamerta Abd Al-Rahman I menguasai Spanyol—Islam.
Sepanjang kekuasaannya, Abd-Al-Rahman I harus menghadapi sejumlah pemberontakan-
pemberontakan yang berturut-urut. Akhirnya pemberontakan itu bisa diatasi oleh Abd al-
Rahman I .
Pada saat Abd al-Rahman I (al-Dakhil) memimpin Semenanjung Iberia (Andalusia),
wilayah ini mengalami kestabilan politik, meskipun dalam hal ini Abd al-Rahman I tidak
menyebut dirinya sebagai khalifah (Amir al-Mu‟minin) dalam khutbah Jumat, ia menyebut
dirinya sebagai amir (gubernur) saja. Abd al-Rahman I memimpin Andalusia selama 32
tahun (756 M-788 M), ia wafat pada usianya yang ke 60 tahun, yakni tepat pada tahun 788
M.
Dalam kekuasaan Dinasti Umayyah II di Andalusia ini terbagi menjadi dua periode
kekuasaan, yaitu: periode ke-amiran dan periode ke-khalifahan. Pergantian periode
kekuasaan ini terjadi sebagai puncak kekuasaan Dinasti Umayyah II di Andalusia dalam
menguasai wilayah ini, serta menjadikan Andalusia sebagai pusat peradaban manusia yang
sangat tinggi, tidak kalah dengan kekuasaan di Baghdad dan Mesir.
Periode pertama, periode ke-amiran ini berlanjung selama 173 tahun, yaitu sejak tahun
765 M sampai 929 M. Pemimpin pada masa ke-amiran ini dimulai dari Abd al-Rahman I,
Hisyam I, al-Hakam I, Abd al-Rahman II Muhammad I, al-Mundzir, Abdullah, sampai
dengan Abd al-Rahman III.
Periode kedua adalah periode kekholifahan yang otonom. Periode ini membawa
Andalusia pada puncak kemajuan peradabannya. Periode ini di mulai oleh Khalifah Abd
al-Rahman III dan berakhir sampai Khalifah Hisyam III al-Mu‘tadi (1025-1031 M).
Disebut periode kekhalifahan, karena seluruh khalifah dimulai sejak Abd al-Rahman
III mendeklarasikan diri sebagai khalifah untuk mengganti gelar amir yang dipergunakan
oleh para pemimpin sebelumnya. Penggunaan gelar ini bertujuan memelihara kesatuan

Page 73
Dinasti Umayyah II dari rongrongan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Dengan gelar ini
berarti Dinasti Umayyah II di Andalusia telah berdiri sendiri sebagai kekhalifahan Islam.

KD: 3.13 Mengevaluasi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Umayyah di Andalusia

4.13 Mengapresiasi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Umayyah di Andalusia

Indikator: 3.13.1 Siswa mampu mengetahui perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia

Materi
Kondisi Sosial
Suatu perubahan besar dari suatu kondisi sosial sebagai akibat dari suatu pengaruh
dari kebudayaaan asing terjadi sebagai bentuk akulturasi budaya. Percampurannya
menyangkut mengenai konsep sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapi kepada unsur kebudayaan yang lain. Akibatnya,
unsur-unsur asing dari luar lambat laun masuk dan diterima secara perlahan serta
diolah dalam kebudayaan yang ada tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri. Jalinan hubungan antarbudaya menjadi salah satu pusat studi
antropologi yang pada akhirnya memunculkan teori akulturasi.
Arabisasi yang terjadi di Dinasti Umayyah II merupakan suatu peleburan antara
beberapa budaya setempat dengan budaya Arab sebagai pendatang. Yang paling
dominan adalah budaya Arab, di mana dalam situasi ini budaya Arab telah
mengarabisasi wilayah Andalusia yang merupakan wilayah barat atau jauh dari Timur.
Arabisasi terjadi dalam situasi yang kompleks, di mana masyarakat setempat (para
kaum Yahudi dan Kristen) terarabkan oleh kedatangan kaum Muslimin.
1. Kondisi Ekonomi
Mengenai persoalan bagi ekomoni masyarakat Andalusia, Penguasa Muslim tidak
lagi menetapakan praktek latifundium, tetapi beralih kepada wajib pajak tanah, dalam
arti masyarakat diberi hak atas tanahnya tetapi mereka dikenai kharaj (pajak tanah),
jadi tidak ada perbudakan dalam pengolahan lahan pertanian dan perkebunan.

Page 74
Pada sektor pertanian, dimana bangsa Arab telah mambawa banyak pengaruh
dalam kemajuan di bidang sektor pertanian, bangsa Arab mengenalkan mesin-mesin
dan alat-alat pertanian, mengenalkan irigasi air, mengenalkan tumbuhan-tumbuhan
yang menghasilkan, serta mengenalkan sistem rotasi tanaman.
Masyarakat Andalusia juga adalah sebagai pelaku perdagangan, baik di pasar-
pasar maupun eksport dan import untuk memenuhi kebutuhan negara dan individu
masing-masing. Masyarakat desa sebagai penghasil pertanian dan perkebunan
menyuplai bahan pangan ke pasar-pasar di kota. Dan masyarakat kota menjadi
masyarakat yang kretif pada indutri dan kerajinan.
2. Kondisi Politik
Selanjutnya mengenai politik, pada awal-awal pemerintahan Islam—memang
tidak diperbolehkan masyarakat Andalusia (ahlu dzimmi) ikut perpolitikan dalam
pemerintahan, hal ini berlangsung sangat lama, tapi ada saatnya mereka akan berperan
dalam profesionalisme mereka tanpa harus menjadi Muslim.
Di antara mereka ada menjadi staf kerajaan, diplomat, dokter kerajaan, pemungut
pajak, dan militer profesional yang dilatih oleh kerajaan untuk bertugas menjaga
keamanan negara ataupun untuk peperangan.
3. Kondisi Keagamaan
Dalam masalah keagamaan, penguasa Islam tidak menetapkan kebijakan konversi
agama secara paksa kepada masyakarak Andalusia, membiarkan mereka menganut
agama nenek moyangnya.
Memang tak semudah dan semulus apa yang dikisahkan, dalam hal ini butuh
perjuangan yang lebih ekstra dalam menyatukan beberapa elemen agama yang berbeda
(Islam, Kristen dan Yahudi). Ini adalah tugas penguasa Muslim agar menciptakan
sebuah kesejahteraan dan kerukunan dalam negaranya. Ini adalah sebuah persoalan
pelik yang diemban oleh pemerintahan, di mana kadang orang Arab sangat sombong,
orang Berber yang begitu keras, dan masyarakat Andalusia dianggap sebagai kelas
paling bawah. Tetapi apa yang dilakukan oleh Abd al-Rahman I dan para penerusnya,
yaitu ia berusaha keras menciptakan kesatuan nasional di antara berbagai ragam agama
yang dianut masyarakat Andalusia.

Page 75
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b,c,d, atau e sebagai jawaban yang benar!
1. Runtuhnya Dinasti Umayyah di Damaskus, menyisakan satu orang keturunan Dinasti
Umayyah yang luput dari pembunuhan yaitu...
a. Abd al-Rahman ibn Muawiyah
b. Yusuf al-Fihri
c. Abu al-Shabbah al-Yahshubi
d. Hisyam I
e. al-Hakam I
2. Islam memasuki wilayah Andalusia pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang pada
saat itu dipimpin oleh...
a. Thariq bin Ziyad
b. Musa bin Nushair
c. Khalifah Al-Walid
d. Abdurrahman bin Mubarak
e. Khalid bin Walid
3. Meskipun banyak rintangan dan hambatan, akhirnya Islam dapat masuk ke Andalusia
pada masa pemerintahan Bani Umayyah yakni tepatnya pada tahun...
a. 710 M
b. 711 M
c. 712 M
d. 713 M
e. 714 M
4. Panglima perang Islam yang mula-mula merintis masuk ke Andalusia adalah Tharif bin
Malik yang kemudian dilanjutkan ekspansinya oleh...
a. Khalid bin Walid
b. Thariq bin Ziyad
c. Musa bin Nushair
d. Abdurrahman bin Mubarak
e. Hamzah bin Abdil Muthalib
5. Dinasti yang merupakan pertahanan terakhir di Andalusia adalah Dinasti...
a. Iran
b. Seljuk
c. Ahmar
d. Murabithun

Page 76
e. Muwahhidun

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!


1. Jelaskan kondisi sosial masyarakat Andalusia sebelum kedatangan Islam!
(Kondisi sosial masyarakat Andalusia sebelum kedatangan Islam sangat
memprihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam tiga kelas, yaitu kelas 1, 2,
dan 3. Kelas satu adalah kelas penguasa, yang terdiri dari Raja, Pangeran,
Pembesar Istana, Pemuka Agama, dan Tuan tanah besar. Kelas dua terdiri dari
para Tuan tanah kecil. Sedang kelas tiga terdiri dari budak, petani, penggembala,
nelayan, pandai besai, orang Yahudi, dan kaum buruh dengan imbalan makan
dua kali sehari.)

2. Sebutkan faktor-faktor penyebab runtuhnya pemerintahan Islam di Andalusia!


(Berikut ini faktor-faktor penyebab runtuhnya pemerintahan Islam di Andalusia:
a. Sering terjadi perseteruan
b. Rivalitas politik
c. Konflik internal dalam tubuh pemerintahan
d. Rebutan kekuasaan
e. Saling serang antar dinasti
f. Perang dengan pasukan Kristen (Salib)

Page 77

Anda mungkin juga menyukai