Anda di halaman 1dari 54

KEPERAWATAN KELUARGA

PADA IBU “A” DENGAN HIPERTENSI


TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA USIA REMAJA
DI DESA SUMORAME CANDI SIDOARJO
DOSEN PEMBIMBING

Dr. Yessy Dessy Arna, M.Kep., Sp.Kom


Dr. Hotmaida Siagian, SKM.,Mkes

DISUSUN OLEH

Disusun Oleh :

MAYA ARI WULANDARI


P27820418082

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Keluarga Mahasiswa Tingkat III Semester V
Tahun Akademik 2020/2021 Di Masa Pandemi Covid-19. Sebagai syarat pemenuhan tugas stase
Keperawatan Keluarga Prodi D3 Keperawatan Sidoarjo oleh :
Nama : Maya Ari Wulandari
NIM : P278204180282

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Sidoarjo, 10 Desember 2020

Mahasiswa

(Maya Ari Wulandari)

Mengetahui

Dosen Pembimbing 1 Dosen Akademik 2

(Dr. Yessy Dessy Arna, M.Kep, Sp.Kom) (Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.kes)
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga
adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga
sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap
yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Struktur Keluarga
Menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi 4 elemen yaitu :
a. Struktur Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi
verbal dan non verbal, komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam
keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara
para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa
non verbal seperti gerakan tubuh.
b. Struktur Peran Keluarga
Peran masing2 anggota keluarga baik secara formal maupun informal, model peran
keluarga, konflik dalam pengaturan Keluarga.
c. Struktur Nilai dan Norma Keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat
untuk dirinya. Norma adalah peran2 yang dilakukan manusia berasal dari nilai budaya
terkait. Norma mengarah pada nilai yang dianut masyarakat dimana norma dipelajari
sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan,
tindakan, dan pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan
harga diri (Susanto, 2012 dikutip dari Delaune 2002).
d. Struktur Kekuatan Keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang
yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power),
pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power),
pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh yang
dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui
manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).
3. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu : 4
a. Keluarga Tradisional
1) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
2) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat 5
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga
4. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8
:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
f. Keluarga dengan anak dewasa
Keluarga usia pertengahan (middle age family)
g. Keluarga lanjut usia
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
4. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
1. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).

C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Primer
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan),
ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup (konsumsi garam
yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok,
minum alcohol, dan minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal, diabetes
melitus, stroke.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.
(Suyono, Slamet. 1996).
Pathways
E. Tanda Dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

G. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel otak:
stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal), jantung
(membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).
H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr,
diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu
6. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan
Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
7. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
I. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi
garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.

J. Diit Hipertensi
1. Konsumsi lemak dibatasi
2. Konsumsi kolesterol dibatasi
3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4. Makanan yang boleh dikonsumsi
a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula).
b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram
perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak).
c. Sumber protein nabati (kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom).
d. Sumber lemak (santan kelapa encer dalam jumlah terbatas).
e. Sayuran (sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis,
kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel).
f. Buah-buahan (semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah
terbatas).
g. Bumbu (pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak
lebih 15 gram perhari).
h. Minuman (teh  encer, coklat encer, juice buah).
5. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi
a. Makanan yang banyak mengandung garam.
b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol
c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh.
d. Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.
e. Makanan yang banyak menimbulkan gas.
6. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara
tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu
diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta
kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional
tersebut diantaranya:
a. Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya
yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan
belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini
diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu
bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu
menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah
terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar
sehingga air perasannya lebih banyak.
b. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu
gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit
ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
c. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman
karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah
bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat
yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8
sampai 9 siung sekali makan.
d. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas
memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap
pagi dan sore hari secara teratur
e. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum
pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
f. Melon
g. Semangka
h. Mentimun

K. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,
perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer),  pengisian kapiler
mungkin lambat.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,  riwayat
penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles, mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda       : episode parestesia unilateral transien.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
lain, penggunaan obat / alkohol.
  
L. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.

RENCANA KEPERAWATAN

N DIANGOSA
O KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX DAN KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah
v Cardiac Pump Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness § - Evaluasi adanya nyeri dada
denganpeningkatan v Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
afterload, v Vital Sign Status § - Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: § - Catat adanya tanda dan gejala
hipertrofi/rigiditas § - Tanda Vital dalam penurunan cardiac putput
ventrikuler, iskemia rentang normal
§ - Monitor status kardiovaskuler
miokard (Tekanan darah,
§ - Monitor status pernafasan yang
Nadi, respirasi) menandakan gagal jantung
§ - Dapat mentoleransi§ - Monitor abdomen sebagai indicator
aktivitas, tidak ada penurunan perfusi
kelelahan § - Monitor balance cairan
§ - Tidak ada edema § - Monitor adanya perubahan tekanan
paru, perifer, dan darah
tidak ada asites § - Monitor respon pasien terhadap efek
§ - Tidak ada pengobatan antiaritmia
penurunan § - Atur periode latihan dan istirahat
kesadaran untuk menghindari kelelahan
§ - Monitor toleransi aktivitas pasien
§ - Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
§ - Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
§ - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§ - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§ - Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
§ - Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
§ - Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
§ - Monitor kualitas dari nadi
§ - Monitor adanya pulsus paradoksus
§ - Monitor adanya pulsus alterans
§ - Monitor jumlah dan irama jantung
§ - Monitor bunyi jantung
§ - Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
§ - Monitor suara paru
§ - Monitor pola pernapasan abnormal
§ - Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
§ - Monitor sianosis perifer
§ - Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§ - Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan v Energy conservation Energy Management
dengankelemahan, v Self Care : ADLs § - Observasi adanya pembatasan klien
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
suplai dan kebutuhan
§ - Berpartisipasi § - Dorong anal untuk mengungkapkan
oksigen. dalam aktivitas fisik perasaan terhadap keterbatasan
tanpa disertai
§ - Kaji adanya factor yang menyebabkan
peningkatan kelelahan
tekanan darah, nadi § - Monitor nutrisi dan sumber energi
dan RR tangadekuat
§ - Mampu melakukan § - Monitor pasien akan adanya kelelahan
aktivitas sehari hari fisik dan emosi secara berlebihan
(ADLs) secara§ - Monitor respon kardivaskuler
mandiri terhadap aktivitas
§ - Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
§ - Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
§ - Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
§ - Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
§ - Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
§ - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
§ - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
§ - Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
§ - Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
§ - Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
§ - Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
§ - Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual

3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan peningkatan
v Pain Level, Pain Management
tekanan vaskuler
v Pain control, § - Lakukan pengkajian nyeri secara
serebral v Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
- Mampu kualitas dan faktor presipitasi
mengontrol nyeri
§ - Observasi reaksi nonverbal dari
(tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu § - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menggunakan untuk mengetahui pengalaman nyeri
tehnik pasien
nonfarmakologi § - Kaji kultur yang mempengaruhi
untuk mengurangi respon nyeri
nyeri, mencari§ - Evaluasi pengalaman nyeri masa
bantuan) lampau
§ -- Melaporkan bahwa § - Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri berkurang kesehatan lain tentang ketidakefektifan
dengan kontrol nyeri masa lampau
menggunakan § - Bantu pasien dan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan menemukan dukungan
§ -- Mampu mengenali § - Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti suhu
intensitas, frekuensi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
dan tanda nyeri) § - Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ -- Menyatakan rasa § - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyaman setelah (farmakologi, non farmakologi dan
nyeri berkurang inter personal)
§ -- Tanda vital dalam § - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
rentang normal menentukan intervensi
§ - Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
§ - Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
§ - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ - Tingkatkan istirahat
§ - Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
§ - Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
§ - Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
§ - Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
§ - Cek riwayat alergi
§ - Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
§ - Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
§ - Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
§ - Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
§ - Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
§ - Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
§ - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


dengan krisis situasional tindakan § - Gunakan pendekatan yang
sekunder adanya keperawatan selama menenangkan
hipertensi yang diderita 3 x 24 jam, cemas§ - Nyatakan dengan jelas harapan
klien pasien berkurang terhadap pelaku pasien
dengan kriteria§ - Jelaskan semua prosedur dan apa
hasil: yang dirasakan selama prosedur
v Anxiety Control § - Temani pasien untuk memberikan
v Coping keamanan dan mengurangi takut
v Vital Sign Status § - Berikan informasi faktual mengenai
- Menunjukan diagnosis, tindakan prognosis
teknik untuk§ - Dorong keluarga untuk menemani
mengontrol cemas è anak
teknik nafas dalam § - Lakukan back / neck rub
-- Postur tubuh pasien§ - Dengarkan dengan penuh perhatian
rileks dan ekspresi§ - Identifikasi tingkat kecemasan
wajah tidak tegang § - Bantu pasien mengenal situasi yang
-- Mengungkapkan menimbulkan kecemasan
cemas berkurang § - Dorong pasien untuk
§ TTV dbn mengungkapkan perasaan, ketakutan,
TD = 110-130/ 70- persepsi
80 mmHg § - Instruksikan pasien menggunakan
RR = 14 – 24 x/ teknik relaksasi
menit § - Barikan obat untuk mengurangi
N = 60 -100 x/ kecemasan
menit
S = 365 – 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan
v Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi process § - Berikan penilaian tentang tingkat
tentang proses penyakitv Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
Behavior penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil : § - Jelaskan patofisiologi dari penyakit
§ - Pasien dan dan bagaimana hal ini berhubungan
keluarga dengan anatomi dan fisiologi, dengan
menyatakan cara yang tepat.
- pemahaman § - Gambarkan tanda dan gejala yang
tentang penyakit, biasa muncul pada penyakit, dengan
kondisi, prognosis cara yang tepat
dan program§ - Gambarkan proses penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat
§ - Pasien dan § - Identifikasi kemungkinan penyebab,
keluarga mampu dengna cara yang tepat
melaksanakan § - Sediakan informasi pada pasien
prosedur yang tentang kondisi, dengan cara yang
dijelaskan secara tepat
benar § - Hindari harapan yang kosong
§ - Pasien dan § - Sediakan bagi keluarga atau SO
keluarga mampu informasi tentang kemajuan pasien
menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang § - Diskusikan perubahan gaya hidup
dijelaskan yang mungkin diperlukan untuk
perawat/tim mencegah komplikasi di masa yang
kesehatan lainnya. akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
§ - Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
§ - Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
§ - Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
§ - Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
§ - Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bpk. J

I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bpk. J
2. Usia : 61 Tahun
3. Pendidikan : SGO (Sekolah Guru Olahraga)
4. Pekerjaan : TNI
5. Alamat : Ds. Sumorame RT 02/RW 01, Candi, Sidoarjo
6. Komposisi Anggota Keluarga :
NO NAMA JENIS HUB UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELAMIN DGN KK
1. Bpk. J L Suami 61 SGO TNI
Tahun

2. Ibu. A P Istri D2 Ibu Rumah


51 Tangga
Tahun
3. Sdr. BL L Anak SMA Pelajar

4. A. BT L Anak 17 SD Pelajar
A. Tahun

7
Tahun
GENOGRAM

48 51

19 17 7

Keterangan :
= Perempuan

= Laki-laki
= Tinggal satu rumah
= Meninggal

= Pasien

= Garis keturunan

7. Tipe Keluarga :
Keluarga Bpk. J merupakan tipe keluarga nuclear family / keluarga inti yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung.
Suku Bangsa :
Keluarga Bpk. J adalah suku Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa
Jawa. Keluarga Bpk. J berkebangsaan Indonesia.
8. Agama :
Keluarga Bpk. J memiliki keyakinan dan pemahaman spiritual yang dianut adalah agama
islam. Seluruh anggota keluarga melakukan kegiatan sebagai umat islam yaitu sholat 5
waktu.
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
Bpk.J adalah seorang PNS, yang berpendapatan setiap bulan Rp. 4.000.000 dan Ibu. A
sebagai Ibu Rumah Tangga. Selama ini menurut keluarga kehidupannya dalam rentang
berkecukupan. Pendapatan tiap bulan selalu diberikan kepada Ibu. A untuk memenuhi
kebutuhan setiap bulan seperti membayar listrik, kebutuhan makan sehari-hari.
10. Aktifitas Rekreasi Keluarga :
Rekreasi dilakukan bila masing-masing sedang ada senggang waktu seperti makan diluar
rumah, atau luar kota saat ada waktu libur.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :


11. Tahap Perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Bpk. J adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia
remaja (tahap 5)
12. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Dalam keluarga Bpk. J perkembangan keluarga yang sampai saat ini belum terpenuhi
adalah Ibu. A bisa mengontrol tekanan darahnya.
13. Riwayat Keluarga Inti :
Ibu A mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Tekanan darah
naik saat ibu A sedang banyak pikiran dengan keluhan nyeri hilang timbul di bagian
tengkuk seperti memikul beban dengan skala nyeri 5-6. Ibu A juga mengatakan sakit
kepala kambuh saat tidur tidak teratur, belakangan ini ibu A tidurnya tidak teratur. Ibu A
juga mengatakan merasa lemas dan sangat lelah jika setelah beraktivitas berat. Ibu A
hanya meminum obat hipertensi ketika tekanan darah tingginya naik saja
14. .Riwayat Keluarga Sebelumnya :
a. Keluarga Bpk. J mempunyai riwayat penyakit hipertensi atau bisa disebut penyakit
keturunan..
b. Riwayat kebiasaan atau gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan Bpk. J adalah
merokok.
III. Lingkungan
15. Karakteristik Rumah : (Lengkapi dengan denah rumah)
Rumah Bpk. J terdiri dari ruang tamu, gudang, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1
musholah. Cara mengatur perabotan rumah sangat rapi, kebiasaan membersihkan rumah
2kali sehari. Ukuran rumah 12x42 meter , tipe rumah permanen, atap terbuat dari genting,
lantai kramik, ventilasi cukup baik, cahaya diperoleh dari pintu depan dan jendela
sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan. Kondisi ruang kamar baik, ventilasi dan
cahaya tercukupi. Jarak sapitank dengan sumber air sekitar 2 meter.
keluarga Bpk. J menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti
mandi dan mencuci, sedangkan untuk memasak dan minum menggunakan air isi ulang.

DENAH RUANG RUMAH

16. Karakteristik tetangga dan komunitas


Rumah Bpk. J berdekatan dengan keluarga sendiri dan tetangga masyarakat sekitar.
Hubungan antar keluarga Bpk. J dengan tetangga sekitar terjalin baik. Terbukti keluarga
Bpk. J mengenali semua tetangga yang ada disekitarnya. Tipe keluarga komunitas
didaerah rumah Bpk. J adalah masyarakat desa. Transportasi umum yang sering
digunakan oleh keluarga Bpk. J dan tetangga adalah sepeda, motor, dan mobil.
17. Mobilitas geografis keluarga :
Bpk. J merupakan penduduk asli Desa Punten, Kec. Bumiaji, kota Batu dan Ibu. A
penduduk asli Sentani, Jayapura, Papua. Kemudian setelah menikah Bpk. J dan Ibu A
bertempat tinggal di Desa Sumorame, Kec.Candi, Sidoarjo.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Bpk. J mengatakan biasanya mengikuti arisan RT di rumah-rumah tetangga, tahlilan,
rapat RW dan kerja bakti di desa. Ibu. A juga mengatakan biasanya mengikuti diba’an
dan juga arisan PKK.
19. Sistem pendukung keluarga :
Bpk. J memiliki keluarga yang harmonis, Bpk. J dan Ibu. A selalu sabar dalam
menghadapi semua masalah yang terjadi pada keluarganya,dan saling memberi dukungan
satu sama lain.

IV. Struktur Keluarga


20. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluarga Bpk. J dan Ibu. A menggunakan pola komunikasi dua arah. Bahasa yang
digunakan keluarga Bpk. J adalah bahasa jawa dan bahasa indonesia. Keluarga Bpk. J
sangat memperhatikan usia lawan bicara dan dengan siapa Bpk. J berbicara. Apabila
terdapat masalah selalu menyelesaikan dengan komunikasi
21. Struktur Kekuatan Keluarga :
Didalam keluarga bapak J yang yang sangat dominan dan berpengaruh dalam memegang
peran tinggi, yaitu Bpk. J dan Ibu A saling mensupport
22. Struktur Peran :
Bpk. J : peran formal : Menjadi kepala keluarga, suami dan pencari
nafkah.
peran informal : Sebagai pengambil keputusan dalam keluarga
dan orang yang dihormati
Ibu A : peran formal : Menjadi ibu rumah tangga
Peran informal : Merawat, mendampingi, dan mendidik anak
Sdr. BL : peran formal : Belajar, mengaji
Peran informal : Membantu ayah dan ibu
Sdr. BT : peran formal : Belajar, mengaji
Peran informal : membantu ayah dan ibu
23. Nilai dan Norma Budaya :
Keluarga Bpk. J menerapkan nilai-nilai agama kepada semua anggota keluarga seperti
mengaji, sholat, zakat dan berpuasa. Bpk J memegang teguh budaya jawa dalam
kesehariannya seperti mengikuti tahlil dan ketika ada salah satu anggota keluarga yang
sakit maka akan dibawa ke dokter praktik, puskesmas, klinik kesehatan, atau rumah sakit
terdekat.

V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi Afektif :
Keluarga mengatakan berusaha menjalin hubungan yang baik antar anggota keluarga.
26 Fungsi Reproduksi :
Keluarga mengatakan masih mampu berhubungan badan
27. Fungsi Ekonomi :
Bpk. J adalah seorang PNS, yang berpendapatan setiap bulan Rp. 4.000.000 dan Ibu. A adalah
seorang ibu rumah tangga. Selama ini menurut keluarga kehidupannya rentang
berkecukupan. Pendapatan tiap bulan selalu diberikan kepada Ibu. A untuk memenuhi
kebutuhan setiap bulan seperti membayar listrik, kebutuhan makan sehari-hari.
28. Fungsi Sosialisasi :
Bpk J mengatakan bahwa interaksi dengan anggota keluarga berjalan dengan lancar dan
saling menghargai serta jika ada masalah langsung di selesaikan dengan cara musyawarah
agar menemui titik terang. Anak dari Bpk J juga mengenal semua sanak saudaranya.

29. Fungsi Perawatan Kesehatan :


Keluarga Bpk. J sangat peduli dengan kesehatan keluarganya, selalu melakukan cek
kesehatan rutin selama 1 bulan sekali. Keluarga bpk.J juga mengetahui tentang pentingnya
makanan bergizi serta berolahraga
VI. Stressor dan Koping Keluarga
30. Stressor Jangka Pendek :
Ibu. A sering mengeluhkan sakit kepala
31. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :
Keluarga Bpk. J selalu memeriksakan keluarganya yang sakit ke puskesmas atau klinik
kesehatan terdekat, atau kadang jika Ibu. A sakit kepala ringan hanya beristirahat saja
32. Strategi koping yang digunakan :
Keluarga Bpk. J selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
33. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe pada Klien Kelolaan dalam keluarga)

No Pemeriksaan Bpk. J Ibu. A Sdr. BL Sdr. BT


1 Kepala Rambut hitam Rambut hitam sedikit Rambut hitam Rambut hitam
beruban, kulit beruban, kulit kepala tidak beruban, tidak beruban,
kepala bersih, bersih, tidak ada kutu, kulit kepala kulit kepala
rambut bergelombang bersih, tidak ada bersih, tidak
tidak ada kutu,
sebahu, kepala sakit kutu ada kutu
rambut pendek bila TD naik.
2 TTV TD : 120/90 TD : 155/90 mmHg TD : 125/90 TD : -
mmHg N : 82x/menit mmHg N : 96x/menit
N : 84x/menit RR:18x/menit N : 80x/menit RR: 26x/menit
RR:21x/menit S :36,0˚C RR: 17x/menit S : 36,7˚C
S :36,5˚C S :36,4˚C
3 BB, TB, IMT BB : 79 kg BB : 62 kg BB : 77 kg BB : 28 kg
TB : 174 cm TB : 163 cm TB : 179 cm TB : 118 cm
IMT : 26,9 IMT : 23,34 (normal) IMT : 24,3 IMT : -
(kelebihan bobot) (kelebihan bobot)
4 Mata Mata simetris, Mata Mata simetris, Mata simetris,
simetris, sklera merah
sklera putih, tidak sklera putih, tidak sklera putih,
, kantung mata terlihat
ada benjolan, gelap,tidak ada ada benjolan tidak ada
benjolan, mata rabun
mata minus benjolan
dekat

5 Hidung Simetris, hidung Simetris, hidung Simetris, hidung Simetris,


bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada hidung bersih,
sekret, tidak ada sekret, tidak ada sekret, tidak ada tidak ada
polip, tidak ada polip, tidak ada PCH polip, tidak ada sekret, tidak
PCH PCH ada polip,
tidak ada PCH
6 Mulut Tidak memakai Memakai gigi palsu, Tidak memakai Tidak
gigi palsu, tidak tidak ada karies gigi, gigi palsu, tidak memakai gigi
ada karies gigi, tidak ada stomatitis, ada karies gigi, palsu, tidak
tidak ada tidak berkawat, tidak ada ada karies gigi,
stomatitis, tidak mukosa bibir lembab, stomatitis, tidak tidak ada
berkawat, mukosa terdapat gigi berkawat, mukosa stomatitis,
bibir kering, berlubang. bibir lembab, tidak berkawat,
terdapat gigi terdapat gigi mukosa bibir
berlubang. berlubang. kering, tidak
ada gigi
berlubang.
7 Leher Tidak ada Tidak ada benjolan, Tidak ada Tidak ada
benjolan, tidak tidak ada pembesaran benjolan, tidak benjolan, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, nyeri ada pembesaran ada
kelenjar limfe, pada bagian belakang kelenjar limfe, pembesaran
tidak ada nyeri leher/tengkuk ketika tidak ada nyeri kelenjar limfe,
tekan sedang banyak pikiran tekan tidak ada nyeri
tekan
8 Dada Simetris, tidak Simetris, tidak ada Simetris, tidak Simetris, tidak
ada nyeri tekan, nyeri tekan, tidak ada ada nyeri tekan, ada nyeri
tidak ada benjolan, suara tidak ada tekan, tidak
benjolan, suara jantung pekak, suara benjolan, suara ada benjolan,
jantung pekak, paru sonor jantung pekak, suara jantung
suara paru sonor suara paru sonor pekak, suara
paru sonor
9 Perut/abdomen Simetris, tidak Simetris, tidak ada Simetris, tidak Simetris, tidak
ada lesi, ruam lesi, ruam tidak ada, ada lesi, ruam ada lesi, ruam
tidak ada, tidak tidak ada bekas luka, tidak ada, tidak tidak ada, tidak
ada bekas luka, tidak ada nyeri tekan, ada bekas luka, ada bekas luka,
tidak ada nyeri tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan, tidak ada suara tympani tekan, tidak ada tekan, tidak
benjolan, suara benjolan, suara ada benjolan,
tympani tympani suara tympani
10 Ekstremitas Tangan kanan Tangan kanan dan kiri Tangan kanan Tangan kanan
atas/tangan dan kiri normal, normal, tidak ada dan kiri normal, dan kiri
tidak ada benjolan, tidak ada tidak ada normal, tidak
benjolan, tidak nyeri tekan, kekuatan benjolan, tidak ada benjolan,
ada nyeri tekan, otot ada nyeri tekan, tidak ada nyeri
kekuatan otot 5 5 kekuatan otot tekan,
5 5 Jari tangan kanan dan 5 5 kekuatan otot
Jari tangan kanan tangan kiri lengkap Jari tangan kanan 5 5
dan tangan kiri dan tangan kiri Jari tangan
lengkap. lengkap kanan dan
tangan kiri
lengkap
11 Ekstremitas Kaki kanan dan Kaki kanan dan kiri Kaki kanan dan Kaki kanan
bawah/kaki kiri normal, normal, simetris kiri normal, dan kiri
simetris kanan kanan dan kiri, tidak simetris kanan normal,
dan kiri, tidak ada ada kelainan, tidak dan kiri, tidak ada simetris kanan
kelainan, tidak ada nyeri tekan, tidak kelainan, tidak dan kiri, tidak
ada nyeri tekan, ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, ada kelainan,
tidak ada ada edema, jari kaki tidak ada tidak ada
benjolan, tidak lengkap benjolan, tidak nyeri tekan,
ada edema, jari ada edema, jari tidak ada
kaki lengkap kaki lengkap benjolan, tidak
ada edema, jari
kaki lengkap
12 Genetalia BAB 1kali/hari, BAB 1kali/hari, dan BAB 1kali/hari, BAB
dan BAK 5- BAK 5-6kali/hari, dan BAK 5- 1kali/hari, dan
6kali/hari, tidak tidak ada benjolan 6kali/hari, tidak BAK 5-
ada benjolan sekitar anus atau ada benjolan 6kali/hari,
sekitar anus atau hemoroid. sekitar anus atau tidak ada
hemoroid. hemoroid. benjolan
sekitar anus
atau hemoroid.

VII. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga :


Data yang memuat pernyataan langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan harapan
dan keinginan keluarga terhadap penanganan keperawatan pada berbagai masalah yang dialami
oleh keluarga terutama masalah kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik

Kamis, 10 Desember 2020

Maya Ari Wulandari

VIII. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Ketidakmampuan Gangguan Pola
- Klien mengatakan keluarga Bpk. J Tidur b.d
sakit kepala kambuh dalam merawat ketidakmampuan
saat tidur tidak teratur Ibu. A dengan keluarga
hipertensi mengenal
DO : masalah
-Klien tampak kesulitan
kesehatan
memulai tidur
-Kantung mata terlihat
gelap
-Sklera mata merah

TD : 155/90 mmHg
N : 82x/menit
RR : 18x/meit
S : 36,0˚C
GCS : 456
BB : 62
TB : 163
IMT : 23,34
2. DS : Ketidakmampuan Gangguan Rasa
Klien mengatakan nyeri keluarga Bpk. J Nyaman (Nyeri)
hilang timbul pada bagian dalam merawat b.d
tengkuk seperti memikul Ibu. A dengan ketidakmampuan
beban dengan skala nyeri hipertensi keluarga
5-6 ketika sedang banyak merawat Ibu A
pikiran

DO :
-Klien memegangi
bagian tengkuk

Pengkajian nyeri :
P : ibu A mengatakan
nyeri di bagian tengkuk,
hal ini terjadi ketika ibu
A banyak pikiran

Q : Ibu A mengatakan
nyeri seperti memikul
beban

R : di bagian tengkuk

S : ibu A mengatakan
skala nyeri 5-6

T : ibu A mengatakan
nyeri hilang timbul

TD : 155/90mmHg
N : 82x/menit
RR:18x/menit
S :36,0˚C
 

IX. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA :


1. Gangguan pola tidur ibu A b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

SKORING MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA


NO KRITERIA SKORE PEMBENARAN
1. 1. Sifat Masalah 1 x 1 = 1/3 Pasien mengatakan sakit
1. Aktual = 3 kepala kambuh saat tidur tidak
3
2. 2. Resiko = 2 teratur
3. 3. Potensial = 1

2 Kemungkinan masalah 2x2=2 Masalah dapat diubah dengan


dapat diubah
2 mudah karena pasien ingin
1. Dengan mudah
=2 istirahat cukup
2. Hanya sebagian
=1
3. Tidak dapat = 0
3. Potensial masalah untuk 2 x 1 = 2/3 Px ada kesadaran untuk
dicegah
3 mengubah masalahnya
1. Tinggi = 3
2.  Cukup = 2
3. Rendah = 1
4. Mengenal masalah 2x1=1 Ibu A tidur malam hanya 3
1. Segera ditangani
2 jam dan tidak pernah tidur
=2
2.  Masalah ada siang
tapi tidak perlu
=1
3. 3. Masalah tidak
dirasakan = 0

TOTAL SKORE 3 3/3

SKORING MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

2. Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri) ibu A b.d ketidakmampuan keluarga merawat Ibu A

SKORING MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA


NO KRITERIA SKORE PEMBENARAN
1. 1. Sifat Masalah 3 x1=1 Mengatakan nyeri atau sakit
1. Aktual = 3 kepala dengan skala nyeri 5-6
3
2. 2. Resiko = 2 dari 1-10
3. 3. Potensial = 1

2 Kemungkinan masalah 1x2=1 Masalah dapat diubah sebagian


dapat diubah karena pasien hanya sebagian
2
1. Dengan mudah mengenal masalah nyeri
=2
2. Hanya sebagian
= 1 
3. Tidak dapat = 0
3. Potensial masalah untuk 3x1=1 Pasien ada kesadaran untuk
dicegah
3 mengubah masalahnya
1. Tinggi = 3
2. Cukup = 2
3. Rendah = 1
4. Mengenal masalah 2x1=1 Koping yang dilakukan pasien
1. Segera ditangani adalah meminum obatnya dan
2
=2 istirahat tidur
2. Masalah ada
tapi tidak perlu
=1
3.  Masalah tidak
dirasakan = 0

TOTAL SKORE 4
X. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


. Keperawatan
Tum Tuk Kriteria Standard
1. Gangguan Pola Setelah TUK 1 : Verbal 1. keluarga mampu 1. Jelaskan kepada keluarga
Selama 1x60 menit menjelaskan tentang pengertian ,penyebab,
Tidur b.d dilakukan
kunjungan, keluarga mampu gangguan pola tidur adalah cara pencegahan dan
ketidakmampua asuhan mengenal masalah kelainan pola tidur jumlah waktu normal
gangguan pola tidur, dengan seseorang yang akan gangguan pola tidur
n keluarga keperawata
cara : menimbulkan penurunan
mengenal n keluarga, Mengenal masalah kualitas pola tidur yang 2. Mintalah keluarga untuk
hipertensi pada anggota berdampak pada kesehatan menjelaskan kembali
masalah diharapkan
keluarga dengan dan keselamatan pengertian, penyebab,
kesehatan masalah menyebutkan : penderitanya tanda dan gejala, cara
1. Pengertian gangguan pencegahan dan jumlah
gangguan
pola tidur 2. keluarga mampu waktu normal gangguan
pola tidur 2. Penyebab gangguan menjelaskan tentang pola tidur
pola tidur penyebab gangguan pola
pada
3. Cara mencegah tidur yaitu karena penyakit 3. Berikan keluarga
keluarga gangguan pola tidur yang di derita, faktor kesempatan untuk
4. Jumlah jam tidur psikologis, faktor bertanya jika kurang jelas
Bpk.J
dalam batas normal lingkungan, dan emosional
teratasi penderita 4. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan keluarga.
3. keluarga mampu
menyebutkan cara
mencegah gangguan pola
tidur yaitu dengan
membatasi asupan kafein,
memngontrol stress dan
kecemasan, mengonsumsi
banyak sayuran dan ikan

4. keluarga mampu
menyebutkan jumlah jam
tidur dalam batas normal
yaitu 6-8 jam/hari 

TUK 2 : Verbal keluarga mampu 1. Jelaskan kepada keluarga


Selama 1x30 menit akibat gangguan ola tidu tidak
Menyebutkan akibat yang
kunjungan, keluarga mampu teratasi
Menjelaskan akibat yang terjadi bila gangguan pola 2. Meminta keluarga untuk
terjadi bila gangguan pola menyebutkan kembali akibat
tidur bila tidak segera
tidur tidak segera diatasi gangguan pola tidur jika tidak
diatasi : segera diatasi
3. Beri kesempatan keluarga
- Penuaan
untuk bertanya jika ada yang
- Obesitas belum jelas
4. Beri pujian atas usaha yang
- Penurunan sistem
dilakukan keluarga.
imun
- Daya ingat menurun
- Depresi

3. TUK 3 : Verbal 1. Menyebutkan cara 1. Meminta keluarga


Selama 2x60 menit
kunjungan, Keluarga dan memperbaiki/meningkatk Menyebutkan cara
diharapkan mampu Psikomoto an kualitas tidur memperbaiki/meningkatk
mengatasi masalah pada r 2. Membuat menu makanan an kualitas tidur
anggota yang menderita dan minuman untuk 2. Memotivasi keluarga
gangguan pola tidur mencegah gangguan pola untuk melakukan
a. Menyebutkan cara tidur : kegiatannya
memperbaiki/meningkatk - Makanan : 3. Menjelaskan pada
an kualitas tidur Karbohidrat (ubi, keluarga tentang makanan
b. Membuat menu makanan nasi) untuk mencegah
dan minuman yang Telur gangguan pola tidur
mencegah gangguan pola Pisang 4. Memberi kesempatan
tidur Ikan dan sayuran keluarga untuk betanya
c. Melakukan aktivitas atau - Minuman : jika kurang jelas
olahraga ringan untuk Susu hangat 5. Beri pujian atas usaha
meminimalisir gangguan Jus alpukat yang dilakukan oleh
pola tidur 3. Melakukan aktivitas atau keluaga
d. Membuatkan jadwal tidur berolahraga ringan seperti
yang tepat dalam batas membersihkan rumah,
normal bersepeda, jogging
e. Tetap monitor TTV 4. Memasang peringatan
penderita dengan jadwal tidur 6-8
jam
5. Melakukan TTV untuk
mencapai nilai normal
tekanan darah

TUK 4 : Psikomoto 1. Keluarga mampu 1. Membersihkan lingkungan


Setelah dilakukan 1×60
r menciptakan lingkungan rumah
menit kunjungan rumah
yang tenang, bersih dan 2. Memodifikasi kamar tidur
1. Keluarga mampu dalam
nyaman 3. Merawat tanaman TOGA
memodifikasi lingkungan
2. Menghindari suara keras 4. Memberikan motivasi
yang sehat dengan untuk
ketika akan tidur keluarga untuk melakukan
mengatasi gangguan pola
3. Memodifikasi kamar tidur kegiatan
tidur
dengan memasang lampu 5. Memberikan pujian pada
tidur dan memberikan keluaga
aromaterapi
4. Memanfaatkan pekarangan
rumah dengan menanam
TOGA
TUK 5 : Verbal Keluarga mampu 1. Jelaskan fasilitas
Selama 1x60 menit
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
kunjungan, diharapkan
Keluarga mampu : pelayanan kesehatan guna 2. Fasilitasi keluarga ke
Kemampuan keluarga dalam perawatan dan pengobatan pelayanan kesehatan
menggunakan atau hipertensi untuk berobat
memanfaatkan fasilitas
kesehatan 1. Keluarga mampu 3. Motivasi keluarga untuk
menyebutkan fasilitas mengunjungi pelayanan
Memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada kesehatan
kesehatan dalam mengatasi
masalah hipertensi disekitar rumah
2. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan seperti
pengecekan tekanan darah

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


Tum Tuk Kriteria Standard
1. Setelah dilakukan Setelah TUK 1 : Verbal 1. keluarga mampu 1. Jelaskan kepada keluarga
Selama 1x60 menit menjelaskan pengertian ,penyebab, dan cara
asuhan keperawatan dilakukan kunjungan, tentang gangguan pencegahan
keluarga mampu rasa nyaman 2. Mintalah keluarga untuk
keluarga, diharapkan asuhan
mengenal masalah (nyeri) adalah menjelaskan kembali pengertian,
masalah gangguan rasa keperawatan gangguan rasa perasaan seseorang penyebab, tanda dan gejala, dan
nyaman, dengan merasa kurang cara pencegahan
nyaman pada keluarga keluarga,
cara : nyaman aau 3. Berikan keluarga kesempatan
Bpk.J teratasi diharapkan Mengenal masalah kurang senang untuk bertanya jika kurang jelas
hipertensi pada 2. keluarga mampu 4. Beri pujian atas usaha yang
keluarga
anggota keluarga menjelaskan dilakukan keluarga.
mampu dengan tentang penyebab
menyebutkan : gangguan rasa
mengenal
1. Pengertian nyaman (nyeri)
masalah gangguan 3. keluarga mampu
rasa mengurangi
ganggaun rasa
nyaman gangguan rasa
nyaman (Nyeri) nyaman (nyeri)
2. Penyebab
gangguan
rasa
nyaman
(Nyeri)
3. Cara
mengurang
i rasa
gangguan
rasa
nyaman
(nyeri)

TUK 2 : Verbal 4. Melakukan teknik 1. Menjelaskan teknik untuk


Setelah dilakukan yang mengurangi rasa nyeri
pertemuan selama meminimalisir rasa 2. Memberikan kesempatan
1x30 menit nyeri : keluarga bertanya yang
keluarga mampu Teknik relaksasi kurang jelas
mengambil pernapasan 3. Memberikan reinforcment
keputusan untuk Teknik guided positif
mengurangi nyeri imagery
Kompres hangat

TUK 3 : Psikomotor 1. Teknik relaksasi 1. Menjelaskan teknik untuk


Setelah dilakukan pernapasan : mengurangi rasa nyeri
pertemuan Duduk dengan 2. Memberikan motivasi
sebanyak 2x30 nyaman, ambil keluarga untuk melakukan
menit diharapkan napas dalam kegiaannya
keluarga mampu melalui hidung 3. Memberikan kesempatan
merawat anggota dan tahan selama keluarga bertanya yang
yang mengalami 3 hitungan lalu kurang jelas
gangguan rasa hembuskan 4. Memberikan reinforcment
nyaman (Nyeri) melalui mulut positif
perlahan
2. Teknik guided
imagery
Minta klien
membayangkan
hal yang
menyenangkan
3. Kompres hangat
Temelkan perasan
air hangat pada
bagian yang nyeri

TUK 4 : Psikomotor 1. Keluarga mampu 1. Membersihkan lingkungan


Setelah dilakukan menjaga rumah
pertemuan lingkungan tetap 2. Menciptakan lingkungan
sebanyak 1x60 bersih dan nyama yang aman dan nyaman
menit diharapkan 2. Keluarga mampu 3. Beri ujian pada keluarga
keluarga mampu menjaga
memodifikasi lingkungan dari
lingkungan yang kebisingan dan
nyaman untuk sesuatu yang
mengurangi rasa mengganggu
nyeri

TUK 5 : Verbal Keluarga mampu 1. Jelaskan fasilitas kesehatan


Selama 1x60
menggunakan yang ada
menit kunjungan,
diharapkan fasilitas pelayanan 2. Fasilitasi keluarga ke
Keluarga mampu : kesehatan guna pelayanan kesehatan untuk
Kemampuan perawatan dan berobat
keluarga dalam
menggunakan atau pengobatan hipertensi 3. Motivasi keluarga untuk
memanfaatkan 1. Keluarga mengunjungi pelayanan
fasilitas kesehatan mampu kesehatan
menyebutkan
Memanfaatkan
pelayanan fasilitas
kesehatan dalam kesehatan
mengatasi masalah
yang ada
hipertensi
disekitar
rumah
2. Keluarga
mampu
memanfaatka
n fasilitas
kesehatan
seperti
pengecekan
tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai