Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anisya Wahyuni Sucitra Pane

Nim : 4183111046

Kelas : Pendidikan Matematika E 2018

Mata kuliah : Kapselmat

TEORI BELAJAR UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Teori Belajar Piaget.

Manusia tumbuh beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, kepribadian, emosional,
kognitif, berpikir dan bahasa. Pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif
sebagian besar tergantung pada seberapa jauh anak berinteraksi dengan lingkungan (Sofianto A
N, 2003:6).

Perkembangan kognitif manusia melalui 4 (empat) tahap secara berurutan, yakni:

1) tahap sensori motorik,

2) tahap pra-operasional,

3) tahap operasi kongkrit, dan

4) tahap operasi formal.

Menurut Piaget, struktur kognitif yang dimiliki seseorang itu karena proses asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung
menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Sedangkan akomodasi adalah
proses menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru tadi.
Informasi dan pengalaman yang disebut pengetahan, menurut Piaget bukanlah suatu klise
realitas, melainkan rekonstruksi dari realitas. Adaptasi oleh Piaget, tediri dua proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi.

Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni:

a. Kematangan merupakan proses pertumbuhan psikologis dari otak dan sistem syarat.

b. Transmisi sosial
c. Penyetimbang (equillibrition) merupakan proses adanya kehilangan stabilitas di dalam struktur
mental sebagai akibat pengalaman dan informasi baru dan kembali setimbang melalui proses
asimilasi dan akomodasi

Teori Belajar Gagne.

Belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara
permanen, sedemiian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi baru.
Kematngan bukanlah belajar, sebab perubahan tingkah laku yang terjadi, dihasilkan dari
pertumbuhan struktur dalam diri manusia itu.

Belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar, sedangkan
kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang itu berinteraksi dengan lingkungan.

Dalam keterampilan intelektual, Gagne mengurut delapan tipe belajar sebagai berikut:

1. Belajar sinyal / isyarat

2. Belajar stimulus respon

3. Belajar rangkaian

4. Belajar asosiasi

5. Belajar diskriminasi

6. Belajar konsep

7. Belajar aturan

8. Belajar pemecahan masalah

Teori Belajar Ausubel

Belajar dikatakan bermakna (meaningfull) bila informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya sehingga dapat mengaitkan informasi
barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Entitas fakta dan generalisasi lebih siap dipelajari dan diserap oleh siswa bila fakta-fakta dan
generalisasi itu dikaitkan ke kerangka yang lebih inklusif dari pengetahuan yang bermakna.
Hierarkhi Ausubel dari yang lebih inklusif ke yang sederhana.

Kegiatan belajar dengan peneluan maupun dengan ceramah, dapat menghasilkan belajar
bermakna bagi siswa. Untuk mengajarkan konsep persamaan kuadrat, harus disiapkan dahulu
pengertian persamaan sebagai konsep yang lebih inklusif dalam struktur kognitif siswa, agar
belajar menjadi bermakna.

Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan struktur kognitif dan harus sesuai
dengan tahap perkembangan intelektual siswa tersebut. Perlu dibedakan antara struktur kognitif
siswa dan tahap perkembangan intelektual siswa.

Teori Belajar Polya

Polya sangat mendukung terhadap pembelajaran menggunakan pemecahan masalah. Menurut


Polya, dibedakan antara 1) masalah ”menemukan”, dan 2) masalah ”membuktikan”.

a. Pengetian masalah.

Suatu situasi adalah masalah bagi seseorang, jika ia sadar akan situasi itu, tahu bahwa hal itu
membutuhkan suatu tindakan, ia mau dan perlu bertindak dan melakukan tindakan dan situasi tu
tidak segera dapat dislesaikan dengan aturan/ cara tertentu. Jadi tidak setiap situasi atau soal/
persoalan merupakan masalah. Masalah adalah persoalan yang khusus. Suatu persoalan
dikatakan masalah, jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Tidak dimilikinya aturan/cara yang segera dapat digunakan untuk menyelesaikannya,


artinya tidak dapat dikerjakan dengan prosedur rutin

2. Tingkat kesulitannya sesuai dengan struktur kognitif

3. Ada kesadaran untuk bertindak menyelesaikan

b. Langkah-langkah pemecahan masalah.

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, sebagai berikut.


1. Memahami masalah.

2. Merencanakan penyelesaian,

3. Menyelesaikan masalah,

4. Melakukan pengecekan

Ada 5(lima) langkah umum dalam model pemecahan masalah, yaitu:

1. Menyajikan masalah dalam bentuk umum,

2. Menetapkan masalah dalam bentuk yang lebih operasional,

3. Merumuskan kemungkinan hipotesis dan prosedurnya,

4. Menguji hipotesis dan prosedur menuju suatu penyelesaian masalah.

5. Menganalisis dan menguji penyelesaian pemecahan masalah.

Teori Belajar Brunner

Brunner mengemukakan teori konektivitas, yang menyatakan bahwa kegiatan belajar suatu
konsep, struktur, dan keterampilan dapat dihubungkan dengan konsep dan struktur lain. Belajar
matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur
(Herman Hudoyo, 1998:58).

Peserta didik harus menemukan keteraturan dengan cara memanipulaso material yang
berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki peserta didik.

Menurut Brunner, perkembangan mental siswa mengalami 3 (tiga) tahap, yakni:

1. Tahap enactive, yakni tahap memanipulasi obyek langsung.

2. Tahap ikonic, tidak memanipulasi langsung obyek, melainkan dapat memanipulasi


dengan menggunakan gambaran dari obyek

3. Tahap simbulik, tahap memanipulasi simbul-simbul, tak perlu mengkaitkan secara


langsung dengan obyek.
Brunner, mengemukakan 4 (empat) teori/teorema belajar, yakni:

1. Teorema Konstruksi,

2. Teorema notasi

3. Teorema perbedaan dan variasi,

4. Teorema konektivitas.

Teori Belajar Vigotsky

Pembelajaran terjadi apabila siswa belajar atau bekerja menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari, namun tugas itu masih berada dalam zone of proximal development, yaitu kawasan
tingkat perkembangan struktur kognitif seseorang saat ini.

Contohnya :

Berdasarkan permasalahan di atas, guru harus memilih model pembelajaran yang tepat dalam
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik khususnya pada materi limit fungsi aljabar.
Penelitian tindakan kelas pada materi limit pernah dilakukan oleh Nurdiyanto (2019) yang
menggunakan model pembelajaran generative learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi ini limit. Model pembelajan lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah Discovery
Learning. Model Discovery Learning dipilih dikarenakan pada materi limit fungsi aljabar
diperlukan untuk memahami konsep dari limit fungsi aljabar tersebut. Konsep ini penting untuk
dipahami dikarenakan digunakan sebagai penunjang untuk semua materi limit fungsi aljabar.
Kegiatan pembelajaran dengan Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan
inkuiri (inquiry) dan Problem Solving.Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,
hanya saja pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip
yang sebelumnya tidak diketahui,masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam
masalah yang direkayasa oleh guru.

Anda mungkin juga menyukai