Anda di halaman 1dari 6

MRI DAN USG AMAN..?

MRI DAN USG AMAN..?

SEBUAH KENYATAAN ATAU ANGGAPAN

Oleh : Sumarsono

Dibawakan pada Seminar Persatuan Ahli Radiografi Indonesia (PARI) Sulawesi-Selatan

INTISARI

Magnetic resonance imaging (MRI) and ultrasonografi (USG) adalah peralatan pencitraan non-invasif
yang telah digunakan secara luas pada pencitraan radiologi diagnostik. Umumnya MRI dan USG
dianggap sebagai pemeriksaan yang aman karena tidak menggunakan radiasi ionisasi.

Namun banyak penelitian yang mengindikasikan kemungkinan adanya resiko pada pemeriksaan
Ultrasound dan MRI. Dengan demikian, penting untuk mengetahui mengapa kemungkinan tersebut
dapat terjadi sehingga penggunaannya dapat dilakukan secara bijak dan berdasarkan indikasi medis.

Pendahuluan

MRI adalah pencitraan radiology mutakhir yang memanfaatkan interaksi proton-proton tubuh dengan
gelombang radiofrekuensi (RF) dalam medan magnet kuat. Sedangkan USG atau Ultrasonografi adalah
pencitraan yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi ( 2- 13 Mhz) untuk memperlihatkan
gambaran organ-organ tubuh yang disebut Sonogram.1

Dibandingkan dengan jenis pencitraan yang menggunakan radiasi ionisasi (Sinar-X atau radiasi pancaran
dari bahan radioaktif), jelas kedua jenis pemeriksaan ini lebih aman, sehingga terkesan secara populer
bahwa kedua jenis pemeriksaan ini aman sehingga tak ada keraguan dilakukan pemeriksaan berulang-
ulang dalam waktu kapan saja, bahkan sebagian pemeriksaan misalnya melakukan pemeriksaan USG
untuk mengambil print photo bayi dalam kandungan sebagai arsip keluarga dari bulan-bulan kehamilan
telah menjadi sebagai suatu gaya hidup.The American Institute of Ultrasound in Medicine (AIUM) merilis
pernyataan berikut ini:

The AIUM sangat menetang penggunaan non medis dari ultrasound untuk tujuan psychososial atau
tujuan-tujuan hiburan (entertainment purposes). Penggunaan baik 2 dimensi (2D) atau (3D) ultrasound
hanya untuk melihat fetus, memperoleh gambar fetus, atau menentukan jenis kelamin (fetal gender)
tanpa indikasi medis adalah tidak tepat serta tidak sesuai dengan praktek medis yang bertanggung
jawab2.
Dari kajian independen kedua jenis pemeriksaan tersebut tanpa dipengaruhi oleh perbandingan dengan
pencitraan yang menggunakan radiasi ionisasi, apakah kedua jenis pemeriksaan ini betul-betul aman
adalah merupakan topik yang menarik untuk dikaji .

Klasifikasi radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau
gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Secara garis besar radiasi digolongkan
ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion.

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif
dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah
partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik
khusus.

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi
dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio
(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan
dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi
dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).
Gelombang radiofrekuensi yang digunakan pada MRI adalah Radiasi non-pengion3.

Interaksi Radiasi dan Gelombang Ultrasound Dengan Medium Biologi

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh
tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama.
Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan
sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen
utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang
berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang
sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat
penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar
manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu
rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan
spesifik.

Jenis Interaksi radiasi maupun gelombang ultrasound dengan tubuh (medium bilogi) dapat berupa :

1. Terjadi Pemantulan misalnya pada USG

2. Penyerapan
- Transfer energi

- Ionisasi

- Eksitasi

- Efek Fotolistrik, Compton, Produksi

Pasangan.

Gelombang radiofrekuensi hanya akan memberikan transfer energi dan pada energi tertentu dapat
mengeksitasi sedangkan Gelombang ultrasound akan diserap, dan dipantulkan. Dengan besarnya
penyerapan tergantung pada koefisien serapan dari materi. Berikut jenis organ dan koefisien
serapannya :

Gelombang radiofrekuensi hanya akan memberikan transfer energi dan pada energi tertentu dapat
mengeksitasi sedangkan Gelombang ultrasound akan diserap, dan dipantulkan. Dengan besarnya
penyerapan tergantung pada koefisien serapan dari materi. Berikut jenis organ dan koefisien
serapannya :

Organ Koefisien serapan (cm-1)

Otot 0,13

Lemak 0,05

Otak 0,11

Tulang 0,4

Air 2,5 x 10-4

Beberapa efek dari gelombang radiofrekuensi dan ultrasound dapat dibagi dalam tiga kelompok utama
yaitu1 :

• Mekanik berupa Vibrasi jaringan yang dapat membentuk emulsi

• Panas :

Sebagai contoh dari efek penyerapan (transfer energi) adalah Untuk dosis 1 Gy = 1 J/kg bahan = 0,24 kal.
Dengan menggunakan persamaan :Q = m c Δ t dengan c tubuh = 0,83 kal/grmºC, akan di dapat Δ t =
(0,24)/(1000 x 0,83) ºC = 0,28 mili ºC sehingga perubahan suhu terlalu kecil untuk dideteksi.

• Kimia :
• Depolymerisation – secara eksperimental ultrasound dapat merusak polisakarida dan polipetida yang
mencakupi DNA. Efek ini belum dilaporkan pada prosedur USG rutin.

• Oksidasi

• Reduksi

Efek Gelombang ultrasound

Meskipun ultrasound sendiri tidak menghasilkan audible noise, vibrasi sekunder dapat menghasilkan
noise sebesar 100 decibels, meyebabkan fetus untuk bergerak. Efek lain yang sepenuhya belum
dipahami betul meliputi pembentukan gelembung-gelembung kecil dalam jaringan (suatu proses yang
dikenal dengan sebutan cavitation), menginduksi aliran dalam cairan tubuh serta menghasilkan creation
sejumlah zat-zat beracun (toxic chemicals)4.

Menurut suatu penelitian tahun 1998 suhu meningkat sekitar 4.5 degrees Centigrade (8.1 derajat
Fahrenheit) yang diukur pada otak fetus yang diperiksa selam 2 menit dengan USG Doppler5. Penelitian
lain menunjukkan efek merugikan pada divisi sel dalam sumsum tulang yang sedang dipapar ultrasound.
6

Pada Oktober 2004, Pasko Rakic, Kepala Bagian Neurobiology pada Yale University, mengumumkan
bahwa dia dan koleganya telah menemukan kelainan dari migrasi normal sel-sel dalam otak fetus
selama dipapar dengan ultrasound. Rakic sedang melakukan penelitian yang berbiaya $3 miliar untuk
melihat efek yang sama yang terjadi pada kera selama kehamilan. Pada manusia, gangguan semacam itu
biasanya dijumpai akibat virus, mutasi gen dan pemakian obat-obat tertentu yang diperkirakan
menyebakan autisme maupun ketidak mampuan belajar7. Pada penelitian-penelitian lain terhadap yang
telah terpapar ultrasound dicurigai terjadinya gangguan pertumbuhan, dyslexia, dan keterlambatan
berbicara8.

Efek dari Interaksi gelombang suara dengan tubuh sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak factor
salah satunya adalah perbedaan respon sel (tulang berbeda dengan otot). Tulang sangat sensitive
terhadap panas akibat ultrasound: kepala fetus pada trimester ketiga memanas hingga 50 kali lebih
cepat dibandingkan jaringan otak yang berarti jaringan otak yang terbungkus tulang tengkorak, seperti
pada kelenjar pituitary dan hypothalamus, rentang terhadap resiko sekunder kenaikan suhu9.

Efek Interaksi Gelombang radiofrekuensi

Termal efek

Terjadi kenaikan suhu (panas) pada jaringan. Sirkulasi darah otak mampu membuang kelebihan panas
dengan meningkatkan aliran darah local. Namun kornea mata tidak memiliki mekanisme regulasi
temperature demikian sehingga dapat menyebabkan katarak premature yang biasanya banyak
ditemukan pada teknisi yang bekerja pada high power radio transmitters. Telah di klaim bahwa
kerusakan beberapa bagian mudah terjadi dengan kenaikan suhu terutama struktur anatomi dengan
system vaskularisasi yang sedikit seperti serat saraf. Walau kemungkinan terjadi pada penggunaan
radiofrekuensi pada pesawat MRI masih memerlukan penelitian mendalam1.

Non-thermal effects

Catatan biophysicist Jerman Roland Glaser, telah membuktikan bahwa ada beberapa molekul
thermoreceptor dalam sel, dan bahwa mereka mengaktifkan pemancaran messenger systems kedua dan
ketiga, Mekanisme ekspresi gen dan produksi heat shock proteins untuk mempertahankan sel melawan
metabolic cell stress yang disebabkan oleh panas. Peningkatan suhu yang menyebabkan perubahan ini
sangat kecil .

Peneliti Swedia dari Universitas Lund, Salford, Brun, Perrson, Eberhardt and Malmgren, telah
mempelajari efek-efek radiasi mikrowave pada otak tikus. Mereka menemukan kebocoran albumin ke
dalam otak melalui suatu perembesan blood-brain barrier1.

Efek Interaksi Medan Magnet .

Kemungkinan Efek merugikan dari paparan medan magnet pada pekerja magnetic resonance imaging
(MRI), mengacu pada international guidelines on limiting occupational exposure to electromagnetic
fields (EMFs), Health Protection Agensy (HPA), the World Health Organization (WHO) serta the
International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP) .

Berikut tiga kelas interaksi fisika medan magnet statis dengan system biologi yang telah di dukung oleh
data eksperimental :

(1) Interaksi Elektrodinamika dengan arus konduksi. Arus ion berinteraksi dengan medan magnet static
sebagai suatu hasil gaya Lorentz yang mendesak pergerakan pembawa muatan. Efek ini menimbulkan
arus dan potensial listrik. Aliran potensial (arus konduksi) biasanya dihubungkan dengan kontraksi
ventikel dan pemompaan darah ke dalam aorta.Interaksi Lorentz juga dihasilkan pada gaya
magnetohydrodynamic force yang melawan aliran darah. Penurunan aliran darah aorta diestimasi
hingga 10% pada 15 T.

(2) Efek Magnetomekanik.

(3) Efek pada electronic spin states dari reaksi intermedial. Beberapa kelasrekasi kimia organik dapat
dipengaruhi oleh medan magnet static pada range 10 hingga 100mT sebagai suatu hasi dari efek pada
electronic spin states dari reaksi intermedial. Suatu spin- berkorelasi dengan pasangan radikal yang
mungkin merupakan rekombinasi dan mencegah pembentukan suatu produk reaksi. Kebanyakan
penelitian menggunakan efek medan magnet pasangan radikal.
Sejumlah efek bilogis yang berbeda dari medan magnet statis telah dilakukan in vitro. Endpoints studi
mencakup orientasi sel, aktifitas metabolisme sefisiologi membrane sel,ekspresi gen, pertumbuhan sel
dan genotoksisitas.Terdapat evidensi bahwa medan magnet statis dapat mempengaruhi beberapa
endpoints pada intensitas lebih rendah dari 1 T, dalam mT range.

Dalam studi epidemologi pada pekerja (operator MRI) dicurigai potensi munculnya kanker, perubahan
haematologi, aberasi kromosom, reproductif outcomes, dan kelainan musculoskeletal. Percobaan pada
binatang dalam laboratorium ditemukan gejala gangguan pada system saraf, jantung dan aliran darah
serta system endokrin10,11.

Kesimpulan.

Dari data teoritis dan eksperimental menunjukkan kemungkinan terjadinya efek merugikan pada
penggunaan ultrasound pada USG, frekuensi radio dan medan magnet pada MRI, sehingga sebaiknya
pemeriksaan tersebut dilakukan mutlak berdasarkan kebutuhan medis, dengan tetap mengupayakan
pengurangan waktu dan dosis paparan. Pengurangan dosis paparan dapat ditunjang ditunjang oleh
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dari operator.

Anda mungkin juga menyukai