Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus.
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020 WHO sudah menetapkan
COVID-19 sebagai pandemic.

2.1.2 Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Terdapat 4 struktur protein utama pada coronavirus, yaitu protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membrane), glikoprotein S (spike), dan protein E (selubung). Coronavirus
ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu
alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum
adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-
229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoV-NL63 (alphacoronavirus),
HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV
(betacoronavirus).
Coronavirus yang menjadi etiologic COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter
60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus
yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam,
yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.
Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas
permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya
coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis
permukaan, suhu atau kelembaban lingkungan). Penelitian menunjukkan bahwa SARS-CoV-
2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastic dan stainless steel, kurang dari 4 jam
pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-CoV-2
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut
lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin,
asam peroksiasetat, dan kloroform (kecuali klorheksidin).

2.1.3 Penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cat) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapaun hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
masih belum diketahui.
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh
konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung menularkan
sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari
setelah onset gejala. Sebuat studi melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan
presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karenan memungkinkan
virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai
tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun
risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi
penularan.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19
utamanya ditularkan dari orang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat
melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan
droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang
yang memiliki gejala pernapasan (misalnya batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko
mengenai mukosa (mulut, hidung atau konjungtiva). Penularan juga dapat terjadi melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh
karena itu, penularan COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dan kontak tidak
langsung.
Transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus di mana prosedur
atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi,
suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi,
mengubah pasien ke posisi prone, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-
invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai transmisi melalui udara.

2.1.4 Manifestasi Klinik


Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa Lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus
akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk
pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami
kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus
berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septic,
gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian.
Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih
besar mengalami keparahan.

2.1.5 Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler atau NAAT
(Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR.
2.1.6 Tata Laksana
Hingga saat ini belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau
mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif. Ada
beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis.

2.2 Upaya Pencegahan Penularan COVID-19


Kementerian Kesehatan menetapkan upaya-upaya untuk mencegah penularan
COVID-19 adalah dengan menerapkan perilaku sehat, yaitu selalu memakai masker, mencuci
tangan pakai sabun, dan menjaga jarak.

2.2.1 Memakai Masker


Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif langkah
pencegahan dan pengendalian yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit virus
saluran pernapasan tertentu, termasuk COVID-19. Masker dapat digunakan baik untuk
melindungi orang yang sehat (dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan
orang yang terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh orang yang terinfeksi
untuk mencegah penularan lebih lanjut).
Penelitian mengenai influenza, influenza-like illness, dan coronavirus manusia (selain
COVID-19) memberikan bukti bahwa penggunaan masker medis dapat mencegah
penyebaran droplet infeksi dari orang yang terinfeksi dan simptomatik (pengendalian
sumber) kepada orang lain dan kontaminasi lingkungan akibat droplet-droplet ini. Bukti yang
terbatas menunjukkan bahwa masker medis bermanfaat untuk mencegah penularan jika
digunakan oleh orang yang sehat di rumah, terutama yang tinggal bersama orang yang sakit,
atau jika digunakan oleh orang yang menghadiri perkumpulan massal.
Penularan COVID-19 umumnya melalui droplet/cairan tubuh yang keluar dari
hidung/mulut seseorang yang telah terinfeksi, pada saat batuk ataupun bersin di mana droplet
tersebut terhirup atau menempel pada suatu benda/permukaan atau tangan. Memakai masker
sangat penting sebagai upaya mencegah terjadinya penularan COVID-19, terutama ketika
berada di kerumunan atau berdekatan seperti di pasar, stasiun, transportasi umum dan tempat-
tempat umum lainnya. Masker dapat menghalau percikan air liur yang keluar saat berbicara,
menghela napas, ataupun batuk dan bersin sehingga dapat mengurangi penyebaran virus
tersebut.
Banyak negara telah merekomendasikan masyarakat umum untuk menggunakan
masker kain/penutup wajah. Berdasarkan penelitian yang mengevaluasi penularan
prasimptomatik dan asimptomatik, semakin banyaknya bukti observasional mengenai
penggunaan masker oleh masyarakat umum di beberapa negara, pilihan pribadi, serta
kesulitan menjaga jarak fisik di berbagai situasi, WHO telah memperbarui panduannya dan
menganjurkan pemerintah-pemerintah, guna secara efektif mencegah penularan COVID-19
di wilayah-wilayah di mana terjadi transmisi komunitas, agar mendorong masyarakat umum
untuk mengenakan masker di situasi-situasi dan tempat-tempat tertentu sebagai bagian dari
pendekatan yang menyeluruh untuk menekan penyebaran SARS-CoV-2.

2.2.2 Mencuci Tangan


Menurut WHO cuci tangan adalah suatu prosedur atau Tindakan membersihkan
tangan dengan menggunakan sabun di bawah air mengalir atau hand rub dengan antiseptik
(berbasis alkohol). Tangan merupakan media yang sangat ampuh untuk berpindahnya
penyakit, karena tangan digunakan untuk memegang benda-benda yang seringkali tidak
ketahui dengan pasti kebersihannya. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
Cuci tangan secara teratur dan menyeluruh dengan sabun di bawah air mengalir
dengan 6 langkah yang dianjurkan oleh WHO karena dapat membunuh virus yang mungkin
ada di tangan termasuk coronavirus (COVID-19) yang bisa menempel di berbagai
permukaan secara tak langsung dipegang. Mencuci tangan di bawah air mengalir menjaga
agar tetap sehat dan mencegah penyebaran infeksi pernapasan dan diare dari satu orang ke
orang lain.
Anjuran cuci tangan bukan hanya ketika di luar rumah namun juga di dalam rumah,
seperti ketika memesan makanan dari luar, atau setelah menerima paket dan lain sebagainya.
Sebagai kebiasaan yang baik, mencuci tangan perlu memenuhi cara yang benar, agar yakin
bahwa seluruh permukaan tangan sudah terbasuh dan benar-benar bersih. Pastikan juga
mencuci tangan selama 40-60 detik.
Langkah mencuci tangan yang dianjurkan oleh WHO yaitu:
1. Basahi tangan, ratakan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan, dan sebaliknya
6. Letakkan ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri kemudian gosok
perlahan dengan gerakan berputar dan sebaliknya, dan bilas dengan air mengalir
lalu keringkan.
Jika dalam kondisi tertentu tidak ada air dan sabun untuk membersihkan tangan,
solusi lainnya adalah gunakan hand sanitizer. Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) menyarankan untuk menggunakan hand sanitizer yang berbasis setidaknya 60 persen
alkohol. Walau dapat membantu mengurangi jumlah kuman di tangan dengan cepat, hand
sanitizer tidak dapat menghilangkan semua jenis kuman seefektif saat mencuci tangan.
Dengan anjuran pemerintah di Indonesia, fasilitas cuci tangan beserta sabun dan hand
sanitizer di tempat umum telah disiapkan, bahkan tiap toko menyediakan fasilitas ini.

2.2.3 Menjaga Jarak


Menjaga jarak dapat dilakukan dengan pembatasan interaksi fisik maupun
pembatasan sosial. Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam
suatu wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang di wilayah yang diduga
terinfeksi penyakit. Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk mencegah meluasnya
penyebaran penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit
meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu, pembatasan social juga
dilakukan dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap
tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam ini adalah menjaga jarak fisik (physical distancing), yang
dapat dilakukan dengan cara:
1. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak minimal 1
meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan tidak berciuman.
2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot) yang
tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika bepergian dengan
transportasi publik.
3. Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
4. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
5. Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat wisata.
6. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung/bersilaturahmi
tatap muka dan menunda kegiatan bersama.
7. Gunakan telepon atau layanan daring untuk menghubungi dokter atau fasilitas
lainnya.
8. Jika sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika tinggal satu rumah
dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan mereka.
9. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.
10. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.
Semua orang harus mengikuti ketentuan tersebut, dan harus mengikuti pentujuk
tersebut dengan ketat dan membatasi tatap muka dengan teman dan keluarga, terutama jika:
1. Berusia 60 tahun ke atas
2. Memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes melitus,
hipertensi, kanker, asma dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan lain-lain
3. Ibu hamil

2.3 Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara


2.3.1 Definisi
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut KPPS adalah
pelaksana pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara pada Pemilukada di Tempat
Pemungutan Suara (TPS). KPPS adalah penyelenggara Pemilukada yang bersifat sementara
atau ad hoc.

2.3.2 Keanggotaan
Anggota KPPS sebanyak-banyaknya 7 orang yang terdiri dari anggota masyarakat
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia (WNI)
2. Berumur paling rendah 25 tahun
3. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan cita-cita Proklamasi
17 Agustus 1945
4. Mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur dan adil
5. Tidak menjadi anggota partai politik yang dinyatakan dengan surat pernyataan
yang sah atau sekurang-kurangnya dalam jangka waku 5 tahun lagi tidak menjadi
anggota partai politik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus
partai politik yang bersangkutan.
6. Berdomisili di wilayah kerja KPPS
7. Sehat jasmani dan rohani
8. Dapat membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia
9. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana penjara yang
diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih

2.3.3 Kode Etik


Setiap penyelenggara/pelaksana Pemilukada termasuk KPPS harus mematuhi prinsip-
prinsip dasar kode etik penyelenggara pemilihan umum sebagaimana yang diatur dalam
peraturan KPU No. 31 Tahun 2008, yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan kewenangan berdasarkan hukum
b. Bersikap dan bertindak non partisan dan imparsial
c. Bertindak transparan dan akuntabel
d. Melayani pemilih menggunakan haknya
e. Tidak melibatkan diri dalam konflik kepentingan
f. Bertindak profesional
g. Administrasi pemilu yang akurat

2.3.4 Tugas, Wewenang dan Kewajiban


a. Mengumumkan dan menempelkan DPT dan Daftar Pasangan Calon
b. Menyerahkan DPT kepada saksi peserta pemilu yang hadir dan PPL
c. Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di TPS
d. Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS
e. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh
saksi, PPL, Peserta Pemilukada dan masyarakat pada hari pemungutan dan
penghitungan suara
f. Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara yang berisi surat suara, berita
acara pemungutan dan penghitungan suara, catatan pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara serta sertifikat hasil penghitungan suara di TPS setelah
penghitungan suara dan setelah kotak suara disegel.
g. Membuat salinan berita acara pemungutan dan penghitungan suara, sertifikat
hasil penghitungan suara serta rincian perolehan suara sah dan wajib
menyerahkannya kepada Saksi, PPL, dan PPK melalui PPS.
h. Menyerahkan salinan rincian perolehan suara sah (Lampiran Model C-1 KWK)
kepada PPS untuk keperluan pengumuman hasil penghitungan suara dari seluruh
TPS di wilayah kerja PPS terkait.
i. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, berita acara
pemungutan suara dan penghitungan suara beserta lampirannya kepada PPK
melalui PPS pada hari dan tanggal pemungutan dan penghitungan suara.
j. Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS sesuai dengan
perundangundangan
k. Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang diberikan oleh
Undang-undang

2.4 Tingkat Pengetahuan


2.4.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman teoritis dan praktis (know-how) yang dimiliki oleh
manusia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat penting bagi intelegensia orang
tersebut. Pengetahuan dapat disimpan dalam buku, teknologi, praktik, dan tradisi.
Pengetahuan yang disimpan tersebut dapat mengalami transformasi jika digunakan
sebagaimana mestinya. Pengetahuan berperan penting terhadap kehidupan dan perkembangan
individu, masyarakat, atau organisasi. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan.

2.4.2 Tingkat Pengetahuan


Tingkat pengetahuan setiap individu berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi
dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu merupakan proses mengingat kembali (recall) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati atau mempelajari sesuatu. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui
tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah
sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya
rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerjaan yang
dimaksud adalah pekerjaan tetap atau pokok yang dilakukan oleh ibu untuk
mendapatkan penghasilan. Dikategorikan ibu bekerja adalah PNS, karyawan swasta,
wiraswasta, petani/buruh. Sedangkan ibu tidak bekerja adalah ibu rumah tangga.
3. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa. Setelah melewati usia madya (40-60 tahun),
daya tangkap dan pola pikir seseorang akan menurun.
4. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu proses dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang telag di peroleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi saat masa lalu dan dapat digunakan dalam upaya
memperoleh pengetahuan.
6. Kebudayaan dan ekonomi
Tradisi atau kebiasaan yangs erring dilakukan oleh lingkungan sekitar dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Adapun
status ekonimi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dengan tersedianya
fasilitas yang dibutuhkan seseorang untuk meningkatkan pengetahuannya.
7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Jika seseorang memiliki tingkat pengathua
yang rendah, namun mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media seperti
televise, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain, maka hal tersebut dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
2.4.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan
tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Pertanyaan Subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan esay digunakan dengan
penilaian yang melibatkan factor subjektif dari penilai sehingga hasil nilai akan berbeda dari
setiap penilai dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan Objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choice), betul salah dan
pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh penilai.
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% jawaban benar dari total
pertanyaan.
2. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 56-75% jawaban benar dari total
pertanyaan.
3. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab <56% jawaban benar dari total
pertanyaan.
Daftar Pustaka
 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-
4
 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-
5
 Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Peraturan Kepala Daerah Dalam Rangka Penerapan Disiplin dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 di Daerah
 Pusat Penyuluhan Sosial puspensos.kemsos.go.id
 Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-19 WHO
 Kampanye Nasional Disiplin Pakai Masker, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, kemkes.go.id
 Covid19.kemkes.go.id
 Buku Panduan KPPS

Anda mungkin juga menyukai