Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan penting pendidikan dalam menciptakan suasana dan tatanan kehidupan masyarakat
daradab dan berperadaban, maka pendidik sebagai sosok utama dalam sistem pendidikan
dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya, baik yang menyangkut kemampuan mendidik, membimbing, maupun melatih.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat signifikan bagi manusia, dalam rangka
membentuk personality manusia yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan hidup. Terkait
dengan dunia pendidikan, maka pendidikan harus memiliki fungsi yang praktis bagi peserta
didik. Untuk menghasilkan pendidikan yang memiliki daya guna, maka salah satu yang harus
diperhatikan adalah profesionalisme guru dalam mengajar peserta didiknya.

Pendidikan Islam bertanggung jawab untuk melahirkan manusia-manusia terdidik dalam makna
yang sesungguhnya, yaitu manusia-manusia yang sehat fisik jasmani dan cerdas rohani. Untuk
mewujudkan manusia yang demikian, sesungguhnya pendidikan Islam tidak mengalami
kemiskinan refrensi yang bisa dijadikan sebagai argument atau landasan pokok. Sehingga
lahirlah tujuan pendidikan Islam yang hakiki. Misalnya salah satu tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan insan yang bertakwa kepada Tuhan yang maha esa,
seperti yang tertuang dalam UUSPN Negara kita. Tujuan pendidikan itu tidaklah jauh berbeda
dengan tujuan pendidikan Islam.

Dalam Islam pendidikan bertujuan untuk mencetak manusia yang sejalan dengan tujuan Islam,
selamat dunia dan akherat. Terkait dengan profesionalisme guru, dalam tulisan ini akan dibahas
bentuk dan konsep profesionalisme guru dalam bidang kemampuan mengajar.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan guru ?

2. Bagaimana Konsep guru dalam Al-Qur'an ?

3. Bagaimana strategi mewujudkan guru sebagai profesi ?

C. Tujuan

1. Untuk memahami pengertian guru

2. Untuk mengetahui Konsep guru dalam Al-Qur'an

3. Untuk mengetahui strategi mewujudkan guru sebagai profesi


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Guru

Manusia hidup di dunia ini telah dibekali potensi oleh Allah untuk dikembangkan agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah.Namun dengan potensi yang dimilikinya,
manusia seolah lupa akan tugas yang diberikan oleh Allah kepadaya, manusia dengan bebas
menentukan pilihan hidupnya tanpa menghiraukan akan tugasnya sebagai individu dan sebagai
masyarakat.¹ Oleh karena itu, manusia harus senantiasa dibimbing oleh pembimbing yang lebih
mengetahui tentang hal-hal yang harus diberitahukan kepada manusia.Di dalam dunia
pendidikan, ada komponen yang tidak dapat terpisahkan dari komponen lainnya, bahkan bisa
dikatakan bahwa komponen ini merupakan komponen utama yang harus ada, yaitu guru dan
murid. Guru bukanlah lawannya murid, tetapi guru dan murid tidak lain merupakan partner
yang mempunyai interaksi yang bersifat edukatif. Dengan hubungan yang harmonis antara
guru-murid, maka harapan untuk mencapai tujuan pendidikan terbuka lebar.Guru menurut
Ahmad Tafsir adalah“Pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid.

”Guru merupakan manusia yang mempunyai keahlian berupa ilmu pengetahuan tertentu dan
mengajarkan segala pengetahuan yang telah dia miliki kepada muridnya". Pengajaran ini
dilakukan sebagai upaya bimbingan kepada murid yang awalnya belum mengetahui apa-apa,
sehingga pada nantinya dia akan mengetahui ilmu pengetahuan yang telah diajarkan oleh guru
kepadanya dan mengamalkannya.² Guru merupakan spiritual father (bapak rohani) bagi murid.
Keduanya berteman dengan kebaikan, tanpa ada keduanya tidak ada kebaikan.³ Kebaikan
menjadi hal utama dalam hal ini, seorang guru selalu memancarkan kebaikan bagi dirinya
sendiri maupun kepada muridnya, kebaikan akan selalu berteman dengan keduanya.

Guru dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Dalam Islam orang yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan ialah orang tua (ayah dan
ibu) anak didik (Tafsir, 2016: 120). Ahmad Tafsir dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islami”
menerangkan, tanggung jawab itu setidaknya dikarenakan dua alasan. Pertama, karena kodrat,
yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan
pula bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua, karena kepentingan orang tua, yaitu orang
tua berkepentiangan tehadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses
orang tuanya juga.
Guru dalam pendidikan Islam memiliki tugas umum mendidik, yaitu mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, potensi kognitif, maupun
potensi afektif. Potensi ini harus dikembangkan sampai tingkat maksimal menurut ajaran Islam.
Karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama maka ini tugas orang tua. Walaupun
demikian guru yang dimaksud di sini adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada
murid, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah, atau pendidik
yang mengajar di kelas ( Tafsir, 2016: 120-121& 135)

2. Konsep Guru dalam Al-Qur'an

Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun
potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
tingkat kedewasaan serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba
Allah dan ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.12

Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu
yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru
untuk menyampaikan nilai-nilaia ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat
menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan
menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.13

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, sebagai berikut : “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia
kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya
sebelum kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Ali Imran,
3 : 164).14

Dari ayat diatas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa Rasulullah selain Nabi juga
sebagai pendidik (guru). Oleh karena itu tugas utama guru menurut ayat tersebut adalah :

1. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya,


menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah.
2. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum
Muslimin agar mereka merealisasikannya dalam tingkat laku kehidupan. Jadi tugas guru dalam
Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm drager (pembawa norma)
agama di tengah-tengah masyarakat. Jika manusia lahir membawa kebaikan-kebaikan (fitrah)
maka tugas pendidikan harus mengembangkan elemen-elemen (baik) tersebut yang dibawanya
sejak lahir. Dengan begitu apapun yang di ajarkan di sekolah jangan sampai bertentangan
dengen prinsip-prinsip fitrahnya tersebut. Oleh karena itu fitrah harus tetap dikembangkan dan
dilestarikan.

Di dalam Islam, guru selalu mendapatkan tempat yang mulia, kedudukan yang sangat berharga
ini diberikan oleh Islam karena guru selalu berkaitan dengan ilmu, sedangkan Islam sangat
menghargai pengetahuan. Penyebab khas tentang guru mendapatkan tempat yang mulia
adalah:Tidak ada pengetahuan yang kami miliki kecuali Engkau ajarkan kepada kami. “Ilmu
datang dari Tuhan; guru pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak
boleh tidak melahirkan sikap kepada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah; ilmu
tidak terpisah dari guru; maka kedudukan guru amat tinggi di dalam Islam.”34

Allah swt berfirman : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah:
11).

Kunci utama di dalam menempatkan posisi guru di hadapan siapapun adalah ilmunya, Allah
meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, bukan orang yang bernasab, atau orang yang
mempunyai harta banyak.Orang-orang yang berilmu diangkat derajatnya karena merekalah
yang akan menyebarkan ajaran Islam dan sebagai penerus perjuangan nabi Muhammad. Orang
yang berilmu hidup di mana saja tidak merasa asing, karena dia sebagai guru yang harus
mengajarkan kepada golongan apapun.

Kontribusi Ahmad Tafsir tentang konsep guru terhadap pendidikan di Indonesia ialah
bahwasanya guru harus memiliki sifat profesionalisme, guru harus bekerja secara profesional.
Sifat profesional tersebut terbentuk dengan sifat:

a. Muslim
Pertama-tama beraqidah Muslim dan berkeahlian menjadi sifat pertama yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Dalam mengelola pendidikan Islami adakalanya membutuhkan guru, akan
tetapi guru yang beragama Islam tidak tersedia. Misalnya membutuhkan lima guru matematika,
namun pelamar yang beragama Islam hanya dua. Dalam hal ini boleh mengambil guru
matematika yang kurang ahli, tetapi beragama Islam. Apabila yang kurang ahli pun tidak ada,
maka boleh mengambil guru matematika yang ahli tetapi tidak beragama Islam dengan alasan
terpaksa dan untuk waktu yang sementara. Untuk pendidikan berbasis non-Islam sifat
beraqidah Muslim tidak menjadi hal yang harus menjadi perhatian penting, sifat keahlian sudah
cukup untuk menjadi pertimbangan.

b. Memiliki keahlian di bidangnya

Sifat keahlian sangat dianjurkan untuk mencari guru yang memang ahli dalam bidangnya
seklaipun ia berbeda madzhab dengan madzhab yang diaanut oleh yayasan atau institusi
sekolah.

c. Dedikasi dan kasih sayang

Sifat selanjutnya ialah sifat dedikasi dan sifat kasih sayang. Dedikasi merupakan cinta pada
profesi dan kasih sayang sifat cinta pada anak didik.Apabila guru telah memiliki sifat kasih
sayang yang tinggi kepada anak didik, maka guru akan berusaha maksimal untuk meningkatkan
keahliannya karena guru ingin memberikan yang terbaik kepada anak didik yang disayanginya.
Sifat kasih sayang ini akan menghasilkan bentuk hubungan guru dengananak didik.

d. Sifat profesional yang harus dimiliki oleh setiap guru ialah sifat yang berakhlak yaitu
menghormati ilmu yang bukan ahlinya, adil, menyukai ijtihad, dan konsekuen dengan
perkataannya. Dalam sifat ini akan menciptakan teladan yang baik. Karena guru menjadi contoh
bagi muridnya, bagaimana ia bersosialisai, dalam bersikap terhadap sesama guru, serta berlaku
adil terhadap anak didik dalam menyikapi persoalan apapun, selalu melakukan ijtihad terhadap
problem yang muncul ditengah murid sehingga tidak ada kesalahan ketika menghukum, dan
antara perkatan dan perbuatannya sesuai. Bagaimana ia mengajarkan anak didiknya begitu pula
ia berperilaku.

Apabila konsep sederhana yang diciptakan Ahmad Tafsir ini dapat diterapkan dalam setiap
sekolah dan pribadi guru, secara tidak langsung akan tercipta mutu guru yang tinggi, sehingga
akan menghapus salah satu faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
terutama pendidikan Islam.
3. Guru Sebagai Profesi

Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Mengenai istilah
profesi, Everett Hughes yang dialih bahasakan oleh Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa istilah
profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.⁴

Menurut Chandler yang dialih bahasakan oleh Piet A. Sahertian menegaskan bahwa profesi
mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan
kelengkapan mengajar dan atau keterampilan yang menggambarkan bahwa seseorang
melakukan tugas mengajar yaitu membimbing manusia dan mempunyai ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:

a. Suatu profesi menunjukkan bahwa orang itu lebih mementingkan layanan kemanusiaan dari
pada kepentingan pribadi.

b. Masyarakat mengakui bahwa profesi itu punya status yang tinggi.

c. Praktek profesi itu didasarkan pada suatu penguasaan pengetahuan yang khusus.

d. Profesi itu selalu di tantang agar orangnya memiliki keaktivan intelektual.

e. Hak untuk memiliki standar kualifikasi profesional ditetapkan dan dijamin oleh kelompok
organisasi profesi.

Seorang guru dikatakan profesional bila guru memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal
profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.
Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep
berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subjek didik.
Guru berfungsi sebagai pemberi inspirasi. Guru membuat si terdidik dapat berbuat. Guru
menolong agar subjek didik dapat menolong dirinya sendiri. Guru menumbuhkan prakarsa,
motivasi agar subjek didik mengatualisasikan dirinya sendiri. Jadi guru yang ahli mampu
menciptakan situasi belajar yang mengandung makna relasi interpersonal. Relasi interpersonal
harus diciptakan sehingga subjek didik merasa “diorangkan”, subjek didik mempunyai jati
dirinya.

Perlu diketahui bahwa terdapat sedikit perbedaan mengenai pengertian dalam


menjalankan profesi sebagai guru. Dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah profesi
tentang guru agama Islam sebuah tanggung jawab kepada anak didiknya melalui ilmu secara
umum. Kemudian guru agama Islam lebih khusus kepada ilmu secara khusus, yaitu memberikan
pengajaran secara formil kepada anak didiknya untuk mempelajari ilmu agama Islam dalam
jangka waktu tertentu dengan kurikulum dan metode yang telah disiapkan.Hakikat manusia
adalah sebagai pribadi yang utuh, yang mampu menentukan diri sendiri atas tanggung jawab
sendiri. Guru yang ahli harus dapat menyentuh inti kemanusiaan subjek didik melalui pelajaran
yang diberikan. Ini berarti bahwa cara mengajar guru harus diubah dengan cara yang bersifat
dialogis dalam arti yang ekstensial. Jadi jabatan guru di samping sebagai pengajar, pembimbing
dan pelatih pula dipertegas sebagai pendidik.

Guru dibentuk bukan hanya untuk memiliki seperangkat keterampilan teknis saja, tetapi
juga memiliki inovasi mendidik serta sikap yang profesional. Dengan demikian praktek
pengalaman calon guru harus lebih lama sekurang-kurangnya satu tahun agar mereka
memperoleh peningkatan dan kelengkapan profesional yang mantap sebelum terjun dalam
dunia mengajar. Guru yang profesional di samping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia
juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksud dengan otonomi adalah suatu sikap
yang profesional yang disebut mandiri. Ia telah memiliki otonomi atau kemandirian yang dalam
mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada awalnya ia belum
punya kebebasan atau otonomi. Ia masih belajar sebagai magang. Melalui proses belajar dan
perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri.

Pengertian bertanggung jawab menurut teori ilmu mendidik mengandung arti bahwa seseorang
mampu memberi pertanggung jawaban dan kesediaan untuk diminta pertanggung jawaban.
Tanggung jawab yang mengandung makna multidimensional ini berarti bertanggung jawab
terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadap orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat,
bangsa dan negara, sesama manusia dan akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta.4

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan
guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.9 Guru sebagai jabatan profesional
memegang peranan utama dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Bahwa mengajar
adalah membimbing aktivitas belajar murid, agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai
hasil yang optimal maka aktivitas murid dalam belajar sangat diperlukan dan guru harus
meningkatkan kesempatan belajar siswanya.
Oleh karena itu didalam pembahasan masalah pengembangan profesionalitas tidak akan
terlepas dari kata kunci tersebut yaitu :10

Pertama, Knowledge (pengetahuan), adalah sesuatu yang didapat dari membaca dan
pengalaman. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat dengan jalan
keterangan (analisis). Jadi pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dibaca, di pelajari dan dialami
oleh setiap orang. Namun, pengetahuan seseorang harus di uji dulu melalui penerapan di
lapangan. Penerapan pengetahuan tergantung pada wawasan, kepribadian dan kepekaan
seseorang dalam melihat situasi dan kondisi. Dalam mengembangkan profesionalisme guru,
menambah ilmu pengetahuan adalah hal yang mutlak. Guru harus mempelajari segala macam
pengetahuan, akan tetapi juga harus mengadakan skala prioritas. Karena menunjang
keprofesionalan sebagai guru, menambah ilmu pengetahuan tentang keguruan sangat perlu.
Semakin banyak ilmu pengetahuan yang dipelajari semakin banyak pula wawasan yang di dapat
tentang ilmu.

Kedua, Ability (kemampuan), adalah terdiri dua unsur yaitu yang bisa dipelajari dan yang
alamiah. Pengetahuan dan keterampilan adalah unsur kemampuan yang bisa dipelajari
sedangkan yang alamiah orang menyebutnya dengan bakat. Jika hanya mengandalkan bakat
saja tanpa mempelajari dan membiasakan kemampuannya maka dia tidak akan berkembang.
Karena bakat hanya sekian persen saja menuju keberhasilan, dan orang yang berhasil dalam
pengembangan profesionalisme itu ditunjang oleh ketekunan dalam mempelajari dan
mengasah kemampuannya. Oleh karena itu potensi yang ada pada setiap pribadi khususnya
seroang guru harus terus diasah. Seorang guru yang mempunyai kemampuan tinggi akan selalu
memperhitungkan segala sesuatunya, yaitu seberapa besar kemampuan bisa menghasilkan
prestasi profesionalisme di dapat dari unsur kemauan dan kemampuan. Kemampuan paling
dasar yang diperlukan adalah kemampuan dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi.
Oleh karena itu seorang guu yang profesional tentunya tidak ingin ketinggalan dalam
percaturan global.

Ketiga, Skill (keterampilan), merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari
pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk
jangka panjang. Banyak sekali keterampilan yang dibutuhkan dalam pengembangan
profesionelisme, tergantung pada jenis pekerjaan masing-masing. Keterampilan mengajar
merupakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas guru
dalam pengajaran. Bagi seorang guru yang tugasnya mengajar dan peranannya di dalam kelas,
keterampilan yang harus dimilikinya adalah guru sebagai pengajar, guru sebagai pemimpin
kelas, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengatur lingkungan, guru sebagai partisipan,
guru sebagai ekspeditur, guru sebagai perencana, guru sebagai supervisor, guru sebagai
motivator, guru sebagai penaya, guru sebagai pengajar, guru sebagai evaluator dan guru
sebagai konselor.

Keempat, Attitude (sikap diri), sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan yang
mengitarinya. Oleh karenanya sikap diri perlu dikembangkan dengan baik. Bahwa kepribadian
menyangkut keseluruhan apsek seseorang baik fisik maupun psikis dan dibawa sejak lahir
maupun yang diperoleh dari pengalaman. Kepribadian bukan terjadi dengan tiba-tiba akan
tetapi terbentuk melalui perjuangan hidup yang sangat panjang. Karena kepribadian adalah
dinamis maka dalam proses kehidupan yang dijalani oleh setiap manusia pun berbeda-beda.
Namun karena setiap manusia itu mempunyai tujuan maka dengan usaha yang sistematis dan
terencana sesuai dengan tujuan akhir pendidikan peran guru sangat menentukan sekali.

Kelima, Habit (kebiasaan diri), adalah suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang
tumbuh dari dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus dilandasi dengan kesadaran
bahwa usaha tersebut memutuhkan proses yang cukup panjang. Kebiasaan positif diantaranya
adalah menyapa dengan ramah, memberikanrasa simpati, menyampaikan rasa penghargaan
kepada kerabat, teman sejawat atau anak didik yang berprestasi dan lain-lain. Menilai diri
sendiri sangatlah sulit. Kecenderungan orang adalah menilai sesuatu secara subjektif dan bila
menyangkut diri sendiri orang akan mencari pembenaran atas sikap perbuatannya.

Setelah ada pengembangan, maka tidak terlepas dari penerapan. Maka untuk menerapkan sifat
profesionalisme dalam mengelola pendidikan, Ahmad Tafsir memberikan beberapa pemikiran,
diantaranya:

Pertama, adanya sifat profesionalisme di tingkat yayasan. Setiap sekolah biasanya berada
dibawah naungan atau tanggung jawab sebuah yayasan. Sehingga, yayasan diharuskan memilki
sifat profesional rasa mengabdi yang besar terhadap masyarakat, dengan ini yayasan akan
totalitas berbuat untuk masyarakat.

Kedua, menerapkan sifat profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah. Pada hal ini yang
harus diperhatikan oleh pihak sekolah ialah, mengangkat kepala sekolah yang benar-benar
bersifat profesional, dengan keahliannya ia dapat meningkatkan mutu tenaga guru. Apabila
tenaga penganjar memiliki sifat lebih profesioanal dibandingkan dengan kepala sekolah maka
akan mengakibatkan bentrok kebijakan antara guru dengan kepala sekolah. Sehingga guru akan
memberikan vote terhadap kepala sekolah akibat kebijakan yang dikeluarkan. Ketika guruharus
menghadapi dan mengerjakan kebijakan yang dianggap tidak benar ia akan menjalankan
kebijakan dengan terpaksa dan tertekan, bahkan bisa menjadi tekanan batin. Apabilaguru
melakukan pekerjaan dengan keadaan batin yang tertekan ia akan mengerjakan tugasnya
dengan tidak maksimal.

Ketiga, menerapkan tingkat profesionalisme pada tingkat pengajaran. Setelah menumbuhkan


sifat profesional pada tingkat yayasan dan mengangkat kepala sekolah yang profesional,
selanjutnya ialah menerapkat sifat profesional pada tingkat pengajaran. Hal ini dimulai dari
penerimaan tenaga pengajar. Bagaimana kriteria guru yang baik telah dijelaskan di atas.

Empat, profesionalisme tenaga tata usaha sekolah.Perencanaan ketatausahaan sekolah


seluruhnya adalah tugas kepala sekolah, mencakup seluruh makalah dan bidang tugasnya.
Tidak ada teori baku tentang definisi dan tugas tenaga tata usaha sekolah, karena kondisi dan
program sekolah itu tidak sama. Yang dapat diteorika ialah tata usaha sekolah harus mampu
memberikan palayanan selengkap lengkapnya terhadap: 1). Kepala sekolah; 2). Guru; 3). Murid;
4). Orang tua murid. Jadi, tugas tenaga tata yasaha ialah melakukan seluruh tugas yang
diperintah oleh kepala sekolah. Dan di sini kepala sekolah harus orang yang profsional.

Anda mungkin juga menyukai