Dosen Pengampu
Dr.H.M. Junaid, M.Pd.I
Disusun oleh :
Ismalia : 206190018
B. ALIRAN JABARIYAH
1. Pengertian Aliran Jabariyah........................................................................6
2. Asal-Usul Aliran Jabariyah.........................................................................7
3. Tokoh dan Pemikiran Jabariyah..................................................................8
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Aliran Qodariyah dan Jabariyah?
2. Bagaimana Aliran Qodariyah dan Jabariyah muncul?
3. Bagaimana pokok pemikiran Aliran Qodariyah dan Jabariyah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Aliran Qodariyah dan Jabariyah.
2. Untuk mengetahui kemunculan Aliran Qodariyah dan Jabariyah.
3. Untuk mengetahui pokok pemikiran Aliran Qodariyah dan Jabariyah.
BAB II
PEMBAHASAN
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang
Ilmu Kalam. Kalam secara harfiah berarti kata-kata. Kaum teolog Islam berdebat
dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga
teolog disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata.
Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang
membahas ajaran-ajaran dasar dari agama. Mempelajari teologi akan memberi
seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya
perbedaan antara umat Islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam
bukanlah masalah teologi melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan
politik ini, seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi.
Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat
mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu
demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang
berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya
masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan
kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak
mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya. Misalnya tentang
kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, keadilan
Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran.
Diantaranya yaitu Jabariyah dan Qadariyah.
A. ALIRAN QODARIYAH
1. Pengertian dan Asal-usul Qodariyah
Kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan
dan kekuatan. Nama Qadariyah juga berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qudrah atau kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendaknya sendiri, bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk pada qadar atau ketentuan Allah. Dalam istilah Inggrisnya paham ini
dikenal dengan nama free will dan free act.
Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya. Seseorang dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya
atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbutannya. Harun Nasution
menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
B. ALIRAN JABARIYAH
1. Pengertian dan Asal-usul Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa.
Dalam istilah Inggrisnya paham ini disebut fatalism atau predestination. .
Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari
kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya
melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang
berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah
menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua
perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan
perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur). Sehingga makna secara
umum adalah bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh Qodo dan
Qadar Tuhan.
2. Asal-Usul Kemunculan Jabariyah
Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya
penjelelasan yang sarih. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak
zaman sahabat dan masa Bani Umayyah. Paham Jabariyah ini dalam sejarah
teologi Islam ditonjolkan pertama kali oleh al-Jaad Ibn Dir ham. Tetapi yang
mengembangkannya kemudian adalah Jahm Ibn Safwan dari Khurasan. Jahm
Ibn Safwan merupakan pendiri golongan Jahmiyah dalam kalangan Murjiah. Ia
ikut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Jahm yang terdapat
dalam aliran jabariyah sama dengan Jahm yang mendirikan golongan al-
Jahmiah dalam kalangan Murjiah sebagai sekretaris dari Syuraih ibn al-Harits,
ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan
itu Jahm dapat ditangkap dan kemudian dihukum mati di tahun 131 H.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul
sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab
yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam
cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang
sangat sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang
tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi
panasnya musim serta keringnya udara.
3. Tokoh dan Pemikiran Jabariyah
Menurut Asy-Syahratsani, jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, ekstrim dan moderat. Diantara dokrin jabariyah ekstrim adalah
pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang
timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan oleh dirinya.
Misalnya, kalau seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas
kehendak sendiri, tetapi timbul karena qadha dan qadhar tuhan yang
menghendaki demikian.
Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut:
a. Jahm bin shofwan, nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham Bin
Shafwan. Ia barasal dari Khurasan bertempat tinggal di kuffah.
Pendapat jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai
berikut ini;
1. Syurga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain tuhan.
2. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini
pendapatnya sama dengan aliran kaum Murji’ah.
3. Kalam tuhan adalah mahluk. Allah maha suci dari segala sifat dan
keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat.
4. Allah tidak memiliki sifat-sifat azaly, karena hal ini akan menjadikan Allah
serupa dengan makhluk. Pendapat ini sama dengan apa yang dikemukakan
oleh Mu’tazilah.
5. Bid’ah jabr. yaitu pernyataan bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan
dan daya upaya sama sekali, bahkan semua kehendaknya muncul karena
dipaksa oleh Allah Swt.
Bid’ah irja, yaitu bahwa iman cukup hanya dengan marifat. barang
siapa yang inkar di lisan maka hal tersebut tidak membuatnya kafir sebab
ilmu dan marifat tidak bisa lenyap karena ingkar, dan keimanan tidak
berkurang dan semua hamba setara dalam keimanannya serta iman dan
kufur hanya dalam hati tidak dalam perbuatan.
Meskipun ada beberapa paham yang diajarkan oleh Jahm bin Shafwan,
akan tetapi yang besar pengaruhnya adalah paham yang tidak mengakui
adanya kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan melakukan
perbuatan bagi manusia. Semua telah ditentukan oleh tuhan sehingga
jabariyah secara orientasinya adalah manusia terpaksa dalam melakukan
perbuatannya.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Qadariyah adalah sebuah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap
perbuatan hambaNya dan berkeyakinan bahwa Allah belum membuat
ketentuan terhadap makhlukNya.
2. Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara
hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah Swt.
Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan
perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
3. Takdir adalah sesuatu yang harus kita imani, dan ini merupakan salah
satu rukun dari enam rukun iman.
4. Agama kita adalah agama rasional, sesuai dengan sabda Rasulullahi
Saw: Laa diina liman laa aqla lah. Tetapi tidak semuanya yang bisa
kita terima dengan akal, ada beberapa hal yang harus kita terima dengan
iman. Imam Ali pernah berkata: Seandainya semua hal dalam agama
ini bisa diakali, pastilah telapak khuf lebih utama untuk disapu.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kita, terutama dalam
memahami paham-paham Qadariyah dan Jabariyah. Namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
bahasa, sistematika penulisan, dan lain lain. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Kami mohon maaf atas semua kekurangan dan keterbatasan.
Terima kasih atas kerjasama dan saran dari pembaca semua. Wassalam.
DAFTAR PUSTAKA