Anda di halaman 1dari 9

HORMONAL PADA MASA KEHAMILAN

Disusun oleh :
Nama : Hikma Nurul Rezki
NIM : R014201023

Preseptor Institusi

(Nurmaulid, S.Kep., Ns., M.Kep)

Program Profesi Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin
2020
I. Masa Kehamilan
Menurut Campbell, dkk. (2017), pada masa kehamilan untuk lebih
mudah dipahami dibagi menjadi tiga bagian yang sama atau dikenal dengan
trimester, yaitu :
A. Trimester Pertama (I) : berlangsung selama 1 - 14 minggu
B. Trimester Kedua (II) : berlangsung selama : 14 - 30 minggu
C. Trimester Ketiga (III) : berlangsung selama : 30 - 40 minggu
Penjelasan lebih lanjut mengenai masa kehamilan beserta beberapa
perubahan hormonal pada kehamilan akan dibahas sebagai berikut :
A. Trimester Pertama (I)
Pada masa ini merupakan masa yang paling radikal bagi ibu maupun
bagi bayi selama masa kehamilan. Setelah fertisilisasi zigot akan terjadi
pembelahan (cleavage), masuk ke uterus dan masuk ketahapan embrionik
atau blastosista (blastocytus). Blastosista ini menempel dan tertanam
dalam endometrium, embrio mendapatkan nutrisi secara langsung dari
endometrium selama 2 – 4 minggu pertama. Namun jaringan yang tumbuh
bersama embrio akan bercampur dengan emdometrium dan membentuk
plasenta. Selanjutnya akan masuk kedalam tahap organogenesis
(pembentukan organ), dengan jantung yang tumbuh pada minggu ke
empat dan dapat dideteksi pada akhir minggu kedelapan walau dalam
bentuk rudimeter dan saat itulah terbentuklah fetus.
Selain itu, pada trimester ini juga waktu dimana terjadi perubahan
hormon pada ibu. Saat embrio akan masuk kedalam uterus embrio akan
memberikan sinyal kehadirannya serta mengontrol sistem reproduksi
ibunya, hormon yang bertindak yaitu Human Chorionic Gonadotropin
(HCG), hormon ini bertindak seperti LH pituitary untuk mempertahankan
sekresi progesteron dan ekstrogen oleh corpus iuteum. Kadar HCG dalam
darah tinggi sehingga sebagian akan disekresikan kedalam urin (diuji
dengan alat uji kehamilan), serta menyebabkan kadar progesteron tinggi
yang merangsang peningkatan mukus sebagai pelindung pertumbuhan
plasenta, pembesaran uterus, pemberhentian ovulasi dan siklus menstruasi.
Payudara juga akan membesar dan strukturnya menjadi lembek.
B. Trimester Kedua (II)
Selama trimester kedua ini fetus akan berkembang dengan cepat hingga
panjang mencapai 30cm, sangat aktif dan dapan dilihat melaui dinding
abdomen. Kadar hormon kembali stabil dengan menurunya HCG akibat
luruhnya corpus iuteum, serta plasenta yang akan mensekresikan
progesteronnya sendiri untuk mempertahankan kehamilan tersebut.
C. Trimester Ketiga (III)
Trimester ketiga merupakan trimester terakhir pada tahap terjadinya fetus
ini. Fetus akan bekembang dengan panjang 50cm dan bobot 3 – 3,5 kg dan
menyebabkan gerak fetus semakin berkurang. Saat fetus semakin
membesar dan memenuhi membran embrio, ibu akan mengalami urinasi
yang sering, hambatan pencernaan dan pegal pada otot punggung. Pada
masa ini dipengaruhi oleh beberapa kerja hormon yang berkaitan
(ekstrogen dan oksitosin) dan regulator lokal (postglandin) untuk
mengatur proses kehamilan. Hormon ektrogen selama minggu terakhir
akan mencapai kadar yang tertinggi akan merangsang pembentukan
reseptor oksitosin. Oksitosin yang dihasilkan akan merangsang kontraksi
yang sangat kuat oleh otot polos, selain itu oksitosin akan merangsang
plasenta untuk mensekresikan prostglandin untuk meningkatkan kontraksi.
Oleh karena itu, oksitosin dan prostaglandin akan berperan dalam proses
kelahiran yang akan dibantu oleh cengkraman fisik dan emosi.
(Campbell, dkk. 2017).
II. Perubahan Selama Kehamilan
A. Perubahan anatomi
Pada wanita hamil terjadi perubahan pada uterus, vagina, ovarium, dan
payudara diiringi dengan peningkatan berat badan. Uterus mengalami
perubahan bobot dari 30 gram (buah alpukat) menjadi 100 gram (bujur
telur ) pada akhir kehamilan minggu ke 40. Selain itu payudara akan
bertambah besar dan berat namun belum mengeluarkan air susu. Berat
badan akan naik sekitar 12,5 kg (Fatimah, 2015).
B. Perubahan fisiologi
Perubahan fisiologi diantaranya meliputi perubahan sistem sirkulasi,
sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem ekskresi, kulit, metabolisme
dan sistem endokrin (hormonal). Berbagai macam perubahan hormon pada
kehamilan diantaranya peningkatan dan penurunan berbagai macam
hormon yang khas. Pada masa kehamilan, plasenta menjadi organ
endokrin yang paling utama dalam menghasilkan berbagai hormon yang
berperan dimulai saat fertilisasi, kehamilan, hingga melahirkan. Plasenta
memiliki memiliki kapasitas besar untuk menghasilkan sejumlah hormon
protein dan hormon steroid namun hanya beberapa hormon saja yang
merupakan hormon khas pada kehamilan, dan bertanggung jawab terhadap
adaptasi janin terhadap kehamilan (Sherwood, 2011). Berikut ini adalah
pengklasifiasiannya :

Hormon Plasenta
Protein Gonadotropin Karionik Manusia
( hCG)
Laktogen Plasenta Manusia
(hPL)

Steroid Ekstrogen (dapat juga


disekresikan corpus iuteum)
Progesteron (dapat juga
disekresikan corpus iuteum)

Sumber : Sherwood, 2011


Berikut ini akan memberikan penjelasan mengenai masing-masing
hormon plasenta tersebut, diantaranya yaitu :
1. Produksi Hormon Protein oleh Plasenta
a) hCG (Gonadotropin karionik manusia)
HCG merupakan hormon berupa glikoprotein yang dihasilkan
oleh tropoblast merupakan sel yang membentuk plasenta pada
trisemester pertama dari kehamilan. Hormon ini strukturnya sangat
mirip dengan LH. Konsentrasi hCG bertambah dua kali lipat setiap
2-3 hari saat kehamilan. Hal ini berfungsi untuk skrining dan
membedakan kehamilan normal dan abnormal, menjadi indikasi
implantasi abnormal (apabila terjadi kegagalan peningkatan), dan
kadar hCG yang lebih tinggi maka akan muncul kehamilan kembar
dan kehamilan (Heffner dan Schust, 2016). Fungsi hormon hCG
dapat diamati sebagai berikut :
Memelihara korpus luteum agar tetap memproduksi estrogen dan
progesteron sampai plasenta mampu menghasilkan kedua hormon
tersebut dengan sendirinya
1) Mencegah involusi normal dari korpus luteum pada akhir
siklus seksual wanita
2) Mencegah menstruasi dan menyebabkan endometrium terus
tumbuh
3) Menyimpan nutrisi dalam jumlah besar dan tidak dibuang
dalam darah menstruasi
4) Merangsang sel-sel interstisial testis sehingga mengakibatkan
pembentukan testosteron pada fetus pria sampai waktu lahir
(Guyton dan Hall, 1997).
b) hPL (Laktogen plasenta manusia)
Hormon ini merupakan hormon protein yang diproduksi secara
eksklusif dari plasenta. Struktural hormon ini berhubungan dengan
GH dan prolaktin. hPL berperan pada metabolisme, metabolisme
lemak dan karbohidrat menghambat pengambilan glukosa perifer,
stimulasi insulin dan peningkatan asam lemak. Selama kehamilan
glukosa darah menurun, hal ini terjadi untuk memastikan terdapat
pasokan glukosa yang cukup bagi janin. Selama kehamilan
konsentrasi hPL akan meningkat selama masa kehamilan. Dengan
lebih dari 1 gram per hari diproduksi hPL oleh plasenta (Heffner
dan Schust, 2016). Fungsi hormon hPL dapat diamati sebagai
berikut :
1) Menyebabkan perkembangan sebagian payudara dan pada
beberapa keadaan menyebabkan laktasi
2) Menyebabkan deposit protein dengan cara yang sama seperti
hormon pertumbuhan
3) Menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan
penggunaan glukosa pada ibu sehingga membuat jumlah
glukosa yang tersedia untuk fetus lebih besar
4) Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari cadangan
lemak ibu sehingga menyebabkan sumber energi penganti
untuk metabolisme ibu (Campbell, 2017).
c) Hormon-Hormon Lainnya
Plasenta juga menghasilkan beberapa hormon protein
pertumbuhan lain diantaranya yaitu :
1) PGH (Placental Growth Hormone) yang berfungsi untuk
mengatur pertumbuhan janin.
2) CRH (Corticotropin Releasing Hormone) yang dihasilkan oleh
sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
3) ACTH (Adenocorticotropic Hormone) bersama CRH berperan
dalam onset persalinan.
(Heffner dan Schust, 2016).

2. Produksi Hormon Steroid oleh Plasenta


a) Hormon Progesteron
Progesteron dihasilkan oleh corpus iuteum sampai usia
kehamilan 10 minggu, setelah itu plasenta mengambil alih kerja ini
untuk memproduksi progesteron. Namun plasenta memproduksi
progesteron melalui sel sinsitotrofoblas dikarenakan tidak
memeiliki enzim sendiri (Heffner dan Schust, 2016). Fungsi
hormon progesteron dapat diamati sebagai berikut :
1) Menyebabkan sel-sel desidua tumbuh dalam endometrium usus
dan selanjutnya sel-sel tersebut akan memainkan peranan
penting dalam nutrisi embrio awal
2) Menurunkan kontraktilitas uterus gravid untuk mencegah
kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan
3) Membantu perkembangan hasil konseptus bahkan sebelum
implantasi
4) Meningkatkan sekresi tuba fallopi dan uterus untuk
perkembangan morula dan blastokista
5) Membantu estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi
(Guyton dan Hall, 1997).

b) Hormon ekstrogen
Hormon ekstrogen yang dihasilkan oleh plasenta dibedakan
menjadi tiga ekstrogen utama yaitu estron (E1) lebih banyak
dihasilkan oleh ovarium, sedangkan estradiol (E2), dan estriol (E3)
dihasilkan oleh plasenta. Ekstrogen yang dihasilkan oleh plasenta
melalui prekusor androgen berasal dari dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEA-S). Namun DHEA-S janin lebih banyak
dikonversikan menjadi estriol dalam plasenta yang merupakan
estrogen plsenta utama (Heffner dan Schust, 2016). Fungsi hormon
ekstrogen dapat diamati sebagai berikut :
1) Proliferatif pada sebagian besar organ reproduksi dan organ
penyertanya
2) Pembesaran uterus
3) Pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus
payudara
4) Pembesaran genitalia eksterna wanita
5) Merelaksasi berbagai ligamentum pelvis, sehingga persendian
sakroiliaka menjadi relatif lentur dan simfisis pubis menjadi
elastis untuk mempermudah jalannya fetus melalui jalan lahir
(Campbell, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G., 2017, Biologi Ed.5. Erlangga, Jakarta.

Diana, D., 2019. Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Wanita Hamil Pengunjung
Poli Ibu Hamil (PIH) RSUD DR. PIRNGADI MEDAN Terhadap Kesehatan
Gigi Dan Mulut Selama Masa Kehamilan Periode NOVEMBER-DESEMBER
2009, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Errahman, A., 2020, Manifestasi Kehamilan Di Rongga Mulut, Skripsi, Fakultas


Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fatimah, 2015, Manifestasi kehamilan di rongga mulut dan perawatannya, Skripsi,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Halpern, L.R and Kaste, L.M. 2013.Evidence-Based Women's Oral Health, An Issue
of Dental Clinics. USA: Elsevier.

Heffner, L dan Schust, D, 2016. At a Glance Sistem Reproduksi, Edisi 8, Alih Bahasa
Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga.

Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai