Anda di halaman 1dari 33

HAKEKAT IBADAH

KONSEP IBADAH ; IBADAH MAHDHAH DAN GHAIRU MAHDAH


FUNGSI IBADAH ; HIKMAH IBADAH, MAKNA SPIRITUAL IBADAH
BAGI KEHIDUPAN SOSIAL

DOSEN PENGAMPUH : FATHUL KHAIR,S.Sos,M.Pd

Disusun Oleh :
Riana Barita SNR19214002
Eristia Novarianda SNR19214003

S1 NON REGULER KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PONTIANAK

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
mengenai “IBADAH” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyeselesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pontianak, September 2020

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.............................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Konsep Ibadah...............................................................................................6
1. Pengertian Ibadah......................................................................................6
2. Rukun Ibadah............................................................................................7
3. Syarat Ibadah.............................................................................................9
4. Prinsip Ibadah..........................................................................................10
5. Hakikat Ibadah........................................................................................12
B. Konsep Ibadah.............................................................................................13
1. Ibadah Mahdhah......................................................................................13
2. Ibadah Ghairu Mahdah............................................................................16
C. Fungsi Ibadah..............................................................................................21
D. Hikmah Ibadah............................................................................................23
E. Makna Spiritual Ibadah bagi Kehidupan Sosial..........................................24
BAB III..................................................................................................................27
PENUTUP..............................................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan bentuk menyembahan manusia kepada Allah SWT.
Dari ibadah dapat dilihat seberapa bersyukurnya setiap hamba, manusia tidak
dapat di pisahkan dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa
manusia yang lain. Dengan penciptanya terdapat hubungan khusus yang
kepada Allah dengan ibadah dan dengan sesama manusia terdapat hubungan
yang merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah
yang lainnya.

Semua perbuatan yang dengan di awali dengan niat ikhlas akan


berbuah ibadah yang di nilai oleh Allah dan ibadah tersebut akan menambah
dekatnya makhluk dengan khaliq, dalam sebuah sya’ir lagu disebutkan bahwa
jika makhluk dekat maka khaliq akan dekat dan sebaliknya, jika makhluk
jauh maka khaliq pun akan jauh.

Seringkali dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu


hanyalah sekedar menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap
kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak
mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Mengapa ?
keduanya berkaitan erat, karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa
memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Makalah ini adalah untuk mengetahui
1. Bagaimana pengertian tentang hakekat ibadah?
2. Bagaimana konsep ibadah?
3. Apa saja tujuan ibadah?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan hakikat ibadah, konsep,serta fungsi ibadah.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahamai hakekat ibadah
b. Dapat memahami konsep ibadah; ibadah magdah dan ghairu mahdah
c. Dapat memahami; hikmah ibadah ; makna spiritual ibadah bagi
kehidupan sosial
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah secara garis besar ada dua arti :

1. Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang
secara langsung mengatur hubungan antara seorang hamba dengan
Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara (ritual) telah ditentukan
secara terperinci dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang biasanya
berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
2. Ibadah dalam arti luas yaitu segala gerak gerik, tingkah laku serta
perbuatan yang mempunyai 3 tanda :
a. Niat yang ikhlas sebagai titik tolaknya
b. Keridhoan Allah sebagai titik tujuannya
c. Amal sholeh sebagai garis amanah

Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditunjukkan kepada Allah,


mengambil petunjuk hanya darinya saj tentang segala persoalan hidup
dan akhirat dan kemudian mengadakan hubungan yang terus menerus
dengan Allah tentang semua itu.

Sesungguhnya sholat, puasa, zakat, haji dan seluruh amal ibadah


lainnya pada dasarnya hanyalah merupakan pintu pintu ibadah atau
stasiun tempat orang berhenti untuk menambah bensin jika di ibaratkan.
Namun jalan itu, sendiri seluruhnya merupakan ibadah, termasuk sema
ritus ritus dan gerak gerik serta semua pikiran, perasaan, semua adalah
ibadah tujuannya Allah.

Jadi kesimpulannya, ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan.


Tidak terbatas pada saat saat singkay yang di isi dengan cara cara
tertentu. Suatu ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh
aspek kehidupa dan merupakan tingkah laku, tindak tanduk, pikiran dan
perasaan semata mata untuk Allah, yang di bangun dengan suatu sistem
yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak
pantas.

Sebagaimana dalam firmannya dalam QS. Al An’am : 162

Artinya : “Katakanlah, Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku


dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Pekerjaan yang kita anggap sebagai kesibukan duniawi,


sesungguhnya merupakan ibadah kepada Allah asalkan dalam
mengerjakannya kita menjaga diri pada batas batas yang telah di tentukan
Allah dan RasulNya. Bila setelah menjalankan semua ibadah ini seumur
hidup kita menjadi pencerminan ibadah kepada Allah maka tidak ragu
lagi shalat kita adalah shalat yang benar, puasa kita adalah puasa yang
benar, haji kita adalah haji yang benar.

3. Rukun Ibadah
Berdasarkan dalil-dalil yang ada di Al-Qur’an maupun Hadits
ibadah memiliki rukun-rukun yang ia terbangun diatasnya. Tidaklah suatu
amalan yang diperintahkan menjadi sebuah ibadah bila ia tidak dibangun
diatas rukun-rukunnya. Rukun-rukun ibadah menurut manhaj ( jalan )
Ahlus Sunnah wal Jama’ah ada tiga, yaitu :

a) Al-Hubb ( Cinta )
Ibadah dari asal maknanya bisa berarti menghinakan
diri. Dan ia selain mengandung makna penghinaan diri
dihadapan Allah SWT juga mengandung Al-Hubb ( cinta )
yang tinggi kepada-Nya. Dengan kecintaan yang tinggi disertai
penghinaan yang sempurna kepada Allah SWT, seorang hamba
akan sampai pada penghambaan diri kepada-Nya SWT, sebab
puncak dari Al-Hubb adalah At-Tayyamum ( penghambaan ).
Sehingga tidak akan tebangun penghambaan diri kepada Allah
SWT kecuali dengan terkumpulnya keduanya sekaligus, yaitu
cinta dan penghinaan diri.

b) Al-Khouf ( Takut )

Ia merupakan peribadahan hati dan rukun ibadah yang


agung yang mana keikhlasan seseorang dalam beragama bagi
Allah SWT. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan
kepada hamba-Nya tidak akan lurus kecuali dengan bantuan-
Nya. Khouf ialah kegundahan hati akan terjadinya sesuatu
yang tidak disuka berupa hukuman dan adzab Allah SWT yang
mneimbulkan sikap penghambaan dan ketundukan seorang
hamba kepada-Nya.

c) Ar-Roja ( Berharap )

Ia juga merupakan peribadahan hati dan rukun ibadah


yang sangat agung. Ialah harapan yang kuat atas rahmat dan
balasan berupa pahala dari Allah SWT yang menyertai
ketundukan dan penghinaan diri kepada-Nya.

Maka, ibadah yang telah Allah fardhukan kepada


hamba-Nya harus terdapat tiga rukun tersebut agar menjadi
ibadah yang sempurna. Peribadahan kepada Allah SWT harus
disertai ketundukan dan kecintaan yang sempurna serta rasa
takut dan harapan yang tinggi. Bila ketiganya terdapat dalam
sebuah amalan maka ia benar-benar bermakna ibadah. Didalam
Al-Qur’an Allah telah menyebutkan

rukun-rukun ibadah itu ketika menyifati peribadahan


para Nabi dengan firman-Nya dalam Q.S Al-Anbiya : 90

Artinya : “...Sesungguhnya mereka adalah orang-orang


yang selalu bersegera dalam ( mengerjakan ) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada kami dengan
harap ( atas rahmat Allah ) dan cemas ( akan adzab-Nya ). Dan
mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada kami.” ( Q.S
Al-Anbiya : 90 )

4. Syarat Ibadah
Syarat diterimanya ibadah oleh Allah SWT dalam konsep risalah
islam :

a) Ikhlas

Ibadah dilakukan secara ikhlas dengan kesadaran diri


sendiri dan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena
ingin dipuji ataupun dipaksa. Sebagaimana dalam firman Allah
dalam “(QS. Al-Bayyinah:5) dan QS. AL-An’am:162 sebagai
berikut :
Artinya : “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan
supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah
kepada-Nya, lagi tetap teguhdi atas tauhid; dan supaya mereka
mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan yang demikian
itulah Agama yang benar.

Artinya : “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, Ibadahku,


hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Pemelihara alam
semesta.” (QS. AL-An’am:162).

b) Ilmu

Ibadah yang dilakukan disertai ilmunya. Sebagaimana


dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Israa’:36 sebagai
berikut :

Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu


tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungkan jawabnya” (QS. Al-Israa’:36).

c) Sunah
Tata cara Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasul-Nya dan sahabatnya.

“Barang siapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara


kami ini yang tidak ada tuntunan (islam) di dalamnya maka di
tolak.” (Muttafaq’alayh).

5. Prinsip Ibadah
Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, Islam
memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut :

a) Prinsip utama dalam ibadah adalah hanya menyembah kepada


Allah semata sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT.
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT :
Artinya : “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya
kepadaMu kami minta pertolongan”. (Q.S Al-Fatihah : 5 )

Artinya :“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu


mempersekutukannya dengan sesuatu apapun...”. ( Q.S An-
nisa : 36 )

Lawan tauhid adalah syirik ( mempersekutukan Allah )


yang merupakan dosa terbesar diantara dosa-dosa besar
lainnya.

b) Tanpa perantara. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT :

Artinya : “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya


kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Sesungguhnya
Aku sangatlah dekat.” Aku kabulkan permohonan (do’a)
orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadKu. Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan
hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka selalu
mendapat bimbingan.” ( Q.S Al-Baqarah : 186 )

Artinya : “Dan sungguh benar-benar Kami telah


menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh jiwanya. Dan Kami sangat dekat daripada urat
lehernya.” ( Q.S Qaf : 16 )

Oleh karena Allah SWT berada sangat dekat dengan


hamba-hambaNya dan Maha Mengetahui segala apa yang
dilakukan oleh hamba-Nya, maka dalam berdo’a harus
langsung dimohonkan kepada Allah dan tidak melalui
perantara siapapun dan apapun juga.

c) Harus ikhlas yakni murni hanya mengharap ridha Allah SWT.


Keikhlasan harus ada dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan
inilah jiwa dari ibadah. Tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin
ada ibadah yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman :

Artinya :“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali hanya


untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya ( dalam ) menjalankan agama yang lurus.” ( Q.S
Al-Bayyinah : 5 )

d) Harus sesuai dengan tuntutan. Allah SWT berfirman :


Artinya :“Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan
dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal shaleh
dan ia jangan mempersekutukan seorangpun dalam beribadah
kepada Tuhannya”. ( Q.S Al-Kahfi : 110 )

Arti kata shalih adalah baik karena sesuai. Seseorang


dikatakan beramal shaleh bila dalam beribadah kepada Allah
sesuai dengan cara yang disyariatkan Allah melalu para Nabi-
Nya, bukan dengan cara yang dibuat oleh manusia sendiri.

Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan tentang tata cara


shalat secara lengkap melalui hadits-haditsnya yang maqbul,
dari sejak niat yang tidak dihafalkan, bacaan dan gerakan
sholat, jumlah raka’at, waktu sholat, dan lain-lain. Dalam
masalah ibadah mahdah ( khusus ) yang jelas-jelas sudah ada
keterangan dari Allah dan Rasul-Nya, tidak boleh ada hasil
kreasi manusia yang boleh masuk didalamnya.

e) Seimbang antara unsur jasmani dan rohani. Hal ini didasarkan


pada firman Allah SWT :

Artinya :“Dan carilah apa yang Allah berikan kepadamu


berupa ( kebahagiaan ) negeri akhirat, namun jangan kamu
lupa bahagianmu ( nasibmu ) dari ( kenikmatan ) dunia ...”.
( Q.S Al-Qashash : 77 )
f) Mudah dan meringankan. Allah SWT berfirman :

Artinya :“Allah tidak membebani seorang manusia kecuali


sesuai dengan kemampuannya.” ( Q.S Al-Baqarah : 286 )

Syariat yang diciptakan Allah SWT mesti sudah sesuai


dengan porsi kemanusiaan manusia. Hal ini karena Allah
sebagai pencipta alam semesta termasuk manusia, tentunya
paling tahu tentang ciptaan-Nya dan segala keterbatasan yang
dimiliki ciptaan-Nya, sehingga dalam keadaan yang tidak
normal yakni : membahayakan, menyulitkan, atau tidak
memungkinkan. Maka selalu ada jalan keluar berupa
keringanan atau ruskhah yang ditawarkan Allah dalam syariat-
Nya.

6. Hakikat Ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk
beribadah kepada Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang
komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah adalah sebuah
nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang
dhahir (nyata). Adapun hakekat ibadah yaitu:

a. Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat
Adz-dzariat ayat 56,
yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah.
b. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai
dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada
Allah.
c. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah
dan meninggalkan larangan-Nya.
d. Hakikat ibadah sebagai cinta.
e. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala
sesuatu yang dicintai Allah).
f. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada
segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada
Allah SWT.

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan


adalah yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan,
baik dengan melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab
dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.

D. Konsep Ibadah
1. Ibadah Mahdhah
a. Pengertian
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah di tetapkan oleh sang
khalik yang kemudian di perintahkan kepada Rasulullah untuk di
jalankan oleh nya dan juga kaum nya. ibadah ini adalah ibadah yang
memiliki syarat, rukun, serta ada sesuatu hal yang dapat
membatalkannya jika syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi.

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang sejatinya setiap hari kita


kerjakan sesuai dengan perintah Allah SWT dan sesuai dengan
ketentuan atas dasar rukun Islam yang diantaranya yaitu, Syahadat,
sholat, zakat, puasa, naik haji jika mampu. Nah hal yang disebutkan
itu ialah merupakan beberapa contoh dari ibadah mahdhah yang wajib
dilakukan oleh setiap umat muslim.

Jenis ibadah Magdah adalah

1) Wudhu
2) Tayammum
3) Mandi hadats
4) Adzan
5) Iqamat
6) Shalat
7) Membaca al-Quran
8) I’tikaf
9) Shiyam ( Puasa )
10) Haji
11) Umrah
12) Tajhiz al- Janazah

Adapun jika ibadah – ibadah yang kita lakukan ialah sunnah,


jika ada ketentuan syarat, rukun, serta terdapat hal yang bisa
membatalkannya maka ibadah sunnah tersebut tergolong juga ke
dalam ibadah mahdhah. Dalam hal ini Ibadah mahdhahjuga
ditunjukkan dengan maksud utama bagi orang yang mengerjakannya.

Ingin mengharap ridho dari Allah SWT serta dalam rangka


meraih pahala di akhirat kelak. Perlu dipahami bahwa, ibadah
mahdhahhanya bisa diketahui melalui perantara Rasulullah dengan
cara Allah memberikan jalan wahyu pada beliau. tidak ada jalan yang
lainnya, termasuk melalui akal ataupun budaya kehidupan masyarakat
pada umumnya.

b. Prinsip Ibadah Mahdhah


Ibadah Mahdhah adalah penghambaan yang murni hanya
merupakan hubungan antara Allah dengan Makhluk ciptaannya
secara langsung. Dan dalam hal ini Ibadah mahdhah memiliki 4
prinsip yang diantaranya ialah :

1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah

baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan


otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya. Karena akan dianggap tidak sah apalagi
diterima banyak orang jika tidak ada sumber yang menjadi
acuan dan pedoman dari sebuah perintah, apalagi di dalam
sebuah agama.

2) Tata cara pelaksanaan harus mengikuti ajaran serta sunnah


Rasul SAW.

Karena Salah satu tujuan penciptaan dan diutusnya


rasul oleh Allah SWT adalah untuk memberi contoh kepada
umat-Nya :

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk


ditaati dengan izin Allah…(QS. An- Nisa: 64).
Dan apa saja yang
dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang
dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. Al-Hasyr : 7).

Jika manusia melakukan ibadah tanpa adanya dalil


perintah atau tidak sesuai dengan ajaran Rasul saw., maka
sudah dipastikan manusia tersebut di kategorikan “Muhdatsatul
umur” perkara mengada – ngadakan, atau yang populer kita
sebut dengan bid’ah.

3) Bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal)

Artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena


bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut
hikmah tasyri’. Sholat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh
mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka
ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat agar manusia
tidak menyimpang dari ketetapan yang sudah ditentukan oleh
Allah SWT.

4) Asasnya “taat”
Dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Seorang manusia wajib
meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan
umatnya, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutusnya Rasul adalah untuk dipatuhi. Mematuhi perintah
Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasul adalah sebenar –
benarnya jalan yang akan membawa kita ke dalam
keselamatan dunia dan akhirat.

7. Ibadah Ghairu Mahdah


a. Pengertian
Ibadah ghairu mahdah atau yang bisa disebut ibadah umum
merupakan hubungan sesama manusia dan manusia dengan alam yang
memiliki nilai ibadah. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat secara
detail, semua diserahkan kepada manusia itu sendiri. Ibadah ghairu
mahdhah berbeda dengan ibadah mahdhah, jika ibadah mahdhah akan
bernilai sah dan pahala.

Jika dilakukan dengan niat yang ikhlas namun sebaliknya ibadah


ghairu mahdhah jika dilakukan dengan niat yang benar untuk
mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka ada nilai pahalanya. Namun
jika tidak dilakukan tanpa diiringi niat yang benar, maka tetap sah
hanya saja tidak ada nilai pahalanya untuk Anda yang menjalankannya.

c. Prinsip Ibadah Ghairu Mahdhah


Ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah SWT. Dalam hal ini Prinsip-prinsip di dalamnya ada 4 macam
diantaranya yaitu :

1) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang,


selama Allah SWT dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah
dalam bentuk ini boleh dilaksanakan, selama tidak di haramkan
oleh Allah SWT maka boleh dilakukan.
2) Tata laksananya tidak perlu ber-pola pada contoh Rasulullah
SAW, untuk itu dalam ibadah bentuk seperti ini tidak dikenal
dengan istilah bid’ah atau jika ada yang menyebutnya segala hal
yang tidak dikerjakan Rasul bid’ah, maka bid’ah tersebut disebut
bid’ah hasanah.
3) Bersifat rasional, ibadah ini baik-buruknya, untung-ruginya, atau
manfaat-madharatnya, dapat ditentukan oleh akal dan logika.
Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan dan hanya
mendatangkan madharat maka tidak boleh dilaksanakan.
4) Asasnya “manfaat”, dalam melaksanakan ibadah ini, yang dilihat
adalah manfaatnya, jadi selagi ibadah atau amalan yang Anda
kerjakan mendatang manfaat, maka selama itu pula Anda dapat
melakukannya.

d. Ibadah yang tergolong Ghairu Mahdhah


Ibadah atau amalan dalam ibadah ghairu mahdhah memiliki
banyak sekali contoh salah satu contoh yang sederhana yaitu aktivitas
makan. Makan pada dasarnya bukanlah sebuah ibadah khusus, setiap
orang bebas mau makan kapan saja entah itu ketika lapar ataupun tidak
lapar dan dengan menu apa saja, kecuali yang diharamkan oleh Allah
SWT.

1) Sedekah

Keutamaan sedekah : Dari ka’ab bin ‘Ujrah berkata, nabi


bersabda : “Shadaqah memadamkan kesalahan sebagaimana
sebogkah es mencair diatas batu karang “ (HR, Ibnu Hibban).

Kandungan hadis : Bahwa shodaqoh itu akan


menyucikan jiwa dan membersihkannya dari setiap dosa /
kesalahan.

2) Tolong Menolong
Keutamaan tolong menolong : Pertolonganmu terhadap
orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol. (HR. Ibnu Abi
Ad-Dunia dan Asysyihaab)

Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu


menolong saudaranya (semuslim). (HR. Ahmad)

Seorang menjadi kuat karena banyak kawannya. (HR.


Ibnu Abi Ad-Dunia dan Asysyihaab

Kandungan hadis : tolong menolong termasuk sedekah,


dan Allah selalu menolong manusia yang mau menolong
sesamanya

3) Dakwah

Keutamaan dakwah kepada Allah ;Dari Abu Hurairah


sesungguhnya Rasulullah bersabda: “barangsiapa yang
berdakwah kepada petunjuk maka akan mendapat pahala orang
yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun”.(HR Muslim : 6804).

Kandungan hadis ; bagi orang yang berdakwah sesuai


degan petunjuk, artinya sesuai degan ajaran islam secara benar,
maka orang itu akan mendapatkan pahala dan tidak akan
dikurangi pahalanya sedikitpun.

4) Belajar

Keutamaan mencari ilmu / belajar : Rasulullah bersabda :


“ barangsiapa yang kedatangan ajal sedang ia masih menuntut
ilmu maka ia akan bertemu degan Allah dimana tidak ada jarak
antara para nabi kecuali satu derajat kenabian (HR. Tabarani).

Kandungan hadis ; Mencari ilmu adalah amal yang mulia


dan terpuji khususnya ilmu agama islam, sebab dengan
menekuni ilmu agama berarti telah merintis jalan untuk
mencari ridho Allah, dengan ilmu ia dapat menghindari
larangan-larangan Allah dan menjalankan perintah Allah,
karena itulah para malaikat selalu melindungi orang yang
sedang menuntut ilmu dan kelak dihari akhir mereka akan
mendapat kemuliaan yang hanya terpaut satu derajat degan
nabi.

5) Dzikir

Keutamaan berdzikir ;Dari Abu Hurairah dan Abu sa’id


Al Kudri dari Nabi bersabda :” Tidaklah suatu kaum duduk
berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dinaungi malaikat,
diliputi rahmat, diliputi sakinah, dan Allah menyebut nama-
nama mereka dihadapan makhluk-makhluk lain di sisinya”.

Kandungan hadis : jika dalam suatu kaum berdzikir


maka dia akan selalu dibawah naungan malaikat, dan selalu
diliputi rahmat dari Allah dalam hidupnya, dan selalu didekati
ketenangan dalam hidupnya.

6) Menyingkirkan gangguan dijalan

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda : “ ketika seseorang


berjalan disuatu jalan, dan dia mendapatkan ranting yang
berduri kemudian ia mengambilnya maka Allah
bertrimakasih padanya dan mengampuninya”. (HR.
Mutafaqun ‘alaihi: 652,4940).

Kandungan hadis : menyingkirkan ranting, bisa


diartikan degan segala sesuatu yang dapat mengganggu
perjalanan manusia lainnya, hendaklah ketika kita
melewatinya mau menyingkirkanya, maka kita akan
mendapat pahala dan ampunan dari Allah SWT.
7) Bekerja

Dalam Hadis Qudsi yang berbunyi : “Allah berfirman


kepada malaikat ynag diserahi tugas mengurus rezeki-rezeki
anak Adam : “siapapun hambaKu yang kamu dapati dia
menuju cita-cita yang satu (bertaqwa menuju ridho Illahi).
Maka jaminlah oleh kamu rezekinya dari langit dan bumi dan
siapapun hambaKu yang kamu dapati mencari rezekinya itu
dengan adil, maka murnikanlah dan mudahkanlah rezeki itu
baginya , dan jika dia melanggar ketentuan yang demikian
degan cara lain biarkanlah ia berbuat sekehendak hatinya
kemudian ia pasti tidak akan dapat mencapai derajat diatas
dari apa yang telah Aku tentukan baginya (diriwayatkan oleh
Abu Nua’im dari Abu hurairah).

Kandungan hadis : Allah menganjurkan manusia untuk


bekerja degan cara yang baik dan adil (halal), maka Allah
akan memudahkan rezekinya melalui malaikat yang bertugas
mengurusi rezeki-rezeki manusia, dan apabila ia bekerja
dengan cara tidak baik, maka Allah tidak akan memberikan
derajat yang baik kepadanya.

E. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut
untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya
keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga
pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan
menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal
yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam
Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama
manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT
dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun
sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.

a. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.


Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya
dapat dilakukan melalui “muqorobah”7 dan “khudlu”8. Orang yang
beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan

selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan


Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan
melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT.
Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an
surat Al-Fatihah ayat 5

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada


Engkaulah Kami meminta pertolongan.”

Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan


terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

b. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia
adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban
untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat
Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga
dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya:

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan


fungsinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al


kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”9

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat


adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji
dan mungkar adalah suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan
orang lain. Maka dengan sholat diharapakan manusia dapat
mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga


menjelaskan fungsinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”10

Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat


dari kekikiran dan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta
benda. Sifat kikir adalah sifat buruk yang anti kemanusiaan. Orang
kikir tidak akan disukai masyarakat

zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati


pemberinya dan memperkembangkan harta benda mereka. Orang
yang mengeluarkan zakat hatinya akan tentram karena ia akan
dicintai masyarakat. Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang
tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga
membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu
Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah
tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal
ini Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari
perbuatan keji dan munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh
dari Allah” (HR. Thabrani)

c. Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut


kita untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas
dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya,
berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita
untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim,
menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan
tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan
“amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan
tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.

F. Hikmah Ibadah
1. Tidak syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk
senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus
meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat
yang dimiliki Nya adalah lebih bedar dari segala yang ada, sehingga tidak
ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena
ibadah yang di lakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan
keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya.
Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai
kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban
ada kalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan
dari pelanggaran karena tidak menajalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan
ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang di lakukan berkualitas. Ibadah
ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih
peka dengan keadaan lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat
pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika
melalukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan
oleh orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut
lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya
tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemslahatan
umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begitu besar terhadap
keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan
hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahihartanya
di jalan Allah SWT. Ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya
tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluannya semata-mata sebagai
bekal di akhirat yang di wujudkan dalan bentuk pengorbanan harta untuk
keperluan umat.

G. Makna Spiritual Ibadah bagi Kehidupan Sosial


Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah
dalam ajaran Islam tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan
dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi
para pemeluknya. Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-
masing sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah


bahwa shalat mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang
begitu tinggi. Ketika melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari,
maka sesungguhnya ibadah tersebut tengah menghimpun penduduknya lima
kali sehari. Dalam aktivitas tersebut, mereka saling mengenal, saling
berkomunikasi, dan saling menyatukan hati. Mereka shalat dibelakang seorang
imam, mengadu kepada Tuhan yang satu, membaca kitab yang sama, serta
menghadap kiblat yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang sama
yakni sujud, ruku, dan sebagainya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat
ayat 10:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena


itu damaikanlah antara kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” ( Q.S Al-Hujurat:10).

Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi


pelakunya. Dengan berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya
merasakan lapar. Puasa mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta
merasakan penderitaan orang yang sehari-hari senantiasa berada dalam
kekurangan dan berbalut kemiskinan. Kemudian puasa diakhiri dengan
membayar zakat fitrah yang memaksa seseorang untuk berderma, sekalipun
mungkin hatinya belum sadar ini akan menjadi latihan dan pembinaan
tersendiri bagi orang yang besangkutan untuk menjadi orang yang dermawan
dan peduli terhadap orang-orang yang lemah.

Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda.
Secara individu zakat mengandung hikmah untuk membersihkan dan
menyucikan diri beserta harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia
menghilangkan sifat kikir, rakus, tamak yang melekat pada dirinya. Zakat
menjadi tanda kedermawanan, solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim
terhadap saudara-saudaranya agar bisa ikut merasakan rezeki sebagai karunia
Allah SWT.

Keempat, ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-


nilai kemanusiaan yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil
menanggalkan pakaian biasa dan kemudian mengenakan pakaian ihram.
Dengan mengenakan pakaian ihram pada saat haji, manusia diajarkan untuk
menanggalkan perbedaan status sosial yang mereka sandang dan bersatu dalam
persamaan dan persaudaraan. Pada saat melaksanakan ihram, seseorang
dilarang menyakiti binatang, dilarang membunuh, menumpahkan darah, serta
dilarang mencabut pepohonan.

Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam


Al-Qur’an dan Hadist ke dalam kehidupan sosial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bagaimana kita sebagai makhluk
yang lemah harus mentaati peraturan beribadah kepada Sang Maha Kuasa.
Berbagai macam aturan telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Hadist. Sebagai
manusia kita tidak bisa mengetahui semua asal-usul peraturan ibadah
tersebut. Ada peraturan yang bisa dijangkau akal manusia dan ada pula yang
tidak bisa di jangkau akal manusia. Sebagai makhluk kecil di muka bumi
sudah seharusnya manusia taat kepada semua aturan beribadah karena ibadah
adalah kewajiban bagi manusia. Beribadah memberikan manfaat yang sangat
besar bagi mausia meskipun terkadang tidak langsung bisa di rasakan di muka
bumi.

H. Saran
Dari makalah ini penulis sangat berharap pada rekan-rekan mahasiswa
Keperawatan dapat memahami apa sebenarnya itu ibadah dan mengerti
bagaimana cara menjadi perawat yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid,Abdul.2011. Fikih Ibadah. Curup: LP2 STAIN CURUP.

Ibrahim. 1998. Pengantar Studi Aqidah Islam. Robbani Press : Jakarta

Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama. Uhamka Press : Jakarta

Hatta, Ahmad. 2013. Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim. Maghfirah Pustaka :


Jakarta

Muhaimin, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Kencana : Jakarta

Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fiqih Ibadah. LPPI UMY : Yogyakarta

Maka dari itu sebagai umat muslim kita harus senantiasa menjalankan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari dengan niat semata-mata hanya untuk mendapat ridho dari Allah
SWT. Semoga informasi yang penulis sampaikan dapat bermanfaat untuk kita semua dan
kita senantiasa menjadi umat muslim yang taat akan ibadah dan menjalankannya dengan
penuh ke ikhlasan.
Maka dari itu sebagai umat muslim kita harus senantiasa menjalankan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari dengan niat semata-mata hanya untuk mendapat ridho dari Allah
SWT. Semoga informasi yang penulis sampaikan dapat bermanfaat untuk kita semua dan
kita senantiasa menjadi umat muslim yang taat akan ibadah dan menjalankannya dengan
penuh ke ikhlasan.

Anda mungkin juga menyukai