Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian geofisika


Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga
meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran
di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh
batuan didalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-
sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun
horisontal. Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan
secara global yaitu untuk menentukan struktur bumi.
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode
pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang
dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan
gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan
alami yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan
gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik
bumi serta radiasi radioaktifitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan
dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan
lain sebagainya.
Salah satu cara atau metode untuk memperoleh informasi yang terdapat
dalam perut bumi adalah dengan menggunakan metode survei geofisika.
Survei geofisika yang sering dilakukan selama ini antara lain metode gravitasi
(gayaberat), magnetik, seismik, geolistrik (resistivitas) dan elektromagnetik.
2.2 Metode geolistrik
Dalam ilmu geofisika terdapat berbagai metode yang bisa digunakan untuk
membantu para geofisikawan untuk mengeksplorasi bumi, salah satunya
adalah metode geolistrik. Metode geolistrik adalah suatu metode yang
memanfaatkan sifat-sifat kelistrikan untuk menginterpretasi karakteristik

3
suatu batuan di bawah permukaan bumi. Sumber-sumber listrik tersebut bisa
yang berasal dari alam (pasif) atau kita menginput arus listrik ke dalam tanah
(aktif).
Metode geolistrik (resistivitas) adalah metode geolistrik aktif dimana kita
menginputkan arus listrik frekuensi rendah kedalam tanah lalu distribusi
potensial listriknya diukur menggunakan elektroda potensial. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai nilai
resistivitas formasi batuan yang berada di dalam tanah. Metode ini sangat
sering digunakan dalam eksplorasi air tanah karena sifat air yang sensitive
terhadap listrik. Selain itu metode ini juga bisa dimanfaatkan dalam
eksplorasi bijih besi untuk menentukan pesebaran bijih besi di bawah
permukaan tanah
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger
pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan
tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang
mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini
menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam
tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan
menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik didalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi dipermukaan
tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah
‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak
elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang
lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2

4
(bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari
injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Gambar 2.1 (a)Sumber arus tunggal (b)Sepasang elektroda arus dan potensial

2.3 Jenis-jenis metode geolistrik


1. Metode tahanan jenis
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari
sifat tahanan jenis listrik dari lapisan batuan didalam bumi. Prinsip dasar
metode resistivitas yaitu mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan
mengukur kembali potensial yang diterima dipermukaan. Faktor geometri
diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN
yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB.
Besarnya resistansi R dapat diperkirakan berdasarkan besarnya
potensial sumber dan besarnya arus yang mengalir. Besaran resistansi
tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material
karena masih bergantung ukuran atau geometrinya. Untuk itu digunakan
besaran resistivitas yang merupakan resistansi yang telah dinormalisasi
terhadap geometri. Ketika melakukan eksplorasi, perbandingan posisi titik
pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut akan
mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi
terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor
geometri.
2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)

5
Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah
satu metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang
terjadi dibawah permukaan akibat adanya arus induktif yang
menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam.
Parameter yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari
perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap waktu.
Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda tahanan.
Jenis metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi
air tanah, dan geoteknik, ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan
arkeologi. Peralatan metode Polarisasi Terimbas yang dimiliki oleh Pusat
Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan TSQ-3
Transmitter Merk Scintrex.
3. Metode Potensial Diri
Metode potensial diri pada dasarnya merupakan metode yang
menggunakan sifat tegangan alami suatu massa (endapan) dialam. Hanya
saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan oleh metode potensial
diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan bijih tanpa ada
pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan geologi
lapangan.
Karena pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh
langsung dari hubungan elektrik dengan bawah permukaan, maka metode
ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang mempunyai sifat
pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang
kering.
Ada dua macam teknik pengukuran metode potensial diri yaitu:
- Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu
lagi bergerak pada lintasannya.
- Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara
simultan, misalnya dengan interval 50 m.
2.4 Konfigurasi metode geolistrik

6
Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4
buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB
dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi
Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metode
perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis
batuan di bawah permukaan. Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger
merupakan metode favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui
karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang
relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna,
seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan
batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik
menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi
homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada
lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang
terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam
yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dan
sebagainya.
Spontaneous Potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya
terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang
secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari
lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan
lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi
bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang
panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan
listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan
listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum
dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami
tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan

7
demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang
benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter
yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan
akurasi tinggi

a. Konfigurasi wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian
pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang
relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda
AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang
relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi
homogenitas batuan didekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap
hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner,
sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan,
sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

Gambar 2.2 Konfigurasi wenner


b. Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-
kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif
besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN
hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.

8
Gambar 2.3 Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB
yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang
mempunyai karakteristik high impedance dengan akurasi tinggi yaitu
yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang
koma atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang
mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan
pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya,
maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga
diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak
elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter
sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai
perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20.
Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1:50 bisa dilakukan bila
mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran
tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih,
sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih
kecil dari 1.0 milliVolt.
Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan
kuva (kurva matching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang perlu
diperhatikan dalam intepretasi Schlumberger dengan metode penyamaan
kurva, yaitu :

- Kurva baku
- Kurva lapangan
- Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q

9
Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu diketahui
bentuk umum masing-masing kurva lapangannya

 Kurva bantu H, menunjukan harga ρ minimum dan adanya variasi 3


lapisan dengan ρ1 > ρ2 < ρ3.

 Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga ρ dan variasi


lapisan dengan ρ1 < ρ2 < ρ3.

 Kurva bantu, K menunjukan harga ρ maksimum dan variasi lapisan


dengan ρ1 < ρ2 > ρ3.

 Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga ρ yang seragam : ρ 1 >


ρ2 > ρ 3

Gambar 2.4 empat tipe kurva sounding (konfigurasi Schlumberger, ρα vs. AB/2)

c. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan gabungan antara
konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Dalam konfigurasi ini jarak
antara elektroda P1-P2 adalah a dan jarak spasi antar C1-P1=P2-C2 yaitu
na.
Dalam konfigurasi ini,  Sehingga spasi jarak elektrodanya konstan.
Dari konfigurasi ini memiliki kelebihan cakupan secara horizontal,

10
penetrasi kedalaman yang baik. Pada gambar  menunjukkan bahwa pola
sensitivitas, meningkat seiring besarnya n, dan sensitivitasnya menjadi
positif, dan tertinggi pada P1-P2 dan menyebar mendekati C1-C2. Sangat
sensitif terhadap perubahan horizontal oleh sebab itu baik untuk survey
kedalaman

Gambar 2.5 konfigurasi Wenner-Schlumberger


d. Konfigurasi Dipole-Dipole
Konfigurasi Dipole-Dipole yaitu konfigurasi dimana sepasang
elektroda antara arus dan potensial terpisah, jarak spasi antar elektroda
C1-C2 dan P1-P2 adalah a, sedangkan untuk jarak C2 dan P1 adalah na,
atau lebih singkat dinyatakan jarak antar dipole harus lebih
besar.Keunggulan dari konfigurasi ini sangat baik untuk penetrasi
kedalaman, dan CST. Untuk kesensitifan yang tinggi untuk  arah
horizontal dan sedang untuk arah vertikal, untuk memperoleh adata
maksimal maka harus lebih banyak elektroda namun ini juga
menyebabkan sinyal yang ditangkap rendah, sehingga konfigurasi ini

sangat baik untuk survey mapping horizontal


Gambar 2.6 Konfigurasi Dipole-Dipole
e. Konfigurasi Pole-pole

11
Konfigurasi Pole-pole adalah konfigurasi dengan salah satu
elektroda potensial dan elektroda arusnya dibentangkan dengan jarak tak
hingga, atau N-B tak hingga, dimana jarak antara M-A adalah a

Gambar 2.7 Konfigurasi Pole-pole


f. Konfigurasi Pole-dipole
Konfigurasi Pole-dipole adalah konfigurasi elektrodanya salah satu
dari elektroda potensial atau B dibentangkan pada jarak tak terhingga,
sedangkan untuk jarak spasi M-N yaitu a dan jarak spasi N dan A adalah
na

gambar 2.8 Konfigurasi Pole-dipole


2.5 Cara kerja dan kegunaan metode geolistrik
2.5.1 Cara kerja Metode Geolistrik
Cara kerja metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang
menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta
simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian

12
luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Kombinasi
dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta
tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu
(Apparent Resistivity).
gambar 2.9 Cara kerja metode geolistrik
Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung
tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik. Bila satu set hasil pengukuran
tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang
tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2
sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan
didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa
dihitung dan diduga sifat lapisan batuan dibawah permukaan
2.5.2 Kegunaan metode geolistrik
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai
kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan
adanya lapisan akuifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan
pembawa air. Umumnya yang dicari adalah confined aquifer yaitu
lapisan akuifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya
lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. Confined akuifer
ini mempunyai recharge yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air
tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca
setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan batuan yang
mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas
dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman
bedrock untuk fondasi bangunan. Metoda geolistrik juga bisa untuk
menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya
saja metode ini merupakan salah satu metode bantu dari metode geofisika
yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi
di bawah permukaan.

13
2.6 Alat-alat geolistrik
Alat yang digunakan dalam pengukuran geolistrik merupakan serangkaian
dari beberapa alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya muatan listrik,
air dan lain-lain di dalam bumi.
Alat-alat geolistrik yaitu :

a. G – sound twin probe dan soil box


G-sound dibuat untuk kebutuhan akan alat ukur resistivitas
(geolistrik) yang instrumennya didesain untuk pengukuran bergerak
(pertable) dengan kedalaman penetrasi arus mencapai 100-150 meter.
Pada G-sounds tidak diperlukan adjusting SP dengan rumit, melalui
tombol adjusting maka nilai SP terkoreksi secara otomatis teknologi
curent source (pembangkit arus) yang terdapat pada G-sound
menjadikannya andal, berpengaman sistem anti short circuit, dimana
kondisi hubungan singkat sering terjadi pada saat AB (arus) terlalu dekat
atau lapisan berimpedansi rendah.
Dengan impedansi multimeter pada instrumen sebesar 10 Mohms
dan resolusi 12 bit, menjadikan pengukuran nilai tegangan dan arus
sangat resisi dan akurat.Teknologi yang diaplikasikan pada setiap
instrumen geolistrik dengan sistem current sources dan anti short circuit
dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengukuran dalam skala
laboratorium misalkan dalam mengukur media tanah (soil box) batuan,
(sampel core) dan lumpur. Dengan demikian G-sound mendukung
keperluan pengukuran baik dilapangan maupun dilaboratorium.
Gambar 2.10 G – sound twin probe

14
Gambar 2.11 Soil box

b. Alat resistivitas S-Field 16 elektroda automatic multichannel


Dengan adanya alat ini pengukuran resistivitas bisa dilakukan
secara simultan sampai 16 elektroda, dan dapat pula diupgrade menjadi
32,64,128 elektroda atau lebih (max 1000 cannel). Dengan demikian
akan menghemat waktu dan tenaga dalam pengukuran resistivitas bawah
pengukuran. Melalui instrument resistivity multichannel pengukuran data
resistivity 2D dan 3D menjadi lebih efisien.
Teknologi current source (pembangkit arus) yang terdapat pada S-
field menjadikannya handal, berpengaman system anti short circuit,
sehingga aman digunakan pada saat jarak elektroda arus terlalu rapat atau
impedansi sangat rendah.

Gambar 2.12 Alat resistivitas S-Field 16 elektroda automatic multichannel

c. IPMGEO – 4100
Inducet polarization atau polarisasi terimbas merupakan salah satu
metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada
permukaan mineral logam. Polarisasi ini terjadi akibat adanya arus
induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan
mineral logam. IPMGEO-4100 dirancang untuk mengukur parameter
polarisasi terimbas melalui nilai chargeability. Nilai ini merupakan
perbandingan antara keseluruhan potensi sekunder terhadap waktu.

15
IPMGEO-4100 bekerja dalam domain waktu dimana data akuisisi
direkam melalui A/D char dengan akurasi 10 bit.

Gambar 2.13 IPMGEO – 4100

d. Sonic wave analyser (Sowan).


Sowan adalah instrument ukur kecepatan gelombang ultrasonic
pada sampel batuan. Melalui alat ini dapat terbaca waktu tempuh
gelombang ρ dan S secara akurat karena tegangan bernilai 350 V dan
lebar 1ns. Instrument ukur ini dapat digunakan untuk analisa kekuatan
batuan, instrument ini bermanfaat untuk menganalisa kekuatan bahan,
beton misalnya melalui parameter elastic dinamik.
Sowan sangat bermanfaat bagi teknik sipil, mekanika batuan, dan
juga ahli geofisika. Untuk analisa fisika batuan (rock physic). khusus
untuk analisa fisika batuan, instrument ini dapat dimodifikasi untuk
simulasi pengukuran kecepatan gelombang sonic insitu melalui
penambahan tabung tekanan tinggi.

16
Gambar 2.14 Sonic wave analyser (Sowan)
2.7 Gangguan pada alat geolistrik
Adapun gangguan yang mungkin terjadi pada saat kita melakukan
pengukuran geolistrik yaitu:
1. Hujan
Apabila pada saat hujan kita melakukan pengukuran itu sangat
mengganggu karena yang kita ukur adalah kuat arus atau listrik dalam
bumi. Jika ada air maka arus listrik besar sehingga sangat mempengaruhi
pada data yang kita butuhkan.

2. Petir
Pada saat kita mengukur geolistrik dalam tanah pada saat ada petir
ini sangat mengganggu, karena kita menggunakan alat hampir semua
terbuat dari besi, jadi kemungginan kita bisa tersambar petir. Ini sangat
mengganggu pada proses pengukuran dan pada data kita.
3. Gempa Bumi
Gempa bumi merukapan peristiwa alam berupa getaran atau
gerakan bergelombang pada kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga
endogen. Jika kita melakukan pengukuran pada saat gempa bumi tentu
data yang kita dapat tidak akurat. Karena getaran atau gerakan yang
terjadi dapat menggeserkan alat yang kita pasang dengan jarak yang telah

17
ditentukan, sehingga jika hal itu terjadi maka kita harus mengukur
kembali.
4. Bunyi
Bunyi yang sangat keras sangat mengganggu pengukuran.
Contohnya jika pada saat kita melakukan pengukuran di sekitar jalan,
kita sudah memasang alat tetapi pada saat melakukan pengukuran tiba-
tiba ada sebuah truk lewat maka data yang kita peroleh akan kacau
karena disebabkan oleh sumber bunyi dari truk tersebut dan getaran yang
ditimbulkannya.

18

Anda mungkin juga menyukai