Anda di halaman 1dari 8

Nama; Malinda Fitri

Kelas: A5-17

Nmp: 17144600185

1. a. Menurut saya perlu adanya pendidikan nila terhadap negara tersebut dengan
cara adanya perubahan dalam suatu negara tersebut denan adana perubabahan
makan negara tersebut bisa tidak hancur, karena perubahan mempuyai manfaat
bagi kelangsu gan hidup suatu lembaga,organisasi dan neagara, perubahan
bertuuan uuntuk agar organisasi tidak tidak menjadi statis melainkan mejadi
dinamis dalam menghadapi perkembangan atau globalisasi, perubahan yang di
lakuan secara sengaja, untuk menjadi negara yang baik. Perubhan yang harus
dilakkan ada dua model perubahan
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang bersumber dalam masyarakat itu
sendiri Faktor ini merasakan adanya kebutuhan akan perubahan yang
dirasakan.
oleh karena itu, setiap organisasi mengahadapi pilihan antara berubah atau
mati
tertekan oleh kekuatan perubahan. Faktor internal di dalam organisasi
dapat pula
menjadi pendorong untuk perlunya perubahan. Adapun yang termasuk
dalam faktor internal adalah sebagai berikut:
1) Perubahan ukuran dan struktur organisasi Perubahan yang terjadi
menyebabkan
banyak organisasi melakukan restrukturisasi, dan biasanya diikuti dengan
downsizing dan outsourcing. Restrukturisasi cenderung membentuk
organisasi
yang lebih datar dan berbasis team. Outsourcing dimaksudkan untuk
menarik
tenaga professional guna meningkatkan kinerja organisasi. Perubahan
ukuran
dan struktur organisasi ini di maksudkan untuk memperoleh SDM yang
sesuai
dengan tugas atau Job description yang diberikan, sehingga organisasi itu
memperoleh orang yang ahli di bidangnya dan manajemen sekolah
berjalan
dengan baik.
2) Perubahan dalam sistem administrasi Perubahan sistem administrasi
dimaksudkan untuk memperbaiki efisiensi, merubah citra sekolah, atau
untuk
mendapatkan kekuasaan dalam organisasi. Perubahan sistem administrasi
dimaksudkan agar organisasi menjadi lebih kompetetif.
3) Introduksi teknologi baru
Perubahan teknologi baru berlangsung secara cepat dan mempengaruhi
cara
bekerja orang-orang dalam organisasi. Teknologi baru diharapkan
membuat
organisasi semakin kompetitif. Teknologi telah merubah pekerjaan dan
organisasi. Penggantian pegawasan dengan menggunakan komputer
menyebabkan rentang kendali manejer semakin luas dan organisasi
semakin
yang lebih datar.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
lembaga/organisasi, yaitu keseluruhan faktor yang berasal dari luar
organisasi
yang dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi, seperti :
ekonomi, politik, hukum, teknologi, kebudayaan, sumber alam, demografi,
sosiologi dan
sebagainya. Faktor eksternal lainnya antara lain :
1) Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Perubahan dapat disebabkan oleh lingkungan fisik, seperti terjadinya
gempa
bumi, taufan, banjir besar, dan lain-lain mungkin menyebabkan bahwa
masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus
meninggalkan
tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat
tinggalnya
yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam
yang
baru tersebut.
2) Peperangan.
Peperangan dengan negara lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan yang sangat besar baik pada lembaga/organisasi
kemasyarakatan
maupun struktur masyarakat.
3) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain dapat menyebabkan
terjadinya
perubahan sosial dan budaya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara
dua
masyarakat, mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh
timbal-
balik, artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat
lainnya,
tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain.

c. Upaya untuk menganalisir masalah di atas teutamanya di pendidikan


dasar
 Perlu adanya pendidkan yang berencana
 Perlu peran orang tua untuk pendidik yang pertama
 Perlu adanya tempat pendidkan yang bermutu
d. Tantangan untuk kasus yang di atas di indonesia adaah
 Menghindari adanya pergaluan bebas
 Yang menggunkan narkoba di hukum sampai jera
2.
a. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan
bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung
jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah,
rela berkorban, dan berjiwa patriotik; 

 Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan
reflektif; 
 Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain
bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;
dan 
 Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain
kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan,
ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia),
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis),
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja.
b. setuju karena karena pendidkan merpaka salah satu sektor
yang palinh utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam
upaya meningkatkan kualita pendidikan, pedidian adalah usaha
dan rencana unruk mewujudkan proses pemblajaran agar
peserta didik dapat aktif dalm pendidkan
c. Dalam dunia pendidikan kita, evaluasi hasil belajar mencakup
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Tiga ranah
ini merupakan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-
Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional bertujuaan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab3 , jadi dapat kita
simpulkan ranah kognitifnya adalah berilmu. Ranah afektifnya
adalah beriman dan bertaqwa, berahlak mulia, mandiri,
demokratis, bertanggung jawab. Ranah psikomotoriknya adalah
sehat, cakap, kreatif. Ketiga ranah ini harus dijadikan sasaran
dalam setiap kegiatan evaluasi belajar. Sikap merupakan suatu
konsep psikologi yang kompleks. tidak ada satu definisi yang
diterima bersama oleh semua pakar psikologi. para pakar
psikologi telah mengemukakan berbagai definisi tentang sikap.
Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa sikap berakar
dalam perasaan.perasaan bukanlah satu-satunya komponen dari
sikap. Ranah Afektif menentukan keberhasilan belajar siswa,
artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan siswa
untuk mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran . Untuk
mengetahui ketuntasan maka diperlukan evaluasi. Dalam dunia
pendidikan evaluasi memegang peranan penting. Maka evaluasi
pembelajaran dalam bentuk apapun sangat bermanfaat bagi
pendidik maupun peserta didik itu sendiri , termasuk evaluasi
afektif. Evaluasi tidak berdiri sendiri ada materi dan metode
dan ketiganya mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi.
3. Pendahuluan
 Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dankeyakinan masing-masing.
 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembarkehadiran dan
memeriksakerapihanpakaian, posisi dan tempat dudukdi sesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
 menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan Inti
Guru menunjukkan gambar situasi percakapan pada gambar yang ada di
bukuteks.
Kegiatan inti
 Guru membacakan percakapan yangada pada gambar situasi yang ada
padabuku teks tersebut. Guru mensimulasikan percakapan itu kepada
siswa agar siswa bisa mengidentifikasi ungkapan permintaan tolong yang
ada pada percakapan tersebut.
 Setelah menyimak contoh guru, siswa membentuk kelompok sejumlah 3
orangseperti yang terlihat pada gambar. Siswa latihan bermain peran
seperti yang sudah disimulasikan oleh guru.
 Tiap-tiap kelompok boleh membuat dialog yang berbeda dengan yang
dicontohkan,
 asaldialognya memuat ungkapan permintaan tolong. Setelah diberi waktu
berlatih kira-kira lima menit, masing-masing kelompok menunjukkan
permainan perannya masingmasing.
 Guru mengamati proses tersebut dan melakukan evaluasi. Setelah semua
kelompok maju guru mengajak siswa melakukan refleksi kegiatan yang
baru saja mereka lakukan.
 Guru meminta siswa duduk melingkar lalu mendiskusikan tentang sikap
tolong menolong yaitu salah satu perbuatan yangsesuai dengan bunyi sila-
sila Pancasila. Begitupula sopan santun dalam meminta tolong.
 Guru menggali pengetahuan siswa tentangcontoh-contoh perbuatan
lainnya yang sesuai sila-sila Pancasila dengan melakukan tanyajawab.
Setelah diskusi siswa diminta berdiri.
 Gurumeminta siswa membentuk kelompoksejumlah bilangan yang guru
sebutkan.Kelompok yang tidak berhasil membuatkelompok sejumlah yang
ditentukan harus menyebutkan satu contoh perilaku yang sesuai Pancasila
 Guru mengulang dengan bilangan yangberbeda. Kembali yang tidak
berhasil membentuk kelompok sesuai jumlah yangditentukan harus
menyebutkan contohperilaku yang sesuai Pancasila.
 Selanjutnya guru mengingatkan kembalitentang urutan bilangan dan cara
menulislambang bilangan 11 sampai dengan 20. Beberapa siswa diminta
maju ke depan untuk berlatih menuliskan lambang bilangan
yangdisebutkan oleh guru.
 Kemudian guru membentuk kelompok. Tiap-tiap kelompok diberikan
beberapa kartubilangan yang sama.
 Guru mengadakan lomba adu cepat menyusunurutan bilangan (bisa urutan
dari kecil kebesar atau sebaliknya).
 Guru memberi aba-aba hitungan sebagaitanda untuk lomba dimulai.
Setiap kelompok menyusun kartu-kartubilangan sesuai urutan yang
ditentukan guru Setelah siswa mengerti, guru meminta siswa
menyelesaikan soal latihan yang ada di buku teks.
Penutup
 Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar
selama sehari (Integritas.
 Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil ketercapaian materi).
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.
 Melakukan penilaian hasil belajar Mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran) (Religius)
4. formal, cenderung lebih berorentasi pada pendidikan yang berbasis hard skill
(keterampilan teknis) yaitu pendidikan yang lebih bersifat mengembangkan
intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill
yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ).
Bahkan, pembelajaran di berbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih
menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian atau
dapat dikatakan berorientasi pada aspek kognitif saja. Banyak kalangan yang
memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik
adalah memiliki nilai hasil ulangan/ ujian yang tinggi, sedangkan mereka yang
hasil ulangannya rendah dapat dikatakan tidak memiliki kompetensi yang
memadai. Maka tak heran Ujian Nasional (UN) sering dijadikan acuan dalam
keberhasilan peserta didik, meskipun belum tentu benar. Seiring perkembangan
jaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill kini tak relevan lagi.
Bahkan, kalau mau belajar dari negara maju. Pendidikan di negara-negara maju
tersebut berhasil, misalnya Finlandia, karena menekankan pada pembangunan soft
skill. Bahkan keberhasilan penguasaan sains dan teknologi juga merupakan hasil
alami dari kuatnya dasar-dasar soft skill. 1 Maka, pembelajaran juga harus
berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial) sebab ini sangat penting
dalam pembentukan karakter anak bangsa sehingga mampu bersaing, beretika,
bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Pendidikan soft skill
bertumpu pada pembinaan mentalitas agar peserta didik dapat menyesuaikan diri
dengan realitas kehidupan. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata
oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh
keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Pendidikan karakter yang
merupakan salah satu sarana soft skill yang dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Bahkan setiap
materi dalam sebuah mata pelajaran perlu diintegrasikan dengan pendidikan
karakter. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada
tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai