Anda di halaman 1dari 16
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN OBS. DYSPNEU ADE SUTRIMO G1B212068 PRAKTIK DI RUANG KENANGA RSUD R. GOETHENG TAROENADIBRATA PUBALINGGA |LISTIANI, S.Ke KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PURBALINGGA 2013 KEBUTUHAN OKSIGENASIT A. Latar belakang ‘Oksigen (Os) memegang peran penting dalam semua proses tubuh secara fungsional Oksigen (O;) merupakan salah satu Komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh, Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bemafas. Penyampaian O;ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi_ sistem respirasi, kardiovaskuler dan Kkeadaan hematologis. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian Oleh Karena itu, Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang sangat utama dan sangat vital bagi tubub. Pemenuhan kebutulian oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutulan oksigen akan mengalami gangguan banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Adanya kekurangan O:ditandai dengan Keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan Kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan pernafasan pasien dengan segera untuk mengatasi masalah. B. Tujuan Tujuan unum Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang sistemastis dan lengkap pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi. Tujuan khusus Setelah menyusun laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat : a, Memahami lebih dalam tentang konsep dasar gangguan oksigenasi pada pasien b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan oksigenasi ¢. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan dasar analisa data hasil pengkujian pasien dengan gangguan oksigenasi 4d, Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien TINJAUAN TEORI A. Pengertian Oksigenasi merupakan salah satu Komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan Kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup 02 setiap kali bemapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003). Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%, Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium (Mutaggin, 2005) Tujuan terapi oksigenasi 1, Mengembalikan PO: arterial pada batas normal. 2. Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat, 3. Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal, B. Etiologi Adapun faktor-faktor yang menycbabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut NANDA (2011), y: itu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveo C. Faktor predisposisi/Faktor pencetus Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu : 1, Gangguan jantung, —meliputi ketidakseimbangan jantung — meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer, Kapasitas darah untuk membawa oksigen. 3. Faktor perkembangan, Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan, Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan akut, Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia. 4, Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang berat menyebabkan penurunan_ ekspar paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyal PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006). D. Patofisiologi Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, jantung, ifusi dan trasportasi. Proses yentilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas seba; benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengarubi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002). E. Tanda dan gejala Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi- menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernati in nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi_memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif schingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, sommolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGD abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipokser i, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, imma dan kedalaman nafas (NANDA, 2011). F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung. 2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres fisik, Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner. 3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi: pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD). G. Pathway Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi Fungsi Pemafasan Terganggu Ventilasi pemafasan Obmuksijalan mafas’ Perub. Volume sekuncup, pre load ppengeluaran mukus yang dan afterload serta kontraktilitas . as banyak hipoventilasi/ hiperventilassi | | Bestanjalinaais | tepganggunya difusi tidak efektt| pepienpeess di alveotis) | takipnew/bradipneu = angquan perkaran gas Pola nafas dak efektif H. Indikasi Terapi Oksigen. Muttagin (2005) menyatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi OQ, sebagai berikut : 1. Klien dengan kadar Ozarteri rendah dari hasil analisa gas darah 2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamaya pemafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan 3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gingguan O» melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat. I. Metoda pemberian terapi oksigen Metode pemberian 02 dapat dibagi atas 2 teknik: 1, Sistem aliran rendah Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara mangan, Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pemafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian ©2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk Klien yang memerlukan ©2 tetapi masih mampu bemafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 ~ 20 kali permenit (Harahap, 2005). Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kataeter nasal, kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing. a, Kateter nasal Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian O2 stabil, Klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi 2 lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6 L/mnt_ dapat menyebabkan ny. tersumbat (Harahap, 2005), sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah b. Gambar kateter nasal Kanul nasal Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6, Keuntungan Pemberian ©2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, Klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir Klien, Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi 02 lebih dari 44%, suplai O2berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 em, mengiritasi selaput lender (Harahap, 2005). Gambar kanul nasal ‘Sungkup muka sederhana Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 5-8, Keuntungan konsentrasi 02 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau Kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang, besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi 02 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah (Harahap, 2005). Gambar sungkup muka sederhana 4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing, Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi 02 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender. Kerugian Tidak dapat memberikan 02 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong 2 bisa terlipat (Harahap, 2005). e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan konsentrasi ©2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian kantong 02 bisa terlipat (Harahap, 2005). Gambar sungkup muka dengan kantong non rebreathing Sistem aliran tinggi Suatu teknik pemberian O» dimana FiO; lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, schingga dengan teknik ini dapat menambabkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O; dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O; sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini < 4-14 Limnt dan konsentrasi 30 ~ 55% (Harahap, 2005). Keuntungan: Konsentrasi > yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO., suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO, (Harahap, 2005). Kerugian: Kerugian sistem ini hamy sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa meds, 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama; klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA. ¢. Riwayat penyakit dabulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk . Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga pasien 3. Pola kesehatan fungsional Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah : a. Pola manajemen keschatan-persepsi keschatan Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah keschatan , adanya faktor risiko sehubungan dengan keschatan yang berkaitan dengan oksigen. b, Pola metabolik-nutrisi Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi_paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan c. Pola eliminasi Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi) d.Aktivitas-latihan Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi_ sescorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen, Pola istirahat-tidur Adanya gangguan oksigena: menyebabkan perubahan pola istirahat Pola persepsi-kognitif Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien. Pola konsep diri-persepsi diri Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi sescorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus). Pola hubungan dan peran Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kel merokok sehingga mengganggu oksigenasi seorang. Pola reproduksi-seksual Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji Pola toleransi koping-stress Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien. Keyakinan dan nilai Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien. 4, Pemeriksaan fisik a, ) 3) 4) Kesadaran: kesadaran menurun TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi Head to toe Mata; Konjungtiva pucat (Karena anemia), konjungtiva sianosis. (karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (Karena emboli atau endokarditis) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bemafas dengan mengerutkan mulut Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal. 5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat (tacypiea), pernafasan lambat (bradypnea) 5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG 6. Diagnosa keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah: a.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak. b.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi ¢ Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi 7. Rencana asuhan keperawatan No NO ‘TUAUAN INTERVENSE RASIONAL jam. Resp | Seolih Hakan niavan Teporavatan sama SO lien dapat mencapi bershan jalan mapas yang let, dengunksteria hat iory Sats: Airmax patemy S Indikacor | Awal Peagsharan sputum) > y pad abn capes 3 angalharpka Frekversi 3 v empasan seu T | Trams oapas sos | 2 7 | ang charapan Kate ‘Kalan ein uta beat Kelaten sang Kelutan ing “ids oda Kelohon 7 Wanajnion alas Naps 1) Baka jalan mapas pocon 2) Posies pasen tuk ‘emaksimalian venti Teentfikns Pasen tuk ‘pesunya pomusangan elt Jalan napas bustan Kelarkan soest dengan Aebies aaa: agas, ‘at ila adn sora pas ‘aman Monitor rater respira setlap pergnian cit dit fetcish dlauakan tidakan suction >. Suksion Jalan Nopas 1) Auslrast jalan mapas sebelign dan senda Tefeewesibns’ ela ‘omang prose schon Benkan 0: dengon smenggunaian nasal unt emfiits) suksion sawtalhes! Henn sksion don beckan oksigen bila Pasenmanunjukon Dadihaci “poninghan 4 » 6 1, Veni maksimal memnbukca 2 Posts anembanta Imemeksinalian skspanst pont Gin menurunkan way pereafisan 5 Moncesah obuu/sieast 4 Penuranan bung malas pat etmnjikin sideline Rack menunyukon ‘homulast Sercukstigakmampuan’ unk rmemborsbkan jal mfas yung tlpat menimhllan penggunaan tor aksesoris permafasan dan peningkatan Keo pemaiaan 1. Meneogah.obtraks/spirask Ponghisaan dapat diperukan bila Se eee Seeelibtist ect 2 Pemrunay bunyt nafs dapat rmenunjukan acest. Ventiss! maksinal mambula area aulekiis “dan cwosiafinten: igen meet eda jlan nafs best wn ‘elvan, ‘4Menecath pengeringan makosa, moubaaty pnueetan ste 6 es Aur inte nk ain ‘mengoptimalian| ‘eseimbangan Setaskan pads pasien dan etiargn teane ppenggumaan _peraatin ‘2 Suction, ins. 6 Pemasicn neg cain hmomban untuk mengonectean Sslrotmmbuanya mudah ‘Bieluakan, Apiary Seika Giakaan taken Keporawatan selma 50 Jam, Klien dapat_menespai naps efektif, dengan erin a Respiratory Stats: Ventlaion Indika wal “Rank an Bermspos nab 2 Tidak dadspakan _engeua ott ‘ahha ua sign Stas 2 6 Inika wal ‘Tae Tanda vad lam rename ‘onral (okanan orc. na peveafian) ‘ane alan Napa 2» 5 6 ” Bak al aps Psion Pesan aston lak ‘emalsimalian ventas Toemtiii Pases ak ‘pesunya pemusangan alt lan tapas buatan Kelas emt aegis ‘Auskulust euare mapas, utat bila ada euara mapas tama ‘Monior panggunaun ott fen pouegaten Monitor nth esp Setian petanntian sit dn seh Blskuaken tidokansueton “iw anagem yo Pemgkaian mera dear dan dane betkehnitan tte emantanperabanen don rmongev alist inrens 2) Memposisian pasion deni outer supaya ‘dapat testi elie 3) Deicke sehodp permiarun gas dan bunyt Tembatn sens Kelian bem (ada uddcnys dispnou) unk a Dap ‘memperbatk mencegsh ‘membarviny hipksis 5 Momboren rasa ‘amanda mompennaish prep 1B) Detkst stuns esas eat sgn moron, kage ett eatin ‘elf beat Kelaten selon Keluian ings “ids ods Ketaon Via ige monoring 1) Observast adanya anda anda hpoventias 2) Mosior wa ‘ecemasan pasion techadspoksigenast 3) Mositoe wal sige 4) Informasikan pada pasion ie keh lene tei relat wnt ‘mempbaikt pod nafs 5) Aja agama bate stokit 6) Monitor pol alae 1) Slane dines remmposon ‘ergmtung Padaindikasi dest terion aru dan sas kosharan umn By Tablas Wasanva ada Sebagai_akitut-demadehiast tap dapat sebagat respons teradap bpolsomia, 3) Selma periode wal ini, Potesial Kowplas! ial Uspotemiyok) at ec, 4) Penbshan trkuenst Jatung atu TD menumueon abn pasion mengam Teen nmongalami ayer. Kaasunsa bila alssan lain wok pena anda ital oluh wD Sapa 7 ‘Selah akan tndilan Lepeawatan eam 3x28 amis prtkranpasen rts eng ‘itera asi Respiratory Sams: Gas exchange Kescimbangav avon Bas, Eel Respirator Sats venation Via Sig Statue x Tas XY] tatitaor —[awet Es 1, | Mexdemeataston | y seningkan ‘enlas dan slsigonas yan eka l » 2» 3) a 3 6 Posi psi una omaksimatken vows Pasang mayo bila pala [aku fisiscapi dada jasech Koluatkan skret dangan tk tn ston ‘Auskulas suas nas, ott adanya sua tao “Atur make ua cain nmoagoptinalan eseinliga |. Ventas’ maksimat membuks wow atletsis 2 Posi membarta smeniiianlien igi pera on menursnkan ya pormfacan ‘\Menceush absuuks asics 4 Penrunan bunyé mais dapat rmonunjukan abhi, Roaki owunjaban kml Mencia ‘eerie pee fa hn tne da ania ‘ane dstese perafisan ‘Met denarii Tat fei don ‘sara mains yng fers tok od Sano dan ‘Sspocu (mampu enol sul, amp Rrvalne degen a ko ued ips) 7 ‘AGD dela as onmal 5 Satu nsrologia tn ies rl Katerina Kelutan ekasim ‘Rela bert ‘eluan sedang Kelutan sing “ids od Ketohon 7 ” 9» 10 ") aga status 02 ata prgerokan ddadaamate enna, ‘pengzumaan ote tambon teks oft supraclevicur dan inerooest Metiiorsinrinat, spent dengkur Monitor pols sates eipens, tkipei, ‘uso, hporvenis, sheer stibes, at ‘Aska sua nals, ‘oat area penurunan / tid anys ven a stars mb Monitor TTY, AGD, elo din tus ‘ment —_——s huswsnys mean ska Teaaicikmanpa wk rmambecsibkan jalan mas yong pot menimbulkan pongguoaan ot skeet pemafican dan peningkotan kop pemaison, 5. Pomasukan cura yang banyak membantu mengeneerian sekse, rmembusinys madi diem DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC. Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan, Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume | hal 1-7. Medan: USU. Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing outcome classification (NOC). Philadelphia: Mosby. McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing intervention classification (NIC). USAMosby. Muttagin. (2005). Aswhan keperawatan klien dengan ganggwan pernafasan. Salemba Medika: Jakarta, NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC. Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebuuhan dasar manusia & proses keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai