Jumlah rata-rata responden lebih dari lima ratus. Secara keseluruhan setiap
peneliti membahas tentang intervensi ataupun tatalaksana pembebasan jalan nafas
pada pasien trauma kepala (Irina et al., 2018; Wardani et al., 2017). Pemberian
terapi oksigen terhadap saturasi oksigen pasien cedera kepala (Friska, 2020;
Takatelido, 2017; Safita, Ristanti, Rismayanti, 2019; Ristanto & Zakaria, 2018).
Pemberian posisi head up 30⁰ (Yusterien M et al., 2021; Wahidin, Ngabdi, 2020;
Ginting et al., 2020), serta membahas mengenai nilai Glasgow Outcome Sale
pasien cedera kepala (Indradmojo et al., 2020). Studi yang sesuai dengan tinjau
sistematis ini di lakukan di Indonesia dan di jelaskan pada table di bawah ini.
Tabel 3.1 Hasil pencarian studi berdasarkan database penelitian
Responden dalam penelitian ini ialah seluruh pasien yang mengalami cedera
kepala ringan ataupun sedang yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor, dengan rata-rata GCS 9-15 . Secara keseluruhan responden berjumlah
kurang lebih dari lima ratus individu. Rata-rata responden dalam penelitian ini
berusia mulai dari 20-50 tahun. Adapun Karateristik responden dari setiap artikel
berbeda-beda.
3.3 Manajemen Jalan Nafas Mencegah Cedera Otak Berat pada Pasien
Trauma Kepala Akibat Kecelakaan
Berbagai intervensi manajemen jalan nafas pada pasien trauma kepala telah
dijelaskan dapat mencegah terjadinya peningkatan cedera yang lebih berat.
Penanganan trauma kepala perlu dilakukan secara optimal sejak dari awal
kejadian dan untuk mencegah terjadinya cedera otak sekunder yang akan
memperberat luaran. Penanganan yang dilakukan pada kasus ini meliputi
tatalaksana jalan nafas dan system inspirasi, optimalisasi hemodinamik,
pengendalian TIK dan tindakan lain yang diperlukan untuk menjaga perfusi dan
oksigenasi serebral (Irina et al., 2018).
Perawatan yang dilakukan ketika mendapat cedera kepala adalah menjaga jalan
napas pasien, mengawasi perdarahan dan mencegah syok, mencegah komplikasi
dan cedera sekunder pada setiap keadaan yang melibatkan abnormal dan
berbahaya harus diberikan resusitasi dan tetap berlandaskan SOP (Safita, Ristanti,
Rismayanti, 2019). SpO2 dapat digunakan sebagai prediktor mortality yang baik
pada pasien cedera kepala. Hal tersebut didukung bukti bahwa variabel SpO2
memiliki korelasi signifikan terhadap mortality pasien cedera kepala (p value =
0.000). Saturasi oksigen memiliki korelasi negatif dengan mortality pasien cedera
kepala, artinya semakin meningkat jumlah SpO2 maka akan semakin menurun
kejadian mortality pasien cedera kepala (Ristanto & Zakaria, 2018).
Pasien yang mengalami cedera kepala sedang terjadi perbaikan tingkat kesadaran
dan peningkatan nilai saturasi oksigen setelah diberikan oksigen dan elevasi
kepala 30° secara bersamaan selama 1x6 jam (Yusterien M et al., 2021).
Pemberian oksigen dan kepala elevasi 30º berpengaruh terhadap tingkat kesadaran
pada pasien dengan cedera kepala sedang (Ginting et al., 2020). Setelah diberikan
terapi peninggian kepala 30° pada Tn.A dan Tn.I tidak mengalami sesak
dibuktikan dengan RR dalam batas normal dan peningkataan kesadaran.
Penerapan teknik head up 30° dapat meningkatan perfusi jaringan otak pada
pasien yang mengalami cedera kepala sedang (Wahidin & Supraptini, 2020).